Puji serta syukur penulis panjatkan atas kehadiran Allah SWT yang telah
memberikan penulis nikmat iman, nikmat sehat dan nikmat sempurna sehingga
penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul Genetika : Pematangan
ovum dan sperma, kromosom.
Dalam penyusunan tugas atau materi ini, tidak sedikit hambatan yang penulis
hadapi. Namun penulis menyadari bahwa kelancaran dalam menyusun materi ini
tidak lain berkat bantuan, dorongan dan bimbingan orang tua dan dosen sehingga
kendala-kendala yang penulis hadapi teratasi. Oleh karena itu penulis
mengucapkan terimakasih kepada Ibu Neli Husniawati selaku dosen pembimbing
mata ajar Keperawtan Maternitas 1 yang telah memberikan masukan.
Penulis sadar bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna, maka dari itu penulis
menerima segala kritik dan saran. Semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca
dan dapat menambah pengetahuan bagi para pembaca, khususnya bagi penulis
sehingga tujuan yang diharpkan dapat tercapai. Amin yarabbal alamin
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Tujuan
Untuk mengetahui genetika : pematangan ovum dan sperma, kromosom
1. Untuk mengetahui definisi oogenesis
2. Untuk mengetahui bagaimana proses terjadinya ovulasi
3.
4.
5.
6.
7.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Oogensis
Proses pembentukkan ovum di dalam ovarium disebut oogenesis. Ketika gonad
berdiferensiasi jadi ovarium germ cells primordial itu berproliferasi membentuk
oogonia (tunggal: noogonium), yang jumlahnya ditaksir sekitar 600.000 butir
(Baker & 0 1976 dalam Yatim;1994:81).
Yatim(1994:80), menyebutkan bahwa seperti halnya pada proses spermatogenesis,
proses oogenesis juga memiliki tahapan, yaitu :
1. Proliferasi (perbanyakan)
2. Meiosis
3. Transformasi atau pematangan
Stadium antral adalah stadium yang paling lama, sedangkan stadium pre-ovulasi
berlangsung sekitar 37 jam sebelum ovulasi. Pada setiap siklus ovarium, sejumlah
folikel mulai berkembang, tetapi biasanya hanya satu yang mencapai kematangan
sempurna. Yang lain berdegenerasi dan menjadi atretik. Ketika folikel sekunder
telah matang, lonjakan Luteining hormone (LH) akan memicu fase pertumbuhan
preevolusi. Meiosis I tertuntaskan sehingga terbentuk dua sel anak dengan ukuran
berbeda, masing-masing dengan 23 kromosom berstruktur ganda.
Satu sel, oosit sekunder, mendapat sebagian besar sitoplasma, yang lain, badan
polar pertama, hampir tidak mendapat sitoplasma sama sekali. Badan polar
pertama terletak antar zona pelusida dan membran oosit sekunder diruang
perivitelina. Sel kemudian masuk ke meiosis II tetapi terhenti pada tahap
metaphase sekitar 3 jam sebelum ovulasi, meiosis II diselesaikan hanya jika oosit
dibuahi, jika tidak, sel aka mengalami degenerasi sekitar 24 jam setelah ovulasi.
Badan polar pertama juga mengalami pembelahan kedua.
2.2 Proses Ovulasi
Oogonium bersifat diploid dengan 46 kromosom atau 23 pasang kromosom.
Oogonium akan memperbanyak diri dengan cara mitosis membentuk oosit primer.
Kemudian oosit primer mengalami meiosis I, yang akan menghasilkan oosit
sekunder dan badan polar 1 (polosit primer). Selanjutnya, oosit sekunder
meneruskan tahap meiosis II dan menghasilkan satu sel besar yang disebut ootid
dan satu sel kecil yang disebut badan polar kedua (polosit sekunder). Badan polar
pertama juga membelah menjadi dua badan polar kedua. Akhirnya ada tiga badan
polar dan satu ootid yang akan tumbuh menjadi ovum dari oogenesis setiap satu
oogonium (Betharia, 2004).
Dengan datangnya pubertas (masa remaja), alat reproduktif wanita mulai
mengalami ritme seks 28 hari yang disebut haid atau menstruasi. Haid adalah
peristiwa keluarnya darah dari vagina. Darah haid ini berasal dari rongga Rahim
dan timbul akibat terlepasnya selaput lendir rahim yang mengalami proses
kemunduran dan kerusakan. Selaput lendir ini dipersiapkan untuk menerima sel
telur yang telah dibuahi. Karenanya dalam darah haid selain darah biasa terdapat
pula sisa-sisa penghancuran dari jaringan selaput lendir rahim. Lama pendarahan
haid rata-rata berlangsung 2 - 6 hari. Jangka waktu dari hari pertama haid sampai
hari pertama haid berikutnya disebut daut atau siklus haid. Daur hidup haid
dianggap normal apabila berlangsung antara 21 sampai 40 - 45 hari lamanya dan
dikatakan teratur apabila perbedaan dalam siklus haid tidak lebih dari satu minggu
lamanya. (Suryo;2010:71)
Ovulasi terbagi atas 3 fase, yaitu :
a. Fase pra-ovulasi
Tahap pra-ovulasi ialah jangka waktu antara hari pertama haid sampai saat
ovulasi. (Suryo;2010:71)
Oosit dalam oogonium berada di dalam suatu folikel telur. Folikel juga
mengalami perubahan seiring dengan perubahan oosit primer menjadi
oosit
sekunder
hingga
terjadi
ovulasi.
Sebelumnya,
hipotalamus
b. Fase ovulasi
Ovulasi merupakan proses pelepasan sel telur yang telah matang dari
ovarium dan kemudian berjalan menuju tuba fallopi untuk dibuahi. Pada
saat mendekati fase ovulasi atau mendekati hari ke-14 terjadi perubahan
produksi hormon. Peningkatan kadar estrogen selama fase pra-ovulasi
menyebabkan reaksi umpan balik negatif atau penghambatan terhadap
pelepasan FSH lebih lanjut dari hipofisis. Penurunan konsentrasi FSH
menyebabkan hipofifis melepaskan LH. Dan LH merangsang pelepasan
oosit sekunder dari folikel de Graaf. Pada saat inilah disebut ovulasi dan
umumnya ovulasi terjadi pada hari ke-14 (Betharia,2004).
c. Fase pasca-ovulasi
Tahap pasca-ovulasi ialah jangka waktu antara ovulasi sampai hari
pertama haid berikutnya. (Suryo;2010:71).
Pada fase pasca-ovulasi, folikel de Graaf yang ditinggalkan oleh oosit
sekunder karena pengaruh LH dan FSH akan berkerut dan berubah
menjadi korpus luteum. Korpus luteum tetap memproduksi esrogen
(namun tidak sebanyak folikel de Graaf memproduksi estrogen) dan
hormon lainnya, yaitu progesteron. Progesteron mendukung kerja estrogen
dengan menebalkan dinding dalam uterus atau endometrium dan
menumbuhkan pembuluh-pembuluh darah pada endometrium. Progesteron
juga merangsang sekresi lendir pada vagina dan pertumbuhan kelenjar
2.3 Spermatogenesis
Spermatogenesis merupakan proses pembentukan dan pematangan spermatozoa
(sel benih pria). Spermatogenesis dimulai dengan pertumbuhan spermatogonium
menjadi sel yang lebih besar disebut spermatosit primer. Sel-sel ini membelah
secara mitosis menjadi dua spermatosis sekunder yang sama besar, kemudian
mengalami pembelahan meiosis menjadi empat spermatid yang sama besar.
Spermatid adalah sebuah sel bundar dengan sejumlah besar protoplasma dan
merupakan gamet dewasa dengan sejumlah kromosom haploid. Proses ini
berlangsung dalam testis (buah zakar) dan lamanya sekitar 72 hari. Proses
spermatogenesis
sangat
bergantung
pada
mekanisme
hormonal
tubuh
(Yatim,1994).
Spermatozoa (sperma) yang normal meiliki kepala dan ekor, dimana kepala
mengandung meteri genetik DNA, dan ekor yang merupakan alat pergerakan
sperma. Sperma yang matang memiliki kepala dengan bentuk lonjong dan datar
serta memiliki ekor bergelombang yang berguna mendorong sperma memasuki air
mani. Kepala sperma mengandung inti yang memiliki kromosom dan juga
memiliki struktur yang disebut akrosom. Akrosom mampu menembus lapisan jelly
yang mengelilingi telur dan membuahinya bila perlu. Sperma diproduksi oleh
organ yang bernama testis dalam kantung zakar. Hal ini menyebabkan testis terasa
mitokondria
yang
berfungsi
untuk
kehidupan sel sperma. Bahan bakar dalam pembentukan energi ini adalah
fruktosa.
3. Ekor
Bagian ekor lebih panjang, bersifat motil atau banyak bergerak. Fungsinya
adalah untuk alat pergerakan sperma sehingga dapat mencapai sel telur.
Pergerakan sel ini maju didorong oleh bagian ekor dengan pergerakan
menyerupai sirip belakang ikan.
Pembentukan sperma dipengaruhi oleh hormone FSH (Folicel Stimulating
Hormon) dan LH (Lutening Hormon). Pembentukan FSH dan LH
dikendalikan oleh hormon gonadotropin yaitu hormon yang disekresikan
oleh kelenjar hipothalamus dari otak. Proses spermatogenesis juga dibantu
oleh hormon testosterone. Sperma yang sudah terbentuk di dalam testis
seperti pada proses di atas, kemudian akan disalurkan ke bagian epididimis
dan kemudian ke vas deferens, dan bercampur dengan secret dari kelenjar
prostat dan cowperi (Yatim, 1994).
Siklus spermatogenesis yang telah dijelaskan berlangsung selama 64 hari
di dalam kanalikuli testis dan waktunya konstan, sedangkan waktu
diferensiasi dan penyimpanannya di epididimis bervariasi dan biasanya
berlangsung selama 12 hari. Di epididimis juga, epitel ikut berperan pada
penyimpanan dan pematangan sel sperma yang dengan sendirinya akan
mati dalam 24 36 jam (Rohen, 2009:12).
Sperma yang berada di epididimis belum mampu membuahi gerakannya
baru pertama kali terjadi melalui percampuran secret dari kelenjar prostat
dan vesikula seminalis didalam ejakulat. Kemampuan membuahi yang
sebenarnya baru dicapai di dalam uterus dan saluran telur, melalui proses
kapasitasi, yakni terjadinya perubahan senyawa lipid dan glikoprotein
membran sitoplasma sperma sehingga memungkinkan terjadinya proses
invasi ke dalam sel telur beserta penggelembungan inti setelah terjadinya
invasi atau impregnasi (Rohen,2009:12).
2.5 Hormon Reproduksi Pada Pria
Proses pembentukan spermatozoa dipengaruhi oleh kerja beberapa hormon.
Hormon-hormon tersebut adalah sebagai berikut :
1. Testosteron
Testosteron adalah hormon yang bertanggung
jawab
terhadap
membentuk
sperma,
terutama
pembelahan
meiosis
untuk
hubungan antara telomer dan perifer dari nucleus, merupakan lokasi kromosom
terakhir.
Kromosom pada organisme eukariotik tersusun dari bagian-bagian sebagai
berikut:
1. DNA-DNA menyusun
kromosom
sekitar
35%
dari
keseluruhan
kromosom.
2. RNA-RNA menyusun kromosom sekitar 5% dari keseluruhan kromosom.
3. Protein-Protein ini terdiri atas histon yang bersifat basa dan non histon
yang bersifat asam. Kedua macam protein ini berfungsi untuk menggulung
benang kromosom sehingga menjadi pudar dan berperan sebagai enzim
pengganda DNA dan pengkopian DNA.
2.8 Struktur Kromosom
Struktur kromosom dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu bagian sentromer dan
bagian lengan.
1. Sentromer
Sentromer merupakan bagian kepala kromosom berbentuk bulat yang
merupakan pusat kromosom dan membagi kromosom menjadi dua lengan.
Bagian ini merupakan daerah penyempitan pertama pada kromosom yang
khusus dan tetap. Daerah ini disebut juga kinetokor atau tempat
melekatnya benang-benang gelendong (spindle fober). Elemen-elemen ini
berfungsi untuk menggerakan kromosom selama mitosis atau sebagian
dari mitosis. Pembelahan sentromer ini akan memulai gerakan kromatid
pada masa anafase. Dan sentromer merupakan salah satu bagian dari
kromosom yng berfungsi untuk melekatkan kromosom pada benang
spindle pembelahan sehingga dapat bergerak dari bidang ekuator kea rah
kutub masing-masing.
2. Lengan
Bagian lengan ini merupakan bagian badan utama kromosom yang
mengandung kromosom dan gen. umumnya jumlah lengn pada kromosom
dua, tetapi ada juga beberpa yang hanya berjumlh satu. Lengn di bungku
oleh selaput tipis dan di dalamnya terdapat matriks yang berisi cairan
bening yang mengisi seluruh bagian lengan. Cairan ini mengandung
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Oogenesis pembentukan ovum di dalam ovarium disebut oogenesis. Ketika
gonad berdiferensiasi jadi ovarium germ cells primordial itu berproliferasi
membentuk oogonia (tunggal: noogonium), yang jumlahnya ditaksir sekitar
600.000 butir. Tahapan-tahapan oogenesis yaitu Proliferasi (perbanyakan),
Meiosis, Transformasi atau pematangan. Dan ovulasi terbagi atas 3 fase, yaitu
fase pra-ovulasi, fase ovulasi, fase pasca-ovulasi. Sedangkan oogonium
bersifat diploid dengan 46 kromosom atau 23 pasang kromosom. Oogonium
akan memperbanyak diri dengan cara mitosis membentuk oosit primer.
Kemudian oosit primer mengalami meiosis I, yang akan menghasilkan oosit
sekunder dan badan polar 1 (polosit primer).
Spermatogenesis
merupakan
proses
pembentukan
dan
pematangan
Daftar pustaka