MANAJEMEN KEPERAWATAN
(Berkaitan dengan Nutrisi)
Dosen : Sukarni, M.Kep., Ners (SKR)
Disusun oleh :
Natalia Mela Pratama (I1031151005)
Manajemen Keperawatan
Pengkajian
Tujuan pengkajian nutrisi adalah untuk mengidentifikasi klien yang berisiko mengalami
malnutrisi dan mereka yang memiliki status nutrisi buruk. Di sebagian besar fasilitas perawatan
kesehatan, tanggung jawab pengkajian dan dukungan nutrisi merupakan tanggung jawab
bersama antara dokter, ahli diet, dan perawat.
Umumnya, perawat melakukan skrining nutrisi. Pengkajian nutrisi yang komprehensif
sering kali dilakukan oleh ahli gizi, atau ahli diet, dan dokter.
a. Screening Nutrisi
Skrining
nutrisi
adalah
suatu
pengkajian
yang
dilakukan
untuk
Subjective
Global
Assessment
(PGSGA)
adalah
sebuah
metoda
pengklasifikasian klien secara subjektif ke dalam nutrisi baik, malnutrisi sedang, atau
malnutrisi berat berdasarkan riwayat diet dan pemeriksaan fisik (McCallum, 2000).
Sarana pendeteksian tersebut dibuat untuk digunakan pada pasien kanker tetapi telah diuji
secara luas dan sesuai untuk klien rawat inap maupun klien rawat jalan yang memiliki
beragam diagnosis.
Nutrition Screening Initiative (NSI) adalah sebuah proyek yang sedang dilakukan oleh
American Academy of Family Physician, American Diatetic Association, National
Council of Aging, dan organisasi lain untuk meningkatkan skrining nutrisi dan
meningkatkan perawatan nutrisi untuk lansia.
b. Riwayat Keperawatan
Seperti telah disebutkan sebelumnya, perawat mendapatkan data tentang nutrisi
yang cukup bermakna dalam pengkajian riwayat keperawatan yang rutin. Data terdiri dari
tetapi tidak terbatas pada:
makanan
Kepercayaan budaya dan agama yang memengaruhi pilihan makanan
Pengaturan hidup (misalnya: hidup sendirian) dan status ekonomi
Status kesehatan umum dan kondisi medis
Riwayat obat-obatan
c. Pemeriksaan Fisik
Defisiensi dan kelebihan nutrisi dapat diketahui dari pemeriksaan fisik selain
dari perubahan berat badan yang nyata. Pengkajian tidak hanya berfokus pada jaringan
yang berproliferasi secara cepat seperti kulit, rambut, kuku, mata,dan mukosa tetapi juga
meliputi tinjauan sistematis yang dapat dibandingkan dengan setiap pemeriksaan fisik
yang rutin.
Tanda-tanda klinis yang terkait dengan malnutrisi ditunjukkan dalam tabel 1. Tanda-tanda
malnutrisi ini harus dianggap sebagai perkiraan malnutrisi karena tanda-tanda tersebut
tidak spesifik. Misalnya, kemerahan pada konjungtiva dapat mengindikasikan adanya
infeksi dari pada defisit nutrisi dan rambut yang kering dan kusam dapat dikaitkan
dengan pemaparan berlebihan ke matahari dari pada dianggap kwashiorkor (deplesi
protein berat). Untuk memastikan terjadinya malnutrisi, hasil klinis perlu diperkuat
dengan pemeriksaan laboratorium dan data diet.
d. Perhitungan Persentase Penurunan Berat Badan
Pengkajian yang akurat pada tinggi badan klien, berat badan saat ini (current
body weight, CBW), dan berat badan biasanya (usual body weight, UBW) sangat penting.
Walaupun berat tubuh klien pada saat ini dapat dibandingkan dengan berat badan ideal
seperti yang telah didiskusikan sebelumnya, IBW berdasarkan pada orang sehat dan tidak
memperhitungkan perubahan komposisi tubuh klien yang menyertai penyakit atau
mencerminkan setiap perubahan berat badan. Berat badan klien yang biasa lebih baik
dalam merefleksikan perubahan berat badan dan kemungkinan malnutrisi.
Sebuah aspek penting dalam pengkajian berat badan, yang didapatkan dalam
riwayat keperawatan, adalah gambaran perubahan berat badan. Perawat harus
mendeskripsikan setiap penurunan atau penambahan berat badan direncanakan atau tidak.
TABEL 1 Tanda Klinis Malnutrisi
Area Pemeriksaan
Berat badan
Kulit
Rambut
Mata
Bibir
Lidah
Gusi
Otot
Sistem Gastrointestinal
Saraf
e. Riwayat Diet
Riwayat diet mencakup data mengenai pola dan kebiasaan makan klien yang
biasa, pilihan makanan, alergi dan intolerans; frekuensi, jenis dan kuantitas makanan
yang dikonsumsi; dan faktor sosial, ekonomi, etnis atau agama yang memengaruhi
nutrisi. Faktor dapat meliputi tetapi tidak terbatas pada, tinggal dan makan sendirian,
kemampuan untuk membeli dan mengolah makanan, ketersediaan lemari es, dan fasilitas
memasak, pendapatan dan efek agama dan etnisitas pada pilihan makanan.
Catatan frekuensi makanan, adalah daftar tilik yang mengindikasikan seberapa sering
kelompok makanan umum atau makanan khusu dimakan.frekuensi dapat dikategorikan
ke dalam berapa kali/hari, kali/minggu, kali/bulan, atau sering kali, jarang, tidak pernah.
Catatn ini
makanan yang dimakan tetapi bukan jumlahnya. Jika makanan atau zat gizi tertentu
diduga dikonsumsi secara kurang atau berlebihan, profesional perawatan kesehatandapat
meggunakan frekuensi makanan tertentu misalnya: berfokus pada asupan lemak, buahbuahan, sayuran dan serat.
Catatan harian makanan, adalah catatan terinci mengenai jumlah (ukuran porsi) semua
makanan dan cairan yang dikonsumsi klien selama periode tertentu, biasanya 3 sampai 7
hari.
Riwayat diet, adalah pengkajian komprehensif yang menghabiskan waktu untuk
mengkaji asupan makanan klien yang melibatkan wawancara intensif oleh seorang ahli
nutrisi atau ahli diet. Pengkajian tersebut terdiri dari karakteristik makanan yang biasa
dimakan serta frekuensi dan jumlah makanan yang dikonsumsi. Dengan demikian,
pengkajian ini dapat mencakup ingatan makanan 24 jam, catatan frekuensi makanan, dan
catatan harian makanan.
f. Pengukuran Antropometri
Pengukuran antropometri2 adalah teknik noninvasif yang bertujuan untuk
mengetahui jumlah perubahan komposisi tubuh. Pengukuran lipatan kulit dilakukan
untuk menentukan simpanan lemak. Tempat tersering untuk pengukuran lipatan kulit
adalah lipatan kulit triseps. Lipatan kulit yang diukur terdiri atas jaringan subkutan tetapi
bukan otot yang berada di bawah jaringan subkutan tersebut.
g. Data Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium memberikan data objektif untuk pengkajian nutrisi,
tetapi karena banyak faktor dapat memengaruhi pemeriksaan ini, tidak ada pemeriksaan
tunggal yang secara spesifik memprediksikan risiko masalah nutrisi. Pemeriksaan yang
paling sering digunakan adalah protein serum.
Protein serum, kadar protein serum memberikan perkiraan simpanan protein viseral.
Pemeriksaan umumnya terdiri dari hemoglobin, albumin, transferin, dan kemampuan
mengikat zat besi total. Kadar hemoglobin yang terendah dapat membuktikan adanya
anemia defisiensi zat besi. Namun, kehilangan darah atau proses patologi yang abnormal
seperti kanker gastrointestinal harus disingkirkan sebelum memastikan terjadinya
defisiensi zat besi yang terkait dengan diet.
Albumin yang terdapat dalam 50% atau lebih dari protein serum total, adalah salah satu
protein viseral tersering yang dievaluasi sebagai bagian dari pengkajian nutrisi. Karena
terdapat banyak albumin dalam tubuh dan karena albumin tidak diurai dengan sangat
cepat, yaitu waktu paruhnya panjang (18-20 hari) konsentrasi albumin berubah secara
lambat.
Transferin adalah sebuah protein yang mengikat dan membawa zat besi dari usus ke
serum. Karena waktu paruhnya lebih singkat dibandingkan albumin (8-9 hari), transferin
cenderung berespons lebih cepat terhadap deplesi protein dibandingkan albumin.
Prealbumin (PAB) yang juga disebut albumin pengikat tiroksin dan transtiretin, memiliki
waktu paruh terpendek dan jumlahnya paling sedikit dalam tubuh.
Pemeriksaan kemih, nitogen urea kemih dan kreatinin kemih mengukur katabolisme
protein dan tingkat keseimbangan protein dan tingkat keseimbangan nitrogen. Urea,
produk sisa utama dari metabolisme asam amino, dibentuk dari detoksifikasi amonia oleh
hati, bersikulasi di dalam darah (BUN), dan ditranspor ke ginjal untuk dikeluarkan ke
dalam urine. Oleh karena itu, konsentrasi urea dalam darah dan urine secara langsung
merefleksikan asupan dan pemecahana protein diet, kecepatan produksi urea di dalam
hati, dan kecepatan pembuangan urea oleh ginjal.
Tingkat keseimbangan nitrogen ditentukan dengan membandingkan asupan nitrogen
(gram protein) dengan haluaran nitrogen selama periode 24 jam. Keseimbangan nitrogen
yang positif terjadi jika asupan melebihi haluaran nitrogen, keseimbangan nitrogen yang
negatif terjadi jika haluaran melebihi asupan nitrogen. Asupan protein harus dicatat secara
akurat dan fungsi ginjal harus normal untuk memastikan validitas pemeriksaan UUN
(urinary urea nitrogen/nitrogen urea kemih)
Kreatinin kemih merefleksikan massa otot total seseorang karena kreatinin adalah produk
akhir utama dari kreatin yang diproduksi saat energi dilepaskan selama metabolisme otot
rangka. Tingkat pembentukan kreatinin berbanding lurus dengan massa otot total
kreatinin dikeluarkan dari aliran darah oleh ginjal dan diekskresikan ke dalam urine
dengan kecepatan yang hampir sama dengan pembentukannya. Semakin besar massa otot,
semakin besar ekskresi kreatinin.
Diagnosa Keperawatan
Implementasi
Intervensi keperawatan untuk meningkatkan nutrisi optimal bagi klien yang dirawat
di rmah sakit sering kali diberikan dalam bentuk kolaborasi dengan dokter yang menuliskan
program diet dan ahli gizi yang menginformasikan klien mengenai diet khusus. Perawat
menguatkan instruksi ini dan, selain itu, menciptakan sebuah kondisi yang mendorong makan,
memantau selera makan dan asupan makanan klien, memeberikan makanan enteral dan
parenteral, dan berkonsultasi dengan dokter dan ahli gizi mengenai masalah nutrisi yang muncul.
Di lingkungan komunitas, peran perawat sangat bersifat edukasional. Misalnya,
perawat mempromosikan nutrisi optimal di pameran kesehatan, di sekolah, di kelas pranatal, dan
dengan klien yang sehat atau yang sakit dan orang pendukungnya di rumah. Perawat juga
memiliki skrining nutrisi merujuk klien yang berisiko ke sumber-sumber yang tepat,
mengajarkan klien mengenai makanan enteral dan parenteral, dan memberikan konseling nutrisi
sesuai kebutuhan. Konseling nutrisi lebih dari sekedar memberikan informasi sederhana. Perawat
harus membantu klien mengintegrasikan perubahan diet ke gaya hidup mereka dan memberikan
strategi untuk memotivasi mereka mengubah kebiasaan makan mereka.
a. Membantu Dengan Diet Khusus
Perubahan diet klien sering kali dibutuhkan untuk mengatasi suatu proses
penyakit seperti diabetes melitus, untuk mempersiapkan pemeriksaan khusus atau
pembedahan, menambah atau mengurangi berat badan, memulihkan defisit nutrisi, atau
memberikan kesempatan organ beristirahat dan meningkatkan penyembuhan. Diet
dimodifikasi dalam satu atau lebih aspek berikut: tekstur, kilo kalori, zat gizi khusus,
penyedap rasa atau konsistensi.
Variasi dari diet biasa adalah diet ringan, yang dirancang untuk klien pascaopersi dan
klien lain yang tidak siap mendapatkan diet biasa.makanan dalam diet ringan adalah
makanan yang dimasak dengan sederhana dan lemak biasanya dihilangkan, begitu juga
kulit padi dan makanan yang mengandung banyak serat.
Modifikasi konsistensi sementara, diet yang konsistensinya dimodifikasi sering kali
diberikan kepada klien sebelum dan sesudah pembedahan atau untuk meningkatkan
penyembuhan pada klien yang mengalami distres gastrointestinal.
Diet cairan bening, diet ini terbatas pada air, teh, kopi, kaldu jernih, minuman jahe atau
minuman ringan lain yang berkarbonasi, jus saring atau bening, dan gelatin sederhana.
Diet ini memberikan cairan dan karbohidrat (dalam bentuk gula) kepada klien tetapi tidak
memasukan protein, lemak, vitamin, mineral atau kalori yang memadai. Diet tersebut
adalah diet jangka pendek (24-36 jam) yang diberikan kepada klien yang berada dalam
tahap infeksi akut, terutama infeksi pada saluran cerna.
Diet cairan kental, diet cairan kental sering kali dimakan oleh klien yang mengalami
gangguan pencernaan atau yang tidak mampu menoleransi makanan padat atau
semipadat. Diet ini tidak direkomendasikan untuk digunakan dalam jangka panjang
karena rendah zat besi, protein dan kalori. Selain itu, kandungan kolesterolnya tinggi
karena jumlah susu yang ditawarkan.
Diet lunak, diet ini sering kali diberikan untuk klien yang mengalami kesulitan
mengunyah dan menelan. Diet ini merupakan diet rendah sisa (rendah serat) yang
mengandung sangat sedikit makanan yang tidak dimasak, namun pembatasan bervariasi
pada setiap lembaga dan sesuai dengan toleransi individu.
Diet sesuai toleransi, diet sesuai toleransi diprogramkan jika selera makan, kemampuan
untuk makan, dan toleransi klien terhadap makanan tertentu dapat berubah. Misalnya,
pada hari pertama pascaoperasi, seorang klien dapat diberikan diet cairan bening. Apabila
tidak terjadi mual, mutilitas usus normal telah kembali, dan klien merasa ingin makan,
diet dapat ditingkatkan menjadi diet cairan kental, diet ringan atau diet biasa.
b. Menstimulasi Nafsu Makan
Penuruna asupan makanan jangka pendek biasanya tidak menjadi masalah bagi
orang dewasa. Namun, seiring dengan waktu, hal tersebut menyebabkan penurunan berat
badan, penurunan kekuatan dan stamina, dan menimbulkan masalah nutrisi lain.
Menstimulasi nafsu makan seseorang mengharuskan perawat menentukan alasan
hilangnya nafsu makan dan kemudian mengatasi masalah tersebut. Beberapa intervensi
untuk meningkatkan nafsu makan klien dirangkum dalam tabel 2.
c. Membantu Klien Makan
Perawat harus sensitif terhadap perasaan malu, marah, dan kehilangan otonomi
yang dirasakan klien. Kapanpun jika memungkinkan, perawat harus membantu klien
yang tidak mampu untuk makan sendiri dari pada menyuapi klien. Beberapa klien
menjadi tertekan karena mereka memerlukan bantuan dan karena mereka menganggap
diri mereka telah membebani personel keperawatan yang sibuk. Walaupun memberi
makan pasien dapat menghabiskan waktu, perawat harus berupaya untuk tidak terlihat
terburu-buru dan menyampaikan bahwa mereka mempunyai banyak waktu. Duduk di tepi
tempat tidur adalah salah satu cara menyampaikan kesan ini.
TABEL 2 Meningkatkan Nafsu Makan
makan.
Berikan lingkungan rapi dan bersih yang bebas
kali
dilakukan
sudah
dipakai
dapat
memberikan
psikologi.
mengenai
perawat
memberikan
stress
mendiskusikan
keletihan.
Kurangi
misalnya,
dapat
sesuatu
yang
membantu
perasaan
informasi
Kurangnya
tidak
dengan
dengan
dan
bantuan
klien
dan
menghilangkan ketakutan.
Dorong atau berikan higiene oral sebelum
waktu makan ini meningkatkan kemampuan
klien untuk merasakan makanan.
DAFTAR PUSTAKA
Kozier, Barbara dkk. 2010. Fundamental Keperawatan edisi 7 volume 2. Jakarta: buku
kedokteran EGC