Anda di halaman 1dari 13

TEKSTUR SEDIMEN

5.1 PENGANTAR
Proses pengendapan dan transportasi telah diuraikan pada bab 3 dan 4 secara umum
mengenai jenis batuan sedimen silisiklastik dan non-silisiklastik, masing-masing ditandai dengan
sifat fisik yang khas. Hal yang paling penting adalah tekstur dan struktur sedimen. Tekstur
sedimen mengacu pada aspek skala kecil yang dapat dilihat dari ukuran, bentuk, dan orientasi
butir sedimen individu. Struktur sedimen merupakan aspek skala besar seperti bedding dan
laminasi, cross bedding, ripple marks, dan track, trail, dan lainnya yang dibentuk oleh
organisme. Struktur sedimen ini telah didiskusikan pada bab 6. Para ahli geologi telah lama
mengasumsikan bahwa tekstur batuan sedimen mencerminkan sifat dari proses transportasi dan
pengendapan, dan karaktirisasi tekstur dapat membantu dalam menentukan keadaan lingkungan
purba dan kondisi batas (boundary). Literatur yang luas telah diterbitkan dengan berbagai aspek
dari tekstur sedimen, metode tertentu untuk mengukur dan mengekspresikan ukuran butir dan
bentuk butir, dan interpretasi ukuran butir dan bentuk butir.
Tekstur dari batuan sedimen silisiklastik terutama dibentuk oleh proses fisika dari
sedimentasi dan mencakup ukuran butir, betuk butir (bentuk, kebundaran/roundness, tekstur
permukaan), dan pemilahan/fabric (orientasi butiran dan hubungan antar butir). Hubungan dari
sifat tekstur primer ini mengontrol sifat lainnya seperti berat jenis, porositas, dan permeabilitas.
Tekstur dari beberapa batuan sedimen non-silisiklastik seperti pada batugamping dan evaporasi
juga dihasilkan sebagian atau seluruhnya oleh proses transportasi. Rekristalisasi secara luas atau
perubahan diagenetik lainnya dapat merusak tekstur asli pada batuan sedimen non-silisiklastik
dan menghasilkan pemilahan tekstur kristal yang sebagian besar berasal dari tekstur sekunder.
Jelas bahwa tekstur kimia atau biokimia membentuk batuan sedimen dan batuan yang terbentuk
dengan pemilahan yang kuat memiliki perbedaan yang signifikan dengan pembentukan batuan
sedimen silisiklastik ubahan.
Pembahasan selanjutnya akan difokuskan terutama pada tekstur yang terbentuk secara
fisika dari batuan sedimen silisiklastik. Beberapa dari tekstur khusus penting untuk diketahui
klasifikasi dan pembentukan dari batugamping dan batuan sedimen silisiklastik lainnya akan
dibahas pada bab 8. Pada bab ini kita akan membahas mengenai karakteristik tekstur dari ukuran
butir dan bentuk butir, tekstur permukaan butir, dan pemilahan butiran/fabrik serta

mendiskusikan proses pembentukannya. Meskipun studi mengenai tekstur sedimen mungkin


bukan aspek yang paling menarik dari sedimentologi, hal itu tetap bidang penting dari ilmu
sedimentologi. Melalui pemahaman tentang sifat dan pentingnya tekstur sedimen merupakan
dasar penafsiran lingkungan pengendapan purba dan kondisi transportasi, meskipun masih
banyak ketidakpastian yang dijumpai pada interpretasi proses pembentukan tekstur batuan. Telah
cukup lama opini tentang pentingnya pembentukan tekstur sedimen menjadi tantangan sementara
ide-ide baru dan teknik untuk mempelajari dan menafsirkan tekstur sedimen terus bermunculan.
Tidak ada buku mengenai sedimentologi yang lengkap tanpa pembahasan mengenai tekstur
sedimen dan pembentukannya. Bab ini menyajikan penjelasan mengenai subjek penting tersebut.
5.2 UKURAN BUTIR
Ukuran butir merupakan aspek yang paling mendasar pada batuan sedimen silisiklastik
dan salah satu sifat deskriptif paling penting pada batuan tersebut. Para ahli sedimentologi sangat
mengkhususkan pada 3 aspek dari ukuran butir: (1) teknik mengukur ukuran butir dan
menyatakannya dalam satuan dari beberapa tipe dari ukuran butir atau dalam skala angka, (2)
metode dalam meringkas sejumlah besar data ukuran butir dan mempersentasekannya dalam
bentuk grafik atau statistic sehingga dapat dengan mudah dianalisis, (3) proses pembentukan dari
data ukuran butir yang ada. Berikut pemaparannya.
Metode dalam Mengukur dan Menyatakan Ukuran Butir
Skala Angka. Butiran dalam sedimen dan batuan sedimenhubungannya dengan jarak dalam
bentuk ukuran dinyatakan dalam ukuran mikron pada jarak beberapa meter. Distribusi ukuran
butir bentuk bentuk sebenarnya merupakan satu kesatuan; akan tetapi, ini akan sangat cocok
ketika membahas persentase ukuran butir untuk membagi ukurannya dalam bentuk dengan
satuan tertentu, masing-masing memiliki batas ukuran tertinggi dan terendah. Karena besarnya
jarak besaran ukuran antar butiran yang Nampak dalam batuan maupun dalam material sedimen,
skala logaritma atau geometrik sangat berguna untuk menyatakan ukuran butir daripada skala
satuan panjang/linear. Dalam skala geometrik terdapat urut-urutan angka seperti pebandingan
yang tetap antara butiran yang berentetan. Beberapa ukuran butir atau skala angka telah
dikembangkan, skala yang hamper secara umum digunakan oleh para ahli sedimentologi adalah

skala Udden-Wentworth. Skala ini pertama kali dikemukakan oleh Udden pada tahun 1898 dan
dimodifikasi dan diperluas oleh Wentworth pada tahun 1922, merupakan skala geometric dimana
tiap-tiap nilainya memiliki skala dua kali lebih besar dari nilai sebelumnya, atau satu setengah
kali lebih besar, tergantung arah besarannya (semakin kecil atau semakin besar) (Tabel 5.1).
Skala Udden-Wentworth dinyatakan dari ukuran <1/256 mm (0,0039 mm) hingga >256 mm dan
dibagi menjadi 4 kategori ukuran (lempung, lanau, pasir, dan kerikil), yang dapat dibagi menjadi
bagian yang lebih kecil yang ditunjukkan dalam table 5.1.
Tabel 5.1 Skala ukuran butir untuk material sedimn,menunjukkan ukuran butir menurut
Wentworth, setara dengan satuan phi (), dan besaran ayakan (mesh/aperture) dari standar
besaran ayakan U.S dinyatakan dalam ukuran millimeter dan .
TABEL
Modifikasi yang sangat berguna dari skala Udden-Wentworth adalah skala phi logaritma,
dimana nilai ukuran butir dinyatakan dalam satuan dari nilai yang sederajat dengan perhitungan
statistic dan grafik. Skala ini diusulkan oleh Krumbein padatahun 1934, berdasarkan persamaan
dibawah ini
= log2 S
dimana adalah ukuran phi dan S adalah ukuran butir dalam millimeter. Penyetaraan ukuran phi
dan milimeter ditunjukkan pada Tabel 5.1. Dengan catatan skala angka phi kedunanya
merupakan angka positif dan negatif. Ukuran sebenarnya dari butiran dinyatakan dalam
millimeter, pengurangan dengan penambahan nilai phi positif dan penambahan dengan
penambahan angka numrik negatif. Karena ukuran-pasir dan butiran yang lebih kecil merupakan
butiran yang paling melimpah dalam batuan sedimen, Krumbein memilih logaritma negatif pada
ukuran butir dalam millimeter sehingga butiran pada ukuran ini akan memiliki nilai phi positif,
menghindarkan kita dari kesulitan dalam penggunaan angka negatif.
Metode Pengukuran Ukuran Butir. Ukuran dari butiran silisiklastik dapat diukur dengan
beberapa teknik (Tabel 5.2). Pemilihan metode bergantungpada tujuan penelitian, range/jarak
dari ukuran butir dapat diukur, dan derajat penggabungan/konsolidasi/pengkompaksian dari

material sedimen atau batuan sedimen. Butiran besar (kerakal, berangkal, bongkah) merupakan
salah satu material sedimen unconsolidasi atau batuan sedimen terlitifikasi yang dapatdiukur
secara manual dengan sebuah caliper. Ukuran butir biasanya dinyatakan dalam istilah dimensi
panjang atau dimensi intermedit dari partikel. Ukuran butir kerikil hingga lanau dalam material
sedimen unconsolidasi atau batuan sedimen yang dapat dipisahkan/disaggregated biasanya
diukur dengan menggunakan ayakan atau sieve set, ayakan kawat atau wire-mesh screen. Ukuran
sieve dari sieve standar U.S yang cocok untuk jenis ukuran millimeter dan phi ditunjukkan dalam
Tabel 5.1. Teknik sieve mengukur dimensi intermedit dari partikel karena ukuran intermedit
partikel dapat menentukan apakah partikel dapat melewati mesh/ayakan tertentu atau tidak.
Ukuran butir kerikil hingga lanau dapat juga diukur dengan menggunakan teknik dasar
sedimentasi pada kecepatan pengendapan dari butiran/partikel. Pada teknik ini, butiran akan
melalui kolom/lajur air pada suhu tertentu dalam pipa pengendapan/settling tube, dan waktu
yang diperlukan butiran untuk mengendap akan diukur. Waktu pengendapan dari butiran
berhubungan secara empiris ke kurva ukuran distribusi standar (kurva kalibrasi) untuk
memperoleh ukuran yang ekuivalent dengan millimeter atau phi. Sbagaimana yang telah
disebutkan pada bab 3, kecepatan pengendapan dari butiran mempengaruhi bentuk butir.
Partikel/butiran berbentuk bulat/spherical mengendap lebih cepat dibandingkan butiran yang
non-spherical pada massa yang sama. Oleh karena itu, menentukan ukuran butir pada butiran
non-spherical dengan teknik sedimentasi mungkin menghasilkan nilai yang tidak sama persis
dengan penentuan menggunakan sieve/ayakan.
Tabel 5.2 Metode pengukuran ukuran butir sedimen
TABEL
Ukuran butir dari lanau dan lempung dapat ditentukan dengan menggunakan metode
sedimentasi berdasarkan Stokes Law (persamaan 3.16 dan 3.17). Jika kecepatan pengendapan
dari butiran kecil dapat diukur pada suhu tertentu, maka diameter dari butiran dapat dihitung
dengan persamaan matematika sederhana seperti pada persamaan 3.17 sehingga dihasilkan
D=

V
C

(5.2)

dimana D adalah diameter partikel/butiran dalam sentimeter, V adalah kecepatan pengendapan


dari partikel, dan C adalah konstanta yang menunjukkan berat jenis partikel dan berat jenis serta
viskositas fluida (biasanya air). Metode sedimentasi standar untuk mengukur ukuran dari butiran
yang kecil adalah analisis pipet. Untuk melakukan analisis pipet, material sedimen halus
digerakkan secara suspensi dalam air pada volume tertentu yang telah diukur, dalam sebuah pipa
pengendapan. Ukuran yang seragam dari suspensi ini akan menjauh dari pipet pada waktu
tertentu dan kedalaman tertentu, menguap hingga kering dalam oven, dan ditimbang. Data yang
diperoleh dapat digunakan dalam persamaan 5.2 untuk menghitung ukuran butir. Tabel dari
waktu penarikan dan kedalaman untuk ukuran butir yang spesifik tersedia dalam berbagai buku
dan artikel yang berhubungan dengan analisis sedimentasi (e.g., Galehouse, 1971). Dengan
catatan bahwa Stokes Law berdasarkan asumsi bahwa butiran yang terendapkan adalah yang
berbentuk bulat/spherical. Karena sebagian besar butiran tidak berbentuk bulat, penggunaan
Stokes Law menghasilkan ukuran butir yang biasanya lebih kecil dari ukuran butir yang
sebenarnya.
Analisis pipet sama halnya dengan analisis pipa pengendapan manual pada material
sedimen yang lebih kasar meruakan proses yang membutuhkan banyak tenaga karena banyak
tahap yang akan dilakukan dalam pelaksanaannya. Untuk menyederhanakan prosedur ini,
pencatat otomatis pipa pengendapan dan keseimbangan sedimentasi harus dikembangkan agar
material

sedimen

berukuran

pasir

dan

lempung

dapat

dengan

mudah

dan

cepat

ditentukan/dipisahkan. Sebagian besar pencatat otomatis pipa pengendapan, biasanya disebut


dengan penganalisis laju sedimen, berfungsi untuk mengukur perubahan waktu dengan berat
material sedimen yang terkumpul/tertampung pada pan suspensi dalam tabung air pada pipa
pengendapan atau mengukur perubahan tekanan dalam tabung air selama material sedimen
terendapkan keluar dari tabung. Selanjutnya ukuran butir dapat ditentukan dengan
membandingkan beratnya atau tekanan dengan kurva waktu untuk mendapatkan kurva kalibrasi.
Salah satu jenis yang khusus dari pipa pengendapan otomatis untuk material sedimen halus
adalah fotohidrometer. Alat ini mengukur intensitas cahaya yang dilewati oleh tabung pada
sedimen suspensi. Selama pengendapan sedimen keluar dari suspense, cahaya yang sedikit
direfleksikan oleh butiran halus dan intensitas cahaya akan meningkat. Perubahan intensitas
cahaya dengan waktu dicatat secara otomatis pada grafik perekam. Intensitas cahaya diukur pada

saat penentuan waktu awal yang dapat direlasikan secara empiris pada kecepatan pengendapan
dari butiran dan selanjutnya pada ukuran butir (Jordan dkk, 1971).
Ukuran butir dari partikel halus/kecil dapat pula diukur dengan alat pengukur
partikel/butiran elektrik yang biasa disebut Coulter Counter. Coulter counter atau alat
penghitung Coulter mula-mula dikembangkan untuk menghitung sel darah, tapi dapat juga
diaplikasikan untuk mengukur ukuran butir pada rentang ukuran 0,5 mikron hingga 1,0 mm.
Analisis ukuran dengan Coulter counter diambil berdasarkan prinsip bahwa perjalanan partikel
yang melewati medan listrik dalam sebuah elektrolit akan digantikan oleh volumenya sendiridari
elektrolit dan dengan demikian menyebabkan perubahan medan. Dalam prakteknya, partikel
akan terdispersi/menyebar dalam elektrolit yang sesuai dan terpaksa mengalir melewati
aperture/bukaan pertama pada satu waktu. Setiap partikel yang melewati aperture, alat elektrik
pada medan akan berubah. Perubahan ini akan dinyatakan dalam skala dan dihitung dalam
denyut tegangan. Besarnya tiap tegangan sebanding dengan volume partikel dan nilai dari denyut
berfungsi sebagai konsentrasi partikel. Dengan menghitung nilai dari denyut terhadap besaran
yang beragam, persentase volume dari partikel pada ukuran yang berbeda dapat ditentukan(Swift
dkk, 1972).
Ukuran butir dari pertikel dalam batuan sedimen terkonsolidasi yang tidak dapat
dipisahkan harus diukur dengan teknik selain pengayakan (sieve) atau analisis sedimentasi.
Ukuran dan pemilahan dari pasir dan lanau dapat diperkirakan dengan menggunakan mikroskop
binokuler dengan cahaya ter-refleksikan dan pembanding ukuran set standar, yang terdiri dari
butiran dengan ukuran khusus yang dipasang dalam sebuah kartu. Kebanyakan penentuan ukuran
yang akurat dapat dibuatdengan mengukur butiran pada sayatan tipis pada batuan dengan
menggunakan mikroskop petrografi dengan cahaya ditransmisikan yang dinyatakan dalam
micrometer. Butiran berukuran lanau dan lempung dalam batuan yang terkonsolidasi dapat
dipelajari dengan menggunakan mikroskop elektron.
Teknik untuk mengukur ukuran butir diuraikan secara lengkap pada banyak buku dan
tulisan, termasuk beberapa buku yang tertera pada akhir bab ini dibawah bacaan tambahan.
Teknik standar dalam sieving/pengayakan, analisis sedimentasi, dan analisis sayatan tipis
diuraikan secara lengkap dalam Carver (1971).
Cara Matematika dan Grafik dari Data Ukuran Butir

Pengukuran ukuran butir dengan teknik penguraian sejumlah besar data yang harus dikurangi
kedalambentuk yang lebih ringkas sebelum digunakan. Tabelnya berisi data yang menunjukkan
berat butiran dalam berbagai ukuran yang telah disederhanakan untuk menghasilkan populasi
butiran rata-rata dalam hal ini ukuran butir dan pemilahan/sortasi. Baik secara grafik maupun
matematika, metode pengurangan data biasa digunakan. Grafik mudah untuk dibuat dan
menyediakan gambar visual distribusi ukuran butir yang mudah dimengerti. Disisi lain, metode
matematika, beberapa diantaranya dedasarkan pada grafik awal data, menghasilkan parameter
ukuran butir secara statistic yang mungkin dapat digunakan untuk penelitian lingkungan
pengendapan.
Gambar

5.1

menjelaskan

tiga

metode

grafik

yang

biasa

digunakan

untuk

mempresentasikan ukuran butir. Gambar 5.1A menunjukkan tipe ukuran butir yang diperoleh
dari analisis sieve. Berat kasar merupakan hal pertama yang diubah untuk mendapatkan
persentase berat individu dengan membagi berat tiap-tiap kelas dengan berat total. Persentase
berat kumulatif mungkin dapat dihitung dengan menjumlahkan berat tiap ukuran kelas yang
digantikan dengan total kelas sebelumnya. Gambar 5.1B menunjukkan bagaimana persentase
berat individu dapat diplot dalam grafik ukuran untuk menghasilkan histogram ukuran butir
sebuah diagram batang dimana ukuran butir diplot pada sumbu absis dari grafik dan persentase
berat individu pada sepanjang sumbu ordinat. Histogram menyediakan metode bergambar
yangcepatdan mudah untuk menggambarkan distribusi ukuran butir karena perkiraan ukuran
butir rata-rata dan sortasi/pemilahansebaran nilai ukuran butir sekitar ukuran rata-ratadapat
terlihat secara sepintas. Histogram memiliki penggunaan yang terbatas, akan tetapi, karena
bentuk dari histogram yang dibuat dengan interval sieve menggunakan grafik tidak dapat
digunakan untuk memperoleh nilai matematika untuk perhitungan statistik.
Sebuah kurva frekuensi (Gambar 5.1B) adalah histogram yang sangat utama dimana
kurva halus menunjukkan batang grafik yang tidak menerus. Menghubungkan titik dari tiap kelas
pada histogram dengan kurva halus memberikan perkiraan bentuk kurva frekuensi. Kurva
frekuensi dibuat dengan cara ini, akan tetapi posisi dari point terbesar pada kurva akan
tergambardengan teliti; point ini penting untuk menentukan ukuran gram, untuk digambarkan.
Histogram ukuran butir diplot dari data yang diperoleh dari pengayakan/sieving pada interval
sieve yang sangat kecil akan menghasilkan perkiraan bentuk kurva frekuensi, tetapi interval sieve

yang kecil seperti itu tidak dipraktekkan. Ketepatan kurva frekuensi dapat berasal dari kurva
kumulatif dengan metode grafik khusus yang tergambarsecara detail oleh Folk (1974).
Gambar 5.1 Metode visual biasa yang ditunjukkan dari data ukuran butir. A. Tabel data ukuran
butir. B. histogram dan kurvafrekuensi yang diambil dari data pada gambar A. C. Kurva
kumulatif dengan skala ordinat aritmatika. D. Kurva kumulatif dengan kemungkinan skala
ordinat.
GAMBAR
Kurva kumulatif ukuran butir dihasilkan dengan memplot ukuran butir berlawanan
dengan frekuensi persentase berat kumulatif. Kurva kumulatif sangat berguna dalam memplot
ukuran butir. Walaupun tidak memberikan gambaran distribusi ukuran butir yang sebaik
histogram atau kurva frekuensi, bentuknya hampir bebas dari interval sieve. Selain itu, data yang
diperoleh dari kurva kumulatif memungkinkan untuk dilakukan perhitungan pada beberapa
ukuran butir penting dalam parameter statistic. Kurva kumulatif dapat diplot pada skala ordinat
aritmatika (Gambar 5.1C) atau pada skala log dimana ordinat aritmatika digantikan dengan
ordinat log (Gambar 5.1D). Ketika data ukuran-phi telah diplot pada ordinat aritmatika, kurva
kumulatif memiliki bentuk S yang ditunjukkan dalam Gambar 5.1C. Slope pada bagian tengah
kurva menunjukkan sortasi dari sampel. Slope yang sangat curam mengindikasikan sortasi baik
dan slope yang sangat landai/rendah menunjukkan sortasi buruk. Jika kurvakumulatif telah diplot
padakertas log, bentuk kurva akan cenderung kearah garis lurus jika jumlah butiran mengalami
distribusi yang normal/biasa (Gambar 5.1D). Pada distribusi normal, nilainya menunjukkan
distribusi yang datar, atau lebar, kira-kira nilai rata-rata. Dalam statistik konvensional, populasi
yang didistribusikan secara normal dari nilai akan menghasilkan kurva berbentuk bel/lonceng
sempurna ketika diplot pada kurva frekuensi. Deviasi/penyimpangan dari distribusi ukuran
butirsecara normal dapat dengan mudah dideteksi pada plot log dengan deviasi pada kurva
kumulatif dari garis lurus. Sebagian besar populasi normal dari butiran dalam sedimen
silisiklastik atau batuan sedimen tidak memiliki distribusi normal (atau normal log); Distribusi
normal yang ditunjukkan pada Gambar 5.1 bukan merupakan jenis sedimen yang biasa.
Beberapa peneliti percaya bahwa bentuk dari kurvalog mencerminkan kondisi dari proses

transportasi sedimen dan dengan demikian dapat digunakan sebagai alat dalam penentuan
lingkungan pengendapan.
Plot grafik dapat dilakukan dengan cepat, pengamatan visual dari karrakteristik ukuran
butir dari sampel yang diberikan; akan tetapi, perbandingan plot grafik akan menjadi tidak
praktis dan merepotkan ketika menggunakan sampel dalam jumlah yang besar. Selain itu, ukuran
butir rata-rata dan karakteristik pemilahan/sortasi tidak dapat ditentukan dengan sangat akurat
dengan pengamatan visual dari kurva ukuran butir. Untuk menghindari kerugian ini, metode
matematika yang membolehkan perlakuan statistik pada data ukuran butir dapat digunakan untuk
sebagai parameter yang dapat menggambarkan distribusi ukuran butir dalambahasa matematika.
Pengukuran statistik ini menyediakan keduanya yaitu ukuran rata-rata dan karakteristik sortasi
dari populasi butiran yang dinyatakan secara matematika. Nilai matematika dari ukuran dan
sortasi dapat digunakan untuk mengolah berbagai macam grafik dan bagan yang memudahkan
penilaian data ukuran butir.
Ukuran Butir Rata-rata. Tiga pengukuran matematika dari ukuran butir rata-rata yang
biasa digunakan. Mode merupakan frekuensi terbanyak yang terdapat pada ukuran butir dalam
sebuah populasi butiran. Diameter dari ukuran modal yang sesuai dengan diameter butiran
digambarkan oleh titik yang paling curam (titik infleksi) pada kurva kumulatif. Sedimen
silisiklastik dan batuan sedimen cenderung memiliki sebuah ukuran modal, tetapi beberapa
sedimen memiliki dua modal/bimodal, dengan satu mode pada bagian akhir yang kasar dari
distribusi ukuran butir dan satu mode lagi pada bagian akhir yang halus. Bahkan beberapa
diantaranya merupakan polimodal/memiliki banyak modal/mode. Median merupakan titik
tengah dari distribusi ukuran butir. Sebagian dari butiran dengan berat yang lebih besar dari
median dan sebagiannya lainnya memiliki berat yang lebih kecil. Median sama dengan diameter
50 persentil padakurva kumulatif (Gambar 5.2). Mean adalah rata-rata aritmatika dari seluruh
ukuran butir pada sampel. Mean aritmatika yang sebenarnya dari sebagian besar sampel sedimen
tidak dapat ditentukan karena kita tidak dapat menghitung angka total dari butran pada sebuah
sampel atau mengukur tiap-tiap butiran kecil. Perkiraan dari mean aritmatika dapat ditentukan dari
pengambilan nilai persentil yang terpilih dari kurva kumulatif dan nilai rata-rata ini. Seperti yang
ditunjukkan padagambar 5.2, nilai persentil 16, 50, dan 84 merupakan nilai yang biasanya digunakan
untuk perhitungan ini.

Sortasi/pemilahan. Sortasi dari populasi butiran adalah pengukuran range dari persentase butiran
dan besarnya penyebarannya, atau tebaran, dari ukuran-ukuran ini yang berada disekitar mean. Sortasi
dapat dperkirakan di lapangan atau dalam laboratoriun dengan menggunakan kaca pembesar/lup atau
mikroskop dan dapat digunakan dalam bagan estimasi visual (Gambar 5.3). Banyak penentuan sortasi
yang lebih akurat yang mewajibkan perhitungan matematika pada data ukuran butir. Pernyataan
matematika dari sortasi adalah standar deviasi. Pada statistik konvesional, satu standar deviasi meliputi
68 persen bagian tengah dari area dibawah kurva frekuensi (Gambar 5.4). 68 persen dari nilai ukuran

butir tergantung pada plus atau minusnya suatu standar deviasi pada mean. Formulasi untuk
menghitung standar deviasi dengan metode statistic-grafik ditunjukkan pada Tabel 5.3. Dengan
catatan bahwa standar deviasi yang dihitung dengan formulasi ini dinyatakan dalam satuan phi
() dan ini disebut standar deviasi phi. Simbol harus selalu dituliskan disebelah nilai standar
deviasi. Istilah lisan/verbal untuk sortasi yang sesuai dengan beragam nilai dari standar deviasi
ditunjukkan dibawah ini, setelah Folk (1974).
Standar Deviasi
<0,35
0,35 0,50
0,50 0,71
0,71 1,00
1,00 2,00
2,00 4,00
>4,00

Verbal Terms
Very well sorted
Well sorted
Moderately well sorted
Moderately sorted
Poorly sorted
Very poorly sorted
Extremely poorly sorted

Istilah Verbal
Sortasi sangat baik
Sortasi baik
Sortasi sedang baik
Sortasi sedang
Sortasi buruk
Sortasi sangat buruk
Sortasi sangat amat buruk

Gambar 5.2. Metode perhitungan nilai persentil dari kurva kumulatif.


GAMBAR
Gambar 5.3. Gambar sortasi butiran untuk sedimen dengan derajat sortasi yang berbeda. (Dari
Anstey, R.L., dan T. L. Chase, 1974, Environtments trough time:Burgess, Minneapolis, Minn.
Gambar. 1.2, hal.2, dicetak kembali atas izin Burgess Publishing Co.)
GAMBAR
Gambar. 5.4. Kurva frekuensi untuk distribusi normal pada nilai yang menunjukkan hubungan
standar deviasi dengan mean. Satu standar deviasi (1) pada saah satu sisi dari perhitungan mean

untuk 68 persen pada daerah dibawah kurva frekuensi (Setelah Friedman, G. M., and J. E.
Sanders, Principles of sedimentology. 1978 oleh John Wiley & Sons, Inc. Gambar 3.12, hal.
70, dicetak kembali atas izin John Wiley & Sons, Inc., New York.)
GAMBAR
Tabel 5.3. Formulasi untuk menghitung parameter statistik ukuran butir dengan metode grafik.
TABEL
Sumber: Folk, R. L., dan W. C. Ward, 1957, Brazos River Bar:A study in the significance of
grain-size parameters:Jour. Sedimentary Petrology, vol.27, hal. 3-26.
Gambar 5.5. Kurva frekuensi yang menjelaskan mode, median, mean dan perbedaan antara kurva
frekuensi normal dan kurva tidak simetris (skewed). (Setelah Friedan, G. M., dan J. E. Sanders,
Principles of sedimentology. 1978 oleh John Wiley & Sons, Inc. Gambar 3.18, hal. 75, dicetak
kembali atas izin John Wiley & Sons, Inc., New York.)
GAMBAR
Telah disebutkan, sebagian besar populasi ukuran butir sedimen biasa tidak
memperlihatkan distribusi ukuran butir normal atau normal-log. Kurva frekuensi pada beberapa
populasi tidak normal bukan merupakan kurva berbentuk lonceng sempurna seperti pada contoh
yang digambarkan pada Gambar 5.5A. Malah, mereka menunjukkan kondisi yang tidak simetris
beberapa derajat, atau skewness/kecondongan. Mode, mean, dan median dalam populasi
skewness ukuran butir, semuanya berbeda, seperti yang digambarkan pada Gambar 5.5B dan
5.5C. Skewness mencerminkan sortasi pada bagian akhir dari populasi ukuran butir. Populasi
yang memiliki butiran halus berlebih pada bagian akhir (Gambar 5.5B) disebut sebagai skewness
positif atau skewness halus, artinya skewness dengan nilai ke arah positif. Populasi yang
memiliki butiran kasar yang berlebih pada bagian akhir (Gambar 5.5C) adalah skewness negative
atau skewness kasar. Skewness grafik dapat dihitung dengan persamaan 3 pada Tabel 5.3.
Skewness verbal/lisan berhubungan dengan nilai perhitungan skewness yang akan ditunjukkan
dibawah ini (Folk, 1974):
Skewness

Verbal Skewness

Skewness Verbal

> + 0,30
+0,30 hingga +0,10
+0,10 hingga 0,10
0,10 hingga 0,30
< 0,30

Strongly fine skewed


Finke sewed
Near symmetrical
Coarse skewed
Strongly coarse skewed

Skewness sangat halus


Skewness halus
Mendekati simetris
Skewness kasar
Skewness sangat kasar

Kurva ukuran butir dapat menunjukkan berbagai derajat dari ketajaman atau keruncingan
puncak. Derajat keruncingan puncak disebut kurtosis. Kurva tajam-runcing disebut leptokurtik;
kurva runcing-datar disebut platykurtik. Formulasi untuk menghitung kurtosis ditunjukkan Tabel
5.3. Meskipun kurtosis umumnya dihitung bersama dengan parameter ukuran butir lainnya,
makna geologinya belum diketahui; tampaknya memiliki sedikit nilai dalam studi ukuran butir.
Parameter statistik ukuran butir dapat dihitung secara langsung, tanpa referensi plot
grafis, secara matematika dengan metode momentum/metode waktu. Prosedur untuk
menghitung statistic ukuran butirdengan metode momentum telah diketahui selama bertahuntahun (Krumbein dan Pettijohn, 1938). Metode ini belum digunakan secara luas hingga baru-baru
ini, karena perhitungan ini melibatkan banyak tenaga, dan karena metode ini belum dapat
membuktikan secara pasti bahwa statistik waktu/momentum memiliki nilai yang lebih besar
daripada statistic grafis dalam aplikasi untuk permasalahan geologi. Dengan adanya teknologi
computer modern yang canggih, perhitungan tidak menimbulkan masalah lagi, dan sekanang,
statistik

waktu/momentum

telah

digunakan

secara

umum.

Perhitungan

statistik

waktu/momentum termasuk mengalikan berat(frekuensi berat dalam persen) oleh jarak (dari titik
tengah dari tiap kelas/tingkat ukuran dengan sembarangan pada sumbu absis). Persamaan untuk
menghitung statistik waktu/momentum terdapat dalam Tabel 5.4 dan contoh bentuk perhitungan
menggunakan kelas/tingkat ukuran diberikan pada Tabel 5.5.
Penggunaan dan Interpretasi Data Ukuran Butir
Ukuran butir merupakan komponen fisika yang mendasar dari batuan sedimen dan tentu saja
sangat berguna dalam mendeskripsi batuan. Selain itu, aspek yang berhubungan dengan
porosistas dan permeabilitas yang sangat diminati oleh ahli perminyakan dan ahli hodrologi.
Karena ukuran dan sortasi dari butiran sedimen mungkin mencerminkan mekanisme sedimentasi
dan kondisi lingkungan pengendapan, penelitian data ukuran butir telah banyak diasumsikan

sebagai alat yang sangat berguna dalam menginterpretasi lingkungan pengendapan dari batuan
sedimen purba.
Tabel

5.4.

Formulasi

untuk

menghitung

parameter

ukuran

butir

dengan

statistik

waktu/momentum.
TABEL
Tabel 5.5. Bentuk untuk menghitung statistik waktu/momentum menggunakan kelas
TABEL
Sumber: McBridge, E. F., Mathematical treatment of size distribution data, in R. E. Carver (ed.),
Procedurs in sedimentolary petrology. 1971 oleh John Wiley & Sons, Inc. Tabel 2, hal. 119,
dicetak kembali atas izin John Wiley & Sons, Inc., New York.
Dasar untuk Interpretasi Lingkungan Pengendapan. Telah banyak diasumsikan bahwa
karakteristik ukuran butir mencerminkan kondisi lingkungan pengendapan. Para ahli geologi
telah melakukan penelitian mengenai ukuran butir pada material sedimen dan batuan sedimen
selama lebih dari satu abad, dan mengupayakan riset sejak tahun 1950 yang terutama difokuskan
pada perlakuan statistik terhadap data ukuran butir. Waktu penelitian ukuran butir yang telah
lama ini menghasilkan ratusan tulisan mengenai jurnal geologi dan meningkatkan jumalh
bibliografi dari berbagai sedimentologists. Jadi, sangat logis untuk mengasumsikan bahwa
hubungan antara karakteristik ukuran butir dan lingkungan pengendapan sangat erat. Sayangnya,
hal seperti ini tidak terjadi! Mari kita memeriksa dengan singkat perkembangan terkini pada
aplikasi karakteristik ukuran butir terhadap interpretasi lingkungan pengendapan.
Karakteristik utama dari distribusi ukuran butir sedimen adalah interaksi dari beberapa
proses, yang dimulai dari pelapukan pada area sumber. Butiran dari ukuran yang beragam
terlepas dari batuan induk melalui pelapukan dan masuk dalam mekanisme transportasi sedimen.
Selama proses transportasi melalui air dan udara, terjadi perubahan terhadap populasi ukuran
butir yang memecah ukuran butir menjadi butiran halus atau rapuh/brittle dan muncullah
pemilahan/sortasi akibat dari perbedaan ukuran, bentuk, dan berat jenis butiran. Populasi butiran
akhirnya mencapai sebuah tempat pengendapan tertentu yang mungkin dapat dimodifikasi oleh
proses pengendapan lokal seperti reworking oleh gelombang di pantai. Akhirnya

Anda mungkin juga menyukai