Anda di halaman 1dari 10

HUBUNGAN PENGETAHUAN TENTANG IMS DENGAN TANDA-TANDA IMS PADA

WANITA USIA SUBUR DI KLINIK VOLUNTARY COUNSELING AND TESTING (VCT)


PUSKESMAS BERGAS KABUPATEN SEMARANG
Novia Retno Wardani 1), Eti Salafas, S.SiT 2), Dr. Sugeng Maryanto, M.Kes 3)
Akademi Kebidanan Ngudi Waluyo
Email : up2m@akbidngudiwaluyo
ABSTRAK
HUBUNGAN PENGETAHUAN TENTANG IMS DENGAN TANDA-TANDA IMS PADA
WANITA USIA SUBUR DI KLINIK VOLUNTARY COUNSELING AND TESTING (VCT)
PUSKESMAS BERGAS KABUPATEN SEMARANG Kesehatan wanita merupakan salah satu
target yang telah ditentukan dalam tujuan pembangunan millenium pada tujuan ke 5 yaitu
meningkatkan kesehatan wanita dimana target yang akan di capai sampai tahun 2015 adalah
mengurangi jumlah resiko penyakit pada wanita khususnya Infeksi Menular Seksual. Kasus (IMS)
atau biasa disebut penyakit kelamin adalah sekelompok penyakit yang di sebabkan oleh infeksi
berbagai jenis mikro organisme yang mengakibatkan timbul gejala klinik di saluran kemih dan
reproduksi yang ditularkan melalui hubungan seksual.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan pengetahuan tentang IMS dengan
tanda-tanda IMS pada wanita usia subur di wilayah kerja puskesmas bergas kabupaten semarang.
Desain penelitian yang digunakan adalah Cross Sectional untuk mengetahui hubungan antar
factor risiko (pengetahuan tentang IMS) dan faktor efek (tanda-tanda IMS). Populasi dalam
penelitian ini adalah semua wanita usia subur di wilayah kerja Puskesmas Bergas Kabupaten
Semarang 2013, sampel dalam penelitian ini menggunakan tehnik Quota sampling yaitu semua
wanita usia subur di wilayah kerja puskesmas bergas kabupaten semarang.
Hasil penelitian dijelaskan bahwa terdapat hubungan antara pengetahuan tentang IMS dengan
tanda-tanda IMS pada wanita usia subur di Wilayah Kerja Puskesmas Bergas Kabupaten Semarang
dengan nilai p 0,000< 0,05. Hasil uji statistik dengan menggunakan uji kendall tau juga
menunjukkan bahwa kedua variable tersebut memiliki arah hubungan postif dengan kekuatan pada
tingkat sedang (nilai r pada rentang 0,4-0,6: kategori sedang).
Diharapkan petugas kesehatan lebih memberikan pengetahuan tentang tanda-tanda IMS kepda
wanita usia subur yang mengalami IMS.
Kata Kunci: Pengetahuan, Tanda-tanda IMS

Hubungan
Pengetahuan Tentang Ims Dengan Tanda-Tanda Ims Pada Wanita Usia Subur
1
di klinik Voluntary Counseling and testing (VCT) Puskesmas Bergas Kabupaten Semarang

ABSTRACT
KNOWLEDGE OF THE RELATIONSHIP SEXUALLY TRANSMITTED INFECTIONS
(STI) WITH SEXUALLY TRANSMITTED INFECTIONS (STI) SIGNS IN WOMEN
VOLUNTARY COUNSELING AND TESTING (VCT) CENTER IN SEMARANG
DISTRICT BERGAS. Women's health is one of the targets that have been set in the millennium
development goals which aim to improve the health of women 5 wherein the targets to be achieved
by 2015 is to reduce the risk of disease in women especially sexually transmitted infections. Case
(STI) or venereal disease is commonly called a group of diseases caused by infection with various
types of micro-organisms that cause clinical symptoms in the urinary and reproductive tract that is
transmitted through sexual contact.
The purpose of this study was to determine the relationship of knowledge about STI with
signs of STI in women of childbearing age in the working area of the district health centers gaseous
semarang.
The study design used was a cross sectional to determine the relationship between the risk
factor (knowledge about STI) and effect factors (STI signs). The population in this study were all
women of childbearing age in the Puskesmas Bergas Semarang regency, 2013, the sample in this
study using the Quota sampling techniques that all women of childbearing age in the working area
of the district health centers gaseous semarang.
The results can be explained that there is a relationship between knowledge of STI with signs
of STI in women of childbearing age in the working areas of Semarang District Puskesmas Bergas
with p value 0.000 <0.05. Results of statistical tests using the kendall tau test also showed that the
two variables have a positive relationship with the power of direction at a moderate level (r values
in the range 0.4-0.6: moderate category).
More health workers are expected to provide knowledge about the signs of STI kepda women
of childbearing age who experience STI.
Keywords: Knowledge, Signs of Sexual Transmitted Infections
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Millenium Development Goals (MDGs)
merupakan pembangunan millennium dengan
upaya untuk memenuhi hak-hak dasar
kebutuhan manusia melalui komitmen
bersama untuk melaksanakan 8 (delapan)
tujuan pembangunan, dan salah satu
manfaatnya yang terkait dengan judul ini
yaitu
meningkatkan
kesehatan
ibu,
memerangi penyebaran HIV/AIDS, malaria
dan penyakit menular lainnya yang
membahayakan kesehatannya. Beberapa
tujuan sesuai dengan MDGs diatas dapat
terwujud dengan adanya peran serta dari
masyarakat maupun keluarga. Masalahmasalah kesehatan yang banyak terjadi di
indonesia di antaranya adalah tingginya angka
pertumbuhan penduduk, disparitas status
kesehatan, beban ganda penyakit, yang mana
data epidemiologi menunjukkan terjadi

peningkatan prevalensi penyakit, baik


penyakit menular yang baru atau lama
maupun tidak menular, dan menurunnya mutu
kesehatan keluarga. Masalah kesehatan ibu di
indonesia masih menjadi prioritas program
pemerintah dalam rangka menurunkan angka
kematian ibu yang masih tinggi terkait dengan
kesehatan reproduksi (Prasetyawati, 2011: 14).
Kesehatan wanita merupakan salah satu
target yang telah ditentukan dalam tujuan
pembangunan millenium pada tujuan ke 5
yaitu meningkatkan kesehatan wanita dimana
target yang akan di capai sampai tahun 2015
adalah mengurangi jumlah resiko penyakit
pada wanita khususnya Infeksi Menular
Seksual. Kasus (IMS) atau biasa disebut
penyakit kelamin adalah sekelompok penyakit
yang di sebabkan oleh infeksi berbagai jenis
mikro organisme yang mengakibatkan timbul
gejala klinik di saluran kemih dan reproduksi
yang ditularkan melalui hubungan seksual.
Gejala umum infeksi menular seksual

Hubungan
Pengetahuan Tentang Ims Dengan Tanda-Tanda Ims Pada Wanita Usia Subur
2
di klinik Voluntary Counseling and testing (VCT) Puskesmas Bergas Kabupaten Semarang

meliputi: tumbuh seperti jengger ayam atau


kutil sekitar kemaluan, keluar darah setelah
hubungan seksual, keluarnya cairan dari
vagina atau penis yang berbeda dari biasanya,
saat BAK terasa nyeri atau sering BAK, gatalgatal di daerah alat kelamin, bengkak di
lipatan paha, sakit perut bagian bawah yang
sering kambuh dan secara umum merasa tidak
enak badan atau demam. Cara penularan IMS
dapat melalui hubungan seks yang tidak
aman, melalui darah, jarum suntik, ibu hamil
ke janin. Infeksi Menular Seksual (IMS) yang
diobati adalah kasus infeksi menular seksual
yang ditemukan berdasarkan syndrome dan
etiologi serta diobati sesuai standar
(Pudiastuti, 2012: 98-100). Penyakit menular
seksual ini di Indonesia mulai menjalar
dengan perkembangan penularan yang sangat
cepat karena mata rantai penularan penyakit
menular seksual adalah Pekerja Seks
Komersil (PSK) yang dapat menyusup dalam
kehidupan rumah tangga. Dalam upaya
pemerintah untuk mengurangi penyebaran
penyakit hubungan seksual dilakukan
beberapa langkah di antaranya lokalisasi PSK,
agar mereka mudah di kontrol dan diberikan
proteksi
pengobatan
sehingga
dapat
mengurangi penyebaran penyakit hubungan
seksual yang disebabkan karena populasi
masih banyak yang belum terdeteksi
(Manuaba, 2009).
Jumlah kasus infeksi menular seksual di
Provinsi Jawa Tengah dari tahun ke tahun
semakin meningkat. Peningkatan kasus ini
dikarenakan pencatatan dan pelaporan yang
semakin baik. Kemungkinan bisa terjadi
kasus yang sebenarnya di populasi masih
banyak yang belum terdeteksi. Program
Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit
Menular Seksual mempunyai target bahwa
seluruh kasus IMS yang ditemukan harus
diobati sesuai standar. Di Provinsi Jawa
Tengah pada tahun 2012, kasus IMS diobati
sebesar 65,30%, mengalami penurunan bila
dibandingkan dengan cakupan tahun 2011
sebesar 71,56%. Ini berarti belum seluruh
kasus IMS yang ditemukan diobati atau
belum mencapai target yaitu 100%. (Profil
Dinkes Provinsi Jateng, 2013).
Sesuai dengan hasil observasi di
Puskesmas Bergas pada tanggal 26 Desember
2012 di ketahui bahwa Puskesmas Bergas

adalah salah satu Puskesmas di kabupaten


Semarang yang mempunyai klinik IMS
dengan nama Voluntary Counseling And
Testing (VCT) Dahlia yang melayani
pengobatan IMS. Berdasarkan kasus di
lapangan, Klinik Voluntary Counseling and
Testing (VCT) puskesmas bergas kabupaten
Semarang adalah wilayah yang menjadi
sorotan utama terdapatnya kasus IMS. Luas
wilayah kecamatan Bergas adalah 47,3 km
yang terdiri dari 9 desa dan 4 kelurahan.
Jumlah penduduk kecamatan Bergas yaitu
68.942 orang yang terdiri dari 36.856
perempuan dan 32.086 laki-laki, dari data
Puskesmas didapatkan bahwa pada tahun
2012 terdapat 722 wanita dewasa yang
terdiagnostik
menderita
IMS.
Secara
demografi penduduk kecamatan Bergas
bekerja sebagai buruh pabrik, sehingga dapat
digambarkan sebagian besar penduduk
berpendidikan dan memiliki ekonomi
menengah kebawah secara garis besar. Selain
hal tersebut kecamatan Bergas juga
didapatkan daerah lokalisasi. Dalam hal ini
kelompok PSK sangat rentan dan berisiko
terjadinya penyakit IMS karena sering
berganti-ganti pasangan.
Untuk menunjang fenomena masalah
tentang pengetahuan masyarakat di wilayah
Kecamatan Bergas, penulis melakukan
kunjungan dan wawancara awal kepada
wanita usia subur sebanyak 10 orang dan
kebanyakan diantara mereka adalah PSK.
Hasil wawancara tentang pengetahuan IMS
didapatkan bahwa 2 orang (20%) belum
mengetahui tentang penyakit IMS, 5 orang
(50%) mengetahui tentang penyakit IMS, 3
orang (30%) sebagian mengetahui. Penulis
juga melakukan wawancara langsung kepada
10 orang yang berbeda dari sebelumnya yang
memeriksakan ke ruang VCT dahlia
Puskesmas Bergas mengenai tanda-tanda IMS
dengan hasil 1 orang mengatakan tumbuh
seperti jengger ayam atau kutil disekitar
kemaluan atau dubur, 2 orang mengatakan
keluar darah setelah hubungan seksual, 4
orang mengatakan gatal-gatal di daerah alat
kelamin, 1 orang mengatakan keluar cairan
dari vagina atau dubur berbeda dari biasanya,
1 orang mengatakan saat BAK terasa perih,
nyeri, panas atau menjadi sering BAK, 1

Hubungan
Pengetahuan Tentang Ims Dengan Tanda-Tanda Ims Pada Wanita Usia Subur
3
di klinik Voluntary Counseling and testing (VCT) Puskesmas Bergas Kabupaten Semarang

orang mengatakan secara umum merasa tidak


enak badan atau demam.
Berdasarkan fenomena dan latar
belakang diatas penulis memilih Klinik
Voluntary Counseling and Testing (VCT)
Puskesmas Bergas kabupaten Semarang
karena Puskesmas tersebut adalah salah satu
Puskesmas yang mempunyai klinik khusus
IMS dan sudah terbukti melalui laporan hasil
bulanan di Puskesmas bahwa terdapat
masyarakat yang menderita penyakit IMS,
baik itu pasien baru maupun pasien lama.
Dari sisi lain kecamatan Bergas juga terdapat
sebuah lokalisasi yang bisa menunjang
meningkatnya angka penderita IMS. Secara
umum SDM masyarakat di kecamatan Bergas
juga masih rendah, dan masih sedikitnya
penyuluhan kesehatan tentang IMS. Maka
penulis tertarik untuk meneliti mengenai
Hubungan Pengetahuan Tentang IMS
Dengan Tanda-Tanda IMS Pada Wanita Usia
Subur Di Klinik Voluntary Counseling and
Testing (VCT) Puskesmas Bergas Kabupaten
Semarang.
METODE PENELITIAN
Jenis Penelitian
Desain penelitian yang digunakan
adalah Cross Sectional untuk mengetahui
hubungan antar faktor risiko (pengetahuan
tentang IMS) dan faktor efek (tanda-tanda
IMS), dimana peneliti melakukan observasi
atau pengukuran pada variabel sekali dan
sekaligus pada waktu yang sama, yang berarti
setiap responden hanya di observasi satu kali
saja dan pangukuran variabel responden
dilakukan
saat
pemeriksaan
tersebut,
kemudian peneliti tidak melakukan tindak
lanjut (Riyanto, 2011).

Teknik Sampling
Tehnik pengambilan sampel yg
digunakan adalah tehnik Quota sampling.
Pengambilan sampel secara quota dilakukan
dengan cara menetapkan sejumlah anggota
sampel secara quantum atau jatah. Teknik
sampling ini dilakukan dengan cara: pertamatama menetapkan berapa besar jumlah sempel
yang diperlukan atau menetapkan quantum
(jatah). Kemudian jumlah atau quantum itulah
yang dijadukan dasar untuk mengambil unit
sampel yang diperlukan (Notoatmodjo, 2010:
125). Dari jumlah populasi orang, maka
didapatkan jumlah sampel sebesar 59
responden.
Analisa Data
Analisis data penelitian yang digunakan
adalah analisa univariat dan bivariat, Analisis
univariat adalah analisis yang dilakukan
terhadap tiap variabel dari hasil penelitian.
Dalam analisis ini hanya menghasilkan
distribusi dan presentase dari tiap variabel
yang diteliti yaitu pengetahuan tentang IMS
dengan tanda-tanda IMS pada wanita usia
subur. Analisis bivariat dilakukan untuk
mengetahui hubungan dua variabel yang
diduga
berhubungan
atau
berkorelasi
(Notoatmodjo, 2005). Dalam penelitian ini
yang meliputi variable bebas yaitu
pengetahuan dan variable terikatnya adalah
tanda-tanda IMS. Untuk analisa bivariat ini
menggunakan uji statistik Kendall Tau, yaitu
salah satu alat penguji hipotesis asosiatif
(hubungan) dengan data ordinal.

HASIL PENELITIAN
Variabel Penelitian
Penelitian ini menggunakan dua
variabel yaitu Variabel dependen tanda-tanda
IMS dan variabel independent adalah
pengetahuan.

1. Pengetahuan tentang IMS


Tabel 1. Distribusi
responden
berdasarkanpengetahuan
tentang IMS Pada Wanita Usia
Subur di Klinik Voluntary
Counseling and Testing (VCT)

Hubungan
Pengetahuan Tentang Ims Dengan Tanda-Tanda Ims Pada Wanita Usia Subur
4
di klinik Voluntary Counseling and testing (VCT) Puskesmas Bergas Kabupaten Semarang

Puskesmas Bergas Kabupaten


Semarang tahun 2013
Pengetahuan
tentang
IMS
Kurang baik
Cukup baik
Baik
Jumlah

Frekuensi

Persentase

14
24
21
59

23,7
40,7
35,6
100,0

Berdasarkan tabel 1 diketahui


bahwa sebagian besar responden
memiliki
pengetahuan
cukup
tentang IMS yaitu sebanyak 24
responden (40,7%).
2. Tanda-tanda IMS
Tabel 2. Distribusi
responden
berdasarkan tanda-tanda IMS
Pada Wanita Usia Subur di
Klinik Voluntary Counseling
and Testing (VCT) Puskesmas
Bergas
Kabupaten
Semarang tahun 2013
Tandatand
a IMS
Tidak Ada
Ada
Jumlah

Frekuens
i

Persentas
e

53
6
59

89,8
10,2
100,0

Berdasarkan tabel 2 diketahui


bahwa sebagian besar responden
tidak
mengalami
IMS
yaitu
sebanyak 53 responden (89,8%).
Dan hanya sebanyak 6 responden
(10,2%)
responden
yang
mengalami IMS.

3. Analisis Hubungan Pengetahuan


Tentang IMS Dengan Tanda-Tanda
IMS Pada Wanita Usia Subur di
Klinik Voluntary Counseling and
Testing (VCT) Puskesmas Bergas
Kabupaten Semarang

Tabel 3

Hubungan
Pengetahuan
Tentang IMS Dengan TandaTanda IMS Pada Wanita Usia
Subur di Klinik Voluntary
Counseling and Testing (VCT)
Puskesmas Bergas Kabupaten
Semarang

Pengetahuan*tanda
-tanda IMS

Nilai
r
0,450

p
0,000

Berdasarkan tabel 3 dapat


dijelaskan
bahwa
terdapat
hubungan antara pengetahuan
tentang IMS dengan tanda-tanda
IMS pada wanita usia subur di
Klinik Voluntary Counseling and
Testing (VCT) Puskesmas Bergas
Kabupaten Semarang dengan nilai
p 0,000< 0,05. Hasil uji statistik
dengan menggunakan uji kendall
tau menunjukkan bahwa kedua
variable tersebut memiliki arah
hubungan postif dengan kekuatan
pada tingkat sedang (nilai r pada
rentang 0,4-0,6: kategori sedang).
PEMBAHASAN
Interpretasi dan Diskusi Hasil
1. Pengetahuan tentang IMS
Berdasarkan hasil penelitian
diketahui bahwa sebagian besar
responden memiliki pengetahuan
cukup tentang IMS yaitu sebanyak
24
responden
(40,7%)
dan
selanjutnya ada 21 responden
(35,6%) yang sudah baik dalam
hal pengetahuan serta masih ada
yang kurang sekitar 14 responden
(23,7%).
Menurut Notoatmodjo (2010),
pengetahuan adalah merupakan
hasil dari tahu dan ini terjadi
setelah
orang
melakukan
penginderaan
terhadap
suatu
obyek
tertentu.
Penginderaan
terjadi
melalui
panca
indra
manusia.
Sebagian
besar

Hubungan
Pengetahuan Tentang Ims Dengan Tanda-Tanda Ims Pada Wanita Usia Subur
5
di klinik Voluntary Counseling and testing (VCT) Puskesmas Bergas Kabupaten Semarang

pengetahuan manusia diperoleh


dari
mata
dan
telinga.
Pengetahuan juga diperoleh dari
pendidikan, dari pengalaman diri
sendiri
maupun
pengalaman
orang lain, media masa maupun
lingkungan. Pengetahuan atau
kognitif
merupakan
domain
terpenting
bagi
terbentuknya
tindakan seseorang. Perilaku yang
disadari oleh pengetahuan akan
lebih langgeng dari pada perilaku
yang
tidak
disadari
oleh
pengetahuan (Sunaryo, 2009).
Pengetahuan diperlukan sebagai
dorongan
psikis
dalam
menumbuhkan sikap dan perilaku
setiap
hari,
sehingga
dapat
dikatakan bahwa pengetahuan
merupakan stimulasi terhadap
tindakan seseorang. Terutama
dalam hal pengetahuan tentang
IMS,
responden
cukup
tahu
tentang apa itu arti IMS, cara
penularan dan tanda-tandanya
meskipun hanya sebatas tahu.
Dapat
disimpulkan
bahwa
pengetahuan yang didapatkan
dari
hasil
penelitian
yaitu
responden cukup tahu akan
pengetahuan tentang IMS, ini
berarti dapat diasumsikan bahwa
responden di puskesmas bergas
sudah mencukupi dalam hal
pengetahuan tentang IMS itu
sendiri.
Sedangkan
untuk
responden yang kurang tahu ini
dikarenakan memang responden
kurang
mendapatkan
pengetahuan tentang IMS bahkan
ada yang sama sekali tidak tahu
tentang
IMS
baik
secara
pendidikan
formal
ataupun
informasi yang beredar diberbagai
media
komunikasi,
dan
jaranganya pendidikan kesehatan
yang
mereka
terima.
Ini
mengakibatkan responden kurang
begitu memahami secara baik
tentang kuisioner dikarenakan

kekurangan informasi itu sendiri


tentang IMS.
2. Tanda-tanda IMS
Diketahui juga dalam hasil
penelitian bahwa sebagian besar
responden tidak mengalami IMS
yaitu sebanyak 53 responden
(89,8%). Dan hanya sebanyak 6
responden (10,2%) responden
yang mengalami IMS.
IMS adalah suatu infeksi atau
penyakit
yang
kebanyakan
ditularkan
melalui
hubungan
seksual (oral, anal atau lewat
vagina).
Harus
diperhatikan
bahwa
IMS
tidak hanya
menyerang sekitar alat kelamin
tapi dapat
muncul
dan
menyerang mata, mulut, kulit.
Jika kita melakukan hubungan
seksual dengan orang lain yang
menderita IMS walaupun hanya
sekali, kita dapat terkena Infeksi
yang
penularannya
terutama
melalui hubungan seksual yang
mencakup infeksi yang disertai
gejala-gejala
klinis
maupun
asimptomatis (Djuanda, 2007).
Kebanyakan
IMS
membahayakan
organ-organ
reproduksi.
Pada wanita, IMS
dapat merusak dinding vagina
atau leher rahim, biasanya tanpa
tanda-tanda infeksi. Pada pria,
yang terinfeksi lebih dulu adalah
saluran air kencing. Jika IMS tidak
diobati
dapat
menyebabkan
keluarnya
cairan yang tidak
normal dari penis dan berakibat
sakit pada waktu buang air kecil.
IMS yang tidak
diobati dapat
mempengaruhi
organ-organ
reproduksi
bagian dalam dan
menyebabkan kemandulan baik
pada pria atau wanita (Dirjen
Pengendalian
Penyakit
dan
Penyehatan Lingkungan 2009).
Dimana
seseorang
yang
mengalami IMS bisa dilihat dari
tanda-anda IMS yaitu daging/kulit
tumbuh seperti jengger, tumbuh

Hubungan
Pengetahuan Tentang Ims Dengan Tanda-Tanda Ims Pada Wanita Usia Subur
6
di klinik Voluntary Counseling and testing (VCT) Puskesmas Bergas Kabupaten Semarang

kutil di sekitar kemaluan/dubur,


tumbuh
seperti
bunga
kol
doisekitar
kemaluan/dubur,
kencing keluar darah dan nyeri,
kencing
nanah/pus,
iritasi
disekitar kelamin yg sulit sembuh,
bau tak sedap disekitar kelamin,
ada seperti luka bakar disekitar
kelamin, gangguan keputihan.
Hasil penelitian menunjukan
6 orang yang mengalami IMS
kebanyakan memilki tanda-tanda,
BAK keluar darah dan nyeri, ada
iritasi yang sulit sembuh disekitar
kelamin, bau tak sedap disekitar
alat kelamin, gangguan keputihan
(gatal-gatal, kuning kehijauan dan
berbau) ada 4 orang serta ada 2
orang yang mengalami tandatanda
seperti
BAK
keluar
nanah/pus.
3. Analisis Hubungan Pengetahuan
Tentang IMS Dengan Tanda-Tanda
IMS Pada Wanita Usia Subur di
Klinik Voluntary Counseling and
Testing (VCT) Puskesmas Bergas
Kabupaten Semarang.
Berdasarkan hasil penelitian
dapat dijelaskan bahwa terdapat
hubungan antara pengetahuan
tentang IMS dengan tanda-tanda
IMS pada wanita usia subur di
Klinik Voluntary Counseling and
Testing (VCT) Puskesmas Bergas
Kabupaten Semarang dengan nilai
p 0,000< 0,05. Hasil uji statistik
dengan
menggunakan
uji
Spearman rank juga menunjukkan
bahwa kedua variable tersebut
memiliki arah hubungan postif
dengan kekuatan pada tingkat
sedang (nilai r pada rentang 0,40,6: kategori sedang).
Penelitian ini sesuai dengan
penelitian yang dilakukan oleh
Yuvita Eka Herawati
(2007),
dengan tujuan penelitian untuk
mengetahui Hubungan antara
pengetahuan tentang penyakit
menular
seksual
dan
sikap
terhadap
seks
bebas
pada

Remaja. Terdapat hubungan yang


signifikan terhadap seks bebas
pada
remaja
akhir
dengan
pengetahuan tentang penyakit
menular seksual yang ditunjukan
oleh koefisiensi sebesar 0,475
dengan p < 0,05. Hal ini
mmperlihatkan baiknya tinggkat
pengetahuan remaja terhadap
penyakit seksual menular maka
akan semakin negative terhadap
seks bebas (Journal fakultas
katolik soegijapranata, 2012)
a. Keterbatasan penelitian
Pada penelitian ini, peneliti
merasakan
masih
banyak
keterbatasan yang dihadapi
alam melaksanakan penelitian,
dari proses pengumpulan data
hingga
penyajian
hasil.
Beberapa
kesulitan
saat
pengumpulan data yaitu sulit
menemukan responden yang
sesuai dengan kriteria.
b. Implikasi
untuk
asuhan
kebidanan
/
pendidikan
kebidanan.
Dari hasil penelitian ini
telah di buktikan
bahwa
pengetahuan tentang Infeksi
Menular
Seksual
(IMS)
berhubungan dengan tandatanda Infeksi Menular Seksual
(IMS).
Kesimpulan
Dari
hasil
penelitian
dan
pembahasan
tentang
hubungan
pengetahuan tentang IMS dengan
tanda-tanda IMS pada wanita di
wilayah kerja Puskesmas Bergas
Kabupaten Semarang tahun 2013
ditarik kesimpulan sebagai berikut :
1. Berdasarkan
hasil
penelitian
diketahui bahwa sebagian besar
responden memiliki pengetahuan
cukup tentang IMS yaitu sebanyak
24 responden (40,7%).
2. Berdasarkan
hasil
penelitian
diketahui bahwa sebagian besar

Hubungan
Pengetahuan Tentang Ims Dengan Tanda-Tanda Ims Pada Wanita Usia Subur
7
di klinik Voluntary Counseling and testing (VCT) Puskesmas Bergas Kabupaten Semarang

responden tidak mengalami IMS


yaitu sebanyak 53 responden
(89,8%). Dan hanya sebanyak 6
responden (10,2%) responden
yang mengalami IMS.
3. Berdasarkan hasil penelitian dapat
dijelaskan
bahwa
terdapat
hubungan antara pengetahuan
tentang IMS dengan tanda-tanda
IMS pada wanita usia subur di
Wilayah Kerja Puskesmas Bergas
Kabupaten Semarang dengan nilai
p 0,000< 0,05. Hasil uji statistik
dengan
menggunakan
uji
Spearman rank juga menunjukkan
bahwa kedua variable tersebut
memiliki arah hubungan postif
dengan kekuatan pada tingkat
sedang (nilai r pada rentang 0,40,6: kategori sedang).
Saran
1. Bagi Puskesmas
Hasil penelitian ini dapat
digunakan sebagai bahan rujukan
bagi praktek kebidanan dalam
memberikan asuhan kebidanan
kepada Wanita usia subur yang
mengalami IMS.
2. Bagi Insitusi
Hasil penelitian ini dapat
digunakan
sebagai
informasi
untuk
pengembangan
ilmu
pengetahuan tentang IMS.
3. Peneliti
Hasil
penelitian
ini
diharapkan dapat bermanfaat
dalam
memberikan
informasi
kepada
peneliti
selanjutnya,
dengan melakukan penelitian
yang lebih luas tentang Infeksi
Menular Seksual (IMS).

Andira, Dita. 2010. Seluk-Beluk


Kesehatan Reproduksi Remaja
Wanita. Jogyakarta : Aplus
Books
Daili, Sjaiful Kahmi. 2009. Sexually
Transmittod Diseases. Jakarta :
Balai Penerbit FKUI
Dinkes Prov. Jateng, 2011. Penyakit
menular seksual. Semarang :
Dinas Kesehatan Jawa Tengah.
Djuanda, Adhi. 2007. Penyakit dan
Penanggulangannya. Jakarta :
Balai Penerbit FKUI
Handoko, Ronny. 2007. Ilmu
Penyakit Kulit dan Kelamin.
Jakarta : Balai Penerbit FKUI
Lanson, Lucienne. 2009. Dari Wanita
untuk Wanita. Jakarta :
Gunung Mulia
Manuaba,Ida Bagus Gede. 2009.
Memahami Kesehatan
Reproduksi Wanita. Jakarta :
Arcan

Mansjoer, Arif. 2009. Kapita Selekta


Kedokteran, Edisi Ketiga.
Jakarta : Media Aesculaspius
Notoatmodjo, Soekidjo. 2010
Metode Penelitian Kesehatan.
Jakarta : Rineka Cipta
Oswari, Esiana. 2008. Penyakit dan
Penanggulannya. Jakarta :
Pustaka Utama
Prasetyawati, Arista Eka. 2012. KIA
dalam MDGs. Yogyakarta :
Nuha Medika
Prawirohardjo, Sarwono. 2009. Ilmu
Kebidanan, Edisi Keempat.
Jakarta : Bina Pustaka.
---------------------. 2008. Ilmu
Kebidanan, Edisi Keempat.
Jakarta : Bina Pustaka
Wawan dan Dewi. 2010. Kesehatan
Reproduksi Remaja. Jakarta
Yuvika. 2007. Perpustakaan Unika

DAFTAR PUSTAKA
Hubungan
Pengetahuan Tentang Ims Dengan Tanda-Tanda Ims Pada Wanita Usia Subur
8
di klinik Voluntary Counseling and testing (VCT) Puskesmas Bergas Kabupaten Semarang

http://www.01.40.0021_Yuvita_
herawati.pdf (SECURED).
Diakses pada tanggal 19 Juli
2013.

Hubungan
Pengetahuan Tentang Ims Dengan Tanda-Tanda Ims Pada Wanita Usia Subur
9
di klinik Voluntary Counseling and testing (VCT) Puskesmas Bergas Kabupaten Semarang

Anda mungkin juga menyukai