Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Jumlah pencari kerja (jobseeker) di Indonesia tidak sebanding dengan
jumlah lowongan kerja yang tersedia. Fakta ini dapat dilihat dari website
informasi pekerjaan di jawa timur (http://www.infokerja-jatim.com). Pada bulan
Oktober tahun 2013, jumlah pencari kerja mencapai 85.753 orang. Permintaan
tenaga kerja yang terbuka pada bulan dan tahun yang sama sebanyak
39.651 orang. Sedangkan penempatan/ pemenuhan tenaga kerja pada bulan
Oktober tahun 2013 masih sebanyak 6.290 orang. Secara kumulatif, pencari kerja
yang belum ditempatkan hingga akhir Bulan Oktober Tahun 2013 sebanyak
79.463 orang, Selain itu di bulan Oktober tahun 2013, terdapat sisa lowongan
kerja yang belum terisi sebanyak 33.361 orang dari sejumlah 39.651 lowongan
yang tersedia.
Ketimpangan antara jumlah pencari kerja dibanding lowongan pekerjaan
yang tersedia akan menimbulkan persaingan antara tenaga kerja yang semakin
ketat. Dengan kondisi yang seperti ini peluang sumber daya manusia yang kurang
profesional akan semakin sempit peluangnya untuk mendapatkan pekerjaan, untuk
itulah sumber daya manusia di era globalisasi saat ini dituntut untuk memiliki
kualitas yang baik. Salah satu ciri sumber daya yang berkualitas adalah yang

terampil, profesional, cerdas dan berkompeten sesuai dunia kerjanya untuk


mendukung produktivitas kerja yang tinggi. Perkembangan di era globalisasi yang
begitu cepat tersebut menjadi tantangan dan menuntut manusia agar lebih terampil
dan terlatih dalam berbagai hal.
Manusia kini diharapkan mampu melahirkan generasi yang unggul dan
siap bersaing di dunia kerja. Dikutip dari ANTARANEWS.com, menurut Irvandi
Gustari, Vice Presiden HRD Bank Bumiputera menegaskan seseorang tenaga
kerja yang baik harus memiliki core kompetensi (kompetensi inti), soft skill,
budaya kerja yang baik dan harus loyal terhadap profesinya. Dikutip dalam
detik.com, Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Menakertrans) Muhaimin
Iskandar mengimbau para sarjana (pencari kerja) harus memilki kompetensi dan
keterampilan kerja yang baik sehingga dapat terserap pasar kerja dengan cepat.
Dalam artikel yang lain, beliau juga mengatakan pendidikan setinggi apapun bila
tidak disertai kompetensi yang tinggi, maka akan dikalahkan oleh tenaga kerja
yang terampil dan terlatih, sekalipun hanya memiliki ijazah jenjang pendidikan
lebih rendah. Kompetensi memang dibutuhkan oleh sebuah pekerjaan, dan
kompetensi ini harus benar-benar terbukti dapat memberikan konstribusi dalam
dunia kerja. Cara yang dapat ditempuh adalah dengan membangun kesejajaran
dunia kerja melalui penggunaan kompetensi-kompetensi yang telah dilakukan
oleh perusahaan-perusahaan yang telah melaksanakan manajaemen sumber daya
manusia berbasis kompetensi.
Berbagai cara dilakukan pemerintah Indonesia agar mampu meningkatkan
kualitas tenaga kerja dan sumber daya manusia Indonesia. Misalnya melalui
program pendidikan. Dikutip dari ANTARANEWS.com, Profesor Dr. Ir. Harjanto

Prabowo,

Rektor

Universitas

Bina

Nusantara

dalam

diskusi

Strategi

memenangkan persaingan global dalam dunia kerja, menyatakan program


pemerintah untuk meningkatkan pendidikan formal dengan cara pendidikan gratis
untuk enam tahun masa pendidikan dasar, peningkatan gaji guru serta pemberian
bantuan Biaya Operasional Sekolah (BOS). Senada hal tersebut, usaha
pemerintah untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia dalam pendidikan
non formal, dapat ditempuh dengan mengikuti program pelatihan keterampilan
dan magang kerja. Dikutip dari jpnn.com, dalam diskusi publik bertema
Sinkronisasi Kebijakan Daerah Terkait Instrumen Upah dan Non Upah untuk
Meningkatkan Kesejahteraan Buruh, Deputi Direktur Eksekutif Komite
Pemantau dan Pelaksanaan Otonomi Daerah (KPPOD), Sigit Murwito,
menyatakan

pemerintah

daerah

hendaknya

dapat

menyediakan

dan

memperbanyak fasilitas Balai Latihan Kerja (BLK) untuk meningkatkan kualitas


tenaga kerja.
Pendidikan dan pelatihan merupakan dua kata yang sering muncul
bersama, meskipun sebenarnya keduanya tidak mudah dijelaskan perbedaannya.
Nadler (dalam Marzuki, 2009:184) mendefinisikan pendidikan sebagai kegiatan
belajar yang berhubungan dengan pekerjaan di masa yang akan datang yang
diperuntukkan bagi kesiapan individu, sedangkan training atau pelatihan
merupakan kegiatan belajar yang berhubungan dengan tugas- tugas individu
sekarang.
Pada hakekatnya pendidikan dan pelatihan mempunyai tujuan yang sama
yaitu meningkatkan pengetahuan (knowledge), keterampilan (skill), dan nilai/
sikap (attitude). Perbedaannya terletak pada sasaran peserta, pendekatan,

penyelenggaraan, dan pemanfaatan kemampuan yang diperoleh. Sebagaimana


dijelaskan oleh Atmodiwirio (2002:38) tujuan pendidikan dan pelatihan adalah
meningkatkan pengetahuan, keahlian atau keterampilan, serta pembentukan sedini
mungkin kepribadian sumber daya, memantapkan semangat pengabdian yang
berorientasi kepada pelayanan, pengayoman dan pengembangan partisipasi
masyarakat.
Pelaksanaan pendidikan teknologi kejuruan dan pelatihan kerja harus
dapat dilakukan secara maksimal agar tujuan yang diinginkan dapat tercapai, salah
satu tindak lanjutnya ialah dengan menyesuaikan kompetensi-kompetensi yang
ada di pendidikan teknologi dan kejuruan serta kompetensi yang ada di lembaga
pelatihan kerja dengan perkembangan dunia kerja. Untuk mewujudkan pelatihan
kerja yang baik, dalam Undang-Undang No. 13 Tahun 2003 pasal 10 ayat 2
disebutkan bahwa pelatihan kerja diselenggarakan berdasarkan program pelatihan
yang mengacu kepada Standar Kompetensi Kerja. Senada dengan hal di atas, yang
mengacu pada Lampiran Peraturan Direktur Jenderal Pembinaan Pelatihan Dan
Produktivitas, sistem pelatihan yang baik haruslah mengacu pada Standar
Perusahaan (enterprise standard), Standar Industri, dan Standar Nasional. Standar
Nasional yang baku adalah Standar Kompetensi kerja Nasional Indonesia
(SKKNI).
Atas dasar tersebut dibutuhkanlah pencetak sumber daya manusia yang
mampu mengembangkan keterampilannya. Salah satu komponen yang dapat
meningkatkan pengembangan keterampilan tersebut adalah kegiatan pelatihan
yang dilaksanakan di balai pendidikan dan pelatihan yang sekarang disebut
sebagai Unit Pelaksana Teknis Pelatihan Kerja (UPT PK).

Di Kabupaten Malang sendiri, terdapat UPT PK yang terletak di Singosari.


Dari data penyerapan peserta pelatihan ke dalam dunia kerja mulai bulan Januari
sampai dengan Desember tahun 2012 (sumber dana APBN, APBD dan Swadana)
untuk sub kejuruan sepeda motor saja, diperoleh angka 38 peserta pelatihan dari
total 96 peserta (Data Peserta Pelatihan Dan Penempatan Tahun 2012 dan 2013).
Atau sekitar 40% peserta yang terserap di industri. Lalu pada data dari bulan
Januari sampai dengan November tahun 2013 (sumber dana APBN saja),
diperoleh angka 14 dari total 48 peserta pelatihan (hampir 30% yang terserap).
Perusahaan/ industri yang digunakan untuk penempatan peserta pelatihan tersebut
antara lain: Bengkel UMS, PT. MPM, maupun perusahaan- perusahaan lain.
Hal yang paling penting dari proses pelatihan sendiri adalah bagaimana
tahapan perencanaan pelatihan, proses pelatihan dan evaluasinya apakah sudah
sesuai dengan acuan pada alinea di atas. Diharapkan bila tahapan-tahapan tersebut
sudah sesuai maka hasilnya peserta diklat mampu meningkatkan pengetahuan,
keahlian atau keterampilan, agar menjadi sumber daya manusia berkualitas. Itu
semua dilakukan agar peserta diklat tersebut memiliki kompetensi yang diakui di
bidangnya sehingga memiliki daya saing yang baik. Bila sumber daya manusia
memiliki daya saing yang baik maka ia tidak perlu merasa takut bersaing dalam
memperoleh pekerjaan.
Berdasarkan kajian pada alenia-alenia di atas yang kemudian mendasari
penulis untuk melakukan penelitian dengan judul latar STUDI TENTANG
PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI (COMPETENCE BASED TRAINING/
CBT) PADA SUB KEJURUAN SEPEDA MOTOR DI UNIT PELAKSANA
TEKNIS PELATIHAN KERJA (UPT PK) SINGOSARI MALANG.

B. Rumusan Masalah
Setelah masalah diidentifikasi maka perumusan masalah yang akan
dibahas dalam penelitian ini adalah:
1.

Bagaimanakah rencana pelatihan yang ada pada Pelatihan Berbasis


Kompetensi (Competence Based Training/ CBT) pada sub kejuruan sepeda
motor di UPT Pelatihan Kerja Singosari?

2.

Bagaimanakah pelaksanaan Pelatihan Berbasis Kompetensi (Competence


Based Training/ CBT) pada sub kejuruan sepeda motor di UPT Pelatihan
Kerja Singosari?

3.

Bagaimanakah evaluasi pada Pelatihan Berbasis Kompetensi (Competence


Based Training/ CBT) pada sub kejuruan sepeda motor di UPT Pelatihan
Kerja Singosari?

C. Manfaaat Penelitian
Kegunaan penelitian yang berjudul Studi Tentang Pelatihan Berbasis
Kompetensi (Competence Based Training/ CBT) Pada Sub Kejuruan Sepeda
Motor di Unit Pelaksana Teknis Pelatihan Kerja (UPT PK) Singosari Malang
adalah untuk mengetahui sejauh mana perencanaan pembelajaran, proses
pelaksanan dan tahap evaluasi di kejuruan otomotif UPT PK Singosari tersebut.
Dengan penelitian ini akan menghasilkan manfaat yang sangat besar bagi semua
pihak. Manfaat penelitian ini dapat diuraikan sebagai berikut. Secara praktis, hasil
penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat, yaitu:

1. Bagi Instansi
Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai salah satu bahan referensi
dan pertimbangan dalam pengembangan kebijakan, strategi dan peningkatan
mutu pelatihan di UPT Pelatihan Kerja Singosari pada umumnya.
2.

Bagi instruktur pelatihan


Penelitian ini diharapkan mampu membantu instruktur, khususnya pada
kejuruan otomotif sub kejuruan sepeda motor dalam menyusun rencana
pengajaran, pelaksanaan pelatihan dan evaluasi program pelatihan.

3.

Bagi peserta pelatihan


Bagi peserta pelatihan setelah selesai mengikuti pelatihan program CBT ini
akan memperoleh pengakuan dari dunia kerja, apabila peserta dinyatakan
lulus melalui tahap evaluasi yang diselenggarakan setelah tahapan proses
pelatihan.

4.

Bagi peneliti
Hasil penelitian ini juga diharapkan dapat menambah wawasan peneliti
tentang bagaimana menyusun rencana pelatihan, pelaksanaan dan evaluasi
yang baik dan benar bagi pelaksanaan pelatihan khususnya untuk kejuruan
otomotif.

5. Bagi Universitas
Sebagai bahan masukan bagi Universitas Negeri Malang, khususnya Jurusan
Teknik Mesin dalam membekali mahasiswa untuk mengetahui perkembangan
lebih lanjut tentang metode pelatihan berbasis kompetensi.

6.

Penelitian Selanjutnya
Sebagai referensi dan sumber rujukan untuk melakukan penelitian tentang
penerapan pelatihan berbasis kompetens, terbatas pada subjek penelitian
tersebut.

D. Batasan Masalah
Batasan masalah dari penelitian ini adalah peneliti melakukan penelitian
tentang pelaksanaan program Pelatihan Berbasis Kompetensi (Competence Based
Training/ CBT) pada sub kejuruan sepeda motor di UPT PK Singosari Malang.
Penelitian berfokus pada meneliti kesesuaian perencanaan pelatihan, pelaksanaan
dan evaluasi dalam proses pelatihan.
E. Definisi Istilah
Definisi istilah dalam penelitian ini dimaksudkan untuk menghindari
kesalahpahaman dalam memahami dan menafsirkan hasil penelitian, maka perlu
adanya definisi istilah yang berkaitan dengan judul penelitian ini, yaitu:
Pelatihan:
Pelatihan adalah suatu proses atau cara dan perbuatan melatih atau kegiatan
melatih. Pelatihan merupakan usaha-usaha atau kegiatan-kegiatan berkelanjutan
yang diselenggarakan untuk mencapai penguasaan skill, pengetahuan dan sikap.
Kompetensi:

Kemampuan seseorang untuk menunjukkan aspek sikap, pengetahuan dan


keterampilan serta penerapan dari ketiga aspek tersebut di tempat kerja untuk
mencapai unjuk kerja yang didtetapkan.

Sub Kejuruan Sepeda Motor:


Sub kejuruan sepeda motor adalah bagian dari sistem pelatihan yang
mempersiapkan seseorang agar lebih mampu bekerja pada suatu bidang pekerjaan
tertentu yaitu bidang otomotif sepeda motor. Otomotif adalah ilmu yang
mempelajari tentang alat-alat transportasi darat yang menggunakan mesin,
terutama mobil dan sepeda motor.
Unit Pelaksana Teknis Pelatihan Kerja (UPT PK) Singosari:
Merupakan instansi pemerintah di bawah dan bertanggung jawab kepada
Kepala Dinas Tenaga Kerja Provinsi Jawa Timur dan secara fungsional mendapat
bimbingan dari Binalatpendagri Depnakertrans RI yang melakukan tugas
operasional di bidang latihan kerja industri.

Anda mungkin juga menyukai