Resensi Tenggelamnya Kapal
Resensi Tenggelamnya Kapal
Sutradara :
Pemain
1. Sinopsis
Zainudin seorang yang terlahir sebagai anak yang malang
sejak lahir, dia yatim piatu dan hanya tinggal dengan pengasuhnya
yang bernama Ma Base mereka tinggal di Makassar, Zainuddin
merasa bosan tinggal di Makassar, ia ingin menyempurnakan hajat
orang tua dengan cara ia akan berziarah ke makan bapak dan
ibunya di Padang, namun Ma Base takut apabila Zainuddin tidak
diterima baik oleh keluarga dari ayahnya di Padang.
Akhirnya Zainuddin dan Ma base sampai di Batipuh, Padang
1930. Penunggang dokar bercerita kepada Zainuddin bahwa waktu
dulu Padang sangat terkenal dengan banyak sekolah agama, konon
katanya islam masuk Indonesia melalui Padang. Hal tersebut
membuat keinginan Zainduddin, anak dari Daeng Sutan untuk
belajar ilmu agama di Padang dan tentunya tujuan utamanya adalah
ingin bersilahturahmi dengan keluarga bapaknya. Ia menemui
Jamilah, bibinya. Jamilah mau menerima kedatangan Zainuddin
setelah Zainuddin memberikan beberapa uang kepada Jamilah,
namun tetap harus persetujuan dengan pemangku adat di daerah
tersebut.
Pak Cik, suami dari Jamilah melihatkan pemandangan didesa
ia juga memberitahu tempat untuk mempelajari ilmu agama. Terjadi
pertemuan antara Zainuddin dan Hayati. Hayati adalah bunga
Batipuh,
kecantikanya
menggambarkan
keindahan
alam,
membuatnya jadi kebanggaan keluarga. Nasibnya malang ia
seorang yatim piatu, Ia tinggal bersama Pak Ciknya, Pak Ciknya
seorang tok penghulu kampung adat desa. Seorang penghulu adat
desa berhak mengatur hidup anak buahnya, Hayati dilarang diikat
oleh lelaki Batipuh.
Belajar agama di masjid menjadi awal perkenalan Zainuddin
dan Hayati, hujan deras membuat Zainuddin meminjami payung
agar Hayati dan Banun dapat pulang kerumah. Hayati menitipkan
payung dan surat kepada anak kecil yang akan memberikannya
kepada Zainuddin surat tersebut berisi ucapan terima kasih.
Zainuddin sering mengirim surat kepada Hayati yang berisi
mengungkapkan perasaanya dengan kata-kata yang indah, Hayati
juga jatuh hati pula kepada Zainuddin. Suatu siang Hayati dan
Zainuddin
tanpa disengaja bertemu di sungai, kebersamaan
mereka dilihat oleh kerabat pamanya, mereka melaporkan kepada
Pak Cik karena hal tersebut dapat mencamari suku mereka.
yang lebih luas ini dan masukklah kedalamnya disana masih banyak
kebahagiaan dan ketentraman yang tersimpan kau pasti bisa
melakukanya dan merasakan bagimana rasa kebahagiaan dan
kejayaan. Cinta bukan mengajarkan kita untuk menjadi lemah tapi
membangkitkan kekuatan, Cinta bukan melemahkan semangat
namun membangkitakan semangat. Tunjukkan pada perempuan itu
bahwa kau takkan mati karenayanya. Banyak orang-orang besar
yang kalah dalam percintaan, karena kekalahan itu diambil jalan lain
mereka menulis buku, mengarang syair, mengubah puisi dan lainlain. Sehingga mereka bisa berada di puncak yang tinggi dan wanita
perlu mendongak memandang mereka dari bawah. Saya tahu kau
pandai mengarang banyak buku kau tergeletak dimeja awak banyak
karangan-karangan dan hikayat. Kenapa kau tak teruskan itu?Ketika
kau dalam keadaan ini justru terbuka pikiran kau untuk menulis.
Sekarang banyak surat kabar, pemberitaan,ilmu pengetahuan,
hikayat, syair dan madah. Jika kau dapat menuangkan pikiran kau
yang tinggi-tinggi itu dalam mengarang. Kau pasti akan berhasil.
Kata-kata tersebut benar-benar membekas di hati Zainuddin hingga
ia memiliki semangat yang berkobar-kobar untuk mengurus
hidupnya agar lebih baik. Dia tak ingin melakukan usahanya semua
itu di Padang karena Padang akan mengingatkan ia pada masa
silamnya, Ia akan ke tanah Jawa karena dianggap cakrawala akan
lebih luas disana, Bang Muluk akan membantu semua usaha
Zainuddin dan mereka berjanji untuk bersahabat selamanya.
Batavia, 1932. Zainuddin bertemu dengan kenalan Muluk di
Batavia ia seorang penerbit. Penerbit tersebut meminta Zainuddin
untuk mengetik karyanya, ia menghasilkan karya berjudul Teroesir
yang disamarkan dengan nama pengarang
Goebahan Z yang diterbitkan di koran. Sampai Zainuddin
menerbiatkan buku Teroesir dan Kemana Akoe Akan Poelang.
Karena buku Zainuddin terus laku jual, Zainuddin diberi tawaran
oleh Haji Kasim untuk mengurusi kembali penerbit yang telah lama
tak diurus di Surabaya, dan ia menjajikan keuntungan perusahaan
setengah setengah antara pihak Haji Kasim dengan Zainuddin, dan
Zainuddin menyetujui dan akah pindah ke Surabaya. Sedangkan
Hayati juga menikmati sebagai istri Aziz, meskipun ia tak tahu Aziz
suka berjudi dan selingkuh.
Zainuddin membeli rumah mewah di Surabaya, tak tahunya
Hayati dan Aziz juga pindah ke Surabaya karena Aziz akan naik
pangkat dalam kepegawaian. Laras sahabat Hayati memberi buku
Teroesir kepada Hayati saat Hayati masih di Padang belum pindah
ke Surabaya, Hayati sering membacanya hingga dimarahi Aziz.