Osteosarkoma
Osteosarkoma
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Osteosarkoma adalah penyakit kuno yang masih belum lengkap (sulit) dipahami. Istilah
"sarcoma" diperkenalkan oleh ahli bedah Inggris John Abernathy pada 1804 dan ini berasal dari
akar Yunani yang berarti "gemuk/pembesaran." Pada 1805, ahli bedah Perancis Alexis Boyer
(ahli bedah pribadi untuk Napoleon) pertama menggunakan istilah "osteosarcoma." Boyer
menyadari bahwa osteosarkoma adalah berbeda dari entitas lainnya lesions tulang, seperti
osteochondromas (exostoses).
Bukti lebih lanjut mengenai pemikiran dan investigasi mengenai penyakit ini ditemukan oleh
pertengahan 1800an. Peltier mencatat pada tahun 1847, Baron yang menunjukkan kepada
Guillaume Dupuytren pengetahuan tentang patologik secara garis besar Tampilan osteosarkoma
ketika dia menulis berikut:
"Osteosarkoma, yang benar adalah pemerosotan dari kanker tulang, manifesnya sendiri
dalam bentuk putih kemerah-merahan atau massa, lardaceous dalam tahap dari penyakit; tetapi
tampak di lain waktu, poin dari kelemahan, masalah cerebriform, extravasating darah, dan
berwarna putih atau cairan dari viscid konsistensi dalam interior."
Osteosarkoma harus dibedakan dengan kondrosarkoma dan fibrosarkoma, di mana juga
terjadi pada tulang. Ostesarkoma memiliki sifat khas berupa, perjalanan klinisnya yang agresif
dan mempuyai prognosis yang jelek.
Osteosarcoma sangat langka di kalangan anak-anak (0,5 juta per kasus per tahun pada anakanak < 5 tahun). Namun, insiden yang terus meningkat dengan umur, semakin meningkat secara
dramatis di masa remaja, sesuai dengan pertumbuhan remaja yang cepat.
Dari data yang ada, disebutkan bahwa di Amerika Serikat, akibat osteosarkoma adalah 400
kasus per tahun (4,8 juta per penduduk <20 tahun). keseluruhan 5 tahun untuk menilai
kelangsungan hidup pasien didiagnosis antara 1974 dan 1994 adalah 63% (59% untuk laki-laki,
70% untuk perempuan). Insiden ini sedikit lebih tinggi pada kulit hitam daripada kulit putih.
Osteosarkoma adalah kematian bentuk kanker musculoskeletal yang paling sering
menyebabkan pasien mati dari penyakit metastatik berkenaan dengan paru-paru. Kebanyakan
1
osteosarkoma muncul sebagai kurungan lesions yang cepat berkembang dalam bidang tulang
panjang. Ada 3 daerah-daerah terpencil adalah tulang paha, yang proximal tulang kering, dan
proximal humerus, tetapi hampir setiap tulang dapat terpengaruh.
Tidak semua osteosarkoma timbul dalam kurungan sama, karena beberapa bagian dapat
menjadi nyata dalam jangka waktu sekitar 6 bulan (sinkronis osteosarcoma), atau beberapa
bagian dapat dicatat selama lebih dari 6 bulan (metachronous osteosarcoma). Hal itu tersebut
adalah jelas multifocal osteosarcoma langka, tetapi ketika terjadi, ia cenderung pada pasien muda
kurang dari 10 tahun.
Kasus-kasus klasik atau primer yang meliputi 75% osteosarkoma. Osteosarkoma dapat pula
timbul secara sekunder pada tulang yang menjadi tempat kelainan yang sudah ada terlebih
dahulu. Dalam kategori ini, kelainan yang paling sering mempengaruhinya yaitu penyakit Paget.
Osteosarkoma yang merupakan penyulit dan penyakit Paget, sering muncul pada tulangtulang pipih yang memiliki lesi pagetik; terjadi pada usia diatas 50 tahun dan sangat agresif.
Hanya beberapa penderita dapat bertahan hidup lebih dari 2 tahun.
B. Rumusan masalah
1. Apa definisi dari penyakit ca. Tulang ?
2. Apa etiologi dan faktor predisposisi dari ca. Tulang ?
3. Bagaimana patofisiologi dari ca. Tulang ?
4. Bagaimana manifestasi klinis dari ca. Tulang ?
5. Bagaimana WOC dari ca. Tulang ?
6. Apa saja pemeriksaan diagnostik yang diperlukan pada penyakit ca. Tulang ?
7. Bagaiman penatalaksanaan keperawatan dan medika mentosa dari penyakit ca. Tulang?
8. Apa saja data fokus yang perlu dikaji pada penyakit ca. Tulang ?
9. Apa saja diagnosa keperawatan yang dapat muncul pada penyakit ca. Tulang ?
10. Apa saja NOC, NIC dan rasional dari intervensi ca. Tulang ?
11. Apa saja istilah- istilah atau kata sulit pada ca. Tulang ?
C. Tujuan penulisan
Tujuan umum :
Mahasiswa mampu mengetahui konsep dan asuahan keperawatan pada ca. Tulang
Tujuan khusus :
- Memahami definisi ca. Tulang
- Memahami etiologi ca. Tulang
- Memahami patofisiologi ca. Tulang
- Menjelaskan manifestasi klinis dari ca. Tulang
- Menjelaskan WOC dari ca tulang
- Menjelaskan pemeriksaan diagnostik pada penyakit ca. Tulang
- Menjelaskan penatalaksanaan keperawatn dan medika mentosa dari penyakit ca tulang
- Memahami diagnosa keperawatan dari penyakit ca. Tulang
- Memahami NOC, NIC dan rasional dari intervensi ca. Tulang
- Menjelaskan istilah-istilah dari makalah ca. Tulang
D. Sistematika penulisan
Makalah disusun dengan urutan sebagai berikut :
Bab 1 Pendahuluan (Latar belakang, tujuan, manfaat dan sistematika penulisan), Bab 2
(Tinjauan Teoritis), Bab 3 Penutup (kesimpulan dan saran) serta daftar pustaka.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Definisi Ca.Tulang
Meskipun kebanyakan orang mungkin berpikir tulang adalah keras atau bagian "mati,"
namun, tulang adalah bagian yang kompleks, jaringan hidup. Seperti semua jaringan lain dari
tubuh, ia mengandung sel hidup. Itu adalah sarcoma yang menyerang bagian tulang. Sarcoma
adalah tumor ganas (kanker) yang punya potensi menyebar. Osteosarkoma bukan penyakit
turunan. Gen memang ikut berperan. Tapi, porsinya hanya 3 persen.
3
Osteosarkoma merupakan penyakit yang sel kankernya (ganas) ditemukan di tulang. Ini
adalah yang paling umum dari jenis kanker tulang. Osteosarkoma paling sering terjadi di remaja
dan dewasa muda. Kanker ini sebagian besar menyerang remaja pria yg sering mengkonsumsi
obat penambah tinggi badan. anak laki-laki yang memiliki tinggi diatas rata-rata memiliki
potensi yang lebih besar untuk itu. Pada anak-anak dan remaja, tumor paling sering muncul di
sekitar tulang lutut. Gejala-gejala dan kesempatan untuk pemulihan pada anak-anak dan remaja
yang muncul akan tampak sama.
Setelah osteosarkoma telah pertama ditemukan, tes lain dapat dilakukan untuk mengetahui
apakah kanker sel telah menyebar ke bagian tubuh yang lain. Hal ini disebut pementasan. Saat
ini, tidak ada sistem untuk pementasan osteosarkoma. Tetapi, kebanyakan pasien dikelompokkan
tergantung pada apakah kanker hanya ditemukan di satu bagian tubuh (diterjemahkan penyakit)
atau apakah kanker telah menyebar dari satu bagian tubuh lain (metastatic penyakit) sehingga
akan berpengaruh terhadapa rawatan penyakit. Berikut ini adalah kelompok yang digunakan
untuk osteosarkoma:
-
Local osteosarcoma
Kanker sel belum tersebar di luar tulang atau dekat jaringan di mana kanker berasal.
Metastatic osteosarcoma
Kanker sel telah menyebar dari tulang yang kanker berasal ke bagian tubuh yang
lain. Kanker yang paling sering menyebar ke paru-paru. Mungkin juga menyebar ke
tulang lain. Tentang satu di lima pasien dengan osteosarkoma dengan kanker yang telah
metastasized pada saat itu dapat terdiagnosa. Dalam multifocal osteosarkoma, tumor
muncul dalam 2 atau lebih tulang, tetapi belum menyebar ke paru-paru.
Berulang
Penyakit berulang berarti kanker telah datang kembali (recurred) setelah itu telah
dirawat. Hal itu dapat datang kembali dalam jaringan dimana pertama kali atau mungkin
4
datang kembali di bagian lain dari tubuh. Osteosarkoma paling sering terjadi dalam paruparu. Ketika osteosarkoma ditemukan, biasanya dalam waktu 2 sampai 3 tahun setelah
perawatan selesai. Nanti kambuh lagi adalah mungkin terjadi, tetapi langka.
B. Etiologi Ca.Tulang
Etiologi osteosarkoma belum diketahui secara pasti, tetapi ada berbagai macam faktor
predisposisi sebagai penyebab osteosarkoma. Adapun faktor predisposisi yang dapat
menyebabkan osteosarkoma antara lain:
1. Trauma
Osteosarkoma dapat terjadi beberapa bulan atau beberapa tahun setelah terjadinya
trauma. Walaupun demikian trauma ini tidak dapat dianggap sebagai penyebab utama karena
tulang yang fraktur akibat trauma ringan maupun parah jarang menyebabkan osteosarkoma.
2. Ekstrinsik karsinogenik
Penggunaan substansi radioaktif dalam jangka waktu lama dan melebihi dosis juga
diduga merupakan penyebab terjadinya osteosarkoma ini. Salah satu contoh adalah radium.
Radiasi yang diberikan untuk penyakit tulang seperti kista tulang aneurismal, fibrous
displasia, setelah 3-40 tahun dapat mengakibatkan osteosarkoma. Ada dugaan bahwa
penggunaan thorium untuk penderita tuberkulosis mengakibatkan 14 dari 53 pasien
berkembang menjadi osteosarkoma.
3. Karsinogenik kimia
Ada dugaan bahwa penggunaan thorium untuk penderita tuberkulosis mengakibatkan 14
dari 53 pasien berkembang menjadi osteosarkoma.
4. Virus
Penelitian tentang virus yang dapat menyebabkan osteosarkoma baru dilakukan pada
hewan, sedangkan sejumlah usaha untuk menemukan onkogenik virus pada osteosarkoma
manusia tidak berhasil. Walaupun beberapa laporan menyatakan adanya partikel seperti
virus pada sel osteosarkoma dalam kultur jaringan.
Bahan kimia, virus, radiasi, dan faktor trauma. Pertumbuhan yang cepat dan besarnya ukuran
tubuh dapat juga menyebabkan terjadinya osteosarkoma selama masa pubertas. Hal ini
5
menunjukkan bahwa hormon seks penting walaupun belum jelas bagaimana hormon dapat
mempengaruhi perkembanagan osteosarkoma.
C. Patofisiologi Ca.Tulang
Osteosarkoma paling sering terjadi pada rongga medular daerah metafisis tulang panjang.
Ujung bawah femar, bagian atas tibia, dan bagian atas humerus adalah tempat yang paling sering
terkena. Osteosarkoma jarang terjadi di periosteum (osteosarkoma periosteal) atau pada
permukaan luar (osteosarkoma parosteal).
Secara makrokopis, osteosarkoma tampak sebagai massa lunak dengan daerah nekrosis dan
pendarahan. Dapat ditemukan pembentukan tulang dan kartilago. Tulang yang terkena membesar
akibat adanya tumor, yang dapat menginfitrasi rongga medulla dan jaringan lunak di luar tulang.
Secara radiologist, osteosarkoma tampak sebagai lesi-lesi destruktif irregular. Derajat kalsifikasi
menentukan radioopasitas.
Osteosarkoma merupakan neoplasma agresif yang menginfitrasi secara luas. Metastasis
hematogen, paling sering pada paru, terjadi secara dini. Jarang terjadi metastasis limfatik dan
tumor pada kelenjar limfe.
Secara mikrokopis, osteosarkoma tersusun dari osteoblas ganas disertai anaplasia dan laju
mitonik yang tinggi. Berdasarkan derajat anaplasia, osteosarkoma diklasifikasikan menjadi
derajat I-III; pasien tumor derajat I memiliki daya tahan hidup lebih lama
Osteoid dalam jumlah yang bervariasi dihasilkan oleh sel-sel tumor dan dapat mengalami
kalsifikasi (tumor tulang). Adanya osteoid pada tumor tulang ganas menegakkan diagnosis
osteosarkoma. Pembentukan kartilago juga sering terjadi dan dapat luas (osteosarkoma
kondroblastik). Pada beberapa kasus, dapat terlihat banyak sel raksasa. Pada kasus lain, ruang
vascular kavernosa mendominasi gambaran histologik (osteosarkoma teleangiektatik).
D. Manifestasi Klinis
Gejala dan tanda biasanya dapat terjadi seminggu atau sebulan sebelum pasien didiagnosa.
Gejala umum:
-
Penderita osteosarkoma akan merasakan nyeri pada tulangnya pada saat malam hari.
Faktor herediter
Gejala sistemik:
-
Demam
Berkeringat pada malam hari (biasanya terjadi pada penderita tuberculosis yang
menggunakan thorium sebagai obat )
Pemeriksaan secara fisik biasanya dilakukan untuk mengetahui tumor primer antara lain:
- Palpasi, adanya massa yang lunak dan panas.
- Adanya pergerakan
- Respiratori, auskultasi yang tidak normal
E. WOC
Terlampir
F. Pemeriksaan Diagnostik
1. Foto X-ray
Gambaran klasik menunjukkan reaksi periosteal, gambaran litik dan sklerotik pada
tulang, formasi matrix osteoid di bawah periosteum dengan gambaran khas Codmans
triangle ,sunburst , dan moth eaten.
2. MRI
Berguna untuk mengetahui ekstensi tumor, keterlibatan jaringan lunak sekitar (pembuluh
darah, saraf, sendi), serta mencari adanya skip lessions. Skip lession terjadi < 5% pada
osteosarcoma.
3. Foto x-ray thorax/ CT scan
Menyingkirkan adanya metastasis di paru.
4. Bone scan(+) atau PET CT ( optional )
Menyingkirkan adanya metastasis di tulang. Biopsi (biopsi Aspirasi Jarum halus
(BAJH/FNAB), core biopsy).
5. Pemeriksaan laboratorium darah (LDH / ALP )
Untuk mengevaluasi status keadaan umum dan persiapan terapi.
6. Penilaian skor huvos untuk evaluasi histologik respons kemoterapi neoadjuvant pre
operasi.
Penilaian ini dilakukan secara semikuantitatif dengan membandingkan luasnya area
nekrosis terhadap sisa tumor yang riabel :
- Grade 1 : sedikit atau tidak ada nekrosis (0 - 50%)
- Grade 2 : nekrosis >50 - <90 %
- Grade 3 : nekrosis 90 - 99 %
- Grade 4 : nekrosis 100 %
7
Jadwal kontrol pasien dilakukan tiap 3 bulan pada tahun pertama dan kedua terapi, tiap 4
bulan pada tahun ke 3 , tiap 6 bulan pada tahun ke 4 dan 5, dan follow up pada tahun berikutnya
dilakukan setahun sekali. Jika terjadi relaps maka dilakukan kemoterapi dan / atau reseksi jika
memungkinkan, targeted terapi ( mTOR inhibitor, sorafenib ), stem cell transplatasi (HDT/SCT),
atau terapi suportif .
Jika setelah itu pasien memberikan respons yang baik maka lakukan kontrol sesuai
jadwal. Jika setelah kemoterapi dan reseksi ulang terjadi relaps atau penyakit menjadi progresif
maka terdapat beberapa pilihan penanganan yaitu: reseksi paliatif (jika memungkinkan),
kemoterapi second line, radioterapi paliatif ( radium 223, Samarium-1 , 153Sm-EDTMP).
Dengan pendekatan tersebut, 60-70% pasien dapat memiliki kesintasan hidup jangka panjang.
Apabila sudah bermetastasis ke paru, tetapi terisolasi di paru saja, maka didapatkan nilai 35-40%
untuk angka kesintasan hidup. Localized disease.
Penatalaksanaan keperawatan :
1. Manajemen nyeri
Teknik manajemen nyeri secara psikologik (teknik relaksasi napas dalam, visualisasi,
dan bimbingan imajinasi ) dan farmakologi ( pemberian analgetika ).
2. Mengajarkan mekanisme koping yang efektif
9
Motivasi klien dan keluarga untuk mengungkapkan perasaan mereka, dan berikan
dukungan secara moril serta anjurkan keluarga untuk berkonsultasi ke ahli psikologi atau
rohaniawan.
3. Memberikan nutrisi yang adekuat
Berkurangnya nafsu makan, mual, muntah sering terjadi sebagai efek samping
kemoterapi dan radiasi, sehingga perlu diberikan nutrisi yang adekuat. Antiemetika dan
teknik relaksasi dapat mengurangi reaksi gastrointestinal. Pemberian nutrisi parenteral
dapat dilakukan sesuai dengan indikasi dokter.
4. Pendidikan kesehatan
Pasien dan keluarga diberikan pendidikan kesehatan tentang kemungkinan terjadinya
komplikasi,
program
terapi,
dan
teknik
perawatan
luka
di
rumah.
(Smeltzer. 2001)
10
BAB III
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Identitas
- Identits klien
(nama, umur, jenis kelamin, suku/bangsa, agama, status marietal, pekerjaan,
-
jenis
kelamin,
pekerjaan,
3. Multigravida, pasangan seks multiple, aktivitas seksual dini, dan herpes genital.
j. Interaksi Social
1. Ketidakadekuatan/kelemahan system pendukung.
2. Riwayat perkawinan (berkenaan dengan kepuasan di rumah, dukungan atau
bantuan). Masalah tentang fungsi/tanggung jawab peran.
4. Observasi dan Pemeriksaan fisik
a. Keadaan umum : baik, kurang, atau lemah.
b. Tanda tanda vital ( TD,Suhu,Nadi,Pernafasan )
c. Pemeriksaan fisik
1. Teraba massa tulang dan peningkatan suhu kulit di atas massa serta adanya
pelebaran vena
2. Pembengkakan pada atau di atas tulang atau persendian serta pergerakan yang
terbatas
3. Nyeri tekan / nyeri lokal pada sisi yang sakit
- Mungkin hebat atau dangkal
- Sering hilang dengan posisi flexi
- Anak berjalan pincang, keterbatasan dalam melakukan aktifitas, tidak mampu
menahan objek berat.
4. Kaji status fungsional pada area yang sakit, tanda-tanda inflamasi, nodus limfe
regional.
Tanda dan gejala
-
Data
Etiologi
1. DS : Pasien mengatakan Osteosarkoma
kulitnya
memerah
Masalah
Resiko infeksi
sejak
13
kemarin sore
DO :
2
dan
muntah
Keletihan
Berkeringat dimalam
hari
Anorexia
DS : pasien menagatakan Terapi radiasi X-Ray
Kerusakan integritas
kulit
Kulit kemerahan
Kelembaban
pada
kulit berkurang
Perubahan
pada
warna kulit
Rambut rontok
DS : pasien mengatakan Proses pembedahan
-
5.
BB turun
Pasien
murung
Kehilangan
terlihat
alat
gerak
- Mobilisasi terbatas
DS : Pasien mengatakan Terapi pembedahan
Hambatan mobilitas
malas
fisik
untuk
melakukan
14
sesuatu
DO:
6.
pasien
beraktivitas
DS: Pasien
jarang
Gangguan
rasa
nyaman
daerah bahu
DO:`- Ansietas
-
C. Diagnosa
1. Resiko infeksi b.d osteosarkoma
2. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d mual dan muntah akibat terapi
3. Kerusakan integritas kulit b.d terapi radiasi x-ray
4. Gangguan citra tubuh b.d proses pembedahan
5. Hambatan mobilitas fisik b.d terapi pembedahan
6. Gangguan rasa nyaman b.d nyeri tulang rawan
D. Perencanaan
DX 1: Resiko infeksi
Resiko
NOC
NIC
Rasional
infeksi
Imunne status
Knowledge:infeksi
Infection
control
Risk control
infeksi
control:Kontrol
pasien
yang
berat
badan
Dorong
20%
dibawah
masukan nutrisi
berat
badan
yang cukup
normal
atau
yang
anemia
atau
yang
malnutrisi, lebih
rentan terhadap
infeksi
dan
dapat
15
memerlukan
diet khusus.
Berikan
tekhnik
antibiotik
bila
mencegah
perlu(proteksi
perkembangan
terhadap
mikroorganisme
infeksi)
patogen.
Monitoring
penurunan
Hb
tanda
dan
dan peningkatan
gejala
infeksi
jumlah leukosit
sistemik
teknik antibiotik
dan
dari
normal
lokal
monitor hitung
membuktikan
granulosit
tanda infeksi.
adanya
tanda-
WBC
monitor
kerentanan
terhadap
infeksi
Untuk
menghindari
kuman
pertahankan
mikroorganisme
tekhnik asepsis
pada
penyebab
pasien
penyakit
yang beresiko
Menghindari
16
akumulasi
berikan
cairan
perawatan pada
berlebihan
dalam jaringan
di
epidema
inspeksi
dan
kulit
menandakan
membran
mukosa
tanda-tanda ini
infeksi luka
thd
kemerahan,pan
as dan drainase
untuk
mengetahui
inspeksi
apakah
kondisi
mengalami
luka/insisi
bedah
luka
infeksi
.Untuk
mempercepat
penyembuhan
instrukiskan
pasien
untuk
minum
antibiotik
sesuai resep
Menunjukkan
kemampuan
ajarkan pasien
untuk mencegah
dan
resiko infeksi
keluarga
cara
mengetahui
tanda infeksi
Cepat di tangani
dan
laporkan
terhindar
dari infeksi
kecurigaan
17
terhadap
infeksi
DX 2: Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d mual dan muntah akibat terapi
Nutrisi
dari
kurang NOC
NIC
RASIONAL
kebutuhan
tubuh
Nutritional
status
Nutritional
Nutrition management
jumlah
kalori
dilakukan
dibutuhkan
status : nutrien
intake
Weight control
untuk
pasien
Monitoring
jumlah
mengetahui
status
nutrisi
sehingga dapat
kalori
menentukan
intervensi yang
adanya
peningkatan BB
dengan
diberikan
Berikan
informasi
tujuan
BB ideal sesuai
tentang
dengan TB
Mampu
nutrisi
kebutuhan
kebutuhan
memotivasi
pasien
Kaji
nutrisi
Tidak ada tanda-
kemampuan
tanda malnutrisi
Menunjukkan
mendapatkan
peningkatan
fungsi
pasien
Informasi yang
diberikan dapat
mengindentifika
si
nutrisi
pasien
dan kandungan
Kriteria hasil :
sesuai
Pengkajian
penting
meningkatkan
kebutuhan
untuk
nutrisi
dibutuhkan
untuk
nutrisi
yang
Untuk
18
batasan
batasan
normal
Monitoring
normal
adanya
apabila
penurunan BB
Monitoring tipe
mengalami
dan
an BB dalam
pasien
dalam
BB
yang berarti
BB
mempertahank
karema
penurunan
jumlah
sebesar
aktivitas
Monitoring kulit
kering
terserang
infeksi
peubahan
turgor kulit
Monitoring
20%
pasien mudah
dan
pigmentasi
Monitoring
BB
kekeringan,ramb
ut
kusam,dan
mudah
NOC
NIC
Rasional
integritas kulit
Pressure
tissue
mucous
anjurkan
tekanan
dari
membranes
hemodylaisis
pasien
baju,
menggunaka
membiarkan
akses
luka
pasien
yang longgar
terbuka
terhadap udara
meningkatkan
19
proses
penyembuhan
dan
menurunkan
resiko infeksi
mobilisasi
resiko infeksi
pasien (ubah
dan
posisi pasien
dekubitus
)setiap 2 jam
terjadi
sekali
pasien
menurunkan
mecegah
pada
Membantu
monitor kulit
mengidentifika
akan adanya
si
kemerahan
yang
tindakan
tepat
untuk
memberikan
kenyamanan.
monitor
aktivitas dan
mobilisasi
pasien
.pasien dengan
gangguan rasa
nyaman
monitor
cenderung
status nutrisi
risih
pasien
Nutrisi
dapat
meningkatkan
daya
tahan
20
tubuh
dan
mengganti
jaringan yang
rusak
dan
mempercepat
proses
penyembuhan.
DX 4 : Gangguan citra tubuh
Gangguan
NOC
NIC
RASIONAL
Noc
citra tubuh
Body image
Self esteem
dalam
memastikan
Kriteria hasil
Body
Membantu
masalah untuk
image - Monitor
positif
Mampu
frekuensi
mengkritik
memulai
dirinya
tentang
mengindentifikas - Jelaskan
pengbobatan,perawatan,kemaju
i
kekuatan
proses
pemecahan
-
masalah
Membantu
dalam
pemecahan
tubuh
Mempertahankan
masalah
Membantu
dalam
memecahkan
interaksi sosial
masalah
-
Membantu
dalam
-memecahkan
masalah
dan
21
membina
hubungan
saling percaya
antara perawat
pasien
dan
keluarga
NOC
NIC
RASIONAL
Monitoring
active
Mobility level
Self care : ADL
Transfer
sign
apakah
sebelum/sesudah
perubahan
pada
vital
pada
pasien
performance
Kriteria hasil :
Klien
meningkat
tentang
ambulasi
peningkatan
kegiatan mobilitas
Memverbalisasikan
perasaan
dalam
meningkatkan
kekuatan
dan
kemampuan
rencana
dengan kebutuhan
Bantu klien untuk
menggunakan
saat
berjalan
dan
mencegah
terjadi
sign
Membantu dalam
masalah
Membantu pasien
terhindar
dari
resiko cidera
Meningkatkan
aliran
tongkat
Untuk mengetahui
memecahkan
sesuai
tejadinya cidera
berpindah
Memperagakan
penggunaan
latihan
Konsultasikan
denganterapi fisik
vital -
otot
darah
dan
ke
tulang
untuk
meningkatkan
tonus
otot,
mempertahankan
mobilitas
sendi,
22
bantu
untuk
mencegah
mobilisasi
kontraktur/atropi
( walker )
dan reapsorbsi Ca
yang
tidak
digunakan
-
Memberikan
dukungan
melatih
dan
ADL
pasien,membantu
pasien
terhindar
rasa NOC
NIC
RASIONAL
nyaman
Anxiety reduction
Ansiety
Fear level
(penurunan
rasa
Sleep deprivation
cemas)
Comfort,readines
Gunakan
for enchaced
pendekatan
Peningkatan
rasa nyaman
yang
menyenangka
n
Jelaskan
semua
prosedur dan
Mampu
mengontrol
kecemasan
apa yang di
rasakan
selama
23
prosedur
Pahami
perspektif
pasien
Mengurangi
kecemasan
terhadap
pasien
situasi stress
dan
meningkata
nkan
Lakukan
back/neck rub
rasa
nyaman
Agar pasien
relaks
Dorong
keluarga
Support
untuk
sosial
dan
menemani
mengurangi
pasien
kecemasan
pasien
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
24
DAFTAR PUSTAKA
Brunner dan Suddarth. (2001). Keperawatan Medikal Bedah Vol 3. EGC : Jakarta
Doenges E. Marilynn, dkk.1969.Rencana Asuhan Keperawatan: pedoman untuk perencanaan
dan pendokumentasian perawatan pasien. Jakarta: EGC
25
Huda amin, dkk. 2013. Aplikasi asuhan keperawatan berdasarkan diagnosa medis dan NANDA
NIC NOC edisi revisi jilid 2. Yogyakarta : MediAction
Price, Sylvia A., dkk. 1995. Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit, edisi 4.
Jakarta : EGC
http://en.wikipedia.org/wiki/Osteosarcoma. Diakses tanggal 7 maret 2016 pukul 15.00
26