Anda di halaman 1dari 15

Penulisan metode tunneling ini didasarkan pada pengembangan wawasan

mengenai metode baru pembuatan terowongan yang telah dilakukan oleh putraputri bangsa Indonesia dengan melakukan penentuan suatu metode baru, yaitu
NATM, pada pembuatan Diversion/Spillway Tunnel Proyek PLTA Cirata.
PENDAHULUAN

New Austrian Pada dasarnya pembuatan terowongan dapat dilaksanakan


dengan berbagai cara tergantung dari kondisi dan situasi lapangan (kondisi batuan,
geologi struktur, kedalaman dari permukaan tanah, dsb.). Salah satu cara
pembuatan terowongan yang terbaru telah diketemukan di Austria dan dikenal
denganNew Austrian Tunneling Method (NATM).
1.NATM
New Austrian Tunneling Method adalah suatu sistem pembuatan tunnel dengan
menggunakan shotcrete danrock
bolt sebagai
penyangga
sementara tunnel sebelum lining concrete. Pada masa lalu digunakan kayu atau
baja sebagai konstruksi penyangga sementara.
Menurut Prof.L.V.Rabcewlkcz
dalam
bukunya(N.A.T.M), akibat
merenggangnya batuan
sering
kali
terjadi
penurunan
bagian
atas
terowongan, kayu khususnya dalam keadaan lembab akan sangat mudah
mengalami keruntuhan.
Meskipun baja memiliki sifat fisik yang lebih baik, effisiensi kerja busur baja sangat
tergantung dari kualitas pengganjalan(kontakbajadanbatuan).
2. Pengaruh Tekanan Akibat Stress Re-arrangement
Menurut Prof. L.V. Rabcewikc apabila sebuah rongga digali, maka pola distribusi
tegangan akan berubah. Pada suatu saat, suatu tatanan tegangan yang baru akan
terjadi disekitar rongga dan keseimbangan akan tercapai dengan atau tanpa
bantuan lapisan (tergantung dari kekuatan geser batuan, terlampaui atau tidak).
Stress Re-arrangement ini umumnya terjadi dalam 3 (tiga) tahap :
A. Wedge Shape Bodies
Wedge shape bodies pada kedua sisi bergeser pada
permukaan lingkaran MOHR ke arah rongga. Arah pergerakan
tegak lurus terhadap main pressure.

B. Konvergensi
Pada pertambahan bentang (span), selanjutnya
menyebabkan atap dan lantai mulai mengalami
konvergensi.

Pada tahap berikutnya gerakan bertambah batuan


menekuk dibawah pengaruh tekanan lateral dan
tersembul (heave) ke arah rongga.
Metode tunneling konvensional, efek tekanan akibat
stress re-arrangement tidak diketahui dengan baik,
sehingga seringkali terjadi terowongan runtuh sebelum
lining concrete.

3. Shotcrete Sebagai Penyangga Sementara


Suatu konstruksi penyangga sementara yang direncanakan untuk mencegah
lepasan (loosening) haruslah dapat memikul beban yang relatif besar dalam tempo
yang relatif singkat, cukup kaku dan tidak runtuh.
Selama beberapa dekade, telah diperkenalkan rock bolting dan shotcreting
dalam pembuatan terowongan, Melihat hasilhasil yang terjadi, pengenalan
metode penyangga dan perlindungan permukaan (support dan surface
protection) tersebut diatas dianggap sebagai peristiwa penting, khususnya pada
batuan lunak dan tanah. Kelebihan metode ini dapat ditunjukkan dengan
membandingkan mekanika batuan yang dilapisi dengan shocrete.
Penyangga sementara yang lain (kayu dan baja), cenderung mengakibatkan
loosening dan voids yang timbul karena kerusakan bagian-bagian tertentu. Akan
tetapi suatu lapisan tipis shotcrete yang bekerja sama dengan sitem rockbolt
yang dipasang segera setelah penggalian, sepenuhnya menceegah loosening dan
mengubah batuan sekeliling/sekitar menjadi serupa dengan self support arch.

Menurut pengamatan suatu lapisan shocrete setebal 15 cm yang dipakai pada


terowongan 10 m dapat dengan aman menahan beban sampai 45 ton/m2, sedang
apabila dipakai baja tipe WF-200 yang dipasang pada jarak 1 m hanya mamppu
menahan 65% dari kekuatan shotcrete tersebut.
Kelebihan lain dari shotcrete adalah interaksinya denan batuan sekeliling. Suatu
lapisan shotcrete yang diberikan pada permukaan batuan yang baru saja digali
akan membentuk permukaan keras dan dengan demikian batuan yang keras
ditransformasikan menjadi suatu permukaan yang stabil dan keras.
Shotcrete
menyerap
tegangan-tegangan tangensial
yang terjadi dan mempunyai
nilai maksimum dipermukaan
terowongan setelah proses
penggalian. Dalam hal ini
tegangan
tarik
akibat
kelenturan
mengecil
dan
tegangan tekan diserap oleh
batuan sekeliling.

Kemampuan
shocrete
memperoleh kekuatannya dalam tempo yang singkat sangat menguntungkan,
terutama karena kekuatan tarik lenturnya/regangan akan mencapau kira-kira 3050% dari compressive strength setelah 1-2 hari.
URUTAN PEKERJAAN PEMBUATAN TEROWONGAN

Sebagaimana diketahui bahwa pekerjaan terowongan dilaksanakan tahap demi


tahap pekerjaan, adapun penentuan tahapan ditentukan antara lain sebagai
berikut :
1. Jenis tanah/batuan,
2. Jenis alat yang digunakan,
3. Fungsi terowongan,
4. Gaya-gaya yang mempengaruhi terowongan,
5. Terowongan berbelok-belok atau lurus.
Tahapan pembuatan terowongan secara umum adala sebagai berikut :

1. Pekerjaan Persiapan
Penentuan dan perhitungan temporary facility yang akan dipakai, meliputi :
a. Water Supply
Air yang diperlukan oleh peralatan-peralatan yang digunakan dalam
pemboran terowongan.
b. Air Supply
Udara yang diperlukan untuk kompressor yang dipergunakan untuk untuk
pemboran dan shotcreting.
c. Electric Supply
Instalasi dan besarnya daya yang diperlukan untuk peralatan yang
memerlukan listrik.
d. Ventilating
Suplai udara bersih yang diperlukan bagi pernapasan, dan mendilusi gas
maupun debu akibat pekerjaaan terowongan, sehingga menjaga kesehatan
kerja.
e. Drainage System
Penirisan terowongan agar tidak mengganggu pekerjaan tunneling
terciptanya kesehatan kerja.
2. Surveying
Adalah pekerjaan penentuan titik pusat terowongan dan arah relatif terhadap titik
ikat di permukaan, sekaligus menjaga besarnya diameter terowongan.
3. Konstruksi Portal
Adalah pekerjaan awal dari penggalian terowongan yang letaknya di awal
penggalian dan harus dipastikan kokoh untuk menjaga keselamatan pekerjaan
penggalian terowongan.
4. Pemboran
Adalah pekerjaan pemboran dengan menggunakan alat mekanis jumbo drill dan
atau jack leg, sesuai dengan kondisi batuan.
5. Charging
Adalah pekerjaan pengisian bahan peledak, baik dengan priming dan isian utama
dengan pola dan teknik peledakan yang telah ditentukan.

6. Blasting

Adalah peledakan yang dilaksanakan sesuai prosedur yang telah ditentukan dengan
menggunakan pola delay dan metode peledakan yang telah disesuaikan dengan
kondisi batuan dan geometri terowongan.
7. Mucking
Adalah pengambilan batuan hasil penggalian dengan menggunakan loader dan
dilanjutkan dengan alat angkut belt conveyor, lori, atau truk.
8. Scalling
Adalah pembersihan batuan menggantung (hanging rock) sebelum dilakukan
pekerjaan selanjutnya.
9. Shotcreting Sebagai Penyangga Sementara
Adalah suatu konstruksi penyangga sementara yang direncanakan untuk mencegah
lepasan (loosening) dengan penyemprotan campuran semen dan air (slurry) ke
permukaan dinding terowongan dengan atau tanpa ditambahkan dengan
wiremesh.
10.Rockbolting
Adalah pemasangan penyanggaan atau perkuatan aktif, dimana batuan diusahakan
untuk menyangga dirinya sendiri.
11.Lining Concrete
Adalah pengecoran permukaan tunnel dengan beton, sehingga permukaan licin
dan kuat.
12.Grouting
Adalah pengisian rongga batuan dengan menggunakan fluida cemented yang
sifatnya sebagai penyangga aktif sama dengan rockbolting.

KONSTRUKSI TEROWONGAN
I. DASAR TEORI
A. Pendahuluan
Tujuan umum dibuatnya sebuah terowongan adalah untuk menjamin transportasi langsung dari
barang atau penumpang atau material lainnya menembus rintangan alam dan aktifitas manusia.
Terowongan dibuat menembus gunung, di bawah sungai, laut, pemukiman, gedung- gedung atau
jalan raya. Berguna untuk sarana tranportasi, hidro power, jaringan listrik, gas, saluran
pembuangan dan lain-lain.
B. Klasifikasi Terowongan berdasarkan Fungsinya
1) Terowongan Lalu Lintas (Traffic)
Beberapa penggunaan terowongan untuk lalu-lintas diantaranya :
Terowongan Kereta api
Terowongan jalan raya
Terowongan navigasi
Terowongan tambang
2) Terowongan Angkutan
Terowongan pembangkit Tenaga Listrik (Hidro Power)
Terowongan Water Supply
Terowongan Sewerage water
Terowongan untuk utilitas umum
Terowongan yang dimaksud di sini adalah sebuah struktur bawah tanah sehingga dalam
pelaksanaannya harus dilaksanakan tanpa boleh mengganggu aktifitas/ kondisi di permukaan
tanah atau dapat pula dilakukan secara gali dan timbun (cut and cover).
C. Klasifikasi Terowongan berdasar Cara Pelaksanaannya
1) Micro Tunnel
Penggunaannya mayoritas untuk penempatan jalur pipa, kabel, dan jaringan air. Ukuran dari
terowongan ini berkisar antara 60 cm s/d 100 cm dan dikerjakan secara modern dengan cara
otomatis dengan peralatan robot.
2) Terowongan Dongkrak (Jacking)
Teknik pelaksanaan ini dipilih sebagai alternative karena pengggalian biasa terlalu mahal karena
panjang yang terbatas, misalnya pembuatan underpass dan sejenisnya. Secara umum
pelaksanaannya dilakukan dengan mendongkrak secara horizontal sebuah segmen beton precast
atau baja memotong tanah dan membuang keluar secara manual bagian volume tanah yang
terpotong segmen yang didongkrak tersebut.
3) Terowongan Batuan (Rock)
Terowongan ini dibuat menembus batuan masif yang relative keras dan dapat dilakukan
langsung dengan metode penggalian menggunakan peralatan manual, mekanis maupun blasting.
Masalah yang mungkin dihadapai adalah yang berkaitan dengan air tanah, dan struktur
penopang pada zona patahan.
4) Terowongan melalui tanah lunak (soft ground)
Termasuk dalam kategoro ini adalah terowongan yang di buat melalui tanah lempung, pasir dan
batuan lunak (soft rock). Karena mudah runtuh maka untuk pelaksanaan penggalian digunakan

pelindung (shield). Sedangkan lining tunnel harus segera dipasang bersamaan dengan kemajuan
gerakan Tunnel Boring Machine (TBM).
5) Terowongan Gali dan Timbun (Cut and Cover)
Terowongan ini dilaksanakan dengan menggali sebuah alur yang cukup sampai kedalaman yang
diinginkan, kemudian pengecoran lining tunnel atau pemesangan lining precast dan melakukan
penimbunan kembali (covering). Metode ini cocok dilaksanakan jika tersedia areal yang cukup,
tidak mengganggu aktifitas dipermukaan dan letak jalur terowongan cukup dekat dengan
permukaan.
6) Terowongan Bawah air (Underwater)
Terowongan ini biasanya melewati jalur batuan atau tanah lunak. Hal yang membedakan dengan
terowongan tanah lunak adalah adanya tekanan air yang sangat tingggi, sehingga diperlukan
metode untuk membuat terowongan menjadi kedap air. Salah satu metodenya yaitu dengan
membuat trench di dasar sungai atau laut lalu menempatkan precast tube lining dan menerapkan
teknik sambungan kedap air.
D. Terowongan Sipil dan Terowongan Tambang
Perbedaan mendasar antara terowongan Sipil dan terowongan tambang adalah sebagai berikut :
1) Kebanyakan terowongan Sipil adalah permanen, sedangkan terowongan tambang kebanyakan
bersifat sementara (temporary). Beberapa terowongan tambang ada yang dirancang untuk dapat
digunakan beberapa puluh tahun.
2) Terowongan Sipil digunakan untuk melayani kepentingan umum (transportasi, dll) sedangkan
terowongan tambang digunakan untuk kepentingan khusus (pekerja atau aktifitas tambang).
3) Panjang terowongan tambang biasanya cukup besar karena digunakan untuk terowongan
produksi tambang sedangkan terowongan Sipil kebanyakan dibuat sependek mungkin dan
dilaksanakan dengan standart yang sangat ketat.
4) Jalur di mana terowongan tambang dibuat umumnya secara geologi telah diketahui cukup
rinci karena adanya survey yang mendalam bersamaan dengan penyelidikan potensi material
tambangnya. Sedangkan terowongan Sipil biasanya dibangun pada lokasi yang baru sehingga
memerlukan penyelidikan geoteknik yang baru dan terperinci.
5) Kegiatan penambangan merupakan proses dinamis sehingga dapat mengakibatkan perubahan
kondisi (rock reinforcement).
6) Biaya penyelidikan terowongan Sipil jauh lebih besar karena tuntutan masalah keamanan.
E. Akses Terowongan dan Manajemen Material
1) Konstruksi Portal
Akses masuk ke areal bawah tanah secara umum disebut portal. Akses ini dapat berupa sebuah
shaft yang dikontruksi secara vertikal sampai kedalaman tertentu sesuai elevasi rencana
terowongan utama (horisontal), atau berupa face terowongan yang bisa disiapkan secara
horizontal karena kondisi lahan memungkinkan.
2) Manajemen Material
Yang dimaksud dengan manajemen material yang memerlukan pengaturan disini adalah:
Material hasil galian yang harus dibawa keluar terowongan.
Material supporting system dan elemen lining precast atau formwork dan beton cair yang harus
dibawa masuk dalam terowongan dan gerakan alat keluar masuk terowongan.
Air hasil dewatering di dalam terowongan yang harus dibuang keluar terowongan.

F. Penyelidikan Geoteknik
Penyelidikan geoteknik adalah elemen yang sangat penting dalam perencanaan dan pelaksanaan
sebuah terowongan. Dengan data geologi yang memadai dapat ditentukan desain terowongan
yang sesuai, metode pelaksanaan yang paling optimal, biaya pelaksanaan yang rasional serta
persiapan yang sebaik- baiknya direncanakan aspek keamanan pelaksanaan. Biaya pelaksaan
akan sangat berpotensi membengkak karena kurangnya tersedianya data geologi.
Secara spesifik tujuan penyelidikan tersebut adalah untuk :
1) Menentukan stratifikasi tanah atau batuan pada jalur terowongan.
2) Menentukan sifat fisik batuan.
3) Menentukan parameter desain untuk batuan dan tanah.
4) Memberikan kepastian setinggi- tingginya bagi suatu proyek dan member wawasan kepada
engineer menegenai kondisi yang mungkin terjadi saat pelaksanaan.
5) Mengurangi unsure ketidak pastian bagi kontraktor.
6) Meningkatkan keselamatan kerja.
7) Member pengalaman bekerja sehingga dapat memperbaiki kualitas- kualitas keputusan di
lapangan.
Pemboran teknik untuk pengambilan sampel batuan adalah cara yang paling umum dipakai
untuk pekerjaan terowongan. Dengan pengambilan sampel (core) dapat diketahui sifat fisik
batuan, variasi pelapisan tanah, satuan batuan, dan informasi penting lainnya. Lokasi- lokasi
yang memerlukan pengeboran secara detail adalah :
1) Daerah portal.
2) Daerah yang secara topografi dekat as terowongan, karena biasanya secara struktur lemah
(overburden tipis).
3) Lokasi yang berpotensi mengalami pelapukan berat.
4) Daerah yang berpotensi air tanah tinggi dan adanya batuan porous.
5) Zona geser/ patahan.
II. TEKNIK GALIAN DALAM PELAKSANAAN TEROWONGAN
Metode galian dalam banyak diterapkan untuk pembuatan shaft dan stasiun pemberhentian
bawah tanah. Dalam kondisi tertentu, membuat terowongan dengan metode cut and cover akan
lebih murah daripada penggalian bawah tanah dengan mesin, kecuali jika dasar galian tempat
jalur terowongan sangat dalam.
Metode dengan prinsip galian dalam yang dapat diterapkan adalah:
1) Galian Bebas
Metode ini adalah yang paling ekonomis, yaitu dengan cara membuat galian bebas tanpa perlu
proteksi melainkan hanya dengan mendesain galian dengan slope galian yang aman.
2) Galian dengan Turap dan Penopang
System ini dilakukan dengan cara menggali secra bertahap dan memasang turap dan skur pada
setiap tahap galian. Teknik ini umumnya diterapkan pada tanah kohesif dengan muka air tanah
dibawah dasar galian. Cara ini terbatas untuk galian yang tidak terlalu lebar.
3) Dinding Berlin
Konstruksi dinding berlin dikerjakan dengan cara memancang batang baja profil H atau I
dengan jarak tertentu dan memasang panel- panel kayu atau beton di antaranya. Jika galian

cukup dalam, maka perkuatan dapat ditingkatkan dengan pemasangan angkur dan skur
penopang.
4) Dinding Diafragma
Metode ini diaplikasikan dengan menggali menggunakan alat khusus dan galian dapat diisi
dengan bentonite sehingga membentuk diafragma kedap air.
5) Dinding Pracetak
Metode ini merupakan kelanjutan dari metode diafragma. Dimana lubang galian yang sudah
diisi bentonite kemudian dimasuki panel- panel pracetak.
6) Secant Pile
Secant pile adalah pembuatan tiang bor yang dikonstruksi secara rapat sehingga membentuk
seperti dinding kedap air. Kecuali cara pengeboran dan cast insitu, metode dengan pemancangan
langsung tiang beto pracetak juga sangat dimungkinkan.
7) Soil Nailing
Soil nailing adalah metode memperkuat struktur tanah dengan memasukan tulangan baja
kedalam lubang bor yang disediakan dan kemudian dilakukan grouting pada lubang tersebut.
Pelaksanaannya sangat efektif jika ditunjang dengan penggunaan shotcrete.
8) Angkur dan Skur
Jika ruang yang tersedia sangat terbatas maka perkuatan dapat menggunakan system angkur dan
skur, cara ini dipandang sangat sederhana dan praktis.
III. TEROWONGAN PADA TANAH LUNAK
A. Metode Pelaksanaan Terowongan pada Tanah Lunak
Pengertian tanah lunak adalah material yang dapat digali secara manual. Material ini pada
umumnya tidak dapat menahan berat sendiri dalam jangka waktu yang panjang. Dalam
teknologi terowongan, tanah dimasukan dalam kategori soft ground.
Tanah yang kokoh dapat memberikan kondisi yang menguntungkan karena atap terowongan
dapat dibiarkan tanpa disokong untuk beberapa waktu. Sebaliknya kondisi tanah yang lembek
tidak mengunntungkan karena mudah runtuh atau bergerak menutup lubang galian.
Tingkat kesulitan dan biaya pelaksanaan terowongan pada tanah amat ditentukan oleh stand-up
time dan posisi muka air tanah. Di atas muka air tanah, stand-up time ditentukan oleh kuat geser
dan kuat tarik material, sedang dibawah muka air tanah, stand-up time ditentukan oleh nilai
permeabilitasnya. Terzahi membedakan tanah dengan : Firm Ground, Ravelling Ground,
Running Ground, Flowing Ground, Squezzing Ground, Swelling Ground.
Pada kondisi tanah yang buruk, dapat terjadi squeezing atau penciutan lubang galian, raveling
yaitu tanah atau batuan yang rontok secara bertahap, running yaitu keruntuhan massa tanah atau
batuan, dan flowing atau tanah mengalir (karena muka air tanah tingggi dan air cenderung
membawa material tanah mengalir ke lubang galian terowongan). Secara garis besar ada dua
metode yang applicable untuk tanah lunak yaitu metode gali timbun (cut and cover) dan metode
shield tunneling.
B. Tunnel Boring Machine (TBM)
Sebuah Tunnel Boring Machine (TBM) adalah suatu system yang tidak dapat berdiri sendirisendiri. TBM yang lengkap bisa mencapai panjang 300 meter yang terdiri dari alat pemotong,
alat penggali, system kemudi, gripping, pengebor, pengontrol, dan penyokong tanah, pemasang
lining, alat pemindah material, system ventilasi serta sumber tenaga. Sedangkan pekerjaan rel,

pembangkit tenaga dan saluran ventilasi dikerjakan pada bagian belakang TBM merupakan
pekerjaan pendukung.
C. Konstruksi Lining
Beban yang dipikul oleh system penahan (supporting system) tergantung pada kondisi tanah saat
pemasangannya. Jika tanah telah mencapai keseimbangan, maka lining tidak menahan beban
yang berarti dan kondisi sebaliknya akan terjadi jika saat pemasangan kondisi tanah masih
belum seimbang (labil).
Lining terowongan dapat sebagai suatu system pendukung yang bersifat temporer atau
permanen. Kita dapat menentukan hal ini dengan melakukan perhitungan- perhitungan atau
evaluasi terhadap apa yang dimungkinkan bisa terjadi selama waktu pelaksanaan dan
selanjutnya melakukan penyelidikan untuk menentukan bagaimana hal tersebut bisa terjadi.
Persyarakan pokok untuk lining yang bersifat permanen adalah kekuatan, stabilitas, ketahanan,
pengendalian rembesan dan deformasi sepanjang umur terowongan. Dua kriteria yang
menentukan keberhasilan pelaksanaan terowongan pada tanah adalah kemampuan lining untuk
menahan beban dan deformasi dan penurunan tanah permukaan akibat pengggalian.
D. Masalah pada Pelaksanaan Terowongan pada Tanah Lunak
Penurunan tanah dipermukaan adalah akibat deformasi yang disekitar galian dan tergantung cara
pelaksanaan, kecepatan penggalian dan tegangan awal pada tanah (Peck, 1969).
Secara umum ada lima tahapan deformasi dalam penggunaan metode shield tunneling yaitu :
1. Penurunan awal
Yaitu penurunan yang terjadi akibat penurunan muka air tanah akibat proses dewatering selama
pelaksanaan, biasa terjadi pada tanah pasir.
2. Deformasi tanah pada bagian muka galian.
Deformasi ini akan terjadi seketika karena ketidak seimbangan tegangan antara penyokong
terowongan dengan tanah atau air tanah pada bagian muka terowongan.
3. Penurunan di atas posisi shield bekerja
Penurunan terjadi jika rongga galian besar dan akibat problem control alignment shield.
4. Penurunan setelah konstruksi rongga terbentuk, yaitu karena adanya ronggga antara dimensi
galian tanah dan posisi lining (tail void).
5. Penurunan jangka panjang yang terjadi akibat peningkatan air pori sehubungan gerakan shield
mendorong tanah.
Beberapa potensi masalah pada konstruksi terowongan diantaranya:
Penurunan dipermukaan tanah akibat adanya galian terowongan.
Masalah dewatering.
Keruntuhan di muka terowongan waktu penggalian.
Pergerakan dari struktur di bawah tanah.
Bocoran pada lining.
Beberapa metode perbaikan tanah yang serig digunakan dalam pekerjaan terowongan antara lain
: pengendalian air tanah dengan dewatering, penggunaan udara bertekanan (compressed air), dan
grouting.
IV. TEROWONGAN PADA BATUAN
A. Pendahuluan

Geologi adalah factor terpenting dalam menentukan jenis, bentuk dan biaya terowongan,
pelaksanaan terowongan akan menemui tingkat ketidak pastian yang tinggi jika data kondisi
batuan atau tanah disekitar terowongan tidak lengkap.
Sebelum pelaksanaan terowongan, pada umumnya akan dilakukan penyelidikan geologi teknik
menggunakan metode pemboran, insitu testing, adits maupun pilot tunnel. Adits untuk ekplorasi
umumnya tidak dilakukan kecuali suatu bagian terowongan dianggap berbahaya. Pada
pemboran inti, core sampel harus selalu disimpan untuk membantu jika ditemui masalah
geoteknik saat pelaksanaan.
Pilot tunnel adalah cara terbaik untuk menyelidiki lokasi terowongan dan harus digunakan bila
terowongan berukuran besar akan dilaksanakan pada jalur yang mempunyai kondisi geologi
yang kritis. Degan membuat pilot tunnel maka berbagai masalah yang akan ditemui pada
pelaksanaan penggalian pada skala yang lebih besar dapat diantisipasi sedini mungkin.
Syarat utama untuk konstruksi suatu terowongan adalah :
1) Dapat dilaksanakan dengan aman.
2) Pelaksanaan tidak mengakibatkan kerusakan yang tidak dikehendaki pada bangunan penting
lainnya.
3) Konstruksi terowongan harus minim pemeliharaan.
4) Dalam jangka panjang harus dapat menahan segala gaya yang bekerja , terutama tekanan
tanah dan aair tanah.
B. Kondisi Batuan
1) Terowongan pada Massa Batuan
Batuan kompeten adalah batuan intact yang keras sehingga tidak memerlukan supporting namun
kekerasannya harus menjadi pertimbangan dalam pelaksanaannya. Sedangkan batuan tidak
kompeten memiliki sifat diskontinu berupa adanya joint, fault, zona fracture, sesar/ kekar,
bidang foliasi, dll. Batuan ini dapat bervariasi, mulai batuan lunak hingga keras tergantung jenis
mineral dan derajat pelapukannya.
2) Klasifikasi Massa Batuan
Berbeda dengan tanah dimana sifat- sifat lapisan tanah dapat dicerminkan oleh sampel tanah
yang diuji di laboratorium. Pada batuan sifat batuan intact yang diperoleh dari pemeriksaan
laboratorium ini tidak bisa mencerminkan sifat masa batuan yang ada karena keberadaan joint.
Maka umumnya kemudian digunakan klasifikasi geomekanikatau Rock Mass Rating yang
menggunakan enam parameter yang diperoleh dari pengukuran dilapangan dan laboratorium
meliputi:
Kekuatan tekanan uniaksial dari batuan utuh (uniaxial compressive streght of intact rock
material).
Rock Quality Designation (RQD).
Jarak Diskontinuitas.
Kondisi Diskontinuitas.
Keadaan air tanah.
Arah dari Diskontinuitas.
C. Masalah pada Pelaksanaan Terowongan pada Batuan

Jalur Terowongan yang melewatri Zona Patahan atau sesar aktif dapat membahayakan apabila
elevasi terowongan dibawah muka air. Arah sesar terhadap sumbu terowongan harus
dipertimbangkan dengan seksama.
Untuk menentukan efek joint pada konstruksi terowongan, Bieniawski (1974) mengelompokan
massa batuan menjadi lima kelompok untuk mengetahui metode yang cocok digunakan untuk
pelaksanaan. Material batuan dengan banyak joint dapat digali dengan menggunakan ripper.
Bidang permukaan joint yang lebar sering dijumpai dalam pelaksanaan terowongan. Jika
arahnya sejajar atau hampir sejajar dengan as terowongan maka dapat menimbulkan masalah
besar dalam pelaksanaannya.
Jangka waktu dimana masa batuan masih dalam kondisi stabil tanpa perlu sokongan disebut
dengan Stand-Up Time atau bridging capacity. Stand-up time ini tergantung dari lebar bukaan,
kekuatan batuan dan pola diskotinuitas. Bila Stand-up time rendah berarti segera setelah
dilakukan pembukaan/ penggalian harus segera dilakukan proteksi atau supporting terhadap
massa batuan yang ada.
Penciutan pada lubang terowongan yang digali dapat terjadi sebagai akibat perubahan kondisi
tegangan, munculnya tegangan geser sesar dan adanya lapisan lempung ekspansif.
Masalah serius yang terjadi pada saat penggalian terowongan adalah adanya aliran air yang
bersifat tiba- tiba dalam jumlah besar. Kondisi air tanah adalah factor penyebab utamanya.
Untuk terowongan yang berada dibawah sungai atau laut, maka bocoran harus sama sekali
dihindarkan, karena jumlah air yang dapat memasuki lubang terowongan akan sulit terkontrol.
Pada terowongan sipil yang biasanya dangkal maka temperature tidak terlalu berpengaruh pada
pelaksanaannya namun demikian biasanya hal tersebut dapat diantisipasi sepenuhnya dengan
membuat sebuah ventilating system yang baik, hal ini juga sangat berguna untuk mengantisipasi
adanya gas- gas berbahaya yang timbul dari massa batuan yang ada.
Getaran gempa adalah factor penting yang harus diperhitungkan dalam perencanaan lining dan
supporting system. Pengaruh gempa biasanya relative lebih kecil dibandingkan pada struktur
yang terdapat diatas permukaan tanah.
D. Metode Pelaksanaan Terowongan pada Batuan
Metode galian secara manual dilakukan bila kondisi batuan relative lunak, proteksi dilakukan
secara konvensional dengan memasang penyokong disekeliling terowongan.
Metode galian dengan peledakan diawali dengan pemboran untuk penempatan bahan peledak.
Peledakan dapat dilakuakn secara full face atau secara bertahap sesuai kondisi batuan dan
peralatan yang tersedia. Metode blasting ini disamping cepat namun berdampak negatif karena
dapat merusak struktur batuan disekelilingnya, sehingga perlu dilakukan sokongan yang lebih
baik. Jenis- jenis supporting system yang bisa digunakan adalah dengan pemasangan steel rib,
rock bolt, shotcrete dan wire mesh. Penyokong ini harus terpasang sebelum lining yang
permanen dilaksanakan.
Metode terkini dalam penggalian terowongan pada kondisi batuan adalah dengan menggunakan
Tunnel Boring Machine (TBM), namun sistim ini menjadi terlalu mahal untuk sebuah
terowongan yang pendek.
V. TEKNOLOGI TUNNEL BORING MACHINE (TBM)
Pemilihan metode tunneling dipengaruhi oleh beberapa factor, diantaranya termasuk:
1. Kondisi Tanah, ini merupakan factor utama yang tidak hanya mempengaruhi metode yang
dipilih tetapi juga menjadi pembatas utama bagi metode-metode tertentu.

(a) Tanah Lunak: clay, gravel, sand, weathered rock


(b) Batu: batu dengan rentang kekuatan dari yang relative lunak seperti batuan sediment dengan
UCS (unconfined compression strength) 10-40 MPa sampai dengan batuan igneous kuat dengan
UCS 150-300 MPa.
(c) Mixed face: tunneling pada lapisan bedrock sering menghadapi bagian atas tunnel face
berupa tanah atau heavily weathered rock sementara bagian bawah berupa batu.
2. Ukuran Tunnel, microtunnel dengan diameter kurang dari 0,9 m sampai dengan full face
TBM (tunnel boring machine) dengan diameter sampai atau lebih dari 12 m semuanya
membutuhkan perhatian dan penyelidikan yang komprehensif terhadap kondisi tanah.
Meningkatnya diameter tunnel menyebabkan perubahan yang signifikan terhadap problemprobem khusus dalam tunneling.
3. Aspek Lingkungan, pengoperaisan peledakan maupun drill mungkin tidak dapat dilakukan
didaerah perkotaan, perubahan muka air tanah dan perubahan pola drainase akibat aktivitas
pekerjaan tunneling dapat mempengaruhi permukaan tanah.
4. Variabel Lokal, ketersediaan tenaga kerja yang menguasai tunneling, lokasi phisik lapangan,
kondisi infrastruktur setempat adalah factor-faktor yang juga turut mempangaruhi pemelihan
metode
Pada tulisan ini hanya akan dibahas metode tunneling yang menggunakan alat Tunnel Boring
Machine (TBM) yang disesuaikan dengan kondisi tanah.
A. TBM untuk Tanah Lunak
1. Open Shield
Struktur dasar dari open shield terdiri dari tiga bagian yaitu, shield body, shield tail, dan cutting
edge. Bentuk shield dibuat sama dengan dengan bentuk potongan tunnel, meskipun dimensinya
agak sedikit lebih besar dari yang terakhir. Bentuk paling umum tunnel yang dibuat dengan
TBM adalah sirkular, sehingga menyebabkan adanya tendensi rolling ketika maju.
Shield body. Bagian ini berupa shell baja yang diperkuat dengan rib dan bracing. Di bagian ini
ditempatkan beberapa peralatan seperti hydraulic rams dan peralatan pompa hidrolik untuk
mendorong shield maju ke depan. Panjang tipikal dari shield body ini sekitar 2 m, tergantung
dari ukuran diameter galian.
Shield tail. Bagian ini terletak di belakang shield body, dan berfungsi sebagai penyedia ruangan
untuk lining segments (precast lining) yang akan dipasang selama proses pemasangan lining
berlangsung. Lebar tail umumnya sekitar satu setengah kali lebar unit lining. Biasanya antara
lining dan tail terdapat celah sebesar 25 mm untuk melakukan koreksi alinemen.
Cutting edge. Shield bagian ini merupakan ujung terdepan yang membutuhkan perkuatan
dengan plat baja. Seringkali bagian ini juga dilapis dengan material abrasion-resistant ketika
menghadapi tanah keras.
Compressed-air sering digunakan ketika tunneling dilakukan di bawah muka air tanah di tanah
pasir, disamping cara lain seperti menurunkan muka air tanah, grouting, dan freezing.
Kebutuhan seperti ini menyebabkan dibuatnya alat TBM yang mampu melakukan tunneling
untuk tanah non-cohesive baik di atas maupun di bawah m.a.t tanpa membutuhkan compressed
air, yaitu dengan menggunakan bentonite shield.
2. Slurry Shield
Prinsip dasar dari metode operasi slurry shield adalah dengan meng-injeksikan slurry mixture
bertekanan kedalam ruang yang menutupi working face. Akibatnya, tanah yang berada di depan
tunnel face terpenetrasi dengan slurry dan menjadi cukup padat (efek filter cake) sehingga dapat

dipotong oleh cutter head. Potongan material akan terkumpul di bagian bawah yang kemudian
dipompa keluar. Bentonite akan dimasukkan kembali ke bagian face setelah dipisahkan dari
partikel-partikel tanah.
3. Earth Pressure Balance (EPB) Shield
Shield bentuk ini digunakan pada tanah lunak di bawah m.a.t tanpa menggunakan slurry. Sebuah
cutter head yang berputar dan dilengkapi dengan drag pick membentuk bagian depan dari shield
machine tipe ini. Material yang telah digali akan terkumpul dalam ruang khusus di belakang
cutter head dan membentuk sebuah plug yang memberikan daya dukung ke bagian face dan
mengontrol pengaruh air tanah terhadap stabilitas tunnel face.
Debris yang terkompresi dikeluarkan menggunakan screw conveyor dan dimasukkan ke dalam
system pembuangan. Dengan pengoperasian yang tidak membutuhkan slurry maupun air, maka
pembuangan debris dapat dilakukan dengan mudah dan relative bersih.
B. TBM untuk Hard Rock
Prinsip dasar operasi penggalian dengan TBM adalah penggunaan cutting head yang dilengkapi
dengan cutters yang sesuai di bagian tunnel face. Cutting head diputar dengan kecepatan konstan
dan dorongan ke tunnel face yang dilakukan oleh system pendorong hidrolik yang dijangkarkan
ke sisi-sisi tunnel dengan hydraulic rams.
C. Cutters
Bagian terpenting yang berfungsi untuk memotong tanah atau batu yang ditempatkan pada
bagian cutting head adalah cutters. Berbagai tipe cutters digunakan dan dipilih sesuai dengan
kondisi tanah setempat. Beberapa macam cutters beserta fungsinya, yaitu:
1. Drag cutters (picks)
Digunakan untuk tunneling di tanah lunak, tersedia dalam berbagai ukuran dan bentuk. Cara
kerjanya adalah dengan memotong dalam gumpalan besar tanah sehingga memungkinkan
penggalian tanah lunak dan plastis dilakukan secara efisien. Untuk penggalian batu drag cutter
akan mudah aus bahkan rusak jika menghadapi batuan massif.
2. Disc cutter
Disc cutter digunakan untuk memecahkan batu dengan cara rolling dan menekan disc yang
dipasang pada cutter head ke permukaan tunnel. Cutters tersebut dipasang pada heavy capacity
bearing. Konfigurasi disc ini dapat berbentuk single, double, triple, atau multi disc. Prinsip
kerjanya adalah dengan membentuk groove pada batuan disamping juga memberikan gaya geser
untuk mematahkan puncak groove yang tersisa. Batuan dengan nilai UCS sampai dengan 175
MPa dapat dipotong dengan disc tipe ini. Batu dengan high abrasive akan menimbulkan
kesulitan jika menggunakan disc tipe ini, sehingga aplikasinya terbatas pada batu dengan UCS
yang lebih rendah. Pemasangan tungsten carbide disekeliling disc dapat meningkatkat
aplikasinya pada batuan yang lebih keras.
3. Roller cutter
Ada dua tipe roller cutter: milled-tooth dan tungsten carbide insert. Milled-tooth menyebabkan
pecahnya batuan akibat penetrasi lokal, hasilnya berupa serpihan batuan disekitar cutter dengan
keruntuhan kombinasi gaya geser dan tarik. Tungsten carbide insert digunakan khusus jika
karakter abrasive batuan diluar kemampuan milled-tooth cutter. Galian batu dengan tungsten
carbide insert roller cutter menyebabkan disintegrasi batuan dengan cara grinding dan
pulverizing. Meskipun kecepatan penetrasinya relative lambat karena diproduksinya butiran
halus dalam jumlah besar, dan harga cutters yang sangat mahal, cutter jenis ini mungkin

merupakan tipe yang paling mungkin berhasil jika menghadapi batuan paling kuat yang
mungkin ditemui saat penggunaan tunneling machine.
G. Konfigurasi Cutting Head
Pada kondisi tanah lunak, umumnya drag cutters digunakan pada seluruh permukaan cutting
head face, tetapi pada kondisi batu berbagai kombinasi tipe cutter dan layout digunakan.
Konfigurasi cutting head TBM terdiri dari tiga zone yang berbeda, yaitu bagian centre, face, dan
outside edge.
Centre cutters. Bagian pusat membutuhkan serangkaian cutter untuk menghasilkan galian
dengan cepat dan efektif pada kondisi kecepatan pemotongan yang relative rendah. Beberapa
desian cutting head menggunakan cutters yang disusun dalam bentuk tricone untuk memecah
batuan. Jika hanya menggantungkan galian batuan dengan cara grinding dan pulverizing pada
posisi kunci ini, maka akan menyebabkan lambatnya pergerakan maju dari tunneling.
Face cutters. Main face area umumnya digali dengan disc atau roller, tegantung kekerasan
batuan. Dalam beberapa situasi seperti pada batuan yang lebih lunak juga digunakan drag cutter.
Gauge cutter. Bagian ini terletak di ujung luar dari cutting head, dan bertujuan untuk membuat
bukaan sesuai dengan ukuran yang dibutuhkan. Gauge cutter umumnya dari tipe disc atau roller
yang ditingkatkan kekuatannya agar mampu menahan aus lebih lama.

Anda mungkin juga menyukai