Anda di halaman 1dari 8

Danang Jaya Pamungkas

0130840052
Kelas A
AUTOIMUN PADA MANUSIA
Penyakit AutoImune adalah penyakit dimana sistem kekebalan yang terbentuk salah
mengidentifikasi benda asing, dimana sel, jaringan atau organ tubuh manusia justru dianggap
sebagai benda asing sehingga dirusak oleh antibodi. Jadi adanya penyakit autoimmune tidak
memberikan dampak peningkatan ketahanan tubuh dalam melawan suatu penyakit, tetapi
justru terjadi kerusakan tubuh akibat kekebalan yang terbentuk.
Jika tubuh dihadapkan sesuatu yang asing maka tubuh memerlukan ketahanan berupa
respon immun untuk melawan substansi tersebut dalam upaya melindungi dirinya sendiri dari
kondisi yang potensial menyebabkan penyakit. Untuk melakukana hal tersebut secara efektif
maka diperlukan kemampuan untuk mengenali dirinya sendiri sehingga dapat memberikan
respon pada kondisi asing atau bukan dirinya sendiri. Pada penyakit autoimmune terjadi
karena kegagalan untuk mengenali beberapa bagian dari dirinya.
Secara teori Autoimunitas adalah respon imun terhadap antigen tubuh sendiri yang
disebabkan oleh menkanisme normal yang gagal berperan untuk mempertahankan selftolerance sel B, sel T atau keduanya. Respon imun terlalu aktif menyebabkan disfungsi imun,
menyerang bagian dari tubuh tersebut dan merupakan kegagalan fungsi sistem kekebalan
tubuh yang membuat badan menyerang jaringannya sendiri. Sistem imunitas menjaga tubuh
melawan pada apa yang terlihatnya sebagai bahan asing atau berbahaya. Bahan seperti itu
termasuk mikro-jasad, parasit (seperti cacing), sel kanker, dan malah pencangkokkan organ
dan jaringan.
Setiap penyakit yang dihasilkan dari seperti respon imun yang menyimpang, kerusakan
jaringan atau gangguan fungsi fisiologis yang ditimbulkan oleh respon autoimun disebut
penyakit autoimun.
Penyakit autoimun dapat terjadi apabila seorang kehilangan self-tolerance, sehingga
system imun tidak mampu membedakan antara sel atau jaringan tubuh sendiri dengan sel atau
jaringan asing, sehingga jarungan tubuh dianggap sebagai antigen yang harus dimusnahkan.
Pada penyakit auto imun terjadi reaksi respon imun, baik respon selular berupa reaksi
pengrusakan jaringan oleh limfosit T dan makrofag, maupun respon imun humoral dengan
pembentukan antibody yang ditujukan terhadap jaringan tubuh sendiri. Antibody yang
ditunjukan terhadap jaringan tubuh sendiri ini desebut dengan autoantibodi. Respon terhadap
self antigen melibatkan kompenen-kompenen yang juga bekerja dalam respon imun yaitu
antibody,system komplemen, reaksi kompleks imun dan cell-mediated immunity (CMI)

Mekanisme reaksi autoimunitas digolongkan menjadi beberapa tipe reaksi yaitu :


1.

Reaksi autoimunitas tipe 1


Reaksi autoimunitas tipe 1 melibatkan antibody dalam menyerang jaringan
tubuh sendiri. Antibody tersebut semula dibuat sebagai respon tubuh terhadap paparan
antigen antara lain virus, akan tetapi sekuen asam amino dari protein virus mirip
dengan sekuen protein dari jaringan tubuh, sehingga antibody yang ada dapat merusak
jaringan tubuh sendiri. Penyakit hepatitis yang disebabkan oleh virus hepatitis C
merupakan salah satu penyakit hepatitis autoimun berdasarkan reaksi autoimun tipe 1

2.

tersebut.
Reaksi auto imunitas tipe 2 (sitotoksik)
Gravesdisease dan myasthenia gravis merupakan contoh penyakit auto imun
yang terjadi berdasarkan reaksi autoimunutas tipe 2. Penyakit graves timbul sebagai
akibat dari produksi antibody yang merangsang tiroid. Mekanisme respon autoimun
yang terjadi pada penyakit graves, melibatkan reaksi antibody yang disebut dengan
long acting thyroid stimulator bereaksi dengan reseptor thyroid stimulating hormone
yang terdapat pada permukaan kelenjar tiroid, sehingga meningkatkan produksi
hormone tiroid yang berlebihan (Hyperthyroidism)dan pembesaran kelenjar tiroid.
Penyakit myasthenia gravis merupakan penyakit autoimun yang
mengakibatkan kelemahan otot secara progresif. Hal ini disebabkan karena antibody
menutupi reseptor asetilcolin pada hubungan neuromuskuler. Reaksi antara reseptor
asetilkolin dengan imuniglobulin dapat mencegah penerimaan impuls saraf, yang
dalam keadaan normal disalurkan oleh molekul aseti;kolin, sehingga menimbulkan
kelemahan otot. Apabila otot yang diserang adalah otot diafragma, maka diafragma
tidak dapat berfungsi dengan baik sehingga menyebabkan kegagalan pernafasan dan

3.

kematian.
Reaksi autoimunitas tipe 3 (Komplek Imun)
Systemic lupus eritematosus dan rheumatoid arthritis, merupakan autoimun
yang terjadi akibat reaksi autoimunitas tipe 3 (Komplek Imun). Manifestasi lupus
eritematosus sistemik umumnya terjadi pada bagian organ dan jaringan diseluruh
tubuh, terutama menyerang kaum wanita. Penyebab penyakit ini belum sepenuhnya
diketahui, akan tetapi pada beberapa penderita ditemukan antibody yang spesifik
terhadap beberapa kompenen tubuhnya sendiri termasuk terhadap DNA, yang diduga
dilepas pada saat penghancuran sel atau jaringan secara normal, terutama sel-sel kulit.
Pada penderita yang secara genetic menunjukan predisposisi untuk penyakit lupus
eritematosus sistemik, dijumpai gangguan system regulasi sel T dan fungsi sel B yang
dapat diinduksikan oleh beberapa factor. Gejala awal yang menetap adalah alergi

terhadap antigen yang umum. Hal ini diduga akibat adanya anti-limfosit T yang dapat
menyebabkan limfopenia dan kerentanan terhadap infeksi oportunistik. Defisiensi sel
T-penekan (Ts) merupakan gangguan utama, sehingga sel B menjadi hiperaktif
memproduksi immunoglobulin berlebihan, terutama di daerah tepi. Pada penderita
lupus eritomotosus sistemik, aktifasi sel B dapat memacu pembentukan antibody anti
DNA secara tidak terkendali, kemudian bereaksi dengan self antigen dalam tubuhnya.
Kompleks self antigen dan autoantibodi yang terbentuk tersebut dapat mengaktifasi
system komplemen dan respon imun sel-sel efektor lain berakibat kerusakan jaringan,
misalnya

kerusakan

pembuluh

darah

(vasculitis),

kerusakan

glomerulus

(Glomerulonefritis) dan kerusakan jaringan lainnya.


Rheumatoid arthritis merupakan kelainan sendi yang disebabkan oleh reaksi
komleks imun antara IgM, IgG dan komplenen pada persendian. Reaksi komplek
imun yang terjadi antara factor rheumatoid dengan bagian Fc-IgG yang ditimbun pada
sinofial sendi akan mengaktifkan system komplemen dan melepaskan mediator
kemotaksis terhadap granulosit. Respon inflamasi yang disertai peningkatan
permeabilitas vaskuler menimbulkan pembengkakan sendi dan sakit bila eksudat
bertambah banyak. Senyawa enzimatik dilepas oleh neutrophil segera mencegah
kolagen dan tulang rawan sendi yang menimbulkan destruksi permukaan sendi
sehingga menggangufungsi normal sendi. Akibat inflamasi yang berulang, dapat
terjadi penimbunan fibrin dan penggantian tulang rawan oleh jaringan ikat, sehingga
4.

sendi sulit untuk digerakan.


Reaksi autoimunitas tipe 4 (Cell-mediated autoimmune)
Penyakit multiple seclerosis merupakan salah satu contoh reaksi autoimun
dimana sel T makrofag dapat merusak sel-sel saraf. Gejala penyakit ini sangat
beragam mulai dari kelelahan yang kronis sampai kelumpuhan (paralysis).
Perkembangan penyakit ini sangat lambat dan dapat berlangsung selama bertahuntahun.
Penyebab penyakit ini belum diketahui secara pasti, akan tetapi secara epidemologi
diduga bahwa beberapa jenis mikroorganisme pathogen terlibat dalam proses
perjalananpenyakit. Infeksi virus Epstein-Barr seringkali disebut sebagai penyebab
utama. Belum ditemukan obat untuk mengatasi kondisi penderita, akan tetapi
pemberiaan interferon dan beberapa obat untuk memperbaiki system imunitas dapat
memperlambat keparahan penyakit.
Penyakit autoimun lainnya yang terjadi akibat reaksi autoimunitas tipe 4
adalah Hashimotos thyroiditis dan diabetes militus yang tergantung pada insulin.

Hashimotos thyroiditis terjadi akibat distruksi kelenjar tiroid. Melalui respon


imun selular, terutama oleh sel T. penyakit ini sering ditemukan pada wanita dewasa
berupa pembesaran kelenjar tiroid (Goiter) dan kelainan fungsi kelenjar. Walaupun
autoantibodi disuga mempunyai peran penting dalam menimbulkan kelainan, tenyata
respon imun selular yang terutama menyebabkan keadaan patologik. Pada keadaan ini
terjadi peningkatan aktifitas sel T-sitotoksik dan produksi limfokin oleh limfosit T.
diduga bahwa autoantibodi dibentuk karena adanya kerusakan sel akibat respon imun
selular. Efek sitotoksisitas juga terjadi dengan bantuan antibody (Antibody dependent
cell mediated cytotoxicity / ADCC). Komplek autoantigen-autoantibodi melekat pada
sel folekular, selanjutnya merangsang sel-sel efektor yaitu sel K untuk merusak
kelenjar tiroid.
Penyakit auto imun lainnya yaitu diabetes militus yang tergantung pada insulin
(Insulin dependent diabetes millitus ). Melalui reaksi yang sama, respon imun selular
dapat merusak sel-sel pancreas yang mengsekresi insulin. Kerusakan sel pancreas
dapat mengakibatkan penyakit diabetes yang selalu tergantung pada insulin.
Faktor yang Berperan pada Automunitas
1.

Infeksi dan Kemiripan Molekular


Banyak infeksi yang menunjukkan hubungan dengan penyakit autoimun
tertentu. Beberapa penyakit memiliki epitope yang sama dengan antigen sendiri.
Respon imun yang timbul terhadap bakteri tersebut bermula pada rangsangan
terhadap sel T yang selanjutnya merangsang sel B untuk membentuk autoantibodi.
Infeksi virus dan bakteri dapat berkontribusi dalam terjadinya eksaserbasi
autoimunitas. Pada kebanyakan hal, mikroorganisme tidak dapat ditemukan.
Kerusakan tidak disebabkan oleh penyebab mikroba, tetapi merupakan akibat respon
imun terhadap jaringan yang rusak. Contoh penyakit yang ditimbulkan oleh kemiripan
dengan antigen sendiri adalah demam reuma pasca infeksi streptokok, disebabkan
antibodi terhadap streptokok yang diikat jantung dan menimbulkan miokarditis.

2.

Sequestered Antigen
Sequestered antigen adalah antigen sendiri yang karena letak anatominya,
tidak terpapar dengan sistem imun. Pada keadaan normal,sequestered antigen tidak
ditemukan untuk dikenal sistem imun. Perubahan anatomik dalam jaringan seperti
inflamasi (sekunder oleh infeksi, kerusakan iskemia atau trauma), dapat
memajankan sequestered antigen dengan sistem imun yang tidak terjadi pada keadaan
normal. Contohnya protein intraoktakular pada sperma.

3.

Kegagalan Autoregulasi
Regulasi imun berfungsi untuk mempertahankan homeostasis. Gangguan
dapat terjadi pada presentasi antigen, infeksi yang meningkatkan respon MHC, kadar
sitokin yang rendah (misalnya TGF-) dan gangguan respon terhadap IL-2.
Pengawasan beberapa sel autoreaktif diduga bergantung pada sel Ts atau Tr. Bila
terjadi kegagalan sel Ts atau Tr, maka sel Th dapat dirangsang sehingga menimbulkan
4.

autoimunitas.
Aktivasi Sel B Poliklonal
Autoimunitas dapat terjadi oleh karena aktivasi sel B poliklonal oleh virus
(EBV), LPS dan parasit malaria yang dapat merangsang sel B secara langsung yang
menimbulkan autoimunitas. Antibodi yang dibentuk terdiri atas berbagai autoantibodi.

5.

Obat-obatan
Antigen asing dapat diikat oleh permukaan sel dan menimbulkan reaksi kimia
dengan antigen permukaan sel tersebut yang dapat mengubah imunogenitasnya.
Trombositopenia dan anemia merupakan contoh-contoh umum dari penyakit
autoimun yang dicetuskan obat. Mekanisme terjadinya reaksi autoimun pada
umumnya belum diketahui dengan jelas. Pada seseorang yang mendapat prokainamid
dapat ditemukan antibodi antinuklear dan timbul sindroma berupa LES. Antibodi
menghilang bila obat dihentikan.

6.

Faktor Keturunan
Penyakit autoimun mempunyai persamaan predisposisi genetic. Meskipun
sudah diketahui adanya kecendrungan terjadinya penyakit pada keluarga, tetapi
bagaimana hal tersebut diturunkan, pada umumnya adalah kompleks dan diduga
terjadi atas pengaruh beberapa gen.
Dari sekian banyaknya jenis penyakit autoimun, beberapa penyakit autoimun di bawah ini
merupakan yang sering sekali ditemui.
1. Rheumatoid arthritis
Rheumatoid arthritis alias radang sendi adalah penyakit autoimun yang sering
ditemui. Sistem kekebalan tubuh memproduksi antibodi yang menyerang pelapis
sendi. Akibat dari serangan antibodi semacam ini adalah peradangan, pembengkakan,
dan nyeri.
Jika tidak diobati, penyakit ini akan menyebabkan kerusakan permanen pada
sendi. Untuk mencegahnya memburuk, penderita rheumatid arthritis biasanya akan

diberikan obat oral atau suntik yang berfungsi mengurangi agresivitas sistem
kekebalan tubuh.
2. Lupus
Penyakit autoimun yang sering kita dengar lainnya adalah systemic lupus
erythematosus atau biasa kita sebut dengan lupus saja. Penyakit ini menyebabkan
seseorang mengembangkan antibodi yang justru menyerang hampir ke seluruh
jaringan tubuh.
Beberapa bagian tubuh yang paling sering diserang adalah sendi, paru-paru,
ginjal, dan jaringan saraf. Untuk mengobati lupus, dokter biasanya memberikan obat
steroid minum untuk menurunkan fungsi imun.
3. Diabetes tipe-1
Penyakit ini biasanya akan terdiagnosis sejak usia kanak-kanak atau dewasa
awal. Penyakit Diabetes tipe-1 disebabkan oleh serangan sistem kekebalan tubuh pada
sel-sel di pankreas yang memiliki tugas memproduksi insulin.
Hal ini menyebabkan terganggunya produksi insulin sehingga tubuh tidak
mampu mengontrol kadar gula darah. Jika hal ini tidak dihentikan, maka berisiko
timbul kerusakan pada tubuh, seperti gagal ginjal, kebutaan, stroke, penyakit jantung,
atau masalah terkait sirkulasi darah dalam tubuh. Untuk mengobatinya, pasien akan
diberikan suntikan insulin. Selain itu, mereka wajib untuk melakukan pemantauan
kadar gula darah, konsumsi diet sehat, dan olahraga teratur.
4. Multiple sclerosis (MS).
Pada saat sistem kekebalan tubuh seseorang menyerang sel-sel saraf sendiri,
beberapa gejala yang mengerikan berisiko muncul sebagai akibatnya. Penyakit ini
biasa disebut dengan multiple sclerosis alias MS.
Beberapa gejala yang timbul akibat penyakit ini, antara lain nyeri, kebutaan,
gangguan koordinasi tubuh, dan kejang otot. Gejala lainnya yang mungkin timbul
adalah tremor, mati rasa ekstrem, kelumpuhan, susah bicara, atau susah berjalan.
Untuk mengobatinya, obat-obatan tertentu bisa digunakan untuk menekan sistem
kekebalan tubuh. Terapi fisik atau okupasi dapat dilakukan untuk membantu pasien
MS dapat melakukan kegiatan sehari-hari.

5.

Graves disease
Ini adalah penyakit autoimun yang menyebabkan kelenjar tiroid menjadi
terlalu aktif. Mereka yang menderita penyakit ini kemungkinan akan mengalami

aneka gejala yang bisa mengganggu kegiatan sehari-harinya. Kesulitan tidur, mudah
tersulut emosi, berat badan turun tanpa sebab, dan mata menonjol adalah sebagian
gejalanya. Gejala lain yang mungkin timbul adalah terlalu peka pada hawa panas, otot
lemah, tremor (tangan bergetar), dan periode menstruasi yang singkat.
Untuk mengobatinya, penderita kemungkinan akan diberikan pil radioaktif
iodium. Pil ini digunakan untuk membunuh sel-sel kelenjar tiroid yang terlalu aktif.
Pasien dapat juga diberikan obat anti tiroid. Meski jarang, bisa saja penderita penyakit
ini butuh prosedur pembedahan.
6.

Psoriasis
Psoriasis adalah kondisi terlalu aktifnya sistem kekebalan tubuh sehingga
menyebabkan kulit mengalami kondisi kronis. Kondisi ini disebabkan oleh salah satu
sel darah dalam sistem kekebalan tubuh yang terlalu aktif, yaitu Sel-T. Berkumpulnya
Sel-T di kulit menyebabkan rangsangan pada kulit untuk mereproduksi lebih cepat
dari seharusnya. Selain itu, bisa menyebabkan kulit berwarna keperakan dan
bersisik. Untuk menanganinya, dapat menggunakan krim steroid, terapi cahaya,
ataupun obat oral

DAFTAR PUSTAKA

Dr. Viswanath, Deepak. mei 2013. Understanding Autoimmune Disease Volume 6.


http://iosrjurnals.org/jurnal/Autoimmune.htm, 8 mei 2016.
Muhaimin, Rafi. Oktober 2010. Gangguan Imunitas Pada Manusia Volume 1.
http://google.com/jurnal-gangguan-imun.htm. 8 mei 2016
Irjayanto,

Rifky.

2014.

Gangguan

Autoimun.

[Online].

http://www.wordpress.org/gangguan-autoimun.htm. [8 mei 2016]


Radji, Maksum. 2015. Imunologi & Virologi. Jakarta : Penerbit PT. ISFI 2015

Tersedia

Anda mungkin juga menyukai