LP CVA Thrombosis
LP CVA Thrombosis
DEPARTEMEN SURGIKAL
CEREBROVASCULAR ACCIDENT (CVA) THROMBOSIS DI RUANG ICU
RSUD dr. SAIFUL ANWAR MALANG
Oleh:
Lia Amalia Rizka
125070200111012
A. Definisi
Stroke (CVA) atau penyakit serebrovaskular mengacu kepada setiap
gangguan neurologi mendadak yang terjadi akibat pembatasan atau terhentinya
aliran darah melalui sistem suplai arteri otak sehingga terjadi gangguan peredaran
darah otak yang menyebabkan terjadinya kematian otak sehingga mengakibatkan
seseorang menderita kelumpuhan atau kematian (Fransisca, 2008; Price &
Wilson, 2006).
penyumbatan lumen pembuluh darah otak karena trombus yang makin lama
makin menebal, sehingga aliran darah menjadi tidak lancar. Penurunan aliran
darah ini menyebabkan iskemik.
Stroke thrombosis dapat mengenai pembuluh darah besar termasuk sistem
arteri carotis atau pembuluh darah kecil termasuk percabangan sirkulus wilis dan
sirkulasi posterior. Tempat yang umum terjadi thrombosis adalah titik percabangan
arteri serebral khususnya distribusi arteri carotis interna.
bermacam-macam.
Kerusakan
dapat
terjadi
melalui
mekanisme berikut :
Lumen arteri menyempit dan mengakibatkan berkurangnya aliran darah.
Oklusi mendadak pembuluh darah karena terjadi thrombosis.
Merupakan tempat terbentuknya thrombus, kemudian melepaskan
terjadi perdarahan.
2. Hypercoagulasi pada polysitemia
Darah bertambah kental , peningkatan viskositas /hematokrit meningkat dapat
melambatkan aliran darah serebral.
3. Arteritis( radang pada arteri )
D. Faktor Resiko
Stroke dapat dicegah dengan memanipulasi faktor-faktor risikonya. Faktor
risiko stroke ada yang tidak dapat diubah, tetapi ada yang dapat dimodifikasi
dengan perubahan gaya hidup atau secara medic. Menurut Sacco 1997, Goldstein
2001, faktor-faktor risiko pada stroke adalah :
1. Hipertensi
Hipertensi merupakan faktor resiko mayor yang dapat diobati. Insidensi stroke
bertambah dengan meningkatnya tekanan darah dan berkurang bila tekanan
darah dapat dipertahankan di bawah 140/90 mmHg, baik pada stroke iskemik,
2.
3.
4.
besar daripada pria. Bila disertai hipertensi, risiko menjadi lebih besar.
Viskositas darah
Meningkatnya viskositas darah baik karena meningkatnya hematokrit maupun
5.
6.
stroke.
Peningkatan kadar lemak darah
Ada hubungan positif antara meningkatnya kadar lipid plasma dan lipoprotein
dengan aterosklerosis serebrovaskular; ada hubungan positif antara kadar
kolesterol total dan trigliserida dengan risiko stroke; dan ada hubungan negatif
7.
8.
9.
bermakna.
Kurangnya aktivitas fisik/olahraga
Aktivitas fisik yang kurang memudahkan terjadinya penimbunan lemak.
Timbunan lemak yang berlebihan akan menyebabkan resistensi insulin
Iskemia jaringan otak yang disuplai oleh pembuluh darah yang bersangkutan.
Edema dan kongesti disekitar area
Area edema ini menyebabkan disfungsi yang lebih besar daripada area infark
itu sendiri. Edema dapat berkurang dalam beberapa jam atau kadang-kadang
sesudah beberapa hari. Dengan berkurangnya edema pasien mulai
menunjukan perbaikan,CVA. Karena thrombosis biasanya tidak fatal, jika tidak
terjadi perdarahan masif. Oklusi pada pembuluh darah serebral oleh embolus
menyebabkan edema dan nekrosis diikuti thrombosis. Jika terjadi septik
infeksi akan meluas pada dinding pembukluh darah maka akan terjadi abses
atau ensefalitis , atau jika sisa infeksi berada pada pembuluh darah yang
tersumbat menyebabkan dilatasi aneurisma pembuluh darah. Hal iniakan me
yebabkan perdarahan cerebral, jika aneurisma pecah atau ruptur. Perdarahan
darah..
Perdarahanintraserebral
yang
sangat
luas
akan
F.
Manifestasi Klinis
Stroke iskemik merupakan penyakit yang progresif dengan berbagai
macam tampilan klinis, dari yang ringan hingga yang berat. Gambaran klinis stroke
iskemik dapat berupa kelemahan anggota tubuh (jarang pada kedua sisi),
hiperrefleksia anggota tubuh, kelemahan otot-otot wajah, dysarthria, dysfagia,
peningkatan reflex muntah, diplopia, nystagmus, kelemahan otot mata, dan
penurunan kesadaran.
G. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan radiologis
a) CT-Scan
Pada kasus stroke, CT-Scan dapat menentukan dan memisahkan antara
jaringan otak yang infark dan daerah penumbra. Selain itu, alat ini bagus
juga untuk menilai kalsifikasi jaringan. Berdasarkan beberapa studi terakhir,
CT-Scan dapat mendeteksi lebih dari 90% kasus stroke iskemik, dan
menjadi baku emas dalam diagnosis stroke.
b) Magnetic Resonance Imaging (MRI)
Secara umum lebih sensitif dibandingkan CT-Scan. MRI juga dapat
digunakan pada kompresi spinal. Kelemahan alat ini adalah tidak dapat
mendeteksi adanya emboli paru, udara bebas dalam peritoneum dan
fraktur. Kelemahan lainnya adalah prosedur pemeriksaan yang lebih rumit
dan lebih lama, hanya sedikit sekali rumah sakit yang mempunyai, harga
pemeriksaan yang sangat mahal serta tidak dapat dipakai pada pasien
yang memakai alat pacemaker jantung dan alat bantu pendengaran.
2. Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan laboratorium yang dilakukan pada stroke akut meliputi beberapa
parameter yaitu hematologi lengkap, kadar gula darah, elektrolit, ureum,
kreatinin, profil lipid, enzim jantung, analisis gas darah, protrombin time (PT)
dan activated thromboplastin time (aPTT), kadar fibrinogen serta D-dimer.
Polisitemia vera dan trombositemia esensial merupakan kelainan darah yang
dapat
menyebabkan
stroke.
Polisitemia,
nilai
hematokrit
yang
tinggi
b.
c.
d.
membantu pernapasan.
Mengontrol tekanan darah berdasarkan kondisi klien, termasuk usaha
2.
c.
intraarterial
Medikasi antitrombosit dapat diresepkan karena trombosit memainkan
papaverin
kardiovaskular.
Pengobatan Pembedahan
a. Endosterektomi karotis membentuk kembali arteri karotis yaitu dengan
membuka arteri karotis di leher.
I.
b.
Revaskularisasi
terutama
merupakan
tindakan
pembedahan
c.
d.
dan
Komplikasi
Setelah mengalami stroke klien mungkin akan mengalami komplikasi, komplikasi
ini dapat dikelompokkan berdasarkan:
1. Dalam hal immobilisasi: infeksi pernapasan, nyeri tekan, konstipasi, dan
tromboflebitis
2. Dalam hal paralisis: nyeri pada daerah punggung, dislokasi sendi, deformitas,
dan terjatuh
3. Dalam hal kerusakan otak: epilepsy dan sakit kepala
4. Hidrosefalus
J.
Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan pertukaran gas b.d ketidakseimbangan perfusi ventilasi dan
2.
3.
l. Perubahan visual
m. Kejang
n. Pergerakan tidak terkontrol
Gangguan mobilitas fisik b.d gangguan neurovascular
Ditandai dengan:
4.
5.
DS
DO
a. Kelemahan
b. Parastesia
c. Paralisis
d. Kerusakan koordinasi
e. Keterbatasan rentang gerak
f. Penurunan kekuatan otot
Gangguan komunikasi verbal b.d gangguan sirkulasi serebral
Ditandai dengan:
DS : klien mengatakan sulit berbicara
DO :
a. Disartria
b. Afasia
c. Kata-kata tidak dimengerti
d. Tidak mampu memahami bahasa lisan dan tulisan
Defisit perawatan diri b.d paralisis, hemiparesis, quadriplegia
Ditandai dengan:
DS
DO
6.
7.
8.
9.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.
k.
Kurang kooperatif
Gangguan memori
Gangguan bahasa
Labil
Gangguan persepsi
Perubahan gambaran diri
Perubahan sensasi
Perubahan pandangan
Perubahan mobilitas
K. Intervensi Keperawatan
No
Tgl/
Dx
1
jam
Tujuan
Kriteria hasil
Setelah dilakukan intervensi
Intervensi
Rasional
1.1 Istirahatkan
klien
dalam
posisi
semifowler
1.1 Pertahankan oksigenasi NRM 8-10
Klien
mengatakan
sesak
Oksigen
sangat
penting
untuk
reaksi
yang
lpm
dapat
dengan
berbeda
metabolisme.
berkurang
dan
membandingkan
3.1 Observasi
TTV
tiap
jam
untuk
Regenerasi
ATP
akan
berhenti
darah
akan
sama
pada
arteri,
yang
akan
menyebabkan
sirkulasi
volume
darah,
yang
tubuh
yang
kehilangan
daya
tahan
menandakan
atau
tubuh
mekanisme
pada
penyakit
paru
dan
jantung
Setelah
dilakukan
keperawatan,
klien
intervensi
tidak
kepala
nyaman
dan
merasa
2. Mencegah cedera
takikardi,
memperbaiki
shunt
Membantu
drainase
vena
untuk
mengurangi
kongesti serebrovaskuler
4.5 Hindarkan rangsangan oral
4.6 Angkat kepala dengan hati-hati
4.7 Awasi
infus
tubuh
penyembuhan
dan
mempercepat
proses
4.8 Berikan
makanan
menggunakan
Hindari
prosedur
non-esensial
yang berulang
tanda
dan
gejala
3. Pupil membaik
3= fleksi
2= ekstensi
1= tidak berespon
lokasi.
Pernapasan
chyne-stoke
akibat
dari
tekanan
pada
medulla.
kuat, gerakan yang tidak bertujuan, Perubahan yang jelas (contoh letargi, gelisah,
perubahan
fungsi
mental).
Kompensasi
yang
maksimal
dengan
kriteria:
dengan
mengobservasi
ekstremitas
secara
setiap
terpisah
terhadap kekuatan dan gerakan Mencegah terjadinya luka tekan akibat tidur terlalu
normal, respon terhadap rangsang
footdrop
deformitas
dan
komplikasi
seperti
3.2 Topang kaki saat mengubah posisi terkulai dan jatuh serta mencegah fleksi
dengan meletakkan bantal di satu
sisi saat membalikkan klien
abduksi
bahu
dan
sembuh.
Klien
hemiplegia
dapat
belajar
menggunakan
atas siku
dapat
menyebabkan
nyeri
dan
tangan
dalam
posisi
fleksi dan ibu jari dalam posisi sehingga perlu dibantu untuk keselamatan dan
berhubungan
dengan
abduksi. keamanan
Klien hemiplegia perlu latihan untuk belajar
Gunakan pegangan berbentuk roll.
berpindah tempat dengan cara aman dari kursi,
Lakukan latihan pasif, jika jari-jari
toilet, dan kursi roda
pergelangan
tangan
spastic,
gunakan splint.
3.6 Lakukan latihan di tempat tidur.
Lakukan latihan kaki sebanyak 5x
kemudian
perlahan
ditingkatkan
sebanyak
20x
secara
setiap
latihan
3.7 Lakukan latihan pergerakan sendi
(ROM) 4x sehari setelah 24 jam
serangan stroke jika sudah tidak
mendapat terapi
3.8 Bantu klien duduk atau turun dari
tempat tidur
hemiplegia
Setelah
dilakukan
intervensi
mandi,
gigi,
dan
berpakaian,
menyisir
terpanuhi
dengan
kriteria:
memperkecil
infeksi
nosokomial,
dengan
3. Kebutuhan terpenuhi
Setelah
dilakukan
intervensi
keperawatan
klien
dapat
berkomunikasi
secara
efektif
dengan kriteria:
1. Klien
Komunikasi
1.1 Lakukan terapi berbicara
memahami
membantu
meningkatkan
proses
dan
membutuhkan komunikasi
2. Klien
menunjukkan
memahami
dengan orang lain
komunikasi
dengan
ahli
terapi
berbicara
2.2 Gunakan petunjuk terapi berbicara
(jika klien tidak memahami bahasa
lisan, ulangi petunjuk sederhana
sampai mereka mengerti). Klien
akan mendengar, bicara pelan, dan
jelas.
Gunakan
komunikasi
nonverbal
Jika klien tidak dapat mengenal
objek
namanya,
dengan
berikan
menyebut
latihan
dan
sebutkan namanya
Jika klien sulit mengerti ekspresi
verbal, ulangi kata-kata mulai dari
yang sederhana
Gunakan bahasa dengan lambat
dan
berikan
waktu
untuk
merespon
Dengarkan dan amati secara
seksama
saat
berkomunikasi
posisi
berhadapan
dan
langsung
pembicaraan
klien
jika
hendak
mengganti topik
6
Setelah
dilakukan
intervensi
Klien
menyampaikan
Kebiasaan
makan
keadaan nutrisinya
klien
akan
mempengaruhi
2.
untuk makan
Klien menghabiskan porsi
3.
yang disediakan
Berat badan dalam batas
2.1 Catat
jumlah
makanan
yang
dimakan
normal
klien
dari
penyebab
makanan
pada
klien
disesuaikan
Setelah
dilakukan
intervensi
2.
Tidak
tersedak
ketika
penurunan
ada ronkhi
Tidak
ada
PaO2
mengecek sumbatan
warna kulit
pada
AGD,
Jika terjadi aspirasi klien akan mengalami kesulitan
bernapas sehingga terjadi gangguan pertukaran
gas yang ditandai dengan sesak napas, sianosis,
L.
Daftar Pustaka
Adib, M. 2009. Cara Mudah Memahami & Menghindari Hipertensi, Jantung, dan
Stroke. Dianloka Pustaka: Yogyakarta
Batticaca, Fransisca B. 2008. Asuhan Keperawatab pada Klien dengan Gangguan
Sistem Persyarafan. Salemba Medika: Jakarta
Corwin, Elisabeth J. 2001. Buku Saku Patofisiologi. EGC: Jakarta
Muttaqin, Arif. 2008. Buku Ajar Asuhan Keperawatan dengan Gangguan Sistem
Persyarafan. Salemba Medika: Jakarta
Price & Wilson. 2006. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. EGC:
Jakarta
Potter & Perry. 2006. Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses, dan
Praktik Edisi 4. EGC: Jakarta
Smeltzer & Bare. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. EGC: Jakarta
PATOFISIOLOGI
1.
Meskipun lebih
jarang terjadi, embolus juga mungkin berasal dari plak ateromatosa sinus
karotikus atau arteria karotis interna. Setiap bagian otak dapat mengalami
embolisme, tetapi embolus biasanya embolus akan menyumbat bagian
bagian yang sempit.. tempat yang paling sering terserang embolus sereberi
adalah arteria sereberi media, terutama bagian atas.
4. Perdarahan serebri : perdarahan serebri termasuk urutan ketiga dari semua
penyebab utama kasus GPDO (Gangguan Pembuluh Darah Otak) dan
merupakan sepersepuluh dari semua kasus penyakit ini. Perdarahan
intrakranial biasanya disebabkan oleh ruptura arteri serebri. Ekstravasasi
darah terjadi di daerah otak dan /atau subaraknoid, sehingga jaringan yang
terletak di dekatnya akan tergeser dan tertekan. Darah ini sangat