Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN SEMENTARA

PENANGANAN MASALAH KESEHATAN AKIBAT BENCANA


ALAM BANJIR DI KECAMATAN BALEENDAH
KABUPATEN BANDUNG
TAHUN 2013
(PERIODE 05 S.D 07 PEBRUARI 2013)

PEMERINTAH KABUPATEN BANDUNG


DINAS KESEHATAN
2013

LAPORAN
PENANGANAN MASALAH KESEHATAN AKIBAT BENCANA ALAM
BANJIR DI KECAMATAN BALEENDAH KABUPATEN BANDUNG
TAHUN 2013

I.

PENDAHULUAN
Secara geografis dan demografis wilayah Kabupaten Bandung terletak

pada wilayah yang rawan terhadap bencana. Beberapa faktor yang


menyebabkan terjadinya bencana ini adalah karena kondisi geografis, iklim,
geologis maupun faktor lain seperti keragaman sosial budaya. Secara
topografi Kabupaten Bandung terletak di dataran tinggi pada garis 10,22 BT
108,5 BT dan 6,4 LS 7,19 LS dengan ketinggian 110-2.429 meter di atas
permukaan laut dengan suhu udara antara 19 - 280C dan memiliki iklim tropis
basah dengan curah hujan yang tinggi. Kabupaten Bandung merupakan
daerah cekungan dan juga merupakan pertemuan beberapa sungai besar dan
kecil. Untuk sebagian wilayah yang merupakan dataran tinggi hal ini beresiko
terhadap terjadinya longsor dan untuk wilayah yang merupakan dataran
rendah beresiko terhadap terjadinya banjir.
Wilayah Kabupaten Bandung yang rawan terkena banjir merupakan
wilayah yang terletak pada dataran rendah dari cekungan Bandung dan
sebagian wilayah tersebut berada di pinggiran sungai Citarum beserta anak
sungainya yang mengalir ke sungai Citarum seperti Kecamatan Baleendah,
Kecamatan Majalaya, Kecamatan Ibun, Kecamatan Banjaran, Kecamatan
Pameungpeuk, Kecamatan Dayeuhkolot, Kecamatan Paseh, Kecamatan
Soreang, Kecamatan Katapang, Kecamatan Rancaekek. Daerah-daerah
tersebut sering mengalami banjir pada musim hujan terutama apabila curah
hujan cukup tinggi.
Kejadian bencana banjir ini berdampak pada kerugian yang tidak
sedikit

secara

fisik,

sosial

ekonomi,

dan

psikososial.

Diantaranya

menyebabkan kerusakan sarana dan prasarana seperti terganggunya fungsi


sarana dan prasarana fisik misalnya, jalan yang tergenang air, kantor-kantor,
mesjid, sekolah, bangunan masyarakat termasuk rumah warga, jamban

keluarga serta sarana air bersih, terganggunya pelayanan kesehatan bagi


masyarakat, juga berdampak buruk terhadap kesehatan masyarakat akibat
penyakit-penyakit pasca bencana yang timbul karena kondisi sanitasi yang
buruk seperti ISPA, diare, dermatitis, DBD, dan lain-lain, serta akibat kondisi
psikososial masyarakat yang terganggu. Selain itu juga akibat dari bencana
yang timbul terkadang menyebabkan korban luka/cacat bahkan kematian.
Berdasarkan laporan dari puskesmas Baleendah Kabupaten Bandung,
bahwa sampai dengan Tanggal 07 Pebruari 2013 telah terjadi Banjir di 2
lokasi meliputi 2 Desa/Kelurahan (Kel.Andir dan Kel.Baleendah).
Sehubungan dengan hal tersebut Tim Satgas PKLBB Dinas Kesehatan
Kabupaten Bandung telah melaksanakan kegiatan RHA (Rapid Health
Assessment), pendataan jumlah KK dan jiwa, rumah, Sarana Air Bersih
(Sumur Gali, Sumur Pompa Tangan, TA, Perlindungan Mata Air), Jumlah
Kakus (Jamban Keluarga, MCK) yang tergenang air, Investigasi ke lokasi
kejadian, Kaporitisasi terhadap Sarana Air Bersih, Lysolisasi terhadap rumah
dan pelayanan kesehatan secara cuma-cuma di pos kesehatan di lokasi
kejadian.
II.

TUJUAN

UMUM :
Teridentifikasinya data yang cepat dan akurat di lokasi bencana sebagai
bahan dasar perencanaan, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi bagi Tim
Satgas PKLBB (Penanggulangan Kejadian Luar Biasa dan Bencana) dan
Lintas Sektor/Lintas Program yang terkait.
KHUSUS :
Teridentifikasinya data tentang jumlah Jiwa dan KK, rumah, Sarana Air
Bersih (Sumur Gali, Sumur Pompa Tangan, TA, Perlindungan Mata
Air), Jumlah Kakus (Jamban Keluarga, MCK) yang tergenang air
secara cepat dan akurat.
Teridentifikasinya masalah-masalah kesehatan yang ada di daerah
bencana.

Terinformasikannya prioritas masalah kesehatan yang ada di daerah


bencana.
Terlaksananya kegiatan

penanganan

KLB

dan

Bencana

yang

bekerjasama dengan lintas sektor/lintas program yang efektif dan


efisien di kabupaten bandung.
Tercegahnya KLB Penyakit Menular pasca bencana
ASSESSMENT BENCANA BANJIR
1. Waktu kejadian : 05 Pebruari 2013 s.d. saat ini (07 Pebruari 2013)
Banjir di Kecamatan Baleendah Kab.Bandung :
-

Pukul 16.00 WIB,

meliputi 2 Desa/Kelurahan di wilayah kerja Puskesmas


Baleendah, yaitu :
1. Kelurahan Andir : RW 5 ,6, 7, 8, 9, 10, 13
2. Kelurahan Baleendah : Kp. Cieunteung RW 9, 19, 20, 21, 28

1. Lokasi Bencana

: - 2 Desa / Kelurahan Kecamatan Baleendah


Kabupaten Bandung.
- Jln. Raya Banjaran dan Jln. Andir belum bisa
dilalui kendaraan bermotor

2. Ketinggian Air

: Kel. Baleendah sekitar 25 220 cm


Kel. Andir sekitar 20 120 cm

3. Luas Banjir

: > 250 M

4. Penduduk terkena :
5. Korban luka/wafat : Tidak ada korban meninggal maupun luka-luka
6. Pengungsi

a. Kel. Andir
Lokasi Pengungsian

: di tenda-tenda darurat & lokasi ketinggian

Jumlah Pengungsi

: 530 orang (129 KK)

b. Kel. Baleendah
Lokasi Pengungsian

: Rusunawa Baleendah

Jumlah Pengungsi

: 258 orang (65 KK)

7. Pengorganisasian : Satlak Penanggulangan KLB dan Bencana


bidang kesehatan telah terbentuk secara khusus di Dinkes
Kab.Bandung
8. Pelayanan Kesehatan : Posko Kesehatan di Dinas Kesehatan dan
Pos Kesehatan khusus untuk pelayanan korban akibat banjir ada di
Puskesmas dan Pelayanan Kesehatan bergerak (pusling/mobile)
9. Bantuan yang diberikan :
Pelayanan Kesehatan dan obat-obatan untuk penanggulangan korban
akibat banjir baik dari puskesmas maupun dari Dinas Kesehatan
Kabupaten Bandung.
Analisa Kejadian Banjir:
Bencana Banjir yang terjadi di wilayah Kabupaten Bandung diakibatkan
karena meluapnya hulu sungai citarum dan sungai sungai kecil yang
merupakan anak sungai Citarum akibat frekwensi curah hujan yang cukup
tinggi di wilayah tersebut, sistem drainase yang tidak memadai, serta letak
geografis yang sejajar/lebih rendah dari aliran sungai.
Kejadian banjir di Kecamatan Baleendah terjadi akibat meluapnya sungai
Citarum akibat curah hujan yang tinggi. Lokasi yang terparah terkena banjir
yaitu RW 20 (Kampung Cieunteung) dengan ketinggian air kurang lebih 2,5
meter. Kampung Cieunteung merupakan daerah cekungan yang terletak di
sisi

sungai

citarum

sehingga

air

yang

menggenang

susah

surut,

mengakibatkan semua penduduk kampung cieunteung apabila terjadi banjir


memerlukan tempat pengungsian.
III.

DAMPAK BENCANA ALAM


Bencana selalu memberikan arti merugikan. Dampak yang diakibatkan

dari terjadinya bencana alam banjir diantaranya :


Kerusakan sarana & prasarana
Dampak Sosial Ekonomi
Pelayanan kesehatan terganggu
Korban luka / cacat bahkan kematian
Dampak Psikososial

III.

KEGIATAN YANG SUDAH DILAKSANAKAN

Investigasi
Tujuan : Teridentifikasinya masalah-masalah kesehatan yang ada di daerah
bencana
Sasaran : Tokoh Masyarakat dan Kepala Keluarga di lokasi kejadian,
lingkungan, data sekunder
Waktu : 05 s.d. 07 Pebruari 2013
Hasil Kegiatan :
Investigasi dilakukan oleh petugas kesehatan puskesmas dan Dinas
Kesehatan terhadap aspek medis, aspek epidemiologis dan aspek kesehatan
lingkungan

akibat

Assessment

bencana,

(RHA)

yaitu

melalui

dengan

observasi

melakukan

lapangan,

Rapid

wawancara

Health
dan

pengumpulan data sekunder, sehingga masalah-masalah kesehatan yang


timbul akibat dari dampak bencana dapat teridentifikasi.
Penyuluhan Kesehatan
Tujuan :
Meningkatkan kesadaran Masyarakat untuk berprilaku hidup bersih dan sehat
Sasaran : Masyarakat di lokasi kejadian
Waktu : 19 s.d. 25 November 2012
Tempat : Pos Kesehatan & Puskel
Hasil Kegiatan :
Penyuluhan dilakukan oleh petugas kesehatan (puskesmas) di pos-pos
pelayanan kesehatan di sekitar lokasi bencana dan di penampungan
pengungsi akibat bencana terutama mengenai PHBS (Perilaku Hidup Bersih
dan Sehat).

IV. MASALAH
o

Sarana dan Prasarana masih belum memadai


Sarana pendukung dalam penanggulangan Bencana belum memadai
seperti : Kendaraan Operasional untuk penanggulangan bencana,
Alat Komunikasi Sistem Informasi Bencana, alat penunjang kesehatan

lapangan, alat pengolah data di lapangan, uniform, dll


o

Pembiayaan operasional di lapangan kurang memadai


Masih kurangnya dana untuk kegiatan penanggulangan bencana, baik
untuk operasional dilapangan, capacity building, building linkage, serta
manajemen penanggulangan bencana.

Keterbatasan persediaan / Buffer Stock obat-obatan paket bencana


di kabupaten dalam menghadapi akibat gangguan kesehatan pasca
banjir.

Kemampuan petugas / SDM belum optimal


Kemampuan / skill petugas dalam melakukan Rapid Health Assessment
(RHA) dan penanganan kegawatdaruratan bencana belum optimal.

Koordinasi Tim Penanganan Bencana dengan Lintas sektor masih


lemah
Akibat kejadian bencana menyangkut berbagai aspek baik aspek
kesehatan maupun aspek lainnya, namun dalam penanganannya belum
diberlakukan kebijakan penanganan satu pintu Konteks satu pintu ini
pada pelaksanaan dilapangan harus dipahami dan dapat dilaksanakan
sebagai sebuah pendekatan yang terintegrasi.

V. SARAN

o Pengadaan sarana dan prasarana untuk kegiatan penanganan


bencana seperti alat pengolah data di lapangan (laptop), kendaraan
operasional yang bisa menjangkau ke lokasi bencana, uniform
petugas,dll.
o Adanya penganggaran khusus dan proporsional untuk kegiatan
operasional penanganan bencana.
o Perlunya pelatihan penanganan bencana untuk petugas khususnya
petugas di lapangan / puskesmas yang rawan bencana.
o Perlunya Sistem Informasi Bencana / SMS Center Bencana di Dinas
Kesehatan Kabupaten Bandung sehingga informasi kejadian dapat
terinformasikan secara cepat dan efisien ke semua jajaran maupun
lintas sektor yang terkait.
o Tetap menyiagakan Puskesmas selama 24 jam dalam menghadapi
bencana sehubungan masih berlangsungnya musim hujan, dan lebih

mengaktifkan Pusling ke lokasi bencana untuk lebih mendekatkan


pelayanan kesehatan kepada masyarakat.
o Adanya pemetaan banjir tiap periode di Puskesmas dan pemutakhiran
data / laporan perkembangan situasi dalam Penanggulangan
bencana.
o Sangat diperlukan adanya sarana Mobile Water Treatment di lokasi
bencana untuk memenuhi kebutuhan air bersih masyarakat yang
terkena dampak dari bencana banjir/longsor.
o Perlunya intervensi terpadu dari seluruh sektor terkait seperti
prasarana wilayah, lingkungan hidup, kesehatan, bagsos, dll
terutama dalam hal implementasi RT RW (Rencana Tata Ruang &
Wilayah) yang lebih baik sehingga dapat mencegah terjadinya
bencana alam seperti banjir dan longsor di masa yang akan datang.
o Koordinasi dengan instansi terkait untuk keterpaduan penanggulangan
bencana dan pasca bencana.
VI. PENUTUP
Demikian laporan sementara ini sebagai bahan untuk perencanaan,
pelaksanaan, monitoring dan evaluasi dalam kegiatan penanganan masalah
kesehatan akibat bencana di Kabupaten Bandung.

Soreang, 07 Pebruari 2013


a.n.Kepala Dinas Kesehatan Kab. Bandung
Kepala Bidang P2PL

Dr. Hj. Riantini


NIP. 19650925 200212 1 005

Anda mungkin juga menyukai