Anda di halaman 1dari 36

GAMBARAN KARAKTERISTIK PENYAKIT

DIABETES MELITUS TIPE II DI PUSKESMAS WAENA


PERIODE JANUARI-DESEMBER 2017
NAMA : D A N A N G J AYA PA M U N G K A S
NIM : 0130840052

DOSEN PEMBIMBING I : dr. EKA DIAN A. FATEM,M.EPID


DOSEN PEMBIMBING II : dr. TRAJANUS L. JEMBISE, Sp.B

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS CENDERAWASIH
BAB I PENDAHULUAN

A Latar Belakang

B Rumusan Masalah

C Tujuan Penelitian

D Manfaat Penelitian
A. LATAR BELAKANG
Diabetes melitus adalah suatu kelompok penyakit
metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi
karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau kedua-
duanya.

Laporan IDF terdapat 382 juta orang yang hidup


dengan diabetas di dunia pada tahun 2013 dan diperkirakan
dari 382 juta orang tersebut, 175 juta diantaranya belum
terdiagnosis

Hasil perbandingan Riskesdas tahun 2007 dan 2013


mendapatkan bahwa diabetes melitus pada riskesdas 2013
meningkat hampir dua kali lipat dibandingkan tahun 2007
B. RUMUSAN MASALAH

Bagaimana Gambaran Karakteristik Penyakit


Diabetes Melitus Tipe II di Puskesmas Waena
Periode Januari – Desember 2017 ?
C. TUJUAN PENELITIAN

Tujuan Umum
• Untuk mengetahui Gambaran Karakteristik Penyakit Diabetes
Melitus Tipe II di Puskesmas Waena Periode Januari –
Desember 2017
Tujuan Khusus
• Untuk mengetahui Gambaran Karakteristik Penyakit Diabetes
Melitus Tipe II berdasarkan Umur, Jenis Kelamin dan Obesitas
D. MANFAAT PENELITIAN

Bagi Penulis
• Untuk menambah pengetahuan tetang Diabetes Melitus Tipe II dan wawasan,
minat serta kemampuan dibidang penelitian
Bagi Institusi
• Hasil penelitian ini dapat menjadi bahan bacaan ilmiah di perpustakaan
Fakultas Kedokteran UNCEN
Bagi Pembaca
• Dapat memberikan informasi tentang gambaran karakteristik diabetes melitus
tipe II di Puskesmas Waena
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Definisi
Etiologi
Patogenesis
Diagnosis
Penyulit
Penatalaksanaan
Pencegahan
DEFINISI & ETIOLOGI

DEFINISI

• DM Tipe II adalah gangguan metabolisme dari sistem endokrin,


terutama ditandai dengan ketidakseimbangan glikemik

ETIOLOGI

• DM Tipe II terjadi ketika pankreas tidak memproduksi insulin yang


cukup untuk mempertahankan kadar glukosa darah normal atau
ketika tubuh tidak mampu menggunakan insulin yang dihasilkan atau
resistensi insulin
PATOGENESIS

Penurunan ringan kerja insulin mula-mula bermanisfestasi


sebagai ketidakmampuan jaringan peka insulin untuk mengurangi
beban glukosa. Individu-individu ini, yaitu umumnya pengidap
diabetes melitus tipe II yang masih menghasilkan insulin tetapi
mengalami peningkatan resistensi insulin, akan memperlihatkan
gangguan toleransi glukosa. Namun, kadar glukosa puasa tetap
normal karena aktivitas insulin masih cukup mengimbangi
pengeluaran glukosa (yang diperantarai glukagon) oleh hati. Jika efek
insulin semakin menurun, efek glukagon terhadap hati tidak
mendapat perlawanan yang berarti sehingga terjadi hiperglikemi
pasca makan dan hiperglikemi puasa
DIAGNOSIS
■ Diagnosis Diabetes Melitus harus didasarkan atas pemeriksaan konsentrasi
glukosa darah
■ alur diagnosis diabetes melitus menjadi dua bagian besar berdasarkan ada
tidaknya gejala khas diabetes melitus. Gejala khas diabetes melitus terdiri
dari : poliuria, polidipsia, polifagia, dan berat badan menurun tanpa
sebab yang jelas. Sedangkan gejala tidak khas diabetes melitus
diantaranya : lemas, kesemutan, luka yang sulit sembuh, gatal, mata
kabur, disfungsi ereksi (pria), dan pruritus vulva (wanita).
■ Diagnosis prediabetes juga dapat ditegakkan berdasarkan hasil
pemeriksaan HbA1c. Nilai HbA1c normal adalah <5,7%, niali HbA1c untuk
prediabetes adalah 5,7-6,4% dan nilai HbA1c untuk diabetes adalah ≥6,4%
PENYULIT

Penyulit Akut
• Ketoasidosis Diabetik
• Hipoglikemia
• Hiperglikemia
Penyulit Kronik
• Makroangiopati (Aterosklerosis)
• Mikroangiopati (Retinopati & Nefropati)
• Kaki Diabetik
PENYULIT AKUT

Ketoasidosis Diabetik
• Jika insulin yang ada tidak bekerja / resistensi insulin maka proses lipolisis akan terjadi
untuk memenuhi kebutuhan glukosa dalam darah, sehingga dihasilkan badan keton.
Ciri-cirinya adalah pernapasan kusmaul dan bau mulut yang khas.
Hipoglikemik
• Sering terjadi pada saat puasa atau setelah aktifitas fisik tetapi bisa juga terjadi pada
pemberian OHO seperti Sulfonilurea
Hiperglikemik
• Terjadi peningkatan konsentrasi glukosa dalam darah. Ciri-cirinya terjadi glukosuria,
polyuria, dan polydipsi.
PENYULIT KRONIK
Makroangiopati (Aterosklerosis)
• Penyebab mengapa diabetes dapat menjadi resiko independen untuk
aterosklerosis adalah kerena perubahan pada komposisi lipoprotein pada diabetes,
terjadi keadaan prokoagulan relatif dan perubahan proaterogenik di dinding
pembuluh darah akibat efek hiper insulinemia dan hiperglikemia
Retinopati
• Terjadi mikroaneurisma kapiler retina sehingga muncul bintik kecil kemerahan, jika
semakin buruk dapat terjadi iskemia dan merangsang pembentukan pembuluh
darah baru namun abnormal sehingga terjadi traksi yang menyebabkan
perdarahan di vitriosa
Nafropati
• Kerena ginjal terus menerus mensekresikan glukosa maka kelainan akan terjadi di
glomerulus (mikroalbumin ikut keluar), jika berlanjut akan terjadi proteinuria (300-
500mg / hari tergantung tingkat kerusakan nya)
PENATALAKSANAAN
Pilar Penatalaksanaan diabetes melitus menurut PERKENI

Edukasi

Terapi Nutrisi Medis

Aktivitas Fisik

Farmakologi
Penatalaksanaan pada klien dengan diabetes
melitus memerlukan partisipasi aktif dari klien,
keluarga ataupun masyarakat. Partisipasi aktif
1. Edukasi tersebut akan dapat dilakukan dengan adanya
perubahan perilaku, sehingga diperlukan
adanya edukasi atau pendidikan yang
diberikan pada klien dan keluarga.
Prinsip pengaturan diet pada penyandang
diabetes melitus adalah menu seimbang
sesuai kebutuhan kalori dan zat gizi masing-
2. Terapi masing pasien, serta perlu ditekankan
Nutrisi pentingnya keteraturan jadwal, jenis dan
Medis jumlah makanan yang membutuhkan
keterlibatan multidisiplin (dokter, ahli gizi,
petugas kesehatan, pasien serta keluarga
pasien).
Kegiatan jasmani sehari-hari dan latihan
jasmani secara teratur (3-4 kali seminggu
selama kurang lebih 30 menit), Latihan
3. Aktivitas
jasmani selain untuk menjaga kebugaran
Fisik juga dapat menurunkan berat badan dan
memperbaiki sensitivitas insulin, sehingga
akan memperbaiki kendali glukosa darah.
4. Farmakologi

Obat Hipoglikemik Oral

Insulin

Kombinasi
► Obat Hipoglikemik Oral

Golongan Obat Cara Kerja Utama Efek Samping Utama

Sulfonilurea Meningkatkan sekresi insulin BB naik, Hipoglikemia

Glinid Meningkatkan sekresi insulin BB naik, Hipoglikemia

Menekan produksi glukosa hati & menambah sensitifitas


Metformin Dispepsia, diare, asidosis laktat
terhadap insulin

Penghambat Alfa-Glukosidase Menghambat absorbsi glukosa Flatulen, tinja lembek

Tiazolidindion Menambah sensitifitas terhadap insulin Edema

Penghambat DPP-IV Meningkatkan sekresi insulin, menghambat sekresi glukagon Sebah, muntah
►Insulin

Insulin diperlukan pada keadaan : Penurunan berat badan yang


cepat, Hiperglikemia berat yang disertai ketosis, Ketoasidosis
diabetik, Hiperglikemia hiperosmolar non ketotik, Hiperglikemia
dengan asidosis laktat, Gagal dengan kombinasi OHO dosis optimal,
Stres berat, Kehamilan dengan diabetes melitus gestasional yang
tidak terkendali dengan perencanaan makan, Gangguan fungsi ginjal
atau hati yang berat dan Kontraindikasi atau alergi terhadap Jenis
OHO.
► Kombinasi
PENCEGAHAN
Menurut WHO, upaya pencegahan diabetes ada 3 jenis atau tahapan :

Pencegahan Primer

• Semua aktifitas yang ditujukan untuk pencegahan timbulnya hiperglikemia pada individu yang beresiko
untuk menjadi diabetes.

Pencegahan Sekunder

• Menemukan pengidap diabetes melitus sedini mungkin, misalnya dengan tes penyaringan terutama
pada populasi dengan resiko tinggi, dengan demikian pasien diabetes melitus yang sebelumnya tidak
terdiagnosis dapat diketahui, hingga dengan demikian dapat dilakukan upaya untuk mencegah
komplikasi atau kalaupun sudah ada komplikasi yang masih reversible.

Pencegahan Tersier
• Semua upaya untuk mencegah komplikasi atau kecacatan akibat komplikasi itu. Usaha ini meliputi :
Mencegah timbulnya komplikasi, Mencegah progresi dari pada komplikasi itu supaya tidak menjadi
kegagalan organ, Mencegah kecacatan tubuh
BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Desain Penelitian

Variabel

Tempat & Waktu

Kerangka Konsep

Definisi Oprasional

Teknik Pengumpulan Data


Metode Penelitian

• Deskriptif
Desain Penelitian • Cross Sectional

• Umur
Variabel • Jenis Kelamin
• Obesitas

• Puskesmas Waena
Tempat & Waktu • 17 Mei 2018
Kerangka Konsep

Variabel Penelitian

Gambaran Umur
Penyakit
Diabetes Jenis Kelamin
Melitus Tipe
II Obesitas
Definisi Operasional
Variabel Definisi operasional Alat ukur Hasil ukur Skala

1. Usia 15-24
2. Usia 25-34
3. Usia 35-44
Umur merupakan jumlah tahun
Umur 4. Usia 45-54
kehidupan yang telah dilalui Rekam Medik Interval
penderita 5. Usia 55-64
seseorang.
6. Usia 65-74
7. Usia >75

Jenis Jenis kelamin adalah pembeda 1. Laki-laki


kelamin antara laki-laki dan perempuan Rekam Medik 2. Perempuan Nominal

1. BB kurang IMT <18,5


2. BB normal IMT = 18,5-22,9
Suatu keadaan dimana lemak 3. BB lebih IMT ≥ 23,0
Obesitas IMT Interval
tubuh berlebihan 4. Obesitas dengan resiko IMT : 23,0-24,9
5. Obesitas I : IMT = 25,0-29,9
6. Obesitas II : IMT > 30,0

Diabetes Pasien diabetes melitus tipe II yang


1. Iya
Melitus Tipe berobat di Puskesmas Waena Rekam Medik Nominal
2. Tidak
II periode Januari – Desember 2017
Teknik Pengumpulan Data

Alat Penelitian dengan menggunakan


data rekam medik Puskesmas Waena

Jenis data yakni menggunakan data


sekunder

Teknik Sampling dilakukan dengan


total sampling

Analisis data dengan menggunakan


analisa univariat
BAB IV HASIL & PEMBAHASAN
Berdasarkan Umur

Umur Frekuensi Persentase (%)

15-24 0 0
25-34 0 0
35-44 6 11,3
45-54 18 34
55-64 13 24,5
65-74 14 26,4
>75 2 3,8

Total 53 100%
Berdasarkan Jenis Kelamin

Jenis Kelamin Frekuensi Persentase (%)

Laki-laki 14 26,4
Perempuan 39 73,6

Total 53 100%
Berdasarkan Tingkat Obesitas
IMT Frekuensi Persentase (%)

BB kurang IMT <18,5 1 1,9

BB normal IMT = 18,5-22,9 12 22,6

13 24,5

BB lebih IMT ≥ 23,0

Obesitas dengan resiko IMT : 23,0-24,9 10 18,9

Obesitas I : IMT = 25,0-29,9 16 30,2

Obesitas II : IMT > 30,0 14 26,4

Total 53 100%
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
KESIMPULAN
Gambaran Karakteristik Penyakit Diabetes Melitus Tipe II di Puskesmas
Waena Periode Januari – Desember 2017, berdasarkan :

• Umur : Sebagian besar terjadi pada kelompok umur 45-


54 tahun dengan jumlah 18 penderita (34%)

• Jenis Kelamin : Dominasi pada perempuan sebanyak 39


penderita (73,6%)

• Obesitas : Paling banyak mempunyai indeks massa tubuh


25,0 -29,9 (Obesitas I) sebanyak 16 penderita
(30,2%)
SARAN

■ Penelitian ini diharapkan dapat dilanjutkan dengan jumlah sampel


yang lebih banyak dan periode yang lebih lama lagi.
■ Kepada petugas promosi kesehatan Puskesmas Waena
diharapkan melakukan promosi kesehatan mengenai Diabetes
Melitus Tipe II
■ Bagi peneliti agar mengetahui mengenai penyakit Diabetes Melitus
Tipe II di wilayah kerja Puskesmas Waena

Anda mungkin juga menyukai