Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN
1. LATAR BELAKANG
Sebagai sorang tenaga pengajar (guru), aktivitas kegiatannya tidak dapat dilepaskan
dengan proses pengajaran. Sementara proses pengajaran merupakan suatu proses yang
sistematis, yang tiap komponennya sangat menentukan keberhasilan belajar anak didik.
Sebagai suatu system, proses belajar itu saling berkaitan dan bekerja sama untuk mencapai
tujuan yang ingin dicapainya. Demikian pula halnya system pengajaran pada mata pelajaran
tertentu, diamana tujuan system disini adalah untuk menimbulkan belajar yang komponenkomponen belajarnya, yakni anak didik, pendidik, instruktur, guru, materi pengajaran, dan
lingkungan pengajaran.
Agar proses pengajaran mata pelajaran tertentu dapat terlaksana dengan baik, salah satu
yang perlu dibenahi adalah perbaikan kualitas tenaga pengajarnya. Dengan perbaikan ini,
para guru paling tidak dapat mengorganisir pengajaran dengan jalan menggunakan teori-teori
belajar, pendekatan system pembelajaran, variable pembelajaran serta desain pengajaran yang
dapat menimbulkan minat dan memotivasi anak didik dalam kegiatan belajar tersebut.
2. RUMUSAN MASALAH
a. Apa yang dimaksud dengan pendekatan sistem dalam pengajaran ?
b. Jelaskan tiga variabel pembelajaran ?
c. Apa saja langkah-langkah dalam mendesain pembelajaran ?
3. TUJUAN PENULISAN
a. Untuk mengetahui pendekatan sistem dalam pengajaran
b. Untuk mengetahui tiga variabel pembelajaran
c. Untuk mengetahui langkah-langkah dalam mendesain pembelajaran

BAB II
PEMBAHASAN

1. PENDEKATAN SISTEM DALAM PENGAJARAN


A. Pengertian Sistem dan Pendekatan Sistem
Istilah sistem meliputi spectrum konsep yang sangat luas.Sebagai missal, seorang
manusia, organisasi, mobil, susunan tata surya merupakan suatu sistem, dan masih banyak
lagi. Semua contoh tersebut memiliki batasan sendiri-sendiri yang satu sama lain berbeda.
Meskipun demikian terdapat kesamaan dari segi prosesnya dalam hal ini terdapat masukan
dan menghasilkan keluaran. Itulah sebabnya pengertian sistem tidak lain adalah suatu
kesatuan unsur-unsur yang saling berinteraksi secara fungsional yang memperoleh masukan
menjadi keluaran. Kesamaan lain dapat dilihat melalui ciri-cirinya sebagaimana dikemukakan
dan digambarkan dalam berbagai literature pembelajaran yang antara lain disebutkan dalam
buku akta mengajar V (Depdikbud, 1994) yang meliputi: (a) adanya tujuan, (b) adanya fungsi
untuk mencapai tujuan, (c) ada bagian komponen yang melaksanakan fungsi-fungsi tersebut,
(d) adanya penggabungan yang menimbulkan jalinan keterpaduan, (f) adanya proses
transformasi, (g) adanya proses umpan balik untuk perbaikan, dan (h) adanya daerah batasan
dan lingkungan.
Kata sistem (system) dapat dimaknai sebagai metode (method), rencana (plan), aturan
(order), keteraturan (regularity), kebiasaan (rule), susunan rencana (scheme), jalan, cara
(way), kebijakan (policy), kecerdasan (artifice), susunan aturan (arrangement), rencana
(program).
Pendekatan sistem pada pembelajaran bertujuan agar kita dapat mengerti masalah pengajaran
sebagai keseluruhan secara tuntas dan dapat mendalami pula apa bagian-bagiannya. Selain itu
diharapkan kita dapat memahami pula cara bagaimana masing-masing bagian itu saling
berinteraksi, saling berfungsi dan saling bergantung di dalam sebuah sistem untuk mencapai
tujuan pembelajaran. Pendekatan sistem merupakan alat untuk menemukan sifat-sifat penting
dari sistem yang bersangkutan, yang kemudian memberikan keterangan-keterangan kepada
kita mengenai perubahan-perubahan apa perlu dilakukan untuk memperbaiki sistem tersebut.
B. Tujuan Sistem
Setiap sistem mempunyai tujuan. Tujuan ini merupakan akhir dari apa yang dikehendaki
oleh suatu kegiatan. Demikian pula kegiatan instruksional memilki tujuan tertentu. Tujuan
suatu lembaga pendidikan adalah untuk memberikan pelayanan pendidikan kepada yang
membutuhkan. Tujuan instruksional ialah agar siswa belajar mengalami perubahan perilaku
tertentu sesuai dengan tingkatan taksonomi yang telah dirumuskan terlebih dahulu.
C. Fungsi-Fungsi Sistem
2

Untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan, diperlukan berbagai fungsi yang
beraktivitas. Misalnya seorang manusia agar dapat hidup dan menunaikan tugasnya di dalam
dirinya diperlukan adanya fungsi koordinasi dan penggerak, fungsi pernapasan, fungsi
pencernaan makanan, fungsi peredaran darah, fungsi pengindraan, fungsi perlindungan
terhadap penyakit dan berbagai bahaya, serta fungsi pembiakan, dan lain-lain.
D. Komponen-Komponen Sistem
Agar terlaksana masing-masing fungsi yang menunjang usaha pencapaian tujuan, di
dalam suatu sistem diperlukan bagian-bagian yang melaksanakan fungsi tersebut. Bagianbagian yang merupakan komponen pelaksana fungsi dapat ditunjukkan pada Tabel di bawah
ini:
Tabel 1.1Bagian-Bagian Komponen Pelaksana Fungsi
Nama
Instruksiona

Tujuan
Siswabelajar

Fungsi-Fungsi
Riset

Pelaksanaa Fungsi
Dosen, Peneliti

perilakutertentu

Rancangan

Dosen, Ahli Pengembangan

yang telah

Produksi

Instruksional

ditetapkan

Seleksi

Spesialis Media

terlebih dahulu

Logistik

Dosen

Pemanfaatan

Pustkawa, Teknisi

Evaluasi

Dosen

Manajemen Organisasi

Dosen

Manajemen Personil

Ketua Jurusan, Ketua


Lembaga, Ketua UPP,
Rektor, Ketua Dekan

Bagian suatu sistem yang melaksanakan fungsi untuk menunjang usaha mencapai tujuan
sistem disebut komponen. Dengan demikian, jelaslah bahwa sistem itu terdiri dari komponenkomponen dan masing-masing komponen itu mempunyai fungsi khusus. Komponen yang
melakukan proses transformasi disebut subsistem, karena masing-masing bagian atau
komponen itu sesungguhnya adalah suatu sistem pula. Sebagai sistem tersendiri, masingmasing komponen itu juga mempunyai tujuan dan terdiri atas komponen-komponen yang
lebih kecil yang melaksanakan fungsi-fungsi yang mendukung pencapaian tujuaan itu.
E. Interaksi Atau Saling Hubungan
Semua komponen dalam sistem pembelajaran haruslah saling berhubungan satu sama
lain. Sebagai misal dalam proses pembelajaran disajikan penyampaian pesan melalui OHP,
3

maka diperlukan adanya aliran listrik untuk membantu dalam memberikan sinar dalam
jaringan OHP. Jika aliran listrik tidak berfungsi, akan menimbulkan kesulitan bagi guru
dalam melangsungkan pembelajaran. Dengan dasar inilah, pendekatan sistem dalam
pembelajaran memerlukan keterhubungan antara komponen yang satu dengan yang lainnya.
F. Penggabungan Yang Menimbulkan Jaringan Keterpaduan
Penggabungan yang menimbulakan keterpaduan ini berdasar pada hukum Gestallt yang,
menyatakan bahwa suatu keseluruhan itu mempunyai nilai atau kemampuan yang lebih tinggi
apabila dibandingkan dengan jumlah bagian-bgin. Dalam kaitan dengan kegiatan, parra guru
sebaiknya berusaha menjalin keterpaduan antara sesama guru, antara guru dengan siswa, atau
antara materi guru, media, dan siswa. Sebab, apalah artinya materi yang disiapkan kalau tidak
ada siswa yang menerima.

2. TIGA VARIABEL PEMBELAJARAN


Merencanakan pembelajaran tidak bisa dilepaskan dari variabel pembelajaran.Hal ini
disebabkan oleh perencanaan pembelajaran tersebut terkait dengan tiga variabel
pembelajaran.Ilmuwan pembelajaran dalam mengklasifikasikan variabel-variabel yang
menjadi perhatiannya dalam pembelajaran terutama dikaitkan dengan kegiatannya dalam
pengembangan teori pembelajaran.Variabel pembelajaran diklasifikasikan menjadi 3 macam
yaitu sebagai berikut:
a) Variabel kondisi pembelajaran
b) Variabel metode pembelajaran
c) Variabel hasil pembelajaran
Kondisi pembelajaran didefinisikan sebagai faktor yang mempengaruhi efek metode
dalam meningkatkan hasil pembelajaran.Ia berinteraksi dengan metode pembelajaran dan
hakikatnya

tidak

dapat

dimanupulasi.

Berbeda

halnya

dengan

variabel

metode

pembelajaran.Metode pembelajaran didefinisikan sebagai cara-cara yang berbeda untuk


mencapai pembelajaran yang berbeda di bawah kondisi pembelajaran yang berbeda. Pada
dasarnya, semua cara ini dapat dimupulasi oleh perancang pembelajaran. Apabila dalam suatu
situasi, metode pembelajaran tidak dapat dimanupulasi, ia berubah menjadi metode
pembelajaran. Sebaliknya, apabila suatu kondisi pembelajaran dalam suatu situasi dapat
dimanupulasi, ia berubah menjadi metode pembelajaran. Sebaliknya, apabila suatu kondisi
pembelajaran dalam suatu situasi dapat dimanupulasi, maka ia berubah menjadi metode
pembelajaran. Dengan demikian, klasifikasi variabel kondisi metode tidaklah fixed. Ia dapat
4

berubah tergantung pada situasi. Sebagai contoh, di sekolah A, guru memiliki peluang untuk
menggunakan berbagai metode pembelajaran, sedangkan di sekolah B, hanya satu metode
yang mungkin digunakan.Dalam contoh ini, variabel yang termasuk metode di sekolah A,
merupakan kondisi di sekolah B.
Klasifikasi yang ketiga, hasil pembelajaran, mencakup semua efek yang dapat dijadikan
sebagai indicator tentang nilai dari penggunaan metode pembelajaran di bawah kondisi
pembelajaran yang berbeda. Hasil pembelajan biasa berupa hasil nyata (actual outcomes) dan
hasil yang diinginkan (desired outcomes). Actual outcomes adalah hasil yang nyata dicapai
dari penggunaan suatu metode di bawah kondisi tertentu. Adapun desired outcomes, yakni
tujuan yang ingin dicapai, yang sering mempengaruhi keputusan perancang pembelajaran
dalam melakukan pilihan metode yang sebaiknya digunakan.
A. Kondisi Pembelajaran
Kondisi pembelajaran dapat didefinisikan sebagai faktor yang mempengaruhi efek
penggunaan metode tertentu untuk meningkatkan hasil pembelajaran. Kondisi pembelajaran
dapat juga dikatakan dengan keadaan riil dilapangan atau keadaan pada saat terjadinya proses
pembelajaran. Ondisi pembelajaran selalu berubah-ubah, hal ini tergantung pada situasi anak
didik, kondisi kelas, materi pembelajaran.Variabel yang termasuk kedalam kondisi
pembelajaran yaitu variabel-variabel yang mempengaruhi penggunaan variabel metode
yaitu :

Tujuan dan karakteristik bidang studi Mengacu kepada hasil pembelajaran yang
diharapkan.

Kendala dan karakteristik bidang studi, Berkaitan dengan tingkat kecermatan suatu
media dalam menyampaikan pembelajaran, kemampuan khusus yang dimiliki oleh
suatu media, serta pengaruh motivasional yang mampu ditimbulkannya. Kendalanya
adalah keterbatasan sumber-sumber, seperti media, waktu, personalia, dan uang.

Karakteristik siswa, Adalah aspek-aspek atau kualitas perseorangan siswa seperti


bakat, motivasi belajar dan kemampuan awal (hasil belajar) yang telah dimilikinya.

B. Metode Pembelajaran
Menurut Yamin Martinis, (2007) metode pembelajaran adalah cara melakukan atau
penyajikan, menguraikan, memberi contoh dan memberi latihan isi pelajaran kepada siswa
untuk mencapai tujuan tertentu. Dalam penggunaan metode terkadang guru harus
5

menyesuaikan dengan kondisi dan suasana kelas.Jumlah anak mempengaruhi penggunaan


metode.Tujuan instruksional adalah pedoman yang mutlak dalam pemilihan metode.Dalam
perumusan tujuan, guru perlu merumuskannya dengan jelas dan dapat diukur.Dengan begitu
mudahlah bagi guru menentukan metode yang bagaimana yang dipilih guna menunjang
pencapaian tujuan yang telah dirumuskan tersebut. . Variabel metode pembelajaran
diklasifikasikan lebih lanjut menjadi tiga jenis yaitu:
1. Strategi pengorganisasian (organizational strategy)
2. Strategi penyampaian (delivery strategy)
3. Strategi pengelolaan (management strategy)
Organizational strategy, adalah metode untuk mengorganisasi isi bidang studi yang telah
dipilih untuk pembelajaran. Mengorganisasi mengacu pada suatu tindakan seperti
pemilihan isi, penataan isi, pembuatan diagram, format dan lainnya yang setingkat dengan
itu.
Delivery strategy, adalah metode untuk menyampaikan pembelajaran kepad siswa dan
atau untuk menerima serta merespon masukan yang berasal dari siswa. Media
pmebelajaran merupakan bidang kajian utama dari strategi ini.
Management strategy, adalah metode untuk menata interaksi antara si belajar dan variabel
metode pembelajaran lainnya, variabel strategi pengorganisasian dan penyampaian isi
pembelajaran.
C. Hasil Pembelajaran
Yaitu semua efek sebagai indikator tentang nilai dari penggunaan metode pembelajaran
d ibawah kondisi yang berbedadan diklasifikasikan menjadi 3, yaitu :

Keeektifan. Keefektifan pembelajaran biasanya diukur dengan tingkat pencapaian isi


belajar. Ada empat aspek penting yang dapat dipakai untuk mendeskripsikan
keefektifan pembelajaran yaitu (1) kecermatan penguasaan prilaku yang dipelajari
atau sering disebut dengan tingkat kesalahan, (2) kecepatan untuk kerja, (3) tingkat
alih belajar, (4) tingkat retensi apa yang dipelajari.

Efisiensi pembelajaran biasanya diukur dengan rasio antara kesefektifan dan jumlah
waktu yang dipakai si belajar atau jumlah biaya pembelajaran yang digunakan.

Daya tarik pembelajaran biasanya diukur dengan mengamati kecenderungan siswa


untuk tetap belajar. Daya tarik pembelajaran erat sekali kaitannya dengan daya tarik
bidang studi, dimana kualitas pembelajaran biasanya akan mempengaruhi keduanya.

Itulah sebabnya, pengukuran kecenderungan siswa untuk terus atau tidak terus belajar
dapat dikaitkan dengan proses pembelajaran itu sendiri atau dengan bidang studi.

3. LANGKAH-LANGKAH DALAM MENDESAIN PEMBELAJARAN


Model desain sistem pembelajran yang dikemukakan oleh Dick Dan Carey (2005) telah
lama digunakan untuk menciptakan program pembelajaran yang efektif, efisien, dan menarik.
Model yang dikembangkan didasarkan pada penggunaan pendekatan sistem atau system
approach terhadap komponen-komponen dasar dari desain sistem pembelajaran yang meliputi
analisis, desain, pengembangan, implementasi, dan evaluasi.Model ini terdiri atas beberapa
komponen dan subkomponen yang perlu dilakukan untuk membuat rancangan aktivitas yang
lebih besar.Adapun komponen sekaligus merupakan langkah-langkah utama dari sistem
pembelajaran yang dikemukakan oleh Dick and Carey yaitu :
1. Mengidentifikasi Tujuan Umum Pembelajaran.
Langkah pertama yang perlu dilakukan dalam menerapkan model desain sistem
pembelajaran ini adalah menentukan kemampuan atau kompetensi yang perlu dimiliki
oleh siswa setelah menempuh program pembelajaran.Hal ini disebut dengan istilah tujuan
pembelajaran atau Instructional Goal. Dick and Carrey menjelaskan bahwa tujuan
pengajaran adalah untuk menentukan apa yang dapat dilakukan oleh anak didik setelah
mengikuti kegiatan pembelajaran. Di dalam buku Akta Mengajar V (Depdikbud, 1982)
tujuan pembelajaran sangat penting dalam proses instruksional atau dalam setiap kegiatan
belajar mengajar, sebab tujuan pembelajaran yang dirumuskan secara spesifik dan jelas,
akan memberikan keuntungan kepada:
a. Siswa untuk dapat mengukur waktu,dan pemusatan perhatian pada tujuan yang ingin
dicapai
b. Guru yang dapat mengatur kegiatan instruksionalnya, metodenya dan strategi untuk
mencapai tujuan tersebut.
c. Evaluator untuk dapat menyusun tes sesuai dengan apa yang harus dicapai oleh anak
didik

2. Melakukan Analisis Pengajaran.


Setelah melakukan identifikasi tujuan pembelajaran, langkah selanjutnya adalah
melakukan analisis instruksional, yaitu sebuah prosedur yang digunakan untuk
7

menentukan keterampillan dan pengetahuan relevan dan diperlukan oleh siswa untuk
mencapai kompetensi atau tujuan pembelajaran. Dalam melakukan analisis instruksional,
beberapa langkah diperlukakan untuk mengidentifikasi kompetensi, berupa pengetahuan
(cognitive), keterampilan (psychomotor), dan sikap (atitudes) yang perlu dimiliki oleh
siswa setelah mengikuti proses pembelajaran.
3. Menganalisis Karakteristik Siswa dan Konteks Pembelajaran.
Selain melakukan analisis tujuan pembelajaran, hal penting yang perlu dilakukan
dalam menerapkan model ini adalah analisis terhadap karakteristik siswa yang akan
belajar dan konteks pembelajaran. Kedua langkah ini dapat dilakukan secara bersamaan
atau paralel.
4. Merumuskan tujuan pembelajaran khusus.
Berdasarkan hasil analisis

instruksional, seorang perancang desain sistem

pembelajaran perlu mengembangkan kompotensi atau tujuan pembelajaran spesifik


(Instructional Objectives) yang perlu dikuasi oleh siswa untuk mencapai tujuan
pembelajaran yang bersifat umum.(Instructional Goal). Menurut Dick and Carrey (1985),
menyatakan bahwa tujuan perfomansi terdiri atas:
a. Tujuan harus menguraikan apa yang akan dapat dikerjakan, atau diperbuat oleh anak
didik
b. Menyebutkan tujuan, memberikan kondisi atau keadaan yang menjadi syarat, yang
hadir pada waktu anak didik berbuat
c. Menyebutkan kriteria yang digunakan untuk menilai unjuk perbuatan anak didik yang
dimaksudkan pada tujuan.
5. Mengembangkan instrumen penilaian.
Berdasarkan tujuan atau kompetensi khusus yang telah dirumuskan, langkah
selanjutnya adalah mengembangkan alat atau instrumen penilaian yang mampu mengukur
pencapaian hasil belajar siswa.Hal ini dikenal juga dengan istilah evaluasi hasil belajar.
Hal penting yang perlu mendapatkan perhatian dalam menentukan intrumen evaluasi
yang akan digunakan adalah instrumen harus dapat mengukur performa siswa dalam
mencapai tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan.
6. Mengembangkan strategi Pembelajaran.
Berdasarkan informasi yang telah dikumpulkan sebelumnya, perancang program
pembelajaran dapat menentukan strategi yang akan digunakan agar program
8

pembelajaran yang dirancang dapat mencapai tujuan yang telah ditentukan.Strategi yang
digunakan disebut dengan istilah strategi pembelajaran atau instructional strategy. .
Dalam tulisan lain dianjurkan bahwa dalam merencanakan dalam satu unit pembelajaran
ada 3 tahap yaitu, (1) mengurutkan dan merumpunkan tujuan ke dalam pembelajaran; (2)
merencanakan prapembelajaran, pengetesan,, dan kegiatan tindak lanjut; (3) menyusun
alokasi waktu berdasarkan strategi pembelajaran. Mengapa harus mengurutkan dan
merumpunkan ke dalam pembelajaran?Karena strategi pembelajaran merupakan hasil
nyata yang digunakan untuk mengembangkan material pembelajaran, menilai material
yang ada, merevisi material, dan merencanakan kegiatan pembelajaran.Dengan
mengurutkan tujuan ke dalam pembelajaran dapat membuat pembelajaran dapat lebih
bermakna bagi si belajar. Komponen strategi pembelajaran terdiri atas: (a) kegiatan
prapembelajaran, (b) penyajian informasi, (c) peran serta mahasiswa, (d) pengetesan, dan
(e) kegiatan tindak lanjut.
7. Mengembangkan dan Memilih Bahan Ajar.
Pada tahap ini, perancangan program pembelajaran dapat menerapkan strategi
pembelajaran yang telah dirancang dalam tahap selanjutnya kedalam bahan ajar yang
akan digunakan. Istilah bahan ajar sama dengan media pembelajaran, yaitu sesuatu yang
dapat membawa informasi dan pesan dari sumber belajar kepada siswa. Dick and Carrey
(1985) menyarankan ada 3 pola yang dapat diikuti oleh pengajar untuk merancang atau
menyampaikan pembelajaran, yaitu sebagai berikut:
a) Pengajar merancang bahan pembelajaran individual, semua tahap pembelajaran
dimasukkan ke dalam bahan, kecuali prates dan pascates
b) Pengajar memilih dan mengubah bahan yang ada agar bertambah dalam
menyampaikan pembelajaran. Beberapa bahan mungkin saja disampaikan tanpa
bantuan pengajar, jika tidak ada, pengajar harus memberi penjelasan
c) Pengajar tidak memakai bahan, tetapi menyampaikan semua pembelajaran, menurut
strategi pembelajarannya yang telah disusunnya. Pengajar menggunakan strategi
pembelajarannya sebagai pedoman termasuk latihan dan kegiatan kelompok.
8. Merancang dan Mengembangkan Evaluasi formatif.
Setelah draf atau rancangan program pembelajaran selesai dikembangkan, langkah
selanjutnya adalah merancang dan melaksanakan evaluasi formatif.Evaluasi formatif
dilakukan untuk mengumpulkan data yang terkait dengan kekuatan dan kelemahan
program pembelajaran.Menurut Dick and Carrey (1985), ada 3 fase pokok penilaian
formatif, yaitu (1) fase perorangan atau fase klinis.Pada fase ini perancang bekerja dengan
9

siswa secara perseorangan untuk memperoleh data guna menyempurnakan bahan


pembelajaran. Data yang dimaksud di sini biasanya kesalahan-kesalahan., (2) fase
kelompok kecil, yaitu sekelompok siswa yang terdiri atas 8-10 orang yang merupakan
wakil cerminan populasi sasaran mempelajari bahan secara mandiri dan kemudian diuji
untuk memperoleh data yang diperlukan, (3) fase uji lapangan. Boleh diikuti banyak
siswa, sering 30 orang sudah mencukupi.Tekanan dalam uji coba lapangan ini adalah
pada pengujian prosedur yang diperlukan untuk memberlakukan pembelajaran itu dalam
suatu keadaan yang sangat nyata mungkin.
9. Melakukan Revisi terhadap Program Pembelajaran.
Langkah akhir dari proses desain dan pengembangan dalam melakukan revisi
terhadap draf program pembelajaran.data yang diperoleh dari prosedur evaluasi formatif
dirangkum dan ditafsirkan untuk mengetahui kelemahan-kelemahan yang dimiliki oleh
program pebelajaran.
10. Merancang dan Mengembangkan Evaluasi Sumatif.
Evaluasi sumatif merupakan jenis evaluasi yang berbeda dengan evaluasi
formatif.Jenis evaluasi ini dianggap sebagai puncak dalam aktivitas model desain
pembelajaran yang dikemukakan oleh Dick dan Carey.Evaluasi sumatif dilakukan setelah
program selesai dievaluasi secara formatif dan direvisi sesuai dengan standar yang
digunakan oleh perancang program.

BAB III
PENUTUP

10

1. KESIMPULAN
Pendekatan sistem pada pembelajaran bertujuan agar kita dapat mengerti masalah
pengajaran sebagai keseluruhan secara tuntas dan dapat mendalami pula apa bagianbagiannya. Selain itu diharapkan kita dapat memahami pula cara bagaimana masing-masing
bagian itu saling berinteraksi, saling berfungsi dan saling bergantung di dalam sebuah sistem
untuk mencapai tujuan pembelajaran.
Variabel

pembelajaran diklasifikasikan

menjadi 3 macam

yaitu :

(1)

Kondisi

pembelajaran: faktor yang mempengaruhi metode dalam meningkatkan hasil pembelajaran.


(2) Metode pembelajaran: cara-cara yang berbeda untuk mencapai hasil pembelajaran yang
berbeda di bawah kondisi yang berbeda. (3) Hasil pembelajaran, semua efek sebagai
indikator tentang nilai dari penggunaan metode pembelajaran d ibawah kondisi yang berbeda.
Langkah-langkah utama dari sistem pembelajaran yang dikemukakan oleh Dick and
Carey yaitu : Mengidentifikasi Tujuan Umum Pembelajaran, Melakukan Analisis Pengajaran,
Menganalisis Karakteristik Siswa dan Konteks Pembelajaran, Merumuskan tujuan
pembelajaran khusus, Mengembangkan instrumen penilaian, Mengembangkan strategi
Pembelajaran, Mengembangkan dan Memilih Bahan Ajar, Merancang dan Mengembangkan
Evaluasi formatif.
Melakukan Revisi terhadap Program Pembelajaran, Merancang dan Mengembangkan
Evaluasi Sumatif.
2. SARAN
Setelah mengetahui dan memahami segala sesuatu hal yang berhubungan dengan
pembelajaran baik itu pendekatan system dalam kegiatan pembelajaran, tiga variable
pembelajaran dan langkah-langkah mendesain pembelajaran, sangat diharapkan bagi
masyarakat khusunya seorang guru maupun calon guru dapat meningkatkan kualitas
pendidikan di Indonesia agar generasi penerus bangsa dapat membangun Indonesia menjadi
Negara yang lebih baik lagi.

DAFTAR PUSTAKA
Uno Hamzah B, 2006. Perencanaan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara
11

Sagala Syaiful, 2013. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta


Hamalik, Oemar. 2001. Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem. Jakarta:
PT Bumi Aksara
farhanhajarudin.blogspot.co.id(diakses pada tanggal 8 September 2016 pukul 14.15)

12

Anda mungkin juga menyukai