Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN KASUS

PITYRIASIS VERSIKOLOR

Oleh :
Fahima Hidayatullah P

(0610710044)

Yulia Virginia S

(06107103080)

Shinta Wulandari

(0610710123)

Pembimbing :
dr. Herwinda Brahmanti, MSc, SpKK

LABORATORIUM ILMU KESEHATAN KULIT DAN KELAMIN RSUD DR.


SAIFUL ANWAR
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG
2012

BAB I
PENDAHULUAN

Pityriasis versicolor (PV) atau tinea versicolor adalah infeksi superfisial


yang kronik disebabkan oleh jamur Malassezia furfur (atau dikenal juga dengan
pityrosporum orbiculare atau pityrosporum ovale) dan biasanya bersifat
asimptomatik.1 Penyakit ini ditandai dengan adanya makula di kulit dapat hipoatau hiperpigmentasi atau erythematous.2Pada permukaan makula tertutup
skuama halus disertai rasa gatal.3 Predileksi dari penyakit ini adalah pada lengan,
lipat paha, leher, ketiak, punggung, dada,abdomen, dan genitalia.2,3 Pada daerah
wajah, leher dan kulit kepala dapat juga terjadi pada pasien yang menggunakan
cream/ salep atau obat topikal glukokortikoid.2
Insiden Pityriasis versicolor tidak diteliti secara mendalam. Orgnisme ini
tumbuh dengan baik pada kondisi basah atau kering. 1 Namun lebih banyak
terjadi pada daerah tropik dengan 40% insiden.4Didapatkan prevalensi sekitar
2.1% (22/1024) pada pelaut Italia, 1.8% pada pekerja tekstil di Adana,Turki,
15.5% (140/902) pada penduduk desa nelayan di Rio Seco, Venezuela, 16.6%
pada orang-orang dewasa di Afrika dan 3.1% antara 4267 orang di Sao Paulo,
Brazil.1 Di Indonesia sendiri, prevalensi PV sangat tinggi. Namun nilai prevalensi
tidak disebutkan secara spesifik.5
Penyakit ini dapat menyerang laki-laki dan perempuan, semua umur,
semua ras hampir di seluruh dunia.3,4 Kebanyakan kasus dari PV terjadi pada
dewasa dan remaja post puber hal ini disebabkan oleh perubahan hormonal dan
atau peningkatan sekresi sebum.4 Dengan bertambahnya usia, produksi sebum
semakin menurun bahkan tidak ada sehingga PV sedikit terjadi pada orang
dengan usia dekade kelima dan keenam. 2 Pityriasis Versicolor juga disebabkan
oleh hiperhidrosis, penggunaan glukokortikoid, imunodefisiensi, penggunaan lipid
seperti cocoa butter pada anak dan kurangnya menjaga kebersihan tubuh
sehingga memudahkan penyebaran PV.2,3
Diagnosis ditegakkan dengan pemeriksaan mikroskopik KOH dari
kerokan kulit lesi. Pada pemeriksaan ini didapatkan bentukan spora jamur yang
bulat dan bentukan pseudohifa yang memanjang yang disebut dengan
Spaghetti and meatballs appearance. Selain itu juga dilakukan pemeriksaan
sinar Wood, dimana pada PV akan didapatkan hasil floresensi kuning

keemasan.1,2,3 Organisme dapat juga dikultur namun teknik kultur sulit dan belum
tersedia.1
Tujuan dari terapi PV dalah eradikasi organisme yang diverifikasi dengan
temuan negatif pada pemeriksaan KOH dan resolusi dari ruam. Hiper- atau
hipopigmentasi masih bisa tetap ada setelah organisme dieradikasi. Namun
tujuan terapi juga bukan hanya untuk mengeradikasi tetapi juga untuk mencegah
berulangnya penyakit.1 Terapi pada PV terbagi atas terapi umum berupa menjaga
higiene perseorangan dan lingkungan serta terapi khusus berupa terapi topikal
(Selenium Sulfide (2,5%) lotion atau shampoo, Ketokonazole shampoo, Azole
cream, dan Terbinafine 1% solution), terapi sistemik (Ketokonazole, Fluconazole,
dan Itraconazole) dan profilaksis sekunder(ketokonazole shampoo, selenium
sulfide 2,5% Lotion atau Shampo, Salicylic acid/sulfur bar,Ketokonazol 400 mg
per oral setiap bulan).2,3 Prognosis PV adalah baik.3
Oleh karena insiden dan prevalensinya yang masih tinggi terutama di
Indonesia yang beriklim tropis, penting bagi dokter umum untuk dapat segera
mengenali dan mampu memberikan terapi dan penatalaksaan yang adekuat.

BAB II
LAPORAN KASUS

2.1 Identitas pasien


Nama

: An. Alzam Muhammad

Umur

: 1 Tahun

Alamat

: Perum Kepanjen Permai 2/Q5 Malang

Pekerjaan

:-

Suku Bangsa

: Jawa

Agama

: Islam

No RM

: 11023xxx

Tanggal Periksa

: 24 Januari 2012

2.2 Anamnnesis(Heteroanamnesa)
Keluhan Utama

Gatal gatal di daerah Daerah Lipatan Paha kanan dan kiri


Riwayat Penyakit sekarang:
Pasien mengeluh gatal gatal di daerah Daerah Lipatan Paha kanan dan
kiri sejak kurang lebih 1 bulan yang lalu. Gatal ini mulai dirasakan semenjak
pasien sering menggunakan pempers, gatal semakin terasa bila pasien
berkeringat. Timbul kemerahan pada kulit daerah selangkangan, awalnya kecil
namun semakin membesar kemudian muncul bintik bintik kemerahan
disekitarnya. Tidak didapatkan gatal pada daerah tubuh yang lain. Ibu pasien
tidak memeriksakan pasien ke tempat kesehatan.
Riwayat Penyakit dahulu:

Pasien memiliki riwayat penyakit kulit sebelum ini. Pasien terkena scabies
pada kurang lebih 3 bulan yang lalu.
Riwayat Pengobatan:
Ibu pasien sudah memberi bedak Caladine untuk menghilangkan gatal
namun gatal hanya berkurang sebentar dan kembali gatal lagi setelah beberapa
saat.
Ibu pasien tidak pernah memberikan obat dalam waktu yang lama dan
tidak memiliki alergi obat
Riwayat Keluarga

Tidak didapatkan penyakit yang sama pada keluarga penderita.


2.3 Pemeriksaan Fisik
2.3.1 Status Dermatologis

Gambar 2.1 Lokasi Ruam

Anggota Tubuh bagian Depan


Lokasi

: Daerah Lipatan Paha kanan dan kiri

Distribusi

: Tersebar

Ruam

: Plak eritematosa, batas tegas, tepi ireguler, ukuran


3x10 cm. Didapatkan Lesi Satelit : papulae eritematosa,
bulat, batas tegas, 0,3 0,5 cm, tersebar disekitar lipatan
paha dan dibeberapa tempat ditutupi oleh squama putih
halus.

Gambar 2.2 Gambaran ruam pada lipatan paha

2.3.2 Status Generalis


Berat Badan : 12 kg
Tinggi Badan : 75 cm
Keadaan umum: Baik
Kesadaran

: Compos Mentis

Hygiene

: Baik

Tanda Vital

Tensi : tidakdievaluasi
Nadi

: 80x/menit

RR

: 18x/menit

Tax

: 36,70 c

Kepala/Leher : Conjungtiva anemi(-), Sklera ikterik(-)


Thorax

: Cor/Pulmo: Tidak dievaluasi

Abdomen

: Hepar/Lien: Tidak Dievaluasi

Ekstremitas

: Edema -/- , kelainan kulit telah dijelaskan pada status

dermatologis
2.4 Diagnosis Banding
1.
2.
3.
4.
5.

Kandidiasis intertriginosus
Dermatits kontak iritan
Dermatitis Seboroik
Tinea cruris
Eritrasma

2.5 Pemeriksaan Penunjang


Pemeriksaan KOH

: psedohifa dan sel budding yeast

Gambar 2.7 Gambaran Histopatologik ditemukan bentukan psedohifa dan sel


budding yeast
2.6 Diagnosis
Kandidiasis intertriginosus
2.7 Terapi
1. Terapi Kausatif:

Ketokonazol 2% cream dioleskan 2x1 per hari


Mebhydroline napadisylate syrup diminumkan 2x1/2

sendok takar
2. KIE
Pengobatan ini harus dilakukan secara menyeluruh, tekun
dan konsisten.

Bila telah tidak ada gejala, sebaiknya tetap kontrol ke


dokter, karena akan dilakukan pemeriksaan lanjutan untuk

mengurangi penyakit tersebut terulang kembali


Pasien diperbolehkan makan apapun selama

tidak

terdapat riwayat alergi terhadap makanan.

3. Terapi pencegahan

Menghentikan penggunaan pempers


Menjaga kebersihan dan kelembaban ( menggunakan
celana dalam dari bahan katun)

Memperhatikan hal-hal yang mempengaruhi tumbuhnya


jamur adanya udara yang panas, lembab, kebersihan diri
yang kurang.

Setelah terkena air, segera mengeringkannya dikarenakan


jamur sering tumbuh ditempat yang lembab.

2.8 Prognosis
Prognosis pasien ini baik bila pengobatan dilakukan menyeluruh,
tekun dan konsisten.

BAB III
PEMBAHASAN

Pasien An. AM, umur 1 tahun, dengan alamat Perum Kepanjen Permai
2/Q5 Malang, dari suku jawa, beragama Islam dengan no.RM 11023xxx datang
ke poliklinik ilmu kesehatan kulit dan kelamin RSSA pada tanggal 24Januari
2012. Pada literatur disebutkan bahwa Kandidiasis intertriginosus merupakan
penyakit yang dapat menyerang laki-laki dan perempuan, dan sering dilihat pada
remaja, walaupun anak-anak dan orang dewasa tua juga dapat terkena.1
Penyakit ini merupakan penyakit universal yang terutama ditemukan di daerah
tropis, dan hal ini sesuai dengan identitas pasien.
Pasien datang dengan keluhan gatal gatal di daerah Daerah lipatan
paha kanan dan kiri sejak kurang lebih 1 bulan yang lalu. Gatal ini mulai
dirasakan semenjak pasien sering menggunakan pempers, gatal semakin terasa
bila pasien berkeringat. Timbul kemerahan pada kulit daerah selangkangan,
awalnya kecil namun semakin membesar kemudian muncul bintik bintik
kemerahan disekitarnya. Tidak didapatkan gatal pada daerah tubuh yang lain.
Pasien memiliki riwayat penyakit kulit sebelum ini. Pasien terkena scabies pada
kurang lebih 3 bulan yang lalu. Pasien sudah memberi bedak Caladine untuk
menghilangkan gatal namun gatal hanya berkurang sebentar dan kembali gatal
lagi setelah beberapa saat,ibu pasien tidak pernah memberikan obat dalam
waktu yang lama dan tidak memiliki alergi obat. Pasien tidak pernah mengalami
gatal-gatal atau bersin-bersin bila ada debu atau pada suhu dingin, dan pasien
juga menyangkal gatal-gatal bila makan suatu makanan tertentu. Pada riwayat
keluarga tidak didapatkan penyakit yang sama maupun riwayat penyakit kronis
pada keluarga penderita.
Pityriasis versikolor merupakan penyakit yang disebabkan oleh Malasezia
Furfur Robin, penyakit ini merupakan penyakit jamur superfisial yang kronik , dan
biasanya tidak memberikan keluhan subyektif, hanya berupa bercak berskuama
halus yang berwarna putih sampai coklat kehitaman, terutama meliputi badan
dan kadang-kadang dapat menyerang ketiak, lipatan paha, lengan, tungkai atas,
leher, kulit kepala yang berambut3 dan beberapa tempat tersebut merupakan
bagian tubuh yang dikeluhakan pasien mengalami perubahan warna kulit (putih
dan kecoklatan). Boel T, 2003 menyebutkan bahwa pada kulit terdapat flora

normal yang berhubungan dengan timbulnya pityriasis versikolor adalah


Pityrosporum orbiculare yang berbentuk bulat dan Pityrosporum ovale yang
berbentuk oval. Keduanya merupakan organisme yang sama dan dapat berubah
sesuai dengan lingkungannya, misalnya faktor suhu, keringat dan kelembaban
udara.2 Pasien ini bekerja sebagai pedagang di pasar yang secara umum
diketahui merupakan tempat yang ramai dan sesak, yang dapat mengakibatkan
produksi keringat berlebih dan suasana yang lembab dan panas, hal tersebut
dapat memicu timbulnya gejala-gejala pityriasis versikolor. Terdapat beberapa
faktor yang mempengaruhi infeksi ini, yaitu faktor herediter, penderita dengan
penyakit kronik atau yang mendapat pengobatan steroid dan malnutrisi.

pada

pasien ini tidak mengalami hal tersebut. Pityriasis versikolor sering ditemukan di
daerah dengan temperatur tinggi. Prevalensi nasional penyakit ini sekitar 2-8%
dari populasi. Pityriasis versikolor terjadi di seluruh dunia, dengan prevalensi
yang dilaporkan sebanyak 50% di lingkungan yang panas dan lembab. Di
negara-negara tropis, frekuensi usia bervariasi. Sebagian besar kasus dijumpai
pada usia 10-19 tahun di negara-negara yang lembab dan lebih hangat, seperti
di india.
Pada pemeriksaan dermatologis ditemukan makula Hipopigmentasi,
bentuk bulat dan batas tegas, jumlah multiple,ada beberapa bentukan
membentuk confluena, tepi reguler,diameter bervariasi 0,5 cm-1,5cm.
Permukaan tertutup skuama putih halus dengan distribusi tersebar pada lengan
atas dan lengan bawah kanan dan kiri dan ditemukan juga makula
Hiperpigmentasi, bentuk bulat dan batas tegas, jumlah multiple, ada beberapa
yang membentuk confluence, tepi reguler, diameter bervariasi 1cm-2cm,
permukaan tertutup squama putih halus distribusi tersebar pada lengan atas dan
lengan bawah kanan dan kiri, punggung, perut, daerah sekitar ketiak, paha
kanan dan kiri bagian dalam.

Menurut Wolff K dan Johnson, RA, 2009

menyatakan bahwa kelainan kulit pitiriasis versikolor sangat superfisial dan


ditemukan terutama di badan. Kelainan ini terlihat sebagai bercak-bercak
hipopigmentasi atau hiperpigmentasi, pada pasien dengan hipopigmentasi,
inhibitor tyrosinase (hasil dari kerja inhibitor tyrosinase dari asam dycarboxilic
yang terbentuk melalui oksidasi beberapa asam lemak jenuh pada lemak di
permukaan kulit yang secara kompetitif menghambat enzim yang diperlukan dari
pembentukan pigmen melanocyte. Pada kasus pityriasi versikolor dengan
makula hiperpigmentasi, organisme memicu pembesaran melanosom yang

dibentuk oleh stratum basale epidermis. Perubahan bentuk Malassezia dari


blastospora menjadi miselium dipengaruhi oleh berbagai faktor predisposisi.
Asam dikarboksilat, yang dibentuk oleh oksidasi enzimatis asam lemak pada
lemak di permukaan kulit, menghambat tyrosinase pada melanosit epidermis dan
dengan demikian memicu hipomelanosis. Enzim ini terdapat pada organisme
(Malassezia). Pityriasis versikolor dapat terjadi bentukan tidak teratur dapat juga
teratur dan batas jelas hingga difus, dan terdapat skuama halus di atasnya.
Kelainan ini biasanya asimtomatik sehingga adakalnya penderita tidak
mengetahui bahwa pasien berpenyakit tersebut.
Pada pemeriksaan penunjang dilakukan pemeriksaan lampu wood dan
memberikan gambaran flourosensi kuning keemasan (coppery-orange) yang
sesuai dengan literatur Oliviera, JR pada tahun 2002. 4 Sedangkan pada
pemeriksaan KOH 20% pada kerokan kulit lesi terlihat hifa pendek (spaghetti)
dan spora bulat (meat ball) yang dapat berkelompok dengan tebal 3-8 mikron,
dikelilingi spora berkelompok yang berukuran 1-2 mikron, hal tersebut sesuai
dengan pemeriksaan pada pasien tersebut yaitu terdapat gambaran spaghetti
dan Meat Balls Appearance (filamentous hypaeand globuse yeast forms/ roveal
yeast and alongated pseudohypal forms).
Diagnosis pityriasis versikolor dapat ditegakkan atas dasar gambaran
klinis, pemeriksaan flourosensi, lesikulit dengan lampu wood dan dengan
sediaan langsung.5
Penyakit ini harus dibedakan dengan pityriasis alba dan tinea korporis.
Pada pityriasis alba sering pada anak-anak usia 3-16 tahun, dengan lesi yang
berwarna merah muda, dan lokasi lesi sering terdapat pada mulut, dagu, pipi
serta dahi dan pada pemeriksaan wood tidak didaptkan flourosensi kuning
keemasan.4 Sedangkan pada tinea korporis pada pemeriksaan klinis didaptkan
makula hiperpigmentasi dengan tepi yanglebih aktif oleh karena gatal dan
digaruk, lesi akan semakin meluas terutama pada daerah kulit yang lembab.2
Tabel 4.1 Diagnosis banding pada Pityriasis Versicolor
penyebab

Usia

Pityriasis versikolor
Malassezia
furfur/pityrosporum
orbiculare
Semua umur, teruatama
remaja

Dermatitis Seboroik
Pityrosporum
Ovale,
Satphylococcus

Tinea korporis
Epider
mophyton
flocosum, T Rubrum

Sering pada bayi(


1bulan),
pubertas,
paling banyak pada
usia 20-50 tahun

Semua umur, terurtama


dewasa

Jenis
kelamin
Bangsa/ras
Daerah
Higiene
lingkungan
Riwayat
Pengobatan
Gatal
Letak

Tanda klinis

Pemeriksaa
n
sinar
wood
Pemeriksaa
n
dengan
KOH

Laki-laki dan perempuan

Laki-laki

Laki-laki dan perempuan

Semua bangsa
Terutama pada iklim tropis
Kurang
. kelembaban tinggi
. suhu tinggi
Penggunaan
Steorid
dalam jangka waktu yang
lama
(+)
terutama
bila
berkeringat
Hampir seluruh tubuh,
kadang-kadang
dapat
menyerang ketiak, lipatan
paha, lengan, tungkai
atas, leher, kulit kepala
yang berambut
. makula
.
hipopigmentasi/hiperpigm
entasi
. batas tegas
. berskuama halus di
atasnya
(+),
fourosensi
warna
kuning keemasan

Semua bangsa
Terutam iklim tropis
Kurang
Pada iklim dingin

Semua bangsa
Terutama iklim tropis
Kurang
. kelembaban tinggi

Penggunaan
Neuroleptik

(+)

(+)
terutama
bila
berkeringat
Wajah, anggota gerak
atas dan bawah, dada dan
punggung

Terdapat kelompok hifa


pendek dan spora

Area
sebore,
kulit
kepala,
belakang
telinga,, ketiak, muka,
dada, punggung dan
genetalia
.lesi kulit merah muda,
batas
tidak
tegas,
skuama
berminyak,
kadang
ditemukan
krusta

. makula/plak yang merah


. hiperpigmentasi
. tepiaktif
. central healing
.

(-)

(-)

(-)

Terdapat
bersepta

kelompok

Menurut Craig G Burkhart, MD, MPH, profesor klinis di Medical College of


Ohio at Toledo, Ohio University School of Medicine terapi yang diberikan kepada
pasein dengan Pityriasis Vesikolor adalah pemberian obat topikal antara lain
selenium sulfide lotion, diberikan pada kulit yang terkena setiap 2x1 hari selama
2 minggu dan dibiarkan selam 10 menit sebelum dicuci. Pada kasus yang
resisten dapat juga diberikan malam hari. Obat lain yang diberikan adalah
Sodium

sulfacetamide,

ciclopiroxolamine,

Topical

azole antifungal

dapat

diberikan setiap malam selama 2 minggu, sedangkan allylamine antifungals


Topical allylamines efektif secara mikologis dan klinis. Pityriasis versikolor yang
luas dan banyak dapat diberikan terapi oral, antara lain Ketoconazole dengan
dosis 200 mg setiap hari selama 10 hari dan sebagai dosis tunggal 400 mg.

hifa

Sedangkan Fluconazole diberikan dosis tunggal 150-300 mg setiap minggu


selama 2-4 minggu dan Itraconazole dengan dosis 200 mg/hari selama 7 hari.6
Pada pasien ini mengalami pityriasi verikolor yang luas dan banyak dan
sudah berlangsung lama, maka terapi yang diberikan adalah terapi topikal dan
oral, pada terapi topikal diberikan Selenum Sulfide (2,5%) Lotion dan pada terapi
oral diberikan Ketokonazol tab 200mg 1x1 selam 10 hari.
Pasien juga diberikan penjelasan bahwa pityriasis versikolor disebabkan
oleh jamur yang secara normal sudah ada di permukaan kulit dan oleh
karenanya tidak menular dan Kondisi ini tidak meninggalkan bekas luka (scar)
permanen dalam bentuk apapun atau perubahan pigmen, dan perubahan warna
kulit akan berakhir dalam waktu 1-2 bulan setelah perawatan dimulai.
Kekambuhan (recurrence) biasa terjadi, dan terapi profilaksis dapat membantu
mengurangi tingginya angka kekambuhan. Pada pengobatan Pityriasis verikolor
harus menyeluruh tekun dan konsisten dan harus mengetahui cara pengguanaan
obat tersebut. Pengobatan dapat dihentikan bila pada pemeriksaan sinar wood
dan pemeriksaan KOH 20% dinyatakan negatif.6 dapat disimpulkan bahwa
prognosis pasien ini adalah baik.
Selain itu pasien juga dijelaskan untuk menjaga higienisitas yaitu
mengganti pakaian bila berkeringat dan mandi minimal 2 kali 1 hari karena pada
keadaan basah atau berkeringat banyak, menyebabkan stratum korneum
melunak sehingga Malassezia furfur mudah masuk. Pasien diperbolehkan makan
apapun kecuali pasien mempunyai riwayat alergi pada makanan.

BAB IV
RINGKASAN
Telah dilaporkan kasus Pitytriasis Versicolor pada Tn. PB usia 47 tahun.
Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis

disimpulkan bahwa pasien

tersebut menderita pityriasis versikolor dan diberiokan terapi dengan Selenum


Sulfide (2,5%) Lotion dan Ketokonazol tab 200 mg.Prognosis pada pasien ini
adalha baik.

DAFTAR PUSTAKA
1. Bigby, M. and Casulo, C. Pityriasis versicolor. Online, Diakses 26 Januari
2012,
(http://www.blackwellpublishing.com/medicine/bmj/dermatology/pdfs/pityri
asis_versicolor.pdf)
2. Wolff K. and Johnson, RA.2009. Fitzpatricks Color Atlas & Synopsis of
Clinical Dermatology 6th Edition. United States:McGraw-Hill Inc.
3. Siregar, RS. 2002. Atlas Berwarna Saripati Penyakit Kulit Edisi 2.
Jakarta: Penerbit Buku Kedoktera EGC.
4. Oliviera, JR., Mazocco, VT., and Steiner, D. 2002. Pityriasis versicolor.
Online,

Diakses

26

Januari

2012,

(http://www.scielo.br/pdf/abd/v77n5/v77n5a12.pdf)
5. Boel,T. 2003. Pityriasis versicolor. Online, Diakses 26 Januari 2012,
(http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/1174/1/fkg-trelia1.pdf)
6. Gupta AK, Ryder JE, Nicol K, Cooper EA. Superficial fungal infections: an
update on pityriasis versicolor, seborrheic dermatitis, tinea capitis, and
onychomycosis. Clin Dermatol. Sep-Oct 2003;21(5):417-25.
7. Suwattee P, Cham PM, Solomon RK, Kaye VN. Tinea versicolor
with interface dermatitis. J Cutan Pathol. Feb 2009;36(2):285-6.

Anda mungkin juga menyukai