Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PNEDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Bagi dunia Internasional maupun Nasional, bisnis merupakan aktivitas yang tidak
dapat dipisahkan dalam kegiatan sehari-hari. Tidak jenuh para pebisnis memajukan dan
memperluas usahanya dalam rangka mencari keuntungan semaksimal mungkin. Mulai dari
Negara adidaya hingga negara berkembang melakukan bisnis sebagai mata pencaharian
mereka. Begitu pula dengan Indonesia yang tidak mau kalah bersaing dengan negara-negara
maju lainnya.
Di Indonesia, perkembangan bisnis maju pesat seiring dengan perkembangan
teknologi dan informasi. Mulai dari bisnis secara tradisional maupun bisnis secara on-line.
Bahkan pangsa pasar bisnis on-line lebih luas dan tentunya dapat memperoleh keuntungan
yang maksimal walaupun tidak sedikit pula orang yang meragukan kualitas produk yang
ditawarkan secara on-line. Namun, diantara bisnis-bisnis yang menghasilkan keuntungan,
ternyata masih banyak para pebisnis yang mengacuhkan etika bisnis yang baik, seperti
misalnya tidak memperhatikan kepuasan konsumen terhadap produk yang dijual. Sejatinya,
etika bisnis harus tertanam dalam jiwa para pebisnis, karena dengan etika bisnis yang baik
tidak hanya keuntungan saja yang didapatkan namun kepuasan dan keloyalitasan
konsumenpun akan didapatkan pula. Untuk itu, para pebisnis harus mengetahui hal-hal apa
saja yang boleh dilakukan dan yang tidak boleh dilakukan oleh seorang pebisnis.
Dalam makalah ini, akan dijelaskan lebih lanjut mengenai etika bisnis dan tanggung
jawab social perusahaan yang seharusnya dilakukan oleh para pebisnis atau pengusaha.

1.2 Ruang Lingkup Penulisan


1. Pengertian Etika Bisnis dan Corporate Social Responsibility
2. Hal-Hal Yang Mempengaruhi Keputusan Bisnis
3. Prinsip dalam Etika Bisnis
4. Etika Bisnis dan Nilai-Nilai Lingkungan
a.
Tanggung Jawab Bisnis terhadap Lingkungan: Pendekatan Pasar
b.
Tanggung Jawab Lingkungan dari Bisnis: Pendekatan Peraturan
c.
Tanggung Jawab Lingkungan Perusahaan : Pendekatan Keberlanjutan
5. Peluang Bisnis dalam Ekonomi yang Berkelanjutan
6. Prinsip-prinsip untuk Bisnis yang Berkelanjutan
1.3 Tujuan Penulisan
1.
2.
3.
4.

Untuk Mengetahui Pengertian Etika Bisnis dan Corporate Social Responsibility


Untuk Mengetahui Hal-Hal Yang Mempengaruhi Keputusan Bisnis
Untuk Mengetahui Prinsip dalam Etika Bisnis
Untuk Mengetahui Etika Bisnis dan Nilai-Nilai Lingkungan:
a.
Tanggung Jawab Bisnis terhadap Lingkungan: Pendekatan Pasar
b.
Tanggung Jawab Lingkungan dari Bisnis: Pendekatan Peraturan
c.
Tanggung Jawab Lingkungan Perusahaan : Pendekatan Keberlanjutan
5. Untuk Mengetahui Peluang Bisnis dalam Ekonomi yang Berkelanjutan
6. Untuk Mengetahui Prinsip-prinsip untuk Bisnis yang Berkelanjutan

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Etika bisnis Dan Tanggung Jawab Sosial


Etika bisnis merupakan suatu kode etik perilalku pengusaha berdasarkan nilai-nilai
moral dan norma yang dijadikan tuntunan dan pedoman berprilaku dalam menjalankan
kegiatan perusahaaan atau bisnis.
Secara sederhana yang dimaksud dengan etika bisnis adalah cara-cara untuk
melakukan kegiatan bisnis, yang mencakup seluruh aspek yang berkaitan dengan individu,
2

perusahaan, industri dan juga masyarakat. Kesemuanya ini mencakup bagaimana kita
menjalankan bisnis secara adil, sesuai dengan hukum yang berlaku, dan tidak tergantung pada
kedudukan individu ataupun perusahaan di masyarakat. Etika bisnis lebih luas dari ketentuan
yang diatur oleh hukum, bahkan merupakan standar yang lebih tinggi dibandingkan standar
minimal ketentuan hukum, karena dalam kegiatan bisnis seringkali kita temukan wilayah
abu-abu yang tidak diatur oleh ketentuan hokum.
Von der Embse dan R.A. Wagley dalam artikelnya di Advance Managemen Jouurnal
(1988), memberikan tiga pendekatan dasar dalam merumuskan tingkah laku etika bisnis,
yaitu :
a. Utilitarian Approach : setiap tindakan harus didasarkan pada konsekuensinya. Oleh
karena itu, dalam bertindak seseorang seharusnya mengikuti cara-cara yang dapat
memberi manfaat sebesar-besarnya kepada masyarakat, dengan cara yang tidak
membahayakan dan dengan biaya serendah-rendahnya.
b. Individual Rights Approach : setiap orang dalam tindakan dan kelakuannya memiliki hak
dasar yang harus dihormati. Namun tindakan ataupun tingkah laku tersebut harus
dihindari apabila diperkirakan akan menyebabkan terjadi benturan dengan hak orang lain.
c. Justice Approach : para pembuat keputusan mempunyai kedudukan yang sama, dan
bertindak adil dalam memberikan pelayanan kepada pelanggan baik secara perseorangan
ataupun secara kelompok.
Corporate Social Responsibility (CSR) atau dalam bahasa Indonesia disebut dengan
istilah Tanggung Jawab Social Perusahaan adalah suatu tindakan atau konsep yang dilakukan
oleh perusahaan(sesuai kemampuan perusahaan tersebut) sebagai bentuk tanggung jawab
mereka terhadap sosial/lingkungan sekitar dimana perusahaan itu berada.Contoh bentuk
tanggungjawab itu bermacam-macam, mulai dari melakukan kegiatan yang dapat
meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan perbaikan lingkungan, pemberian beasiswa
untuk anak tidak mampu, pemberian dana untuk pemeliharaan fasilitas umum, sumbangan

untuk desa/fasilitas masyarakat yang bersifat sosial dan berguna untuk masyarakat banyak,
khususnya masyarakat yang berada di sekitar perusahaan tersebut berada.
Corporate Social Responsibility (CSR) merupakan fenomena strategi perusahaan yang
mengakomodasi kebutuhan dan kepentingan stakeholder-nya. CSR timbul sejak era dimana
kesadaran akan sustainability perusahaan jangka panjang adalah lebih penting daripada
sekedar profitability. CSR dapat dikatakan sebagai kontribusi perusahaan terhadap tujuan
pembangunan berkelanjutan dengan cara manajemen dampak (minimimalisasi dampak
negatif dan maksimalisasi dampak positif) terhadap seluruh pemangku kepentingannya. CSR
berhubungan erat denganpembangunan berkelanjutan, di mana suatu organisasi dalam
melaksanakan aktivitasnya harus mendasarkan keputusannya tidak semata berdasarkan hasil
dan keuntungan yang akan diperoleh, melainkan juga harus melihat dampak sosial dan
lingkungan yang timbul dari keputusannya itu, baik untuk jangka pendek maupun untuk
jangka yang lebih panjang.
CSR akan lebih berdampak positif bagi masyarakat; ini akan sangat tergantung dari
orientasi dan kapasitas lembaga dan organisasi lain, terutama pemerintah. Studi Bank Dunia
(Howard Fox, 2002) menunjukkan, peran pemerintah yang terkait dengan CSR meliputi
pengembangan kebijakan yang menyehatkan pasar, keikutsertaan sumber daya, dukungan
politik bagi pelaku CSR, menciptakan insentif dan peningkatan kemampuan organisasi.
Untuk Indonesia, bisa dibayangkan, pelaksanaan dukungan pemerintah daerah, kepastian
hukum, dan jaminanketertiban sosial. Pemerintah dapat mengambil peran penting tanpa
harusmelakukan regulasi di tengah situasi hukum dan politik saat ini. Ditengah persoalan
kemiskinan dan keterbelakangan yang dialami Indonesia,pemerintah harus berperan sebagai
koordinator penanganan krisis melalui CSR (Corporate Social Responsibilty).Pemerintah bisa
menetapkan bidang-bidang penanganan yang menjadi fokus,dengan masukan pihak yang
kompeten. Setelah itu, pemerintahmemfasilitasi, mendukung, dan memberi penghargaan pada

kalangan bisnisyang mau terlibat dalam upaya besar ini. Pemerintah juga dapatmengawasi
proses interaksi antara pelaku bisnis dan kelompok-kelompoklain agar terjadi proses interaksi
yang lebih adil dan menghindarkanproses manipulasi atau pengancaman satu pihak terhadap
yang lain.
CSR akan menjadi strategi bisnis yang inheren dalam perusahaan untuk menjaga atau
meningkatkan daya saing melalui reputasi dan kesetiaan merek produk (loyalitas) atau citra
perusahaan. Kedua hal tersebut akan menjadi keunggulan kompetitif perusahaan yang sulit
untuk ditiru oleh para pesaing. Di lain pihak, adanya pertumbuhan keinginan dari konsumen
untuk membeli produk berdasarkan kriteria-kriteria berbasis nilai-nilai dan etika akan
merubah perilaku konsumen di masa mendatang. Implementasi kebijakan CSR adalah suatu
proses yang terus menerus dan berkelanjutan. Dengan demikian akan tercipta satu ekosistem
yang menguntungkan semua pihak , konsumen mendapatkan produk unggul yang ramah
lingkungan, produsen pun mendapatkan profit yang sesuai yang pada akhirnya akan
dikembalikan ke tangan masyarakat secara tidak langsung.

2.2 Hal-Hal Yang Mempengaruhi Keputusan Bisnis


Etika bisnis dalam perusahaan memiliki peran yang sangat penting, yaitu untuk
membentuk suatu perusahaan yang kokoh dan memiliki daya saing yang tinggi serta
mempunyai kemampuan menciptakan nilai (value-creation) yang tinggi, diperlukan suatu
landasan yang kokoh. Ada beberapa kelompok yang dapat mempengaruhi kepentingan bisnis
diantaranya:
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.

Para pengusaha dan mitra usaha


Perusahaan pemasok bahan baku
Organisasi pekerja yang mewakili pekerja
Pemerintah yang mengatur kelancaran aktivitas usaha
Bank penyandang dana perusahaan
Investor penanam modal
Masyarakat umum yanag dilayani
Pelanggan yang membeli produk
5

2.3 Prinsip dalam Etika Bisnis


Dalam etika bisnis berlaku prinsip-prinsip yang seharusnya dipatuhi oleh para pelaku
bisnis. Etika bisnis memiliki prinsip-prinsip yang harus ditempuh oleh perusahaan untuk
mencapai tujuannya dan harus dijadikan pedoman agar memiliki standar baku yang
mencegah timbulnya ketimpangan dalam memandang etika moral sebagai standar kerja atau
operasi perusahaan. Muslich (1998: 31-33) mengemukakan prinsip-prinsip etika bisnis
sebagai berikut:

1. Prinsip Otonomi
Yaitu kemampuan mengambil keputusan dan bertindak berdasarkan kesadaran tentang
apa yang baik untuk dilakukan dan bertanggung jawab secara moral atas keputusan yang
diambil.
2. Prinsip Kejujuran
Bisnis tidak akan bertahan lama apabila tidak berlandaskan kejujuran karena
kejujuran merupakan kunci keberhasilan suatu bisnis (missal, kejujuran dalam pelaksanaan
kontrak, kejujuran terhadap konsumen, kejujuran dalam hubungan kerja dan lain-lain).
3. Prinsip Keadilan
Bahwa tiap orang dalam berbisnis harus mendapat perlakuan yang sesuai dengan
haknya masing-masing, artinya tidak ada yang boleh dirugikan haknya.
4. Prinsip Saling Menguntungkan
Agar semua pihak berusaha untuk saling menguntungkan, demikian pula untuk
berbisnis yang kompetitif.

5. Prinsip Integritas Moral


Prinsip ini merupakan dasar dalam berbisnis dimana para pelaku bisnis dalam
menjalankan usaha bisnis mereka harus menjaga nama baik perusahaan agar tetap dipercaya
dan merupakan perusahaan terbaik.
Di samping 5 prinsip diatas, dalam menciptakan etika bisnis ada beberapa hal yang
juga perlu diperhatikan, antara lain adalah:
1. Pengendalian diri
2. Pengembangan tanggung jawab sosial (social responsibility)
3. Mempertahankan jati diri dan tidak mudah untuk terombang-ambing oleh pesatnya
4.
5.
6.
7.
8.

perkembangan informasi dan teknologi


Menciptakan persaingan yang sehat
Menerapkan konsep pembangunan berkelanjutan
Menghindari sifat 5K (Katabelece, Kongkalikong, Koneksi, Kolusi, dan Komisi)
Mampu menyatakan yang benar itu benar
Menumbuhkan sikap saling percaya antara golongan pengusaha kuat dan golongan

pengusaha ke bawah
9. Konsekuen dan konsisten dengan aturan main yang telah disepakati bersama
10. kembangkan kesadaran dan rasa memiliki terhadap apa yang telah disepakati
11. Perlu adanya sebagian etika bisnis yang dituangkan dalam suatu hokum positif yang
berupa peraturan perundang-undangan.
Perilaku Etis penting diperlukan untuk sukses jangka panjang dalam sebuah bisnis.
Pentingnya etika bisnis tersebut berlaku untuk kedua perspektif baik lingkup makro ataupun
mikro.
1. Perspektif Makro
Pertumbuhan suatu negara tergantung pada efektivitas dan efisiensi sistem pasar
dalam mengalokasikan barang dan jasa. Beberapa kondisi yang diperlukan supaya sistem
dapat bekerja secara efektif dan efisien adalah:
a. Adanya hak memiliki dan mengelola properti swasta
b. Adanya kebebasan memilih dalam perdagangan barang dan jasa
c. Adanya ketersediaan informasi yang akurat berkaitan dengan barang dan jasa

Jika salah satu subsistem dalam sistem pasar ini melakukan perilaku yang tidak etis,
maka hal ini akan mempengaruhi keseimbangan sistem dan mengambat pertumbuhan sistem
secara makro.
2. Perspektif Mikro
Dalam lingkup mikro perilaku etis identik dengan kepercayaan atau trust. Dalam
lingkup mikro terdapat rantai relasi dimana pemasok (supplier), perusahaan, konsumen,
karyawan saling berhubungan dalam kegiatan bisnis yang saling mempengaruhi. Tiap mata
rantai di dalam relasi harus selalu menjaga etika sehingga kepercayaan yang mendasari
hubungan bisnis dapat terjaga dengan baik.

2.4 Etika Bisnis dan Nilai-Nilai Lingkungan


Pembuka dari makalah ini memperkenalkan etika dalam hal penalaran praktis.
Memutuskan apa yang seharusnya kita lakukan adalah tujuan utama dari penalaran praktis
dan nilai-nilai kita adalah standar yang mendukung kita bertindak dengan cara tertentu.
Mengacu pada tujuan ini, nilai apa yang didukung oleh lingkungan alam? Bagaimana
melindungi lingkungan alam dari degradasi? Mengapabisnis harus memperhatikan dan
menghargai lingkungan alam?
Kepentingan pribadi manusia adalah jawaban yang paling jelas untuk menjawab
semua pertanyaan ini.Semua umat manusia bergantung pada lingkungan alam untuk dapat
bertahan hidup. Manusia membutuhkan air bersih untuk minum, udara segar untuk bernapas,
tanah dan lauatan yang subur untuk menghasilkan makanan, lapisan ozon yang tebal untuk
menangkal radiasi sinar matahari, dan biosfer yang menjaga keseimbangan iklim yang rapuh
dimana manusia tetap akan hidup di muka bumi ini.dua aspek dari kenyataan lingkungan
dewasa ini menegaskan pentingnya penalaran berdasarkan kepentingan pribadi.

Pada akhir abad ke-19, manusia mulai menyadari adanya alasan berdasarkan
kepentingan pribadi untuk melindungi alam.Gerakan konservasi, tahap pertama dari
environmentalisme modern, mulaimenyeruhkan pendekatan yang lebih terkendali dan hatihati terhadap alam.Para pendukung gerakan konservasi berargumen menentang eksploitasi
sember daya alam seolah-ola halam dapat menyediakan pasokan bahan yang tidak pernah
habis. Mereka menegaskan bahwa bisnis memiliki alasan yang baik untuk menjaga sumber
daya alam., alasan yang paralel dengan pertimbangan rasional untuk menjaga sumber daya
financial. Lingkungan alam, seperti halnya modal, memiliki kapasitas yang produktif untuk
menghasilkan laba jangka panjang hanya jika dikelola dan digunakan secara hati-hati.
Disamping alasan-alasan untukmelindungi kehidupan dan kesehatan manusia ini,
lingkungan alam sangat penting dan berharga untuk banyak alasan lain. Sering kali nilai-nilai
lain ini bertentangan dengan nilai instrumental yang bersifat lebih langsung berasal dari
perlakuan terhadap lingkungan sebagai suatu sumber daya.

2.4.1 Tanggung Jawab Bisnis terhadap Lingkungan: Pendekatan Pasar


Meski perdebatan yang cukup signifikan mengelilingi sebagian nilai lingkungan,
masih terdapat kesepakatan yang kuat tentang alasan yang bijak untuk melindungi
lingkungan alam-manusia memiliki hak untuk mendapatkan perlindungan dari bahaya.
Kontroversi yang ada lebih berfokus mengenai sarana terbaik untuk mencapai tujuan.Secara
historis, perdebatan ini berfokus pada apakah pasar yang efesien ataukah peraturan
pemerintah adalah sarana yang paling tepat untuk mempertemukan tangngung jawab bisnis
terhadap lingkungan.Masing-masing dari dua pendekatan ini memiliki implikasi yang
signifikan terhadap bisnis.
Dari satu sisi, jika pendekatan terbaik terhadapmasalah lingkungan adalah untuk
mempercayakan mereka pada pasar yang efesien, maka menejer bisnis yang bertanggung

jawab hanya perlu mencari keuntungan danmembiarkan pasar untuk mengalokasikan sumber
daya secara efesien.Dengan melakukan ini, bisnis memenuhi perannya di dalam sebuah
system pasar, yang pada gilirannya melayani kebaikan keseluruhan (utilitarianisme) yang
lebih besar. Disisi lain, jika peraturan pemerintah adalah pendekatan yang lebih memadai,
maka bisnis harus mengembangkan struktur yang mematuhi peraturan untuk memastikan
bahwa bisnis telah mematuhi peraturan tersebut.
Para pembela pendekatan pasar berpendapat bahwa masalah lingkungan adalah
masalah ekonomi yang patut mendapat solusi ekonomi.Pada dasarnya, masalah lingkungan
melibatkan alokasi dan distribusi dari sumber daya yang terbatas.
Tantangan terhadap pandangan yang sempit mengenai tanggung jawab sosial
perusahaan ini tidak asing lagi.Berbagai kegagalan pasar, yang kebanyakan melibatkan isu
lingkungan. Menunjukkan bahwa solusi pasar itu tidak memadai.Salah satu contohnya adalah
keberadaan dari eksternalitas, contohnya dalam buku teks adalah polusi lingkungan.Jenis
kegagalan pasar yang kedua terjadi ketika tidak ada pasar yang menciptakan harga untuk
barang-barang sosial yang penting.Cara ketiga dimana kegagalan pasar dapat mengarah pada
kerusakan lingkungan yang serius melibatkan perbedaan antara keputusan individu dan
konsekuensi kelompok.
Kegagalan pasar ini menimbulkan keprihatinan serius terhadap kemampuan dari
ekonomi pasar untuk mencapai kebijakan lingkungan yang tepat.Para pembela pandangan
yang sempit tentang tanggung jawab sosial perusahaan tentu saja telah memberikan
tanggapan terhadap tantangan ini.

2.4.2 Tanggung Jawab Lingkungan dari Bisnis: Pendekatan Peraturan


Sebuah konsensus luas muncul di Amerika Serikat pada tahun 1970-an bahwa pasar
yang tidak diatur oleh undang-undang adalah pendekatan yang tidak memadai terhadap

10

tantangan-tantanganlingkungan. Sebaiknya, peraturan pemerintah dilihat sebagai cara yang


lebih baik untuk menanggapi masalah lingkungan. Setiap undang-undang awalnya dipelopori
oleh kongres yang didominasi oleh partai Demokrat ditandatangani menjadi undang-undang
oleh presiden yang berasal dari partai prepublik.
Semua undang-undang ini memiliki pendekatan yang sama terhadap isu lingkungan.
Sebelum semua undang-undang ini diberlakukan, hukum utama untuk penangananterhadap
keprihatinan lingkungan adalah hukum tort.Hanya individu yang dapat membuktikan bahwa
mereka telah dirugikan oleh polusi-lah yang dapat mengajukan tuntutan hukum atas polusi
udara dan air.
Pendekatan hukum ini menempatkan beban pembuktian pada orang yang telah
dirugikan, dan paling baik hanya menawarkan kompensasi atas kerugian yang ada setelah
adanya fakta.Dengan pengecualian di atas insentif yang diberikan oleh ancaman konpensasi,
kebijakan di Amerika Serikat tidak berbuat banyak untuk mencega timbulnya kerusakan
akibat polusi.Tanpa adanya bukti kelalaian, kebijakan publik cukup puas dengan
menyerahkan keputusan mengenai kebijakan lingkungan kepada pasar.Karena spesies yang
hampir punah tidak memiliki perlindungan hukum, kerusakan yang mencelakai kehidupan
tanaman dan binatang bukan merupakan perhatian hukum.Selain itu kebijakan sebelumnya
tidak berbuat banyak untuk mencegah kerusakan pelestarian tanaman dan kepunahan
binatang.
Undang-undang yang mulai diberlakukan selama tahun 1970-an menetapkan standar
yang secara efektif memindahkan beban pembuktian dari mereka yang terancam tindakan
perusakan kepada mereka yang melakukan tindakan peusakan. Pemerintah menetapkan
standar aturan untuk mencegah terjadinya polusi atau kepunahan spesies alih-alih
menawarkan konpensasi setelah adanya fakta.kita dapat berpikir bahwa undang-undang ini

11

menetapkan standar minimum untuk memastikan kualitas udara dan air serta pelestarian
spesies.
Bisnis beban untuk mencapai tujuannya selama mereka mematuhi batasan yang
ditetapkan oleh standar minimum ini.Consensus yang muncul adalah bahwa masyarakat
memiliki dua kesempatan untuk menetapkan tanggun jawab lingkungan perusahaan.Sebagai
konsumen, individu dapat meminta produk yamg ramah lingkungan di pasar.Sebagai warga
Negara, individu dapat mendukung legislasi terkait lingkungan. Selama bisnis merespon
pasar dan mematuhi undang-undang , bisnis telah bertanggung jawab terhadap lingkungan.
Jika konsumen meminta produk yang mungkin menimbulkan bagi lingkunagn, seperti mobil
SUV yang boros bahan bakar, dan produk tersebut diizinkan peredarannya oleh undangundang.

2.4.3 Tanggung Jawab Lingkungan Perusahaan : Pendekatan Keberlanjutan


Sejak tahun 1980-an, model baru mengenai lingkungan perusahaan mulai menemukan
bentuknya, bentuk yang menggabungkan peluang keuangan dengan tanggung jawab
lingkungan dan etis.Konsep pengembangan/pembangunan yang berkelanjutan (sustainable
development) dan praktik bisnis yang berkelanjutan (sustainable business practice)
menyarankan visi baru yang radikal untuk mengintregrasikan tujuan lingkungan dan
keuangan, dibandingkan dengan model pertumbuhan yang sebelumnya.Ketiga tujuan ini,
keberlanjutan ekonomi, lingkungan, dan etis, sering kali disebut sebagai tiga pilar
keberlanjutan (three pillar of sustainability).
Konsep pengembangan yang berkelanjutan ini dapat ditelusuri melalui laporan dari
World Commission on Enviroment and Development (WCED) perserikatan bangsa-bangsa
pada tahun 1987, yang lebih dikenal dengan Brundtland commission, dinamai sesuai dengan
ketuanya, Gro Harlem Brundtland. Komisi ini bertanggung jawab untuk mengembangkan

12

rekomendasi untuk jalur-jalur menuju pembangunan ekonomi dan sosial yang menghindari
upaya mencapai pertumbuhan ekonomi jangka pendek dengan mengorbankan keberlanjutan
ekonomi dan lingkungan dalam jangka panjang. Brundtland Commission menawarkan apa
yang menjadi definisi standar dari pembangunan yang berkelanjutan. Pembangunan yang
berkelanjutan

adalah

pembangunan

yang

memenuhi

kebutuhan

saat

ini

tanpa

mengompromosikan kemampuan generasi yang akan datang untuk memenuhi kebutuhan


mereka sendiri.
Ekonomi Herman Daly merupakan salah satu pemikir ternama yang menyuarakan
sebuah pendekatan inovatif terhadap teori ekonomi berdasarkan konsep pembangunan yang
berkelanjutan melebihi standar yang lebih umum dari pertumbuhan ekonomi. Kecuali kita
membuat perubahan yang signifikan di dalam pemahaman kegiatan ekonomi, kecuali kita
mengubah cara kita berbisnis secara meyakinkan, kita akan gagal memenuhi kewajiban etis
dan lingkungan yang mendasar. Kita dapat memulai pemahaman dari kegiatan ekonomi dan
pertumbuhan ekonomi standar yang dapat ditemukan didalam setiap buku teks ekonomi.
Apa yang biasanya disebut dengan model arus sirkular menjelaskan sifat transaksi
ekonomi dalam hal arus sumber daya dari bisnis sampai ke rumah tangga dan kembali lagi ke
bisnis. Bisnis menghasilkan barang dan jasa untuk merespons permintaan pasar dari rumah
tangga, kemudian mengirim barang dan jasa tersebut ke rumah tangga untuk ditukarkan
dengan pembayaran yang diterimah oleh bisnis.Pembayaran ini selanjutnya dikembalikan lagi
ke rumah tangga dalam bentuk upah, gaji, sewa, keuntungan, dan bunga. Rumah tangga
menerimah pembayaran sebagai pertukaran atas tenaga kerja, lahan, modal, dan keahlian
wirausaha untuk menghasilkan barang dan jasa.

2.5 Peluang Bisnis dalam Ekonomi yang Berkelanjutan

13

Jika model peraturan dan kepatuhan cenderung untuk menafsirkan tanggung jawab
lingkungan sebagai hambatan pada bisnis, model berkelanjutan lebih maju dan dapat
menghadirkan bagi bisnis peluang yang lebih besar dibandingkan beban. Dan memang,
model ini menawarkan sebuah visi bisnis masa depan yang telah banyak dikejar oleh bisnis
yang kreatif dan bersifat wirausaha.
Kelompok peneliti lingkungan dan konsultan, The Natural Step, menggunakan
gambar sebuah corong, dengan dua garis yang saling mengerucut pada satu ujungnya, untuk
membantu bisnis memahami peluang-peluang tersebut.Sumber daya yang diperlukan untuk
menunjang kehidupan berada pada bidang miring yang terus menurun.Meski terdapat
perselisihan mengenai sudut kemiringan (apakah kita berada pada permulaan dengan tingkat
kemiringan sedikit atau sudah berada pada tingkat yang lebih jauh, dengan tingkat
kemiringan yang tajam?), dan consensus yang meluas bahwa sumber daya yang tersedia telah
mengalami penurunan. Garis kedua menunjukkan jumlah permintaan agregat di seluruh
dunia, dengan memperhitungkan pertumbuhan populasi dan permintaan yang terus meningkat
dari gaya hidup konsumtif.
Tanpa adanya bencana alam, kebanyakan tapi tidak semua industri akan lolos melalui
corong yang sempit untuk menuju era kehidupan yang berkelanjutan. Bisnis yang tidak
mampu melihat visi masa depan yang berkelanjutan akan membentur dinding yang
menyempit. Bisnis yang inovatif dan bersifat wirausaha-lah yang akan menemukan jalan
untuk melalui dinding corong yang menyempit itu.
Selanjutnya The Natural Step menantang bisnis untuk melakukan backcasting dari
sebuah jalan menuju keberlanjutan. Kita semua cukup mengenal dengan apa yang disebut
peramalan (forecasting), dimana kita meneliti data saat ini dan memprediksi masa depan.
Backcasting menyelidiki apa yang akan terjadi di masa depan ketika kita berhasil keluar
melewati corong tersebut. Mengetahui seperti apa masa depan itu, bisnis yang kreatif

14

kemudian melihat kebelakang kembali kemasa kini dan menentukan apa yang harus
dilakukan untuk mencapai kemasa depan. Suatu kasus yang kuat dapat dibuat untuk
mengambil langka saat ini demi mencapai masa depan yang berkelanjutan. Ada lima alasan
yang membentuk suatu kasus persuasif untuk menyimpulkan bahwa upaya mengejar strategi
yang berkelanjutan hamper selalu menjadi kepentingan pribadi bisnis.
1. Keberlanjutan adalah strategi jangka panjang yang bijak.
2. Potensi pasar yang besar yang belum terpenuhi diantara perekonomian dunia yang sedang
berkembang hanya dapat di penuhi dengan cara yang berkelanjutan.
3. Penghematan biaya yang signifikan dapat di capai melalui praktik yang berkelanjutan.
4. Terdapat keunggulan kompetitif bagi bisnis yang berkelanjutan.
5. Keberlanjutan adalah strategi manajemen risiko yang baik.

2.6 Prinsip-prinsip untuk Bisnis yang Berkelanjutan


Implikasi yang tepat dari keberlanjutan ini akan berbeda antara perusahaan dan
industri tertentu, namun tiga prinsip umum ini akan memandu untuk bergerak kearah
keberlanjutan. Perusahaan serta industri harus menjadi lebih efesien dalam menggunakan
sumber daya alam: mereka harus meniru proses produksi keseluruhannya pada proses
biologis; dan mereka harus menekankan produksi jasa alih-alih produksi produk.
1. Prinsip pertama, eko-efesiensi telah cukup lama menjadi bagian dari gerakan lingkungan,
2.

Mengerjakan sesuatu lebih banyak dengan sumber daya yang lebih sedikit
Prinsip kedua, biomimicry produksi putaran tertutup berusaha

untuk

mengintegrasikan kembali limbah ke dalam proses produksi. Sama halnya dengan proses
biologi seperti siklus fotosintesis limbah dari sebuah kegiatan menjadi sumber daya
untuk kegiatan lain.
3. Prinsip ketiga, tanggung jawab dari hidup sampai-hidup kembali menyatakan bahwa
bisnis seharusnya bertanggung jawab untuk memasukkan kembali hasil akhir dari
produknya ke dalam siklus prduktif.
4. Prinsip keempat, ekonomi berbasis jasa menerjemahkan permintaan pelanggan sebagai
permintaan akan jasa.
15

BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Etika bisnis suatu kode etik perilalku pengusaha berdasarkan nilai-nilai moral dan
norma yang dijadikan tuntunan dan pedoman berprilaku dalam menjalankan kegiatan
perusahaaan atau berusaha. Secara sederhana yang dimaksud dengan etika bisnis adalah caracara untuk melakukan kegiatan bisnis, yang mencakup seluruh aspek yang berkaitan dengan
individu, perusahaan, industri dan juga masyarakat.
Corporate Social Responsibility (CSR) atau dalam bahasa Indonesia disebut dengan
istilah Tanggung Jawab Social Perusahaan adalah suatu tindakan atau konsep yang dilakukan
oleh perusahaan(sesuai kemampuan perusahaan tersebut) sebagai bentuk tanggung jawab
mereka terhadap sosial/lingkungan sekitar dimana perusahaan itu berada. CSR dapat
dikatakan sebagai kontribusi perusahaan terhadap tujuan pembangunan berkelanjutan dengan
cara manajemen dampak (minimimalisasi dampak negatif dan maksimalisasi dampak positif)
terhadap seluruh pemangku kepentingannya
Adapun manfaat perusahaan berperilaku etis dan memiliki tanggung jawab sosial
adalah:
1. Perusahaan yang etis dan memiliki tanggung jawab social mendapatkan rasa hormat dari
steakholder
2. Perusahaan yang memiliki etika bisnis yang baik dan memiliki tanggung jawab social
akan mendapatkan kepercayaan dari konsumen dan masyarakat sekitar.
3. Perusahaan yang memiliki tanggung jawab social terhadap lingkungan akan membantu
dalam pembangunan daerah sekitar perusahaan
4. Menghindarkan dari konflik internal dan lingkungan sekitar perusahaan
5. Tanggung jawab social Secara tidak langsung Membantu dalam promosi perusahaan
16

6. Kerangka kerja yang kokoh memandu manager dan karyawan perusahaan sewaktu
berhadapan dengan rumitnya pekerjaan dan tantangan jaringan kerja yang semakin
komplek
7. Suatau perusahaan akan terhindar dari seluruh pengaruh yang merusak berkaitan dengan
reputasi
8. Banyak perusahaan yang menerapkan perilaku etis dan tanggung jawab social dapat
menambah uang dalam bisnis mereka.
Selain etika, yang tidak kalah penting adalah tanggung jawab perusahaan, yaitu
kepada lingkungan, karyawan, pelanggan, investor dan masyarakat sekitarnya, Sehingga akan
terbentuk suatu hubungan yang saling menguntungkan satu sama lain

3.2 SARAN
Dengan ini penulis meminta kritik dan sarannya yang bisa membangun buat penulis
sehingga penulis bisa membuat tulisan yang lebih baik. Penulis juga minta maaf apabila ada
penulisan yang salah dan tidak dimengerti, karena penulis masih dalam tahap pembelajaran

17

Anda mungkin juga menyukai