Anda di halaman 1dari 7

HUBUNGAN PELAKSANAAN INISIASI MENYUSU DINI DENGAN KEJADIAN HIPOTERMI

PADA BAYI BARU LAHIR DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH AMBARAWA


KECAMATAN AMBARAWA KABUPATEN SEMARANG
Dita Rias Sari1), Rini Susanti2),Faridah Aini3)
Akademi Kebidanan Ngudi Waluyo
Email : up2m@akbidngudiwaluyo
Abstrak
HUBUNGAN PELAKSANAAN INISIASI MENYUSU DINI DENGAN KEJADIAN
HIPOTERMI PADA BAYI BARU LAHIR DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH
AMBARAWA KECAMATAN AMBARAWA KABUPATEN SEMARANG. Hipotermi
menyumbang angka kematian bayi sebanyak 7 % salah satu penyebab hipotermi yaitu kurang
baiknya penanganan Bayi baru lahir. Salah satu penanganan yang tepat bagi bayi baru lahir yaitu
dengan melakukan Inisiasi Menyusu Dini, dimana pelaksanaannya lebih menekankan kata
menyusu bukan menyusui sebab bayi yang lebih aktif melakukan sendiri. Dalam pelaksanaan
ini tubuh ibu dijadikan sebagai thermoregulator yang fungsinya untuk mengatur suhu bayi saat bayi
merasa kedinginan maupun kepanasan. Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui hubungan
pelaksanaan Inisiasi menyusu Dini dengan Kejadian Hipotermi Di RSUD Ambarawa
Desain dalam penelitian ini adalah diskritif koleratif dengan rancangan cross sectional. Populasi
dalam penelitian ini adalah seluruh ibu bersalin dan bayi baru lahir di RSUD Ambarawa. Sampel
sebanyak 35 orang yang diperoleh dengan menggunakan teknik accidental sampling. Variabel
independennya Inisiasi Menyusu Dini dan variabel dependennya kejadian hipotermi. Instrumen
yang digunakan lembar observasi dan thermometer digital rectal, dianalisis menggunakan uji kendal
tau dengan tingkat signifikan = 0,05.
Hasil penelitian didapatkan sebagian cukup melakukan Inisiasi Menyusu Dini sebesar (55,6%)
dan sebagian besar (59,2%) bayi baru lahir mengalami kejadian hipotermi. Dari analisis uji kendal
tau menunjukan hasil p = 0,036 tingkat signifikan =0,05 maka H0 ditolak karena P < 0,05 berarti
ada hubungan antara inisiasi menyusu dini dengan kejadian hipotermi pada bayi baru lahir.
Kesimpulannya semakin baik pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini pada ibu bersalin maka
semakin berkurang kejadian hipotermi pada bayi baru lahir.
Kata Kunci : Inisiasi Menyusu Dini, Hipotermi, Bayi baru lahir
ABSTRACT
RELATIONS IMPLEMENTATION OF EARLY INITIATION OF BREASTFEEDING
WITH THE INCIDENCE OF HYPOTHERMIA TO NEWBORNS IN AMBARAWA
HOSPITAL. Hypothermia infant mortality accounts for as much as 7% one cause of hypothermia
is the lack of good handling newborns. One of the proper treatment for the newborn is conducting
Early Initiation of Breastfeeding, where implementation is more emphasis on the word "breast"
instead of "feeding" because babies are more active themselves. In this implementation used as a
thermoregulator maternal body whose function is to regulate the temperature of the baby when the
baby is feeling cold or hot. The purpose of this study is to determine the relationship of the
implementation of the Early initiation of breastfeeding in hospitals Ambarawa Genesis
Hypothermia
Design in this study is diskritif koleratif the cross-sectional design. The population in this study
were all maternal and newborn in the hospital Ambarawa. Samples were 35 obtained by using
accidental sampling technique. Early Initiation of Breastfeeding independent variables and the
dependent variable incidence of hypothermia. Instruments used observation sheets and digital rectal
Hubungan Pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini Dengan Kejadian Hipotermi Pada Bayi Baru Lahir
Di Rumah Sakit Umum Daerah Ambarawa Kecamatan Ambarawa Kabupaten Semaran

thermometer, were analyzed using Kendal tau test with a significant level = 0.05. Results, the
majority simply do Early Initiation of Breastfeeding by (55.6%) and most (59.2%) newborns had
incidence of hypothermia. From Kendal tau test analysis results showed a significant level of p =
0.036 = 0.05 then Ho is rejected for P < 0.05 means that there is a relationship between early
breastfeeding initiation with the incidence of hypothermia in the newborn.
In conclusion the better implementation of Early Initiation of Breastfeeding on the maternal
diminishing the incidence of hypothermia in the newborn.
Keywords: Early Initiation of Breastfeeding, Hypothermia, newborns.
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Menurut data dari Woman Research
Institute, Angka Kematian Bayi (AKB)
mencapai 34/1000 kelahiran. Berdasarkan
kesepakatan global (Millenium Develoment
Goals/MDGs 2000) pada tahun 2015,
diharapkan Angka Kematian Bayi (AKB)
menurun dari 34 pada tahun 2007 menjadi 23,
melalui
pelaksanaan
MPS
(Making
Pregnancy Safer) dengan salah satu pesan
kunci yaitu setiap persalinan ditolong oleh
tenaga kesehatan terlatih (Depkes RI, 2010).
Sedangkan menurut Survey Kesehatan
Daerah (SKD) Angka Kematian Bayi (AKB)
sebesar 10,34/1000 kelahiran hidup. (Profil
Provinsi Jateng, 2011).
Urutan penyebab Angka kematian bayi
(AKB) terutama di masa Neonatal umur 0-6
hari di sebabkan oleh gangguan pernafasan
(37%), prematuritas (34%), sepsis (12%),
hipotermi (7%), ikterus (6%), dan kelainan
kongenital
(1%)
(RISKESDAS,2007).
Kurang baiknya penanganan bayi baru lahir
yang dapat mengakibatkan bayi mengalami
cacat seumur hidup dan kematian Hipotermi
pada bayi baru lahir dapat mengakibatkan
terjadinya cold stress yang selanjutnya dapat
menyebabkan hipoksemia atau hipoglikemia
dan mengakibatkan kerusakan otak (Sarwono,
2007).
Hipotermia
berhubungan
dengan
perpanjangan terhadap lingkungan yang
dingin,
trauma,
penyakit,
atau
ketidakmampuan untuk berespons menggigil,
dan komplikasi yang muncul karena
gangguan dalam proses metabolik yaitu
kegawatan pernafasan, asidosis respiratori,
hipoglikemi, dan ikterik (Ladewig, 2006).

Beberapa
hal
yang
menyebabkan
hipotermia adalah air ketuban atau cairan
yang menempel pada tubuh bayi yang tidak
segera dikeringkan, serta keadaan umum bayi
lemah atau bayi dengan berat badan lahir
kurang dari 2.500 gram dapat mempengaruhi
bayi mengalami hipotermia (Sarwono, 2007).
Upaya
penanganan
dalam
mengatasi
terjadinya hipotermi pada bayi baru lahir
yaitu dengan melakukan kontak langsung
kulit dengan kulit, melakukan Inisiasi
Menyusu Dini, membungkus bayi agar tetap
hangat, menyediakan ruangan/ tempat yang
hangat untuk menaruh bayi (Roesli,2008)
Inisiasi menyusu dini (IMD) memberikan
keuntungan bagi kelangsungan hidup bayi.
Menyusui dapat meningkatkan kelangsungan
hidup anak, meningkatkan status kesehatan,
serta meningkatkan perkembangan otak dan
motorik. Inisiasi menyusu dini dan pemberian
ASI eksklusif dapat mencegah kematian
neonatal dan mengurangi risiko penyakit
menular (WHO 2010).
Pendekatan Inisiasi Menyusu Dini yang
sekarang dianjurkan adalah dengan metode
breast crawl dimana segera setelah bayi lahir
ia diletakkan di perut ibu dan dibiarkan
merangkak untuk mencapai sendiri puting
ibunya dan akhirnya menghisap tanpa
bantuan. Karena proses ini menekankan kata
menyusu bukan menyusui sebab bayilah
yang menjadi pusat perhatian untuk aktif
melakukannya sendiri (Februhartanty, 2009).
Berdasarkan pada penelitian yang
dilakukan di Ghana pada tahun 2003- 2004
menerangkan bahwa pemberian ASI dalam
satu jam pertama setelah kelahiran dapat
menurunkan angka kematian bayi baru lahir
hingga 22% dan resiko kematian neonatal
adalah empat kali lebih besar pada anak-anak
yang diberi susu berisi cairan atau padatan
selain ASI (Pediatrics, 2006).

Hubungan Pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini Dengan Kejadian Hipotermi Pada Bayi Baru Lahir
Di Rumah Sakit Umum Daerah Ambarawa Kecamatan Ambarawa Kabupaten Semaran

Dari hasil study pendahuluan di RSUD


Ambarawa pada tanggal 7 november 2012
pelaksanaaan
Inisiasi
Menyusu
Dini
dilakukan segera setelah bayi lahir, setelah
bayi lahir bayi di keringkan dari cairan air
ketuban, di bersihkan jalan nafasnya, setelah
itu bayi baru di lakukan Inisiasi Menyusu
Dini, dalam pelaksanaannya masih di lakukan
bantuan bagi bayi untuk mencari puting susu
ibunya, pelaksanaannya hanya di lakukan

beberapa menit tidak sampai 1 jam setelah itu


bayi di pindahkan keruang perinatologi untuk
di ukur suhu, denyut jantung, pernafasan.
Pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini sendiri
pada tahun 2012 hanya di lakukan 67 % pada
bayi baru lahir dan terdapat hipotermi sebesar
44,5%. Dari 5 bayi yang di lakukan
pelaksanaan IMD sebanyak 2 orang yang
mengalami hipotermi.

METODE PENELITIAN
Tabel 1 Definisi Operasional
Variabel
Variable
independent
Pelaksanaan
Inisiasi
Menyusu Dini
Variable
dependent
Kejadian
Hipotermi

Definisi Operasional
Memberikan kesempatan bagi
bayi baru lahir untuk menyusu
sendiri pada ibunya (dalam 1 jam
pertama kehidupannya), bayi
dibiarkan merangkak mencari
payudara ibunya di lihat dari SOP
yang diterapkan di Rumah Sakit
Pengukuran suhu Bayi baru lahir
dengan hasil suhu < 36,5C
melalui rectal segera setelah
pelaksanaan IMD

Cara Ukur
Dengan memberikan lembar
observasi dari Rumah Sakit
yang terdiri dari 10 pernyataan
dengan skor jawaban
1 : bila dikerjakan 0 : bila tidak
dikerjakan
Pengukuran dengan melakukan
pengukuran
suhu
dengan
termometer terdiri dari Ya :
suhu < 36,5C. Skor : 1 Tidak :
jika suhu > 36,5C skor : 0

Penelitian ini menggunakan deskriptif


korelasi yang menghubungkan variabel
Pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini dengan
kejadian Hipotermi di RSUD Ambarawa.
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian
ini adalah pendekatan secara cross sectional.
Penelitan sudah dilaksanakan selama
tanggal 23 juni sampai 25 juli 2013 dengan
menggunakan teknik sampling accidential
sehingga diperoleh responden sejumlah 35
bayi baru lahir pada ibu bersalin yang
memenuhi kriteria inklusi. Kriteria inklusi
penelitian ini adalah ibu bersalin yang berada
di Rumah Sakit Umum Daerah Ambarawa.
Penelitian ini menggunakan 2 variabel
yang terdiri dari variabel bebas dan variabel
terikat. Variabel bebasnya yaitu pelaksanaan
inisiasi menyusu dini dan variabel terikatnya
yaitu kejadian hipotermi.
Penelitian ini menggunakan sumber data
primer yang diperoleh langsung dari
responden dengan melakukan pengamatan
terhadap pelaksanaan inisiasi menyusu dini
dan mengukur suhu bayi baru lahir secara
rectal. Disini peneliti menggunakan lembar
observasi yang berupa SOP dari Rumah Sakit
dan termometer rectal untuk mengukur suhu

Hasil Ukur
Jumlah skor yang
dipilih
dan
di
kategorikan baik : 810 (76-100 %)
Cukup : 6-7
(56-75%)
Kurang : <6 (<56%)
Mengalami
Hipotermi
Tidak
mengalami
hipotermi

Skala
Ordinal

Ordinal

bayi baru lahir sebagai alat pengumpulan


data. Sebelum melakukan pengambilan data
peneliti melakukan informed concent dengan
responden untuk meminta persetujuan.
Analisa data penelitian ini menggunakan
kendal tau
untuk mengetahui adanya
hubungan antara pelaksanaan inisiasi
menyusu dini dengan kejadian hipotermi pada
bayi baru lahir di rumah sakit umum daerah
ambarawa.
Etika Penelitian
a. Informed consent (lembar persetujuan)
Peneliti menjelaskan maksud dan
tujuan, dampak yang akan terjadi sebelum
dan sesudah mengumpulkan data kepada
responden terhadap pelaksanaan Inisiasi
menyusu dini dengan kejadian hipotermi.
Jika nantinya responden bersedia diteliti
maka mereka harus menandatangani
lembar
persetujuan
tersebut.
Jika
responden menolak untuk diteliti maka
peneliti tidak akan memaksa dan
menghormati hak-haknya.

Hubungan Pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini Dengan Kejadian Hipotermi Pada Bayi Baru Lahir
Di Rumah Sakit Umum Daerah Ambarawa Kecamatan Ambarawa Kabupaten Semaran

b. Anonymity (tanpa nama)


Untuk menjaga kerahasiaan identitas
responden lembar pengumpulan data tidak
mencantumkan nama responden, lembar
pengumpulan data cukup diisi nomor urut
responden.
c. Confidentiality (kerahasiaan)
Untuk menjaga kerahasiaan informasi
penelitian hasil observasi yang didapatkan
dari responden serta semua data yang
terkumpul di jamin kerahasiannya oleh
peneliti. Setelah selesai di gunakan
hasilnya kan dimusnahkan dengan di
bakar
d. Right to with Drawl
Setiap responden memiliki hak
mengundurkan diri sehingga informan
dapat menyatakan untuk tidak ikut serta
dalam penelitian dengan alasan tertentu
bila hal tersebut terjadi peneliti akan
segera mencari pengganti dari responden
tersebut.
e. Terhindar dari ketidaknyaman
Peneliti menekankan bahwa apabila
responden merasa tidak nyaman atau tidak
aman selama penelitian, maka kepada
responden
diajukan
pilihan
yaitu:
menghentikan
partisipasinya
atau
melanjutkan
dengan
disertai
pendampingan peneliti. Selama penelitian
ini
dilakukan,
diharapkan
semua
responden dapat merasa nyaman dalam
pelaksanaan inisiasi menyusu dini dengan
kejadian hipotermi.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil Penelitian
Analisa Univariat
Tabel 2 Distribusi frekuensi Pelaksanaan
Inisiasi Menyusu Dini di RSUD
Ambarawa Tahun 2013
N
o
1.
2.
3.

Pelaksanaan
IMD
Baik
Cukup
Kurang
Jumlah

Frekuensi

Persentase

10
19
6
35

28,6%
54,3%
17,1%
100%

Berdasarkan Tabel 2. dapat diketahui


bahwa sebagian besar ibu bersalin di RSUD
Ambarawa melaksanakan IMD dengan
kategori cukup sebanyak 19 responden

(54,3%) dan sebagian kecil melaksanakan


IMD kurang baik sebanyak 6 responden
(17,1%).
Tabel 3

No
1.
2.

Distribusi frekuensi Kejadian


Hipotermi pada bayi baru lahir
di RSUD Ambarawa Tahun 2013

Kejadian
Hipotermi
Tidak hipotermi
Hipotermi
Jumlah

Frekuensi

Persentase

16
19
35

45,7%
54,3%
100%

Berdasarkan Tabel 3. dapat diketahui


bahwa sebagian besar ibu bersalin di RSUD
Ambarawa mempunyai bayi yang mengalami
hipotermi sebanyak 19 responden (54,3%)
dan bayi yang tidak mengalami hipotermi
sebanyak 16 responden (45,7%).
Analisis bivariat
Tabel 4 Hubungan pelaksanaan IMD
dengan kejadian Hipotermi di
RSUD Ambarawa Kecamatan
Ambarawa,
Kabupaten
Semarang Tahun 2013
Kejadian Hipotermi
Pelaksa
Hipoterm Tidak
naan
i
Hipotermi
IMD
F % F
%
Kurang 6 85,7 1 14,3
Cukup
9 52,9 8 47,1
Baik
4 36,4 7 63,6
Jumlah 19 54,3 16 45,7

Total
F
7
17
11
35

X2

%
100 0,34
100 3
100
100

Pvalu
e
0,03
6

Berdasarkan tabel 4 dapat diketahui


bahwa pelaksanaan Inisiasi menyusu dini
yang kurang menyebabkan hipotermi
sejumlah 6 orang (85,7%), pelaksanaan
inisiasi
menyusu
dini
yang
cukup
menyebabkan hipotermi sejumlah 9 orang
(52,9%) dan pelaksanaan inisiasi menyusu
dini yang baik menyebabkan hipotermi
sejumlah 4 (36,4%).
Pembahasan
Berdasarkan hasil analisa data dengan
menggunakan analisa korelasi Kendal Tau,
maka didapatkan hasil X2 hitung sebesar
0,343 > r tabel 0,334 dengan p value sebesar
0,036 <0,05, hasil tabel silang kendal tau
mengarah kearah positif maka dapat
disimpulkan hipotesis alternative diterima
sehingga terdapat hubungan yang bermakna
antara pelaksanaan IMD dengan kejadian

Hubungan Pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini Dengan Kejadian Hipotermi Pada Bayi Baru Lahir
Di Rumah Sakit Umum Daerah Ambarawa Kecamatan Ambarawa Kabupaten Semaran

Hipotermi di RSUD Ambarawa Kecamatan


Ambarawa, Kabupaten Semarang walaupun
tingkat keeratannya rendah.
Berdasarkan hasil penelitian didapatkan
hasil bahwa bayi yang melaksanakan inisiasi
menyusu dini dengan kategori kurang
mengalami hipotermi sejumlah 6 orang
(85,7%) hal ini dikarenakan pelaksanaan
inisiasi menyusu dini yang kurang baik maka
terjadilah hipotermi. Seperti tujuan dari
inisiasi menyusu dini ini yaitu untuk
mencegah hipotermi.
Pelaksanaan inisiasi menyusu dini dalam
kategori cukup menyebabkan bayi mengalami
hipotermi sejumlah 9 orang (52,9%) hal ini
dikarenakan pada lembar observasi dalam
poin ke enam bidan tidak melakukan tugasnya
yaitu untuk membantu ibu dalam mengenali
perilaku bayi pada saat inisiasi menyusu dini.
Pelaksanaan inisiasi menyusu dini dalam
kategori baik menyebabkan bayi mengalami
hipotermi sejumlah 4 orang (36,4%) hal ini
dikarenakan waktu pelaksanaan inisiasi
menyusu dini tidak dilakukan secara
maksimal dimana pelaksanaannya dilakukan
kurang dari 1 jam dan tidak dilakukannya
rawat gabung.
Menurut penelitian dr. Niel Brigman kulit
ibu berfungsi sebagai inkubator karena kulit
ibu merupakan thermoregulator bagi bayi.
Suhu kulit ibu 1C lebih tinggi merupakan
thermoregulator bagi bayi. Suhu kulit ibu
setelah melahirkan 1C lebih tinggi dari ibu
yang tidak bersalin. Apabila pada saat lahir
bayi
mengalami
hipotermia,
dengan
terjadinya skin to skin contact(IMD) secara
otomatis suhu kulit ibu akan meningkat 2C,
sebaliknya
apabila
bayi
mengalami
hipotermia suhu tubuh ibu akan naik 1C. Ini
berarti dengan Inisiasi menyusui Dini
mencegah resiko hipotermia pada bayi baru
lahir dan dapat mengurangi angka kematian
pada bayi baru lahir (Roesly, 2008).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada
hubungan yang bermakna antara pelaksanaan
IMD dengan kejadian hipotermi pada bayi
baru lahir. Hal ini menunjukkan bahwa
semakin baik pelaksanaan IMD maka
kejadian hipotermi pada bayi lahir dapat
diminimalisir. Pelaksanaan IMD
akan
menimbulkan terjadi Bonding (hubungan
kasih sayang) ini merupakan dasar

pertumbuhan bayi dalam suasana aman. Hal


ini meningkatkan kepercayaan diri ibu
terhadap kemampuan menyusui dan mendidik
bayinya. Kepercayaan diria ayah pun menjadi
bagian keberhasilan menyusui dan mendidik
anak bersama-sama ibu.
PENUTUP
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian tentang
tingkat pengetahuan ibu bersalin tentang
perawatan tali pusat pada bayi di RSUD
Ambarawa
tahun 2013 dapat diambil
kesimpulan:
1. Pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini di
RSUD Ambarawa di dapatkan dengan
hasil bahwa Ibu bersalin di RSUD
Ambarawa melaksanakan IMD dengan
baik sebanyak 10 orang (28,6%), cukup
sebanyak 19 responden (54,3%) dan
kurang sebanyak 6 responden ( 17,1%).
2. Kejadian hipotermi di RSUD Ambarawa
bahwa bayi yang mengalami hipotermi
sebanyak 19 responden (54,3%) dan yang
tidak mengalami hipotermi sebanyak 16
responden (45,7%)
3. Ada hubungan yang bermakna antara
pelaksanaan IMD dengan kejadian
Hipotermi
di
RSUD
Ambarawa
Kecamatan
Ambarawa,
Kabupaten
Semarang (p value sebesar 0,036 maka p
< 0,05).
Saran
1. Bagi Responden
Responden hendaknya bertanya pada
petugas kesehatan terdekat sehingga bisa
lebih mengetahui tentang inisiasi menyusu
dini dan pada saat setelah persalinan ibu
bisa menerapkan pelaksanaan inisiasi
menyusu dini.
2. Bagi tempat penelitian
RSUD Ambarawa dapat membuat
suatu program tentang pelaksanaan inisiasi
menyusu dini sehingga pelaksanaannya
bisa di lakukan pada setiap ibu bersalin.
3. Bagi Peneliti
Peneliti dapat seharusnya lebih
mengetahui tentang pelaksanaan Inisiasi

Hubungan Pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini Dengan Kejadian Hipotermi Pada Bayi Baru Lahir
Di Rumah Sakit Umum Daerah Ambarawa Kecamatan Ambarawa Kabupaten Semaran

menyusu dini dan faktor penyebab


hipotermi dengan lebih baik lagi setelah
melakukan penelitian sehingga bisa di
buat bahan perbaikan buat penelitian
selanjutnya.
4. Bagi Institusi Pendidikan
Institusi
pendidikan
seharusnya
menambah wacana kepustakaan agar bisa
dijadikan sebagai tambahan refrensi
penelitian.

Mushlihatun. 2010. Perawatan Bayi Baru


Lahir. Jakarta: Salemba Medika
Nadvia. 2008. Inisiasi Menyusu Dini. Jakarta:
Salemba Medika
Nahria. 2008. Asi dan Laktasi. Jakarta: Nuha
Medika
Notoatmojo S. 2005. Metodelogi Penelitian
kesehatan. Jakarta: Rineke Cipta.

DAFTAR PUSTAKA
Ari, S, 2010. Askeb Ibu Bersalin. Salemba
Medika: Jakarta

Nursalam. 2008. Konsep dan Penerapan


Metodelogi Penelitian Ilmu Keperawatan.
Jakarta: Salemba Medika

Ari, S, 2010. Dari Balik Kamar Bidan.


salemba medika: Jakarta

Prasetyo.
2012.
Jogjakarta:Diva Press

Ari,

S, 2010. Metodelogi Penelitian


Kebidanan. Nuha Medika: Yogyakarta

Prawirohardjo, S. 2006. Ilmu Kebidanan


Edisi 5. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka

Arikunto, 2006. Prosedur Penelitian Suatu


Pendekatan Praktek. Rineka Putra:
Jakarta

Prawiroharjo, Sarwono. 2009. Pelayanan


Kesehatan Maternal dan Neonatal.
Jakarta: PT Bina Pustaka

Asri, H. 2010. Askeb Persalinan. Nuha


Medika: Yogyakarta

Roesli Utami. 2008. Inisiasi Menyusui Dini


Plus ASI Eksklusif. Jakarta: Pustaka
Bunda

Asri. D. 2010 Asuhan Persalinan Normal dan


Patologi Persalinan. Nuha Medika:
Yogyakarta
Depkes RI. 2011. Profil kesehatan kota
semarang dari http://www.pip@litbang
depkes .go.id
diunduh tanggal 15
Desember 2012 jam 09.58 WIB.
Handoko.
2009.
statistik
Yogyakarta: Mitra Medika

Asi

Eksklusif.

Rosnita. 2008. Pengukuran Inisiasi Menyusu


Dini. Jogjakarta: Nuha Medika
Standar
Operating
Ambarawa

Prosedur

RSUD

Sudarti. 2010. Asuhan Kebidanan Neonatus,


Bayi, dan Anak Balita. Jogjakarta: Numed

kesehatan.

Indrawan, WS. 2003. Kamus Bahasa


Indonesia. Jombang: Lintas Media
Jnpk-kr. 2008. Asuhan Persalinan Normal dan
Inisiasi Menyusu Dini. Jakarta: JNPK

Timby 1 juni 2013. Factor-faktor yang


mempengaruhi suhu bayi di unduh dari
http://timby/2009/12/faktor-faktor-yangmempengaruhi-suhu-tubuh-bayi.html
diunduh tanggal 1 juni 2013 jam 10.00
WIB.

Midyawati. 22 april 2013. Inisiasi menyusu


dini
di
unduh
dari
Http://midyawati//2009/10/inisiaimenyusu-dini.html diunduh tanggal 22
april 2013 jam 14.00 WIB.
Hubungan Pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini Dengan Kejadian Hipotermi Pada Bayi Baru Lahir
Di Rumah Sakit Umum Daerah Ambarawa Kecamatan Ambarawa Kabupaten Semaran

HUBUNGAN PELAKSANAAN INISIASI MENYUSU DINI DENGAN KEJADIAN HIPOTERMI


PADA BAYI BARU LAHIR DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH AMBARAWA
KECAMATAN AMBARAWA KABUPATEN SEMARANG

ARTIKEL PENELITIAN

Oleh
DITA RIAS SARI
NIM : 0101227

AKADEMI KEBIDANAN NGUDI WALUYO


UNGARAN
2013

Anda mungkin juga menyukai