Traumatik Injuri Pada Gigi Anak PDF
Traumatik Injuri Pada Gigi Anak PDF
Beberapa faktor seperti etiologi, anatomi, patologi dan terapi yang akan dikerjakah
merupakan dasar yang kuat dalam menentukan klasifikasi.dasar klasifikasi traumatik injuri
adalah berdasarkan nomor dan diskrepsi. Kiasifikasi numerik aakan ditunjukkan dengan
sistem nomer dan tidak ada standar yang nyata, sedangkan klasifikasi berdasarkan
kiasifikasi akan lebib balk karena dapat menunjukkan lokalisasi tipe dan perluasan injuri
secara nyata.
Banyak klasifikasi fraktura gigi diperkenalkan orang natra lain menurut Ellis,
Anderson, WHO. Pembagian klasifikasi tersebut dengan dasar yang berbeda-beda, seperti
Ellis berdasarkan kerusakan struktur gigi, AndersQp mengadopsi sistem WHO. Sistem ml
mempertimbangkan anatomi dan perawatan baik pada gigi desidui dan permanen. Traumatik
injuri gigi, struktur jaringan pendukung, gangren danjaringan mukosa rongga mulut.
Metode Kiasifikasi berdasarkan atas:
I.
II.
III.
Fraktur akar
Konkrusi : injuri pada struktur pendukung gigi tanpa hilangnya atau pindah
tempat, tetapi dengan tanda reaksi pada perkusi
Universitas Gadjah Mada
Subluksasi = injuri pada struktur pendukung gigi hilangnya abnomal tetapi tanpa
pindah tempat
Lateral luksasi = pindah tempat gigi secara langsung diikuti fraktur alveolus
Intrusi Iuksasi = pindah tempat masuk ke tulang alveolus dengan fraktur tulang
alveolus
IV.
Klasifikasi fraktur yang sering digunakan adalah berdasarkan Ellis sebagai berikut:
Klas I
: Tidak ada fraktur atau fraktur mengenai email dengan atau tanpa memakai
perubahan tempat
KIas II
: Fraktur mengenai dentin dan belum mengenal pulpa dengan atau tanpa
perubahan tempat
Klas III : Fraktur mahkota dengan pulpa terbuka dengan atau atau tanpa perubahan
tempat
Klas IV : Gigi mengalami trauma sehingga gigi menjadi non vital dengan atau tanpa
hilangnya struktur mahkota.
Klas V : Hilangnya gigi sebagal akibat trauma
Kias VI : Perpindahan gigi atau tanpa fraktur mahkota atau akar gigi
Klas VIII:
Klasifikasi yang berdasarka Ellis tersebut kemudian dimodifikasi oleh Craig dan
Hargreaves menjadi 5 klas dengan beberapa perubahan arti pada kias IV dan V. Untuk kias
IV adalah fraktur akar gigi dan dengan tanpa fraktur mahkota, dengan atau tanpa perubahan
tempat. Dari pada klas V adalah perubahan tempat atau lepasnya gigi.
Menurut Ellis semua fraktur pada gigi desidui dimasukkan dalam fraktur klas IX dan
dikenal fraktur klas IX devisi 1 dan 2. Penentuan diagnosis untuk kias IX devisi I adalah
fraktur gigi desidui sedangkan klas IX devisi 2 adalah perpindahan tempat gigi desidui.
Universitas Gadjah Mada
Klasifikasi fraktur menurut Anderson bedasarkan atas keruskan gigi dan jaringan
pendukung dengan pembagian sebagai berikut:
1. Berdasarkan kerusakan jaringan keras gigi
2. Berdasarkan kerusakan jaringan periodontal dan tulang alveolus
3. Berdasarkan keruskan maxilla / mandibula
4. Berdasarkan kerusakan
2. Dental history: pada anamnese ini anak perlu ditanyakan penyebab adanya injuri pada
gusi, reaksi gigi dan kerusakan jaringan sekitar gigi akibat trauma yang timbul serta
waktu, bagaimana, kapan dan dimana kejadian terjadi
3. Perdarahan : yang terjadi diperiksa asal pendarahan baik dan bibir ataupun jaringan
Junak di sekitarnya. Pembersihan darab yang telah menjendal dengan bahan antiseptik
sangat diperlukan guna membantu penyembuhan luka jaringan
4. Waktu terjadinya trauma: sangat diperiukan untuk membantu menentukan perawatn.
Dan untuk batas maksimal perawatan avulsi yang ideal adalah jam setelah trauma
5. Bagaimana terjadinya trauma merupakan informasi yang akan dapat memberikan suatu
gambaran injuri yang terjadi, sehingga operator mempunyai gambaran berat, ringan serta
lokasi injuri yang terjadi
6. Kapan terjadinya trauma merupakahinformasi yang diperlukan untuk menentukan
rencana perawatan maupun gambaran prognosa hasil perawatan pada pasien
7. Dimana kejadiannya trauma merupakan informasi yang diperlukan untuk pada anak guna
mengambil tindakan menjaga kesehatan anak. Tempat kejadian seperti jatuh dijalan,
dikolam renang dan sebagainya merupakan informasi perlu tidaknya pemberian tetanus
Pemeriksaan intra oral mencakup:
I.
II.
Reaksi gigi terhadap perkusi. Alat yang digunakan dapat memakai tangkai kaca
mulut secara perlahan-lahan kearah pertikal atau horizontal. Rasa sakit pada perkusi
menunjukkan kerusakan pada ligament-periodontal
g. Warna gigi. Adanya sedikit perubahan warna mahkota setelah mendapat injuri
khusus diperhatikan dibagian permukaan palatinal sepertiga mahkota daerah gingiva
III.
Bagi gigi yang mengalami trauma yang baru, reaksi terhadap tes vitalitas pulpa mungkin
dapat negatif selama 6-8 jam, diikuti diskolorisasi mahkota yang bersifat sementara.
Akibat tes pulpa tersebut bundel syaraf sobek dan terjadi parastesi dan perdarahan.
Kemudian setelah lama terjadi proses iritasi sebagian diskolorisasi akan hilang dan
warna gigi akan normal kembali. Darah masuk kedalam tubulis dentalis menyebabkan
perubahan wama pada mahkota.
V.
Diagnosis
Dengan mengkombinasikan beberapa informasi dan pemeriksaan klinis dan
rontgenologis, maka diagnosis dan klasifikasi injuri dapat dilakukan.
Pada gigi desidul kasus traumatik injuri banyak adalah perpindahan tempat atau ekstrusi
atau intrusi. Kondisi tersebut ditunjang adanya beberapa penyebab atau itiologi
yang menuju antara lain:
1. Kedudukan gigianterior gigi desiduilebih vertiak
2. Tulang alveolus hinak
3. Adanya bibir sebagai pertahanan
Anak-anak yang sering mendapat trauma adalah pada anak umur 1,5 - 2,5 tahun,
terlihat kasus intrusi, ekstrusi atau perpindahan tempat. Apabila gigi desidui mengalami
kasus tersebut maka dalam waktu 1-6 bulan akan terjadi reerupsi secara spontan, dan
kalau dalam 2-3 bulan tidak terjadi reerupsi maka gigi tersebut akan mengalami ankilosis
di kemudian hari.
Selama masa perkembangan, benih gigi insisivi permananen berada disebelah
palatinal dan dengan kedudukan tertutup pada apek gigi insisivus desidui. Dengan
adanya injuri gigi desidui, maka dokter gigi harus selalu berpikir bahwa kemungkinan
akibat injuri akan merusak benih gigi permanen penggantinya.
Beberap kemungkinan injuri gigi desiduai akibat trauma pada anak umur 3 tahun
adalah
Dalam perawatannya kelompok umur anak ini sangat diperlukan kerja sama yang
baik antara operator, anak dan orang tha. Kebanyakan anak tersebut sulit untuk
dilakukan kerjasama. Beberapa cara memeriksa dengan anak dipangku orang tua
dengan anak disuruh membuka mulut dan pada pemeriksaan pertama Iengkung rahang
atas dan bawah dapat segera terlihat.
Universitas Gadjah Mada
Perawatan pulpotomi (yang baik jika perawatan pulpa dilakukan 1-2 hari setelah
mendapatkan trauma) prognosa. Hasil yang diharapkan pulpa tetap hidup
Perawatan pulpektomi (bila vitalitas gigi tidak dapat dipertahankan). Bagi ujung akar
masih ternuka dilakukan dengan perawatan apeksifikasi lebih dahulu.
4. Pada fraktur klas IV adalah gigi non vital dengan tanpa hilangnya struktur mahkota.
Perawatannya gigi tersebut adalah:
Dilakukan pulpektomi, dan untuk estetika perlu perawatan
Bleaching jika ada perubahan wama mahkota gigi
5. Pada fraktur klas V adalah hilangnya gigi atau lepasanya gigi dan soket dan
perawatannya dilakukan replantasi.
Prognosa baik jika perawatannya dilakukan setelah V2 jam lepasnya gigi dan soket
6. Pada fraktur klas VI adalah fraktur yang terjadi pada akar gigi baik yang 1/3 dari ujung
akar, bagian tengah-tengah akar atau 1/3
7. Pada fraktur klas VII adalah gigi mengalami perubahan tempat dan sebagai
perawatannya adalah:
Dikembalikan kemudian splinting. Untuk ini perlu evaluasi vitalitas gigi 1 bulan, 3
bulan sampai I tahun
8. Pada fraktur klas VIII adalah fraktur akar miring pada mahkota sampai akar