PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Rumput laut merupakan salah satu sumber devisa negara dan sumber
pendapatan bagi masyarakat daerah pantai. Wilayah Indonesia yang sebagian
besar (70%) perairan merupakan negara yang kaya rumput laut.Poncomulyoet al.
(1994).BBP2HP (2014), menyatakan rumput laut di ekspor ke Cina dan sebagian
ke Fillipina. Sebanyak 85% rumput laut yang bahwa pada tahun 2014 total ekspor
rumput laut Indonesia sebanyak 114.000 ton dan hampir seluruh di ekspor hanya
dalam bentuk mentah dan hanya 15% yang diolah didalam negeri. Karena itu
terdapat Opportunity cost dari ekspor tersebut yaitu potensi keuntungan yang
hilang karena nilainya lebih kecil jika dibandingkan dengan mengekspor dalam
bentuk sudah diolah.
Rumput laut merupakan salah satu komoditas potensial Indonesia yang
digunakan sebagai bahan bakuberbagai industri. Rumput laut komersial yang
bernilai ekonomi tinggi dan dibudidayakan di Indonesia yaitu Gracilaria sp.
Sebagai penghasil agar (agarofit), Sargassum sp. sebagai penghasil alginat
(alginofit), dan Eucheuma sp. sebagai penghasil karagenan (karaginofit)
Anggadiredja et al. (2006).
Rumput laut bagi masyarakat yang tinggal di sekitar pantai bukanlah
barang yang baru lagi.Mereka telah mengenal dan memanfaatkan dalam
kehidupan sehari-hari, baik sebagai bahan obat tradisional dan bahan makanan.
Dengan demikian berarti rumput laut mempunyai suatu bahan yang dapat
dimanfaatkan orang untuk kesehatannya.
Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah dengan meningkatkan
penggunaan rumput laut dalam makanan sehari-hari.Makanan ringan, minuman,
jajanan atau cemilan tidak dapat lagi dipisahkan dari kebutuhan masyarakat.
Namun sering kali cemilan yang dikonsumsi kurang baik, karena tidak memberi
kontribusi zat gizi yang beragam dan tentunya juga bisa diterima secara
1.3 Manfaat
Manfaat mengikuti kegiatan ini yaitu dapat mengetahui cara pembuatan
sirup rumput laut Eucheuma cottonii. Hasil pembuatan sirup rumput laut
Eucheuma cottonii diharapkandapat memberikan informasi mengenai proses
pembuatan dalam usaha skala kecil.Terutama untuk petani budidaya rumput laut
sehingga dapat meningkatkan nilai jual rumput laut.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
(1994).BBP2HP (2014), menyatakan bahwa pada tahun 2014 total ekspor rumput
laut Indonesia sebanyak 114.000 ton dan hampir seluruh rumput laut di ekspor ke
Cina dan sebagian ke Fillipina. Sebanyak 85% rumput laut yang di ekspor hanya
dalam bentuk mentah dan hanya 15% yang diolah didalam negeri.Karena itu
terdapat Opportunity cost dari ekspor tersebut yaitu potensi keuntungan yang
hilang karena nilainya lebih kecil jika dibandingkan dengan mengekspor dalam
bentuk sudah diolah.
Rumput laut merupakan salah satu komoditas potensial Indonesia yang
digunakan sebagai bahan baku berbagai industri. Rumput laut komersial yang
bernilai ekonomi tinggi dan dibudidayakan di Indonesia yaitu Gracilaria sp.
Sebagai penghasil agar (agarofit), Sargassum sp. sebagai penghasil alginat
(alginofit), dan Eucheuma sp. sebagai penghasil karaginan (Karaginofit)
Anggadiredja et al. (2006).
Rumput laut bagi masyarakat yang tinggal di sekitar pantai bukanlah
barang yang baru lagi.Mereka telah mengenal dan memanfaatkan dalam
kehidupan sehari-hari, baik sebagai bahan obat tradisional dan bahan
makanan.Dengan demikian berarti rumput laut mempunyai suatu bahan yang
dapat dimanfaatkan orang untuk kesehatannya.
Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah dengan meningkatkan
penggunaan rumput laut dalam makanan sehari-hari.Makanan ringan, jajanan atau
cemilan tidak dapat lagi dipisahkan dari kebutuhan masyarakat.Namun sering kali
cemilan yang dikonsumsi kurang baik, karena tidak memberi kontribusi zat gizi
yang
beragam
dan
tentunya
juga
bisa
diterima
secara
cottonii
merupakan
jenis
rumput
laut
yang
banyak
dibudidayakan.Jenis rumput laut ini dapat dikonsumsi sebagai sirup rumput laut
maupun karaginan. Karaginan banyak digunakan pada sediaan makanan, sediaan
farmasi dan kosmetik sebagai bahan pembuat gel, pengental atau penstabil
(Nehen,1987).
Kingdom :Plantae
Division :Rhodophyta
Kelas :Rhodophyceae
Bangsa :Gigartinales
Suku :Solierisceae
Marga :Eucheuma
Jenis :Eucheuma cottonii (kappaphycus
Alvarezii)
No
1
2
Parameter
Air
Abu
Satuan
%
%
Asin
26,77
34,38
Tawar Alkali
18,62
15,13
Metode uji
21,75
SNI. 01-2891-1992
15,77
Butir 5.1
SNI. 01-2891-1992
Lemak
0,51
0,58
0,55
Butir 8.2
SNI. 01-2891-1992
Protein
1,87
2,09
1,71
Butir 8.2
Kjeldahj
Serat kasar
0,90
5,29
19,64
SNI. 01-2891-1992
Karbohidrat
35,57
58,29
40,58
Butir 1.1
Perhitungan
Energy
154,4
246,7
174,1
Perhitungan
Karagenan
23,68
20,97
20,97
melalui air yang telah terkontaminasi dan air tersebut digunakan dalam proses
pengolahan pangan. Tujuan sanitasi air untuk proses pengolahan pangan ini untuk
menyediakan air memenuhi persyaratan serta menjamin tidak terjadinya
kontaminasi makanan oleh air yang digunakan selama tahap preparasi,
pengolahan maupun alat pekerja.
2.4.3. Sanitasi dan hygiene peralatan
Peralatan yang digunakan harus terlebih dahulu dicuci dan debersihkan,
sebelum proses tahapan pembekuan dilakukan. Peralatan harus bersihg, tidak
kotor, tidak terkena bakteri dan selalu dalam keadaan yang terjaga sanitasi serta
hygienenya.Peralatan seperti keranjang dan long pan dibersihkan dengan air
mengalir dan selalu disikat, agar lebih bersih dan higienis digunakan sabun food
grade. Meja proses dibersihkan menggunakan air yang mengalir setiap kali selesai
proses produksi. Peralatan yang sudah dibersihkan disususn rapi dengan bagian
bawah diberi pallet agar tidak bersentuhan langsung dengan lantai.
Menurut Jennie (1998), pada dasarnya system pembersihan peralatan meliputi
kegiatan-kegiatan sebagai berikut :
1. Menghilangkan cemaran
2. Menghilangkan residu cemaran dan detergen atau bahan pembersih
3. Pembilas untuk menghilangkan cemaran dan detergen, pencucian peralatan dapat
menggunakan chlorine 10-25 ppm. Peralatan kontaminasi makanan selama proses
pengolahan pada peralatan merupakan kontaminasi makanan.
2.4.4.
10
PMMT/HACCP
Hazard Analysis Critical Control Point (HACCP) adalah suatu sistem
kontroldalam upaya pencegahan terjadinya masalah yang didasarkan atas
identifikasi titik-titik kritis di dalam tahap penanganan dan proses produksi.
HACCP merupakan salah satu bentuk manajemen resiko yang dikembangkan
untuk menjamin keamanan pangan dengan pendekatan pencegahan (preventive)
yang dianggap dapat memberikan jaminan dalam menghasilkan makanan yang
aman bagi konsumen.Tujuan dari penerapan HACCP dalam suatu industri pangan
adalah untuk mencegah terjadinya bahaya sehingga dapat dipakai sebagai jaminan
mutu pangan guna memenuhi tututan konsumen. HACCP bersifat sebagai sistem
pengendalian mutu sejak bahan baku dipersiapkan sampai produk akhir
diproduksi masal dan didistribusikan. Oleh karena itu dengan diterapkannya
sistem HACCP akan mencegah resiko komplain karena adanya bahaya pada suatu
produk pangan. Selain itu, HACCP juga dapat berfungsi sebagai promosi
perdagangan di era pasar global yang memiliki daya saing kompetitif.
Pada beberapa negara penerapan HACCP ini bersifat sukarela dan
banyak industri pangan yang telah menerapkannya. Disamping karena
meningkatnya kesadaran masyarakat baik produsen dan konsumen dalam negeri
akan keamanan pangan, penerapan HACCP di industri pangan banyak dipicu oleh
permintaan konsumen terutama dari negara pengimpor. Penerapan HACCP dalam
industri pangan memerlukan komitmen yang tinggi dari pihak manajemen
perusahaan yang bersangkutan.Disamping itu, agar penerapan HACCP ini sukses
maka perusahaan perlu memenuhi prasyarat dasar industri pangan yaitu, telah
diterapkannya Good Manufacturing Practices (GMP) dan Standard Sanitation
Operational Procedure (SSOP).
11
usaha
Biaya modal kerja (biaya veriabel), adalah seluruh biaya yang dikeluarkan untuk
membiayai kegiatan operasional usaha dalam jangka waktu tertentu.
2. Perhitungan Biaya produksi
Merupakan modal yang harus dikeluarkan untuk proses produksi,
misalnya: pembelian bahan baku, biaya bahan baker, upah pekerja, sewa alat dan
jumlah produksi. Misal biaya sewa gedung, biaya tenaga kerja tetap dll.
Biaya variable adalah biaya yang dipengaruhi oleh kapasitas produksi. Misalnya,
biaya bahan baku, biaya kemasan, biaya tenaga kerja borongan/harian dll.
12
3. Perkiraan Pendapatan/laba
Pendapatan merupakan hasil perhitungan dari seluruh pendapatan
penjualan yang diperoleh dikurangi dengan seluruh biaya yang telah dikeluarkan.
Pendapatan/laba
13
terlebih
dahulu
berapa
volume
produksi/penjualan
14
15
16
BAB III
KEGIATAN PRAKTEK
17
pengujian
yang
sudah
terakreditasi
yaitu,
18
Shellfish
Poisoning(PSP), Amnestic
Shellfish
Poisoning
19
SEKSI TEKNOLOGI
SEKSI
PENGOLAHAN
MIKROBIOLOGI
PERENCANAAN
DAN ORGANOLEPTIK PENGOLAHAN
PERENCANAAN
SEKSI MONITORING
CEMARAN KIMIA
20
21
BAB IV
HASIL PRAKTEK
Nama alat
Jumlah
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10
Panci
Mangkok plastik
Sendok
Meja kerja
Alat pengaduk
Timbangan elektrik
Penyaring
Blender
Kompor gas
Gelas ukur
1
4
1
1
1
1
1
1
1
1
22
to
p
lrR
u
L
k
s
h
b
m
P
a
ig
d
n
e
B
y
B. Bahan yang digunakan dalam proses pembuatan Sirup Rumput Laut aalah :
No
Nama bahan
Jumlah
1.
2.
3.
4.
5.
20 %
200 gr
2,5 %
Secukupnya
Secukupnya
23
24
B. Penimbangan Bahan
25
26
Setelah proses penyaringan dan larutan sirup rumput laut sudah jadi di diamkan
selama 3 menit. Penambahan perisa dan pewarna makanan 1-2% untuk
27
28
Proses pengisian sirup ke dalam botol harus dilakukan pada waktu sirup masih
panas (hot filling). Dengan tujuan agar sisa-sisa mikroorganisme yng masih
tersisah dalam botol dapat dihambat pertumbuhannya (Tressler dan Joslyn,
1961).Dalam menentukan kemasan botol yang digunakan harus aman dan tidak
berbahaya.
N
O
Uraian/item
Jumlah/
Quantit
y
Satuan
/Unit
II
1
Biaya Variabel
Bahan baku
Bubur Rumput
2.000
Gr
10.000/kg
24.000
2.
3.
4.
5.
Laut
Gula pasir
CMC
Air mineral
Pewarna
7.000
200
1.000
10.000
Gr
Gr
Gr
Gr
20.000/kg
5.000/50 gr
8.000/kg
5.000/50 gr
20.000
10.000
2.000
100.000
6.
2
3
makanan
Perisa makanan
Packing
Transportasi
Gr
unit
Hari
5,000/50 gr
200/unit
25,000
10.000
240.000
1.000.000
Rp 1.406.000
500.000
1.000.000
200,000
1,200,000
II
Biaya tetap
Tenaga kerja
Biaya listrik
10.000
1.200
40
Jumlah
2
Harga
satuan/Unit
price
Orang
Jumlah
Total harga/Total
price
Kapasitas produksi perhari rata-rata 1 kg sirup rumput laut atau jika diasumsikan
20 hari kerja dalam satu bulan = 20kg kue pai stiap harinya.
29
Produk sirup rumput laut dijual dalam kemasan botol plastik @20 gr rata-rata sebanyak
1.000 buah dalam 1 bulan dengan prediksi biaya
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Demikian yang dapat saya sampaikan mengenai laporan praktik kerja
industri, tentunya masih banyak kekurangan dan kelemahannya dan saya banyak
berharap para pembaca memberikan kritik dan saran yang membangun kepada
penulis demi sempurnanya laporan praktik kerja industri ini.Semoga laporan
praktik kerja industri ini berguna bagi para pembaca pada umumnya.
5.2 Saran
Dalam praktek pembuatan sirup rumput laut di sarankan untuk menguji
konsentrasi gula yang digunakan pada pembuatan sirup rumput laut dengan
karakteristik sirup rumput laut.
30
LAMPIRAN
31
DAFTAR PUSTAKA
Dewi,
2015,
rumput
laut
dan
masa
depanku
bersamanya,
32
33
34