Anda di halaman 1dari 4

A.

Pembahasan
Percobaan pertama pada praktikum biofarmasetika adalah Optimasi Metode
Analisa Obat yang bertujuan untuk memahami langkah-langkah analisa obat di dalam
darah dan untuk

mengetahui kevalidan dari suatu metode yang digunakan dalam

menetapkan kadar suatu obat dalam darah. Validasi adalah konfirmasi melalui
pengujian dan pengadaan bukti yang objektif bahwa persyaratan tertentu untuk suatu
maksud khusus dipenuhi. Tujuan dilakukan validasi terhadap metode analisa obat
adalah agar setiap data yang diperoleh dari pengujian telah distandarisasi, sehingga
dapat langsung digunakan untuk kepentingan dokumentasi data profil suatu obat.
Parameter farmakokinetik obat diperoleh berdasarkan hasil pengukuran kadar
obat utuh dan atau metabolitnya di dalam cairan hayati (darah, urine, saliva atau cairan
tubuh lainnya). Jika suatu metode telah dinyatakan valid, maka parameter-parameter
farmakokinetik yang diperoleh dari metode tersebut juga dapat dipercaya. Suatu metode
dapat dikatakan valid apabila memenuhi beberapa kriteria diantaranya sensitivitas,
spesifitas, akurat, presisi, dan praktis.
Sensitivitas adalah suatu metode yang digunakan dapat menetapkan kadar
senyawa dalam konsentrasi yang kecil. Spesifitas dari suatu metode yaitu jika metode
tersebut hanya dapat digunakan untuk menetapkan kadar dari senyawa yang kita
inginkan. Akurat yaitu dari pengukuran menggunakan metode tertentu dapat
dihasilkan nilai rata-rata yang mendekati nilai sesungguhnya. Presisi adalah dari suatu
seri pengukuran didapat hasil satu sama lain yang hamper sama. Praktis yaitu metode
yang akan dilakukan mudah,tidak memerlukan waktu pengerjaan yang lama dan dilihat
dari segi ekonomi metode tersebut tidak memerlukan biaya yang banyak.
Pada percobaan ini, dilakukan analisa obat asam salisilat. Asam salisilat
merupakan menghancurkan sel kulit berlebih pada permukaan kulit. Obat ini akan
meningkatkan kelembapan pada kulit dan melarutkan unsur yang mengakibatkan sel
kulit menempel satu sama lain. Kondisi ini akan mempermudah proses pengelupasan
kulit. Asam salisilat adalah jenis obat keratolytic yang berada dalam kelompok obat
yang sama dengan aspirin. Hewan uji yang akan digunakan adalah tikus, dimana tikus
ini diambil sampel darahnya pada bagian vena darah ekor dengan cara memotong
bagian ujung ekor. Bagian ekor dipilih karena bagian tersebut memiliki banyak
pembuluh darahnya. Sebelum diambil darahnya, bagian ekor dibersihkan dahulu dari

kotoran dan dikerok bulu-bulunya sekitar 1 cm dengan menggunakan scalpel agar lebih
mudah dalam proses pengambilan darah. Proses pengambilan darah dilakukan dengan
menorehkan luka di pada vena tepi di bagian ekor. Darah yang didapat ditampung ke
dalam ependrop yang sudah diberi heparin. Jika sampel darah yang diambil mengalami
koagulasi atau menggumpal maka yang akan keluar adalah serumnya, sedangkan yang
digunakan untuk pemeriksaan adalah plasma darah karena obat akan berinteraksi
dengan protein plasma untuk membentuk suatu kompleks obat-makromolekul yang
sering disebut dengan ikatan obat-protein, dengan kata lain maka percobaan tidak dapat
dilakukan bila darah mengalami penggumpalan.
Heparin merupakan suatu mukopolisakarida dengan berat molekul 6.000-20.000.
Heparin juga disebut asam heparinat karena sifat keasamannya. Secara kimia, senyawa
ini mirip asam hialuronat, kondroitin, dan kondroitin sulfat A dan B. Mekanisme anti
koagulan:
Heparin+Anti trombin III+Faktor penggumpalan
Kompleks Terner

Protombin X

Trombin

Heparin bereaksi dengan mengikat anti trombin III dan kemudian akan
membentuk kompleks yang memiliki afinitas lebih besar daripada anti trombin III itu
sendiri terhadap beberapa faktor pembekuan darah aktif (trombin dan faktor X atau
faktor stuart power). Heparin juga dapat mengaktivasi faktor VIIIa/AHG dan mencegah
terbentuknya fibrin yang stabil. Oleh karena itu heparin akan mempercepat terjadinya
inaktivasi faktor pembekuan darah.
Diperlukan penentuan panjang gelombang maksimal dengan tujuan antara lain :
1. Pada panjang gelombang yang maximal kepekaannya juga akan maksimal
sehingga diperoleh nilai absorbansi yang maximal pula.
2. Disekitar panjang gelombang maksimal bentuk kurva serapan datar dan pada
kondisi tersebut akan memenuhi hukum lambert-beer.

3. Jika dilakukan pengukuran ulang, maka kesalahan yang disebabkan oleh


pengukuran ulang panjang gelombang akan kecil.
1. Mencari harga Recovery, Kesalahan Acak (KA) dan Kesalahan Sistematik (KS)
Harga perolehan kembali atau recovery dilakukan untuk mengetahui kemampuan
metode dalam memberikan pengukuran nilai rata-rata yang sangat dekat dengan nilai
sesungguhnya, dengan cara membandingkan antara kadar terukur dengan kadar
sesungguhnya dalam persentase. Dari hasil praktikum didapatkan hasil recovery
kelompok 1 dengan konsentrasi 36,143 (g/ml); 72,286 (g/ml); 108,429 (g/ml);
144,571 (g/ml); dan 180,714 (g/ml) berturut-turut adalah -475,89%; 702,76%;
103,29 %; 434,39 % dan 43,16 %. Persyaratan untuk nilai perolehan kembali adalah
75-90 % atau lebih, jadi perolehan kembali dari hasil praktikum kami yang memenuhi
persyaratan ada tiga data. Untuk yang dua data tidak memenuhi persyaratan
dikarenakan kurangnya ketelitian dalam pemipetan dan adanya gelembung air yang
ada di tabung reaksi sehingga mempengaruhi kadar dari obat tersebut. Data kelompok
2 dengan konsentrasi 3,61 (g/ml); 7,21 (g/ml); 10,82 (g/ml); 14,43 (g/ml); dan
18,04 (g/ml)

berturut-turut adalah 249,31%; -114,70%; 167,19%; 163,24% dan

60,01%. Di kelompok 2 hanya tiga data yang memenuhi persyaratan, sedangkan


kelompok 3 data perolehan kembali 107,48%; 123,3%; 128,56%;15,31% dan
140,29%, sehingga ada empat data yang memenuhi persyaratan.
Kesalahan sistematik merupakan tolak ukur inakurasi penetapan kadar. Dari hasil
praktikum didapatkan hasil pada kelompok 1 hanya satu data yang memenuhi syarat
yaitu 3,29% dan untuk kelompok 2 & 3 hasilnya tidak memenuhi syarat pada kelima
data tersebut. Sedangkan kesalahan acak merupakan tolak ukur imprecision suatu
analisis dan dapat bersifat positif atau negatif. Dari hasil praktikum didapatkan hasil
persen kesalahan acak dari ketiga kelompok berturut-turut sebagai berikut 52,70%;
52,69%; dan 52,68%. Persyaratan untuk nilai kesalahan acak dan sistematik adalah
<10%. Dari tiga kelompok nilai kesalahan acak yang memenuhi persyaratan adalah
kelompok 1 dengan 3,29% sedangkan untuk persen nilai kesalahan sistemik pada tiga
kelompok tidak memenuhi persyaratan karena hasilnya >10%.

B. KESIMPULAN

a. Langkah-langkah dalam optimasi analisis obat meliputi penetapan panjang


gelombang maksimal, pembuatan kurva baku, dan perhitungan nilai recovery,
b.

kesalahan acak dan kesalahan sistemik.


Berdasarkan data recovery yang didapatkan, metode analisa yang digunakan
untuk analisis Asam salisilat dinyatakan tidak valid karena dari 15 data hanya 10
data yang memenuhi persyaratan dari recovery (75-90% atau lebih) dan 1 data
yang memenuhi persyaratan dari kesalahan sistematik dan kesalahan acak (kurang

dari 10%).
c. Panjang gelombang maksimal untuk asam salisilat adalah 424,5 nm
d. Kurva baku yang didapatkan pada Asam salisilat adalah y = - 0,0001x + 0,1388
Lilis Ida Rahmawati

1041511213

Ganes Lutfi Tentipratiwi

1041511074

Anda mungkin juga menyukai