Anda di halaman 1dari 8

SMELTER

Bundle 1
Padang pasok bijih besi ke China
PADANG: PT Gainet International Indonesia, perusahaan pengolah bijih besi asal
China yang beroperasi di Padang, Sumbar siap memenuhi kebutuhan bijih besi
pabrik baja China.
Profil Pabrik bijih besi PT Gainet International Indonesia:
Lokasi
Luas
Investasi
Kapasitas produksi
Serapan tenaga
kerja

Parak Laweh, Lubuk Begalung,


Padang
2 Ha
USD 4 juta
50.000 ton
20-50 orang

Untuk bahan baku perusahaan ini memperoleh pasokan dari Kabupaten Agam,
Solok Selatan, dan Dharmasraya yang selanjutnya diolah ulang sesuai standar
ekspor guna memenuhi permintaan pabrik baja luar negeri.
Dukungan Daerah
Walikota Padang Fauzi Bahar memberikan kemudahan pengurusan perizinan,
ketegasan waku penyiapan dokumen, dan menyiapkan tim pembantu pelaksana
penelitian ke lokasi pabrik yang diminati, serta memberlakukan penundaan pajak
dan retribusi di awal, dan baru akan dipungut setelah lahan investasi tersebut
menghasilkan.
Sumber : Bisnis Indonesia, 17 Februari 2011

Pemerintah lamban selamatkan industry hilir baja


Serbuan sejumlah produk baja impor dari luar negeri kian mengkhawatirkan.
Anehnya, di tengah lonjakan barang impor yang menjadi-jadi itu, instrument
pengamanan pasar dalam negeri melalui safe guard yang terus didengungkan
pemerintah tak kunjung direalisasikan. Hal ini dapat merugikan bagi industry dalam
negeri yang memproduksi bahan sejenis.
Setelah adanya bukti bahwa adanya hubungan lonjakan produk impor dengan
kerugian yang dialami industry dalam negeri, KPPI merekomendasikan 5 produk
baja yang direkomendasikan dikenakan BMTP(bea masuk tindakan pengamanan)

kepada Menteri Keuangan untuk selanjutnya dituangkan dalam bentuk peraturan


Menkeu (PMK)
Produk
Kawat Bindrat
Tali kawat baja
Kawat seng
Kain tenun dari kapas
Tali kawat baja

Usulan ke Menkeu
14 Juni 2010
14 Juni 2010
20 Juli 2010
28 Desember
2010
28 Desember
2010

Sumber: Komite Pengamanan Perdagangan Indonesia, diolah

Negara pengimpor produk tali kawat baja antara lain China, Singapura, Jerman,
Jepang, Belgia, Amerika Serikat, dan Australia. Produk impor China menguasai pasar
terbesar diantara produk impor Negara lainnya dengan persentase 90,67% .
Jangan sampai industry dalam negeri harus menerima kenyataan yang lebih pahit
lagi dari keadaan yang telah terjadi, setelah produksi tergerus signifikan, pabrik pun
terancap tutup. Sebuah pernyataan besar pun terarah pada pemerintah: dimana
keberpihakan pemerintah terhadap industry domestik?
Sumber : Bisnis Indonesia, 17 Februari 2011

Harga baja kuartal I melonjak 30%


Harga baja pada kuartal I/2011 melonjak 30% dibandingkan dengan harga rata-rata
pada 2010, lebih tinggi dari perkiraan kenaikan harga bahan baku itu sepanjang
tahun ini sekitar 23%.
Kenaikan harga ini disebabkan oleh beberapa hal, diantaranya yaitu :

akibat kenaikan harga bahan baku, yakni bijih besi (adanya pembatasan
ekspor dari Negara bagian Karnataka, India) dan besi bekas (scrap).
Faktor lainnya yaitu dampak cuaca buruk sehingga menurunkan persediaan
di Amerika dan kawasan dunia lainnya.
Adanya penurunan pasokan slab yang disebabkan turunnya produksi
sejumlah perusahaan tambang besar, a.l. Arcellor Mittal dan Sidor
(Venezuela)

Dampak China
Karena kebutuhan China akan baja yang tinggi, China menahan ekspor baja
sehingga menjadikan pasar sedikit bergejolak. Banjir dan badai Yasi di Australia juga
memperburuk situasi pasar karena gangguan pasokan batu bara kokas yang
merupakan 50% campuran bahan baku baja.

Sumber : Bisnis Indonesia, 3 Maret 2011

Harga baja dunia akan terus naik


Peningkatan produksi baja dunia diperkirakan tidak menekan harga produk itu di
pasar internasional yang terus meningkat. Kondisi ini disebabkan permintaan
tumbuh lebih tinggi dibandingkan dengan peningkatan produksi.
Indonesian Iron and Steel Industry Association (IISIA) memprediksi harga baja naik
15%-23% pada 2011 dibandingkan harga pada tahun lalu. Pada kuartal I/2011 harga
baja mencapai USD1000 per ton, dari posisi pada akhir 2010 sekitar USD600USD700 per ton. Harga tersebut naik diakibatkan oleh pengurangan kapasitas
produksi baja oleh pemerintah China terkait kebijakan lingkungan hidup. Padahal
dari total konsumsi baja dunia sebesar 1,2 miliar ton, lebih dari 50% dipasok oleh
China.
Sumber : Bisnis Indonesia, 31 Maret 2011

Bundle 2
Proyek smelter terkendala bahan baku
Dua rencana investasi pembangunan pabrik pengolahan tembaga di Kalimantan
dan Sulawesi belum terealisasi karena masih terhambat oleh ketersediaan bahan
baku. Smelter di Sulawesi itu bekerja sama dengan Australia. Kapasitasnya setara
dengan yang ada di Gresik, Jawa TImur. Rencana ini merupakan tindak lanjut dari
UU No.4/2009 tentang Mineral dan Batu bara yang mewajibkan bahan tambang
untuk diolah di dalam negeri sebelum di ekspor.
Sumber : Bisnin Indonesi, 16 Februari 2011

Proyek aluminium Asahan akan ditata ulang


Pemerintah akan menata ulang operasi secara keseluruhan dari proyek aluminium
Asahan setelah 2013. Pemerintah membuka kemungkinan dua entitas yang
berbeda dalam pengelolaan dua elemen penting proyek aluminium Asahan, yaitu
PLTA II Asahan dan smelter aluminium.
Namun, pemerintah belum bisa menyebutkan tahapan langkah yang akan ditempuh
terkait dengan kemungkinan adanya dua operator dari dua proyek inti tersebut dan
juga belum ada keputusan final mengenai apakah energy yang dihasilkan PLTA II

Asahan tersebut akan sepenuhnya didedikasikan untuk smelter atau sebagian


dialihkan untuk kepentingan residensial.
3 Bank BUMN (berminat) siap kucurkan dana
PT Bank Mandiri Tbk, PT Bank Negara Indonesia Tbk (BNI), dan PT Bank Rakyat
Indonesia Tbk (BRI) menyatakan minat memberikan fasilitas pendanaan untuk
pengambilalihan PT Indonesia Asahan Aluminium (Inalum) oleh BUMN. Fasilitas
pinjaman tersebut rencananya akan dilakukan dengan mekanisme sindikasi.
Namun, belum ada pembicaraan secara rinci mengenai jumlah dana yang akan
dipinjamkan dan bunga yang diberikan.
Sumber : Bisnis Indonesia, 19 Februari 2011

Krakatau Steel incar pendapatan naik 16%


PT. Krakatau Steel Tbk mengincar pendapatan USD2,2 miliar atau sekitar Rp19,36
triliun pada tahun ini. Jumlah pendapatan ini naik 15,78% dari perkiraan pada tahun
lalu sebesar USD1,9 miliar atau sekitar Rp16,72 triliun.
Emitmen dengan saham KRAS ini akan menggenjot produksi baja canai panas (hot
rolled coils/HRC) menjadi sekitar 2 juta ton pada tahun ini dari 1,8 juta ton pada
tahun sebelumnya. Produksi baja canai dingin (cold rolled coils/CRC) diharapkan
bertambah menjadi sekitar 450.000 ton pada tahun ini dibandingkan pada tahun
sebelumnya sekitar 400.000 ton. Rencana penambahan kapasitas produksi itu
seiring dengan selesainya peningkatan fasilitas produksi hot strip mill (HSM),
sehingga dapat memproduksi baja secara maksimum pada bulan ini
Sumber : Bisnis Indonesia, 7 Maret 2011

Keterangan
Pendapatan
Beban Pokok Pendapatan
Laba Kotor
Beban Usaha
Laba Usaha
Penghasilan Lain-lain
Laba sebelum Pajak
Beban Pajak Bersih
Laba Bersih
Aset
NPM (%)
ROE (%)
ROA (%)

200
9
16,9
1
12,6
2
2,34
1,24
0,99
0,39
1,38
0,33
0,49
17,5
8
7,15
11,4
2
6,04

201
0
14,8
6
15,7
3
1,18
1,16
0,03
0,44
0,47
0,03
1,06
12,7
9
2,92
8,5
3,8

Pendapatan Krakatau turun 12%


Pendapatan PT Krakatau Steel Tbk selama
tahun lalu turun 12,18% menjadi Rp 14,85
triliun dari pendapatan sebelumnya sebesar
Rp16,91 triliun, lebih banyak disebabkan oleh
sejumlah proyek infrastruktur yang tidak
sesuai harapan.
Kinerja Krakatau Steel (Rp triliun)
Pergerakan saham
- tertinggi pada 11 Nov
- terendah pada 9 Nov

1.340
850

- Rata-rata
1.145
Meskipun mengalami penurunan pendapatan, ada pendapat bahwa BUMN baja itu
masih tetap menjadi market leader dalam industry bila dilihat dari potensi
pertumbuhan, tambahnya, emiten berkode KRAS masih baik.
Seiring dengan laporan keuangan Krakatau Steel, dua emiten baja PT Jaya Pari Steel
Tbk dan PT Gunawan Dianjaya Steel Tbk juga melaporkan kinerja dan mencatat
pertumbuhan labanya.
Keterangan
tahun
Laba Bersih
Pendapatan

PT Jaya Pari Steel Tbk


2009
Rp 1,92
miliar
Rp302,87
miliar

2010
Rp 28,45
miliar
Rp427,79
miliar

PT Gunawan Dianjaya Steel


Tbk
2009
2010
Rp150,05
Rp171,43
miliar
miliar
Rp 1,64
Rp 1,71
triliun
triliun

Sumber : Bisnis Indonesia, 30 Maret 2011

Krakatau Steel cari pinjaman USD600 juta


PT Krakatau Steel Tbk mencari pinjaman sekitar USD500-USD600 juta untuk
tambahan dana pembangunan pabrik blast furnace di Cilegon, Banten, senilai Rp4,8
triliun yang diharapkan pembangunanny rampung pada 2013. Saat ini pihaknya
sedang menjajaki pinjaman dengan Export Credit Agency.
Pabrik dengan kapasitas sekitar 1,5 juta ton per tahun itu tersebut berbeda dari
proyek pabrik patungan yang dibangun oleh BUMN baja itu dengan perusahaan baja
Korea Pohang Iron dan Steel Corporation (POSCO).
Sumber :Bisnis Indonesia, 31 Maret 2011

Smelter aluminium rugi akibat pasar melemah


Aluminium mengalami penurunan harga terbesar sejak dunia mengalami resesi,
sehingga membuat sedikitnya 25% smelter dunia merugi saat harga dibawah
USD2.350, dan sebanyak 50% lainnya merugi saat harga kurang dari USD2.000.
Sejak 1 Mei, harga logam aluminium jatuh 22% menjadi USD2.151 per ton, dan
pada saat yang sama biaya energy justru naik 16% dalam sebulan terakhir.
Ketika permintaan dan harga melemah pada tahun 2009, smelter menahan pasokan
sekitar 5% pada semester pertama tahun ini. Sepanjang tahun ini, harga logam
bahan pesawat terbang ini turun 13%, masih lebih kecil dibandingkan dengan lima
jenis logam industry yang laindalam indeks LME. International Aluminium Institute

(IAI) memperkirakan produksi global mencapai rekor rata-rata harian pada


September, dan mengantisipasi surplus tahun ini 690.000 ton atau cukup untuk
membuat lebih dari 10.000 pesawat Boeing 747-400-an.
Premi dibayar oleh konsumen untuk pasokan langsung di Midwest AS naik 36%
tahun ini. Menandai kurangnya logam yang tersedia. Sementara itu persediaan di
gudang LME mencapai rekor 4,71 juta pada Mei.
Sumber :Bisnis Indonesia, 10 November 2011

Dana akuisisi Inalum disiapkan


Pemerintah dan DPR sepakat menyiapkan dana akuisisi PT Indonesia Asahan
Aluminium senilai Rp2 triliun dalam APBN 2012. Anggaran itu baru sebagian kecil
dari total dana yang dibutuhkan untuk mengakuisisi Inalum dari konsorsium Jepang
diperkirakan USD700 juta atau sekitar Rp6,3 triliun. Konsorsium Jepang dibawah
bendera Nippon Asahan Aluminium menguasai 58,88%, sementara saham
Pemerintah Indonesia 41,12%.
Pemerintah dan DPR sudah sepakat untuk menguasai 100% saham Inalum setelah
kontrak kerja sama berakhir pada Oktober 2013. Pemerintah menunjuk PIP untuk
mengambil alih pabrik peleburan aluminium di Sumatera Utara itu yang asset
diperkirakan senilai USD1,2 miliar. DPR juga telah menyetujui usulan investasi PIP di
Inalum sebesar Rp3,2 triliun(Rp1,2 triliun untuk pembiayaan infrastruktur dasar dan
Rp2 triliun untuk dana persiapan akuisisi) pada tahun 2012. Untuk memenuhi
kekurangan dana akuisisi Inalum pada 2013 PIP berencana meminta lagi penyertaan
modal Negara sebesar Rp3 triliun dari pemerintah
Sumber :Bisnis Indonesia, 11 November 2011

Meratus Akan Tingkatkan Efisiensi Produksi Krakatau Steel


PT Krakatau Steel (Persero) Tbk (KRAS), emiten baja, menargetkan peningkatan
efisiensi seiring realisasi pembangunan pabrik pengolahan bijih besi PT Meratus
Jaya Iron & Steel di Batulicin, Kalimantan Selatan yang akan menyuplai besi spons
ke pabrik slab berkapasitas 2 juta ton per tahun.
Kapasitas produkis pabrik Meratus sebesar 315 ribu ton diestimasi akan menyuplai
10-20% kebutuhan bahan baku pabrik Krakatau Steel berkapasitas total 3,2 juta
ton. Sisanya, 80% kebutuhan baku Krakatau Steel masih akan didatangkan dari
impor.
Saat ini progress pembangunan pabrik besi Meratus Jaya telah mencapai 96,05%.
Namun, pabrik tersebut tidak bisa beroperasi karena pembangunan pembangkit

listrik berkapasitas 2x14 MW per tahun baru selesai 63,85%, sehingga proyek
pembangunan pabrik Meratus Jaya diperkirakan selesai pada semester II 2012.
Hasil produksi Meratus Jaya akan mengurangi bahan baku impor dan menekan
biaya produksi Krakatau Steel sehingga dapat lebih menaikkan nilai jual produk
Krakatau Steel. Sampai saat ini, Krakatau Steel masih mengimpor 100% bahan baku
yang berupa pelat baja.
Pabrik Meratus Jaya merupakan hasil patungan antara Krakatau Steel dengan PT
Aneka Tambang (persero) Tbk (ANTM) dengan kepemilikan saham 66% dan 34%
dan didirikan sejak 2008. Total nilai investasi pembangunan pabrik besi dan
pembangkit listrik Meratus diestimasi sebesar Rp1,1 triliun.
Sumber :www.indonesiafinancetoday, 1 Desember 2011

Pendapatan Krakatau Steel hingga Kuartal III Naik 6,5%


PT Krakatau Steel (Persero) Tbk (KRAS), membukukan kenaikan pendapatan hingga
kuartal III 2011 sebesar 6,5% menjadi Rp12,6 triliun disbanding periode yang sama
2010 sebesar Rp11,8 triliun. Kenaikan ini disebabkan oleh kenaikan harga jual ratarata baja cenai panas dan produk baja lainnya yang juga sejalan dengan naiknya
harga bahan baku.
Kinerja Krakatau Steel (miliar rupiah)
Keterangan
Pendapatan
Beban
Laba Kotor
Laba Bersih

Kuartal III
2010
11.877
9.709
2.168
1.012

Kuartal III
2011
12.653
11.443
1.210
1.045

Kenaikan beban disebabkan kenaikan biaya bahan baku yang naik 37% menjadi Rp
7,1 triliun. Secara total, biaya produksi perseroan naik 9% menjadi 10,7 triliun.
Sedangkan, kenaikan biaya produksi terbesar antara lain disebabkan oleh besarnya
harga impor pellet yang naik 47% disbanding tahun lalu akibat krisis Eropa dan
kemudian berpengaruh ke Asia.
Kuartal III 2011 Krakatau Steel
Keterangan
Penjualan Baja Pasar Lokal
Penjualan Baja Ekspor

Kenaik
an
6,1%
17%

Nilai
Rp 11,1
triliun
Rp 392

Pendapatan dari real estate dan


perhotelan
Teknologi Informasi

27%
159%

Pendapatan dari Rekayasa industri

-14%

Lainnya

24%

miliar
Rp 185
miliar
Rp 1,9
miliar
Rp 410
miliar
Rp 473 iliar

Sumber :www.indonesiafinancetoday, 2 Desember 2011

Anda mungkin juga menyukai