Anda di halaman 1dari 7

BAB 1.

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Obat tradisional Indonesia merupakan warisan budaya bangsa sehingga
perlu dilestarikan, diteliti dan dikembangkan. Penelitian obat tradisional Indonesia
mencakup penelitian obat herbal tunggal maupun dalam bentuk ramuan. Jenis
penelitian yang telah dilakukan selama ini meliputi penelitian budidaya tanaman
obat, analisis kandungan kimia, toksisitas, farmakodinamik, formulasi, dan uji
klinik. Dari jenis penelitian di atas, uji klinik masih sangat kurang dilakukan
dibandingkan jenis penelitian lainnya, sehingga data khasiat dan keamanan obat
herbal pada manusia masih sangat jarang. Hal tersebut antara lain karena biaya
penelitian untuk uji klinik sangat besar dan uji klinik hanya dapat dilakukan bila
obat tradisional/obat herbal tersebut telah dibuktikan aman dan memperlihatkan
efek yang jelas pada hewan coba. Penelitian mengenai budidaya tanaman obat
dilakukan untuk memenuhi kebutuhan tanaman obat tertentu yang meningkat
sehingga kebutuhan tidak terpenuhi dari lahan yang ada atau karena berkurangnya
lahan tempat tumbuh tanaman obat. Alasan utama keengganan profesi kesehatan
untuk meresepkan atau menggunakan obat tradisional karena bukti ilmiah
mengenai khasiat dan keamanan obat tradisional pada manusia masih kurang.
Obat tradisional Indonesia merupakan warisan budaya bangsa sehingga perlu
digali, diteliti dan dikembangkan agar dapat digunakan lebih luas oleh masyarakat
(Dewoto. 2007).
Pada dasarnya obat tradisional (herbal) telah diterima secara luas di hampir
seluruh Negara di dunia. Menurut World Health Organization (WHO) tahun 2003,
negara-negara di Afrika, Asia dan Amerika Latin menggunakan obat tradisional
(herbal) sebagai pelengkap pengobatan primer yang mereka terima. Bahkan di
Afrika, sebanyak 80% dari populasi menggunakan obat herbal untuk pengobatan
primer. Faktor pendorong terjadinya peningkatan penggunaan obat tradisional di
negara maju adalah usia harapan hidup yang lebih panjang pada saat prevalensi
penyakit kronis meningkat, adanya kegagalan penggunaan obat modern untuk
penyakit tertentu di antaranya kanker, semakin luas akses informasi mengenai
obat tradisional di seluruh dunia, serta adanya pola pikir masyarakat untuk

kembali menggunakan bahan alam (back to nature). WHO merekomendasi


penggunaan obat tradisional termasuk herbal dalam pemeliharaan kesehatan
masyarakat, pencegahan dan pengobatan penyakit, terutama untuk penyakit
kronis, penyakit degeneratif dan kanker. WHO juga mendukung upaya-upaya
dalam peningkatan keamanan dan khasiat dari obat tradisional.

Penggunaan obat tradisional di indonesia merupakan bagian dari


budaya bangsa dan tclah dimanfaatkan oleh masyarakat sejak berabad-abad
yang lalu. Namun demikian, secara umum efektifitas dan keamanannya
belum sepenuhnya didukung hasil penelitian yang memadai. Mengingat hal
tersebut dan menyadari bahwa Indonesia sebagai megacenter tanaman obat
di dunia, maka perlu adanya suatu kebijakan nasional yang dapat menjadi
acuan semua pihak yang terkait didalamnya . Kebijakan Obat Tradisional
Nasional selanjutnya disebut KOTRANAS adalah dokumen resmi yang
berisi pernyataan komitmen semua pihak yang menetapkan tujuan dan
sasaran nasional di bidang obal tradisional beserta prioritas, strategi dan
peran berbagai pihak dalam penerapan komponen-komponen pokok
kebijakan untuk pencapaian tujuarn pembangunan nasional khususnya di
bidang kesehatan (Kontranas. 2007). Oleh karena itu, diharapkan
penggunaan obat tradisional dapat diterima di semua kalangan.
Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013 yang dilakukan oleh Badan
Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementrian Kesehatan RI menyatakan
bahwa 30.4% (89.753) dari 294.962 sampel rumah tangga masih memanfaatkan
Pelayanan Kesehatan Tradisional (YANKESTRAD), dimana 49% dari pengguna
YANKENSTRAD

melibatkan

penggunaan

ramuan

seperti

jamu.

YANKENSTRAD yang berupa ramuan banyak dimanfaatkan rumah tangga di


perkotaan dan pedesaan dengan proporsi seimbang. Lebih lanjut Riskesdas 2013
menjelaskan alasan-alasan penggunaan YANKENSTRAD yang berupa ramuan
oleh sampel yakni untuk menjaga kesehatan dan kebugaran (52,7%), tradisi atau
kepercayaan (12,3%), ramuan lebih manjur khasiatnya (18,4%), alasan coba-coba
(2,8%), putus asa (1,8%), dan alasan terakhir yang mendasari penggunaan ramuan
adalah biaya murah. Alasan pengunaan obat tradisional oleh masyarakat yang

dirangkum dalam Riskesdas ini secara tidak langsung mengamini pernyataan Dr


Margaret Chan mengenai obat tradisional bahwa obat tradisional adalah
pengobatan yang mudah diakses dan ekonomis bagi masyarakat serta obat
tradisional sudah menjadi bagian dari tradisi masyarakat yang diturunkan secara
turun temurun dan dipercaya khasiatnya oleh sekelompok besar masyarakat
(Riskesdas, 2013).
Peraturan tentang regulasi jamu telah diatur oleh pemeritah seperti
Undang-Undang No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan, Pasal 48 menyatakan
bahwa pelayanan kesehatan tradisional merupakan bagian dari penyelenggaraan
upaya kesehatan. Pengobatan tradisional diakui sebagai bagian dari sistem
pelayanan kesehatan, sehingga perlu adanya sinkronisasi antara sistem pelayanan
kesehatan formal dan sistem pelayanan kesehatan tradisional. Pasal 101 dalam UU
No 36 tahun 2009 tentang Kesehatan, disebutkan bahwa sumber obat tradisional
yang terbukti berkhasiat dan aman, harus dijaga kelestariannya. Berdasarkan
pernyataan tersebut perlu dilakukan pembuktian empiris terkait khasiat dan
keamanan obat tradisional (jamu). Saintifikasi jamu merupakan salah satu bentuk
penelitian dan pengembangan bahan baku obat tradisional berbasis pelayanan
kesehatan berdasarkan pembuktian ilmiah (evidence based) (Departemen
Kesehatan RI., 2010). Kegiatan penelitian dan pengembangan bahan baku obat
tradisional harus berdasarkan aspek mutu, keamanan, dan khasiat dari bahan baku
tersebut (Departemen Kesehatan RI., 2013).
Program Studi Profesi Apoteker Universitas Jember bekerja sama dengan
Materia Medica Batu, Malang dalam menyelenggarakan Praktek Kerja Profesi
Apoteker (PKPA) yang dilaksanakan pada tanggal 13 September 2016. Kegiatan
praktek kerja profesi apoteker dilaksanakan dengan harapkan para calon apoteker
dapat mengenal, mengerti, dan menghayati peran serta tanggung jawab seorang
apoteker di badan penelitian, pengembangan tanaman obat, selain itu juga dapat
menambah pengetahuan serta meningkatkan keterampilan dalam pekerjaan
kefarmasiannya dalam klinik saintifikasi jamu.

1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Memberikan pengalaman dan pengetahuan bagi calon Apoteker tentang
peran, tugas, fungsi pokok dan tanggung jawab Apoteker dalam pelaksanaan
Saintifikasi Jamu dan aplikasinya.
1.2.2 Tujuan Khusus
1. Meningkatkan pemahaman calon apoteker tentang peran, tugas, fungsi
pokok, dan tanggung jawab apoteker dalam pelaksanaan saintifikasi
jamudi Materia Medica Batu
2. Meningkatkan wawasan, pengetahuan, keterampilan dan pengalaman
praktis mengenai kontrol kualitas bahan baku jamu.
3. Memahami peran apoteker dalam pelayanan kefarmasian di klinik
saintifikasi jamu.
4. Mempersiapkan calon Apoteker dalam memasuki dunia kerja sebagai
tenaga farmasi yang profesional di layanan kesehatan yang menerapkan
Saintifikasi Jamu
1.3 Manfaat
1.3.1 Bagi Mahasiswa
Manfaat yang bisa diperoleh dari dilaksanakannya Praktik Kerja Profesi
Apoteker (PKPA) di Materia Medica Batu Malang adalah :
1. Mahasiswa mengetahui pengelolaan bahan jamu mulai hulu sampai hilir sesuai
peraturan yang berlaku.
2. Mahasiswa mampu melakukan kontrol kualitas, keamanan, dan khasiat dari
bahan baku jamu sesuai peraturan yang berlaku.
3. Mahasiswa mampu mempraktikkan asuhan kefarmasian agar tercapai tujuan
terapi bagi pasien.
1.3.2 Bagi Institusi UPT Materia Medica Batu
Manfaat Praktik Kerja Profesi Apoteker (PKPA) bagi institusi UPT
Materia Medica Batu adalah:

1. Sebagai bahan masukan bagi institusi dalam pelaksanaan pembudidayaan


dan pengolahan tanaman obat
2. Menambah kepustakaan UPT Materia Medica mengenai pembudidayaan,
pengolahan dan pengembangan tanaman obat.
1.3.3 Bagi Institusi Universitas Jember
Manfaat Praktik Kerja Profesi Apoteker (PKPA) bagi institusi Universitas
Jember adalah:
1. Sebagai bahan evaluasi bagi Universitas Jember untuk kegiatan mengajar
Praktik Kerja Profesi Apoteker (PKPA) selanjutnya.
2. Sebagai tempat untuk penerapan materi atau teori yang telah disampaikan
di kuliah dengan perapan di UPT Materia Medica Batu.

7
Daftar pustaka
Dewoto, H.R. 2007. Pengembangan Obat Tradisional Indonesia Menjadi Fitofarmaka.
Majalah Kedokteran Indonesia Vol: 57, No: 7.
KepMenKes. 2007. Kebijakan Obat Tradisional Nasional Tahun 2007. Departemen
Kesehatan Republik Indonesia.
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI, Riset Kesehatan
Dasar 2013, Jakarta, Kesehatan Kementerian Kesehatan RI.

Anda mungkin juga menyukai