Anda di halaman 1dari 21

Presentasi Kasus

ILMU KESEHATAN MATA


SEORANG PRIA 57 TAHUN DENGAN ENDOFTALMITIS

Oleh:
Alia Adelina Dina Soraya

G99121004

Louis Hadiyanto

G99122065

Nilam Hesti Ariyani

G99122083

Nur Alfiani

G99122087

Putri Dini Azika

G99122096

Verawati Sundari

G99121048

Yeny Ristaning Belawati

G99122111

Pembimbing :

dr. Kurnia Rosyida, Sp.M

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN MATA


FAKULTAS KEDOKTERAN UNS/RSUD DR. MOEWARDI
SURAKARTA
2013
STATUS PENDERITA
I.

IDENTITAS
Nama

: Tn Marto Atmojo

Umur

: 57 Tahun

Jenis Kelamin

: Laki-laki

Suku

: Jawa

Kewarganegaraan: Indonesia
Agama

: Islam

Pekerjaan

: Pensiunan

Alamat

: Papahan, Tasikmadu, Karanganyar

Tgl pemeriksaan : 12 Oktober 2013


No. CM

: 01220738

II. ANAMNESIS
A. Keluhan utama:
Pandangan mata kiri terganggu
B. Riwayat Penyakit Sekarang:
Pasien datang dengan keluhan pandangan terganggu pada mata kiri
yang dirasakan sejak tiga hari sebelum masuk rumah sakit. Pandangan
dirasakan seperti melihat rumput berputar-putar. Pandangan kabur
dirasakan terus menerus sepanjang hari selama tiga hari ini. Pasien belum
menggunakan obat apapun untuk mengatasi keluhan pada matanya ini.
Pasien merasa cekot-cekot (+), mata merah (+), pusing (-), mata nrocos

(-), mata blobok (-), mata terasa mengganjal (-), pandangan silau (-).
Pasien juga mengeluh tidak bisa tidur.
Seminggu sebelum masuk rumah sakit, pasien mengeluh pandangan
mata kiri kabur. Kemudian, pasien menjalani operasi katarak pada mata
kiri. Setelah operasi, pasien merasa pandangan mata kiri lebih baik dan
lebih terang untuk melihat. Namun, tiga hari setelah operasi, pasien
merasakan pandangan mata kiri terganggu lagi. Pasien mendapat obat
tetes mata Optixirol yang diteteskan tiap 2 jam setelah operasi katarak.
Selama seminggu ini pasien hanya menggunakan obat tersebut.
C. Riwayat Penyakit Dahulu
1.

Riwayat hipertensi

: (+) tidak terkontrol

2.

Riwayat kencing manis

: disangkal

3.

Riwayat alergi obat dan makanan : disangkal

4.

Riwayat trauma mata

: disangkal

5.

Riwayat kacamata

: disangkal

D. Riwayat Penyakit Keluarga


1.

Riwayat hipertensi

: disangkal

2.

Riwayat kencing manis

: disangkal

3.

Riwayat sakit serupa

: disangkal

D. Kesimpulan Anamnesis

Proses
Lokalisasi
Sebab
Perjalanan
Komplikasi

OD

OS

Peradangan, infeksi
Bola mata
Infeksi pasca bedah
Akut
Penurunan Visus

III. PEMERIKSAAN FISIK


A. Kesan umum
1.

Keadaan umum baik, compos mentis, gizi kesan cukup

B. Pemeriksaan subyektif
OD
A. Visus Sentralis
1. Visus sentralis jauh
a. pinhole
b. koreksi
2. Visus sentralis dekat
B. Visus Perifer
1. Konfrontasi tes
2. Proyeksi sinar
3. Persepsi warna

OS

2/60
+
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan

1/~
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan

Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan

Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan

C. Pemeriksaan Obyektif
1. Sekitar mata
a. tanda radang
b. luka
c. parut
d. kelainan warna
e. kelainan bentuk
2. Supercilia
a. warna
b. tumbuhnya
c. kulit
d. gerakan

OD
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada

OS
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada

Hitam
Normal
Sawo matang
Dalam batas normal

Hitam
Normal
Sawo matang
Dalam batas normal

Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada

Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada

3. Pasangan bola mata dalam orbita

a. heteroforia
b. strabismus
c. pseudostrabismus
d. exophtalmus
e. enophtalmus

4. Ukuran bola mata


a. mikroftalmus
b. makroftalmus
c. ptisis bulbi
d. atrofi bulbi
5. Gerakan bola mata
a. temporal
b. temporal superior
c. temporal inferior
d. nasal
e. nasal superior
f. nasal inferior
6. Kelopak mata
a. pasangannya
1.) edema
2.) hiperemi
3.) blefaroptosis
4.) blefarospasme
b. gerakannya
1.) membuka
2.) menutup
c. rima
1.) lebar
2.) ankiloblefaron
3.) blefarofimosis
d. kulit
1.) tanda radang
2.) warna
3.) epiblepharon
4.) blepharochalasis
e. tepi kelopak mata
1.) enteropion
2.) ekteropion
3.) koloboma
4.) bulu mata
7. sekitar glandula lakrimalis
a. tanda radang
b. benjolan
c. tulang margo tarsalis
8. Sekitar saccus lakrimalis
a. tanda radang
b. benjolan
9. Tekanan intraocular
a. palpasi

Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada

Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada

Tidak terhambat
Tidak terhambat
Tidak terhambat
Tidak terhambat
Tidak terhambat
Tidak terhambat

Tidak terhambat
Tidak terhambat
Tidak terhambat
Tidak terhambat
Tidak terhambat
Tidak terhambat

Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada

Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada

Tidak tertinggal
Tidak tertinggal

Spasme ringan
Spasme ringan

10 mm
Tidak ada
Tidak ada

10 mm
Tidak ada
Tidak ada

Tidak ada
Sawo matang
Tidak ada
Tidak ada

Tidak ada
Sawo matang
Tidak ada
Tidak ada

Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Dalam batas normal

Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Dalam batas normal

Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada kelainan

Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada kelainan

Tidak ada
Tidak ada

Tidak ada
Tidak ada

Kesan normal

Kesan normal

b. tonometri schiotz
10. Konjungtiva
a. konjungtiva palpebra superior
1.) edema
2.) hiperemi
3.) sekret
4.) sikatrik
b. konjungtiva palpebra inferior
1.) edema
2.) hiperemi
3.) sekret
4.) sikatrik
c. konjungtiva fornix
1.) edema
2.) hiperemi
3.) sekret
4.) benjolan
d. konjungtiva bulbi
1.) edema
2.) hiperemis
3.) sekret
4.) injeksi konjungtiva
5.) injeksi siliar
e. caruncula dan plika
semilunaris
1.) edema
2.) hiperemis
3.) sikatrik
11. Sclera
a. warna
b. tanda radang
c. penonjolan
12. Kornea
a. ukuran
b. limbus
c. permukaan
d. sensibilitas
e. keratoskop ( placido )
f. fluorecsin tes
g. arcus senilis
13. Kamera okuli anterior
a. kejernihan
b. kedalaman
14. Iris

Tidak dilakukan

Tidak dilakukan

Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada

Tidak ada
Ada
Tidak ada
Tidak ada

Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada

Tidak ada
Ada
Tidak ada
Tidak ada

Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada

Tidak ada
Ada
Tidak ada
Tidak ada

Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada

Tidak ada
Ada
Tidak ada
Tidak ada
Ada

Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada

Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada

Putih
Tidak ada
Tidak ada

Putih
Tidak ada
Tidak ada

12 mm
Jernih
Rata, mengkilap
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Ada

12 mm
Jernih
Kurang jernih
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Ada

Jernih
Dalam

Flare (+)
Dalam

a. warna
b. bentuk
c. sinekia anterior
d. sinekia posterior
15. Pupil
a. ukuran
b. bentuk
c. letak
d. reaksi cahaya langsung
e. tepi pupil
16. Lensa
a. ada/tidak
b. kejernihan
c. letak
e. shadow test
17. Corpus vitreum
a. Kejernihan
b. Reflek fundus

Cokelat
Tampak lempengan
Tidak tampak
Tidak tampak

Cokelat
Tampak lempengan
Fibrin (++)
Tidak tampak

3 mm
Bulat
Sentral
Positif
Tidak ada kelainan

3 mm
Bulat
Sentral
Positif
Tidak ada kelainan

Ada
Jernih
Sentral
Tidak dilakukan

Pseudofakia
Jernih
Sentral
Tidak dilakukan

Tidak dilakukan
Tidak dilakukan

Keruh
Tidak dilakukan

IV. KESIMPULAN PEMERIKSAAN


A.
Visus sentralis jauh
B.
Visus perifer
Konfrontasi tes
Proyeksi sinar
Persepsi warna
C.
Sekitar mata
D.
Supercilium
E.
Pasangan bola mata
dalam orbita
F.
Ukuran bola mata
G.
Gerakan bola mata
H.
Kelopak mata
I.
Sekitar saccus
lakrimalis
J.
Sekitar glandula
lakrimalis
K.
Tekanan
intarokular
L.
Konjungtiva
palpebra
M.
Konjungtiva bulbi
N.
Konjungtiva fornix
O.
Sklera
P.
Kornea
Q.
Camera okuli
anterior
R.
Iris
S.

Pupil

T.
U.

Lensa
Corpus vitreum

OD
2/60

OS
1/~

Tidak dilakukan

Tidak dilakukan

Baik
Baik
Dalam batas normal
Dalam batas normal
Dalam batas normal

Baik
Baik
Dalam batas normal
Dalam batas normal
Dalam batas normal

Dalam batas normal


Dalam batas normal
Dalam batas normal
Dalam batas normal

Dalam batas normal


Dalam batas normal
Dalam batas normal
Dalam batas normal

Dalam batas normal

Dalam batas normal

Dalam batas normal

Dalam batas normal

Dalam batas normal

Hiperemis

Dalam batas normal


Dalam batas normal
Dalam batas normal
Dalam batas normal
Kesan normal

Hiperemis
Hiperemis
Dalam batas normal
Kurang jernih
Flare (+)

Bulat, warna coklat

Fibrin (++), Bulat, warna


coklat
Diameter 3 mm, bulat,
sentral
Pseudofakia
Keruh

Diameter 3 mm, bulat, sentral


Kesan normal
Tidak dilakukan

V. DIAGNOSIS BANDING
OS Endoftalmitis
OS Uveitis
OS Panoftalmitis
VI. DIAGNOSIS
OS Endoftalmitis post ECC + IOL
VII. TERAPI
1.
2.
3.
4.
5.

Rawat Inap
Infus RL
Ceftriaxon Injeksi/12 jam
Cendo Xytrol /1 jam OS
Cendo Vision/1 jam OS

6. Ciprofloxacin tab 2 x 750 mg


7. Na Diclofenac tab 3 x 50 mg
VIII. PLANNING
1. USG mata untuk memastikan diagnosis.
2. Rawat inap untuk memantau kondisi pasien.
IX. PROGNOSIS
1. Ad vitam
2. Ad fungsionam
3. Ad sanam
4. Ad kosmetikum

OD
Dubia et bonam
Dubia et bonam
Dubia et bonam
Dubia et bonam

OS
Dubia et bonam
Dubia et malam
Dubia et malam
Dubia et malam

10

TINJAUAN PUSTAKA ENDOFTALMITIS


A.

LATAR BELAKANG
Endoftalmitis adalah peradangan dari rongga intraokular (yaitu, humor
aqueous

atau

vitreous)

yang

biasanya

disebabkan

oleh

infeksi.

Endophthalmitis non-infeksi (steril) dapat disebabkan oleh berbagai penyebab


seperti tertahannya material lensa setelah operasi atau dari bahan yang
berbahaya lainnya. Panoftalmitis adalah peradangan dari semua lapisan mata
termasuk struktur intraokular.1

Gambar 1. Endoftalmitis Berat.1


Ada 2 jenis endoftalmitis yaitu endogen dan eksogen. Endoftalmitis
endogen hasil dari penyebaran hematogen organisme jauh dari sumber infeksi
(misalnya, endokarditis). Endoftalmitis eksogen hasil dari inokulasi langsung
sebagai komplikasi operasi mata, benda asing, dan / atau trauma tumpul atau
penetrasi okular.1
B.

ANATOMI
Bola mata dibungkus oleh 3 lapis jaringan, yaitu:2
1. Sklera, yang merupakan jaringan ikat yang kenyal dan memberikan
bentuk pada mata, merupakan bagian terluar yang melindungi bola
mata. Bagian terdepan sklera disebut cornea yang bersifat transparan
yang memudahkan sinar masuk ke dalam bola mata.
2. Jaringan uvea, yang merupakan jaringan vaskular, yang terdiri atas iris,
badan siliar dan koroid. Pada iris didapatkan pupil yang oleh 3 susunan
otot dapat mengatur jumlah sinarmasuk ke dalam bola mata, yaitu otot

11

dapat mengatur jumlah sinar masuk ke dalam bola mata, yaitu otot
dilatatur, sfingter iris dan otot siliar. Badan siliar yang terletak di
belakang iris menghasilkan cairan bilik mata (akuos humor), yang
dikeluarkan melalui trabekulum yang terletak pada pangkal iris di batas
kornea dan sklera.
3. Lapis ketiga bola mata adalah retina yang terletak paling dalam dan
mempunyai susunan lapis sebanyak 10 lapis yang merupakan lapis
membran neurosensoris yang akan merubah sinar menjadi rangsangan
pada saraf optik dan diteruskan ke otak.
Vitreous humour atau badan kaca menempati daerah belakang lensa.
Struktur ini merupakan gel transparan yang terdiri atas air (kurang lebih
99%), sedikit kolagen, dan molekul asam hialuronat yang sangat terhidrasi.
Badan vitreous mengandung sangat sedikit sel yang menyintesis kolagen dan
asam hialuronat. Berfungsi mengisi ruang untuk meneruskan sinar dari lensa.
Kebeningan badan vitreous disebabkan tidak terdapatnya pembuluh darah
dan sel. Pada pemeriksaan tidak terdapatnya kekeruhan badan vitreous akan
memudahkan melihat bagian retina pada pemeriksaan oftamoskopi.2

Gambar 2. Penampang sagital bola mata


C.

DEFINISI

12

Endoftalmitis merupakan peradangan berat dalam bola mata, biasanya


akibat infeksi setelah trauma atau bedah, atau endogen akibat sepsis.
Berbentuk radang supuratif di dalam rongga mata dan struktur di dalamnya.
Peradangan supuratif supuratif di dalam bola mata akan memberikan abses di
dalam badan kaca.2
D.

EPIDEMIOLOGI
Angka kejadian endoftalmitis, setelah operasi terbuka bola mata di
Amerika adalah 5-14% dari semua kasus endoftalmitis. Sedangkan
endoftalmitis yang disebabkan oleh trauma sekitar 10-30%, dan endoftalmitis
yang disebabkan oleh reaksi antibodi terhadap pemasangan lensa yang
dianggap sebagai benda asing oleh tubuh adalah 7-31%. Terdapat hubungan
antara perkembangan endophthalmitis pada operasi katarak dan usia lebih
dari atau sama dengan 85 tahun.1

E.

ETIOLOGI
Penyebab endoftalmitis dapat dibagi menjadi dua, yaitu endoftalmitis
yang disebabkan oleh infeksi dan endoftalmitis yang disebabkan oleh
imunologis atau auto imun (non infeksi). Endoftalmitis yang disebabkan oleh
infeksi dapat bersifat:1
1.
Endogen
Endoftalmitis endogen terjadi akibat penyebaran bakteri, jamur ataupun
parasit dari fokus infeksi di dalam tubuh, yang menyebar secara
hematogen ataupun akibat penyakit sistemik lainnya, misalnya
2.

endocarditis
Eksogen
Endoftalmitis eksogen dapat terjadi akibat trauma tembus atau infeksi
sekunder / komplikasi yang terjadi pada tindakan pembedahan yang
membuka bola mata, reaksi terhadap benda asing dan trauma tembus
bola mata. Bakteri gram positive menyebabkan 56-90% dari seluruh
kasus

endoftalmitis.

Beberapa

kuman

penyebabnya

dalah

staphylococcus epidermidis, staphylococcus aureus, dan spesies

13

streptococcus. Bakteri gram negatif seperti pseudomonas, escherichia


coli dan enterococcus dapat ditemukan dari trauma tembus bola mata.
3.

Endoftalmitis fakoanafilaktik
Merupakan endoftalmitis unilateral ataupun bilateral yang merupakan
reaksi uvea granulomaosa terhadap lensa yang mengalami ruptur.
Endoftalmitis fakoanafilaktik merupakan suatu penyakit autoimun
terhadap jaringan tubuh (lensa) sendiri, akibat jaringan tubuh tidak
mengenali jaringan lensa yang tidak terletak di dalam kapsul. Pada
tubuh terbentuk antibodi terhadap lensa sehingga terjadi reaksi antigen
antibodi yang akan menimbulkan gejala endoftalmitis fakoanafilaktik.
Jamur yang sering mengakibatkan endoftalmitis supuratif adalah

aktinomises, aspergilus, fitomikosis sportrikum dan kokidioides.2


Endoftalmitis merupakan salah satu komplikasi dari bedah katarak.
Endoftalmitis dapat terjadi dalam satu sampai beberapa hari setelah operasi
katarak dan dengan cepat dapat menyebabkan kehilangan mata bila tidak
dikenali dan segera diobati. Sebagian besar kasus paling baik diatasi dengan
melakukan sadap vitreus (vitreous lap) untuk biakan dan uji sensitivitas serta
injeksi antibiotik intravitreal. Beberapa kasus dapat juga diatasi dengan
vitrektomi. Pasien yang terinfeksi organisme yang agresif sering kehilangan
matanya walaupun dilakukan diagnosis dini dan pengobatan yang tepat.
Setiap pasien dengan nyeri, penurunan penglihatan, dan peradangan yang
terus meningkat harus segera dilihat apakah terdapat endoftalmitis.
Endoftalmitis dapat juga berasal dari bleb filtrasi yang bocor, atau sumbersumber endogen, seperti jalur vena sentral atau kateter yang lama dipakai.2
F.

PATOFISIOLOGI
Dalam keadaan normal, barrier darah-mata memberikan ketahanan
alami terhadap organisme yang menyerang. Dalam endoftalmitis endogen,
organisme melalui darah (terlihat pada pasien yang bacteremic dalam situasi
seperti endokarditis) menembus barrier darah-mata baik oleh invasi langsung
(misalnya, emboli septik) atau oleh perubahan dalam endotelium vaskular
yang disebabkan oleh substrat dilepaskan selama infeksi. Penghancuran
14

jaringan intraokular mungkin disebabkan oleh invasi langsung oleh


organisme dan/atau dari mediator inflamasi dari respon kekebalan.
Endoftalmitis mungkin sehalus nodul putih pada kapsul lensa, iris, retina,
atau koroid. Hal ini juga dapat sebagai peradangan pada semua jaringan
okular, mengarah ke keadaan penuh eksudat purulen. Selain itu, peradangan
dapat menyebar ke jaringan lunak sekitar. Setiap prosedur operasi yang
membuka bola mata dapat menyebabkan endoftalmitis eksogen (misalnya,
katarak, glaukoma, retina, keratotomi radial).1
G.

MANIFESTASI KLINIS
Manifestasi klinis endoftalmitis dapat diketahui dari gejala subjektif
dan objektif yang didapatkan dari anamnesa, pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan penunjang.
1.

Subjekif
Secara umum, gejala subjektif dari endoftalmitis adalah:1,2,3
a.
b.
c.
d.
e.
f.

Fotofobia
Nyeri pada bola mata
Penurunan tajam penglihatan
Nyeri kepala
Mata terasa bengkak
Kelopak mata bengkak, merah, kadang sulit untuk dibuka
Adanya riwayat tindakan bedah mata, trauma tembus bola mata

disertai dengan atau tanpa adanya penetrasi benda asing perlu


diperhatikan karena adanya kemungkinan penyebab eksogen. Mengenai
penyebab endogen maka penderita perlu di anamnesis mengenai ada
atau tidaknya riwayat penyakit sistemik yang dideritanya.1
Penyakit yang merupakan predisposisi terjadinya endoftalmitis di
antaranya adalah diabetes melitus, AIDS dan SLE yang dapat
dihubungkan dengan imunitas yang rendah. Sedangkan beberapa
penyakit infeksi yang dapat menyebabkan endoftalmitis endogen akibat
penyebarannya secara hematogen adalah meningitis, endokorditis,
infeksi saluran kemih, infeksi paru-paru dan pielonefritis. Untuk

15

endoftalmitis fakoanafilaktik, dapat ditanyakan tentang adanya riwayat


segala subjektif katarak yang diderita pasien sebelumnya.1
Kelainan fisik yang ditemukan berhubungan dengan struktur bola mata
yang terkena dan derajat infeksi/peradangan. Pemeriksaan yang dilakukan
adalah pemeriksaan luar, slit lamp dan funduskopi kelainan fisik yang dapat
ditemukan dapat berupa:1
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.

Udem Palpebra Superior


Reaksi konjungtiva berupa hiperemis dan kemosis
Injeksi siliar dan injeksi konjungtiva
Udem Kornea
Kornea keruh
keratik presipitat
Bilik mata depan keruh ditemukan Cells and flare
Hipopion
Kekeruhan vitreus
Penurunan refleks fundus dengan gambaran warna yang agak

pucat ataupun hilangsama sekali.


Peradangan yang disebabkan bakteri akan memberikan gambaran klinik
rasa sakit yang sangat, kelopak mata merah dan bengkak, kelopak sukar
dibuka, konjungtiva kemotik dan merah, kornea keruh, bilik mata depan
keruh yang kadang-kadang disertai dengan hipopion. Kekeruhan ataupun
abses di dalam badan kaca, keadaan ini akan memberikan refleks pupil
berwarna

putih

sehingga

gambaran

seperti

retinoblastoma

atau

pseudoretinoblastoma. Bila sudah terlihat hipopion keadaan sudah lanjut


sehingga prognosis lebih buruk.1
Endoftalmitis akibat kuman kurang virulen tidak terlihat seminggu atau
beberapa minggu sesudah trauma atau pembedahan. Demikian pula infeksi
jamur dapat tidak terlihat sesudah beberapa hari atau minggu.1
Endoftalmitis yang disebabkan jamur masa inkubasi lambat kadangkadang sampai 14 hari setelah infeksi dengan gejala mata merah dan sakit. Di
dalam badan kaca ditemukan massa putih abu-abu, hipopion ringan, bentuk
abses satelit di dalam badan kaca, dengan proyeksi sinar yang baik.2
DIAGNOSIS BANDING1

H.
1.

Uveitis

16

Uveitis

menunjukkan

suatu

peradangan

pada

iris

(iritis,

iridosiklitis), corpus siliare (uveitis intermediet, siklitis, uveitis perifer,


atau pars planitis), atau koroid (koroiditis). Namun. dalam praktiknya,
istilah ini turut mencakup peradangan pada retina (retinitis), pembuluhpembuluh retina (vaskulitis retinal), dan nervus opticus intraocular
(papilitis).
Uveitis bisa juga terjadi sekunder akibat radang kornea (keratitis),
radang sclera (skleritis), atau keduanya (sklerokeratitis). Uveitis
biasanya terjadi pada usia 20-50 tahun dan berpengaruh pada 10-20%
kasus kebutaan yang tercatat di negara-negara maju. Uveitis lebih
banyak ditemukan di negara-negara berkembang dibandingkan negaranegara maju karena lebih tinggi prevalensi infeksi yang bisa
mempengaruhi mata, seperti toksoplasmosis dan tuberculosis di negaranegara berkembang.4

Gambar 3. Uveitis
2.

Panoftalmitis
Panoftalmitis merupakan peradangan seluruh bola mata termasuk
sclera dan kapsul Tenon sehingga bola mata merupakan rongga abses.
Infeksi ke dalam bola mata dapat melalui peredarah darah (endogen)
atau perforasi bola mata (eksogen), dan akibat tukak kornea perforasi.
Panoftalmitis akan memberikan gejala kemunduran tajam
penglihatan disertai rasa sakit, mata menonjol, edema kelopak,
konjungtiva kemotik, kornea keruh, bilik mata dengan hipopion dan
refleks putih di dalam fundus dan okuli.2

17

Gambar 4. Panoftalmitis
I.

DIAGNOSIS
1. Anamnesis
Pada anamnnesis didapatkan adanya keluhan pasien seperti mata
merah, rasa sakit yang sangat, kelopak mata merah dan bengkak,
kelopak sukar dibuka, ganguan penglihatan. Selain itu perlu juga
ditanyakan adanya riwayat operasi mata, riwayat trauma pada mata
sebelumnya. serta dapat pula ditanyakan riwayat kebiasaan untuk
menggali hygiene mata pasien.1
2. Pemeriksaaan fisik
Pada pemeriksaan fisik bisa didapatkan kelopak mata merah dan
bengkak, kelopak sukar dibuka, konjungtiva kemotik dan merah, kornea
keruh, bilik mata depan keruh yang kadang-kadang disertai dengan
hipopion. Kekeruhan ataupun abses di dalam badan kaca, keadaan ini
akan memberikan refleks pupil berwarna putih jika penyebab
endoftalmitis adalah bakteri.1
Endoftalmitis yang disebabkan jamur memberikan gambaran
berupa badan kaca ditemukan massa putih abu-abu, hipopion ringan,
bentuk abses satelit di dalam badan kaca, dengan proyeksi sinar yang
baik.1
3. Pemeriksaan penunjang
Bisa dilakukan pemeriksaan mikrobiologi yaitu sampel vitreous
(vitreous tap) diambil untuk diteliti mikroorganisme penyebab dari

18

endoftalmitis. Dari akuos humor bilik mata diperiksa gram dan kultur.
Teknik kultur memerlukan waktu 48 jam-14 hari.1
Selain itu, dapat dilakukan pemeriksaan USG mata untuk
menentukan apakah ada keterlibatan peradangan vitreous. Hal ini juga
penting untuk melihat adanya ablasi retina dan koroid, yang nantinya
penting dalam pengelolaan dan prognosis. Selain itu pemeriksaan ini
dapat ditentukan apakah ada benda asing dalam bolamata, menilai
densitas dari vitreitis yang terjadi dan mengetahui apakah infeksi telah
mencapai retina 1
Pemeriksaan penunjang lainnya dilakukan untuk mengetahui
dengan pasti kuman penyebab endoftalmitis, terutama bila ada penyakit
sistemik yang dapat menimbulkan endoftalmitis, melalui penyebaran
secara hematogen. Pemeriksaan penunjang tersebut dapat berupa:
a. Pemeriksaan darah lengkap, LED, kadar nitrogen, urea darah,
kreatinin.
b. Foto rontgen thoraks
c. USG jantung
d. Bila endogen diperiksa kultur darah dan urine.5
J.

PENATALAKSANAAN
Endoftalmitis diobati dengan antibiotika melalui periokular atau
subkonjungtiva. Antibiotic topical dan sistemik ampisilin 2 gram/hari dan
kloramfenikol 3 gram/hari. Antibiotik yang sesuai untuk kausa bila kuman
adalah stafilokok yaitu basitrasin (topical), metisilin (subkonjungtiva dan IV).
Sedang bila pneumokok, streptokok, dan stafilokok adalah penisilin G
(topikal, subkonjungtiva, dan IV). Batang gram negatif dengan gentamisin,
tobramisin, dan karbesilin (topikal, subkonjungtiva, dan IV).2
Endoftalmitis yang disebabkan jamur bisa diberikan amfoterisin B 150
mikro gram sub konjungtiva.2
Sikloplegik diberikan 3 kali sehari tetes mata. Kortikosteroid dapat
diberikan dengan hati-hati. Apabila pengobatan gagal dilakukan eviserasi.
Enukleasi dilakukan bila mata telah tenang dan ptisis bulbi.2

19

K.

PROGNOSIS
Prognosis dari endoftalmitis sangat buruk terutama bila disebabkan
jamur atau parasit.2

L.

KOMPLIKASI
Komplikasi yang dapat terjadi jika proses peradangan mengenai ketiga
lapisan mata (retina, koroid dan sklera) dan badan kaca maka akan
mengakibatkan panoftalmitis. Panoftalmitis merupakan peradangan pada
seluruh bola mata termasuk sklera dan kapsula tenon.
Berikut ini merupakan perbedaan endoftalmitis dan panoftalmitis:2
Endoftalmitis
Panoftalmitis
Radang
Intraokuler
Intraokuler, intraorbita
Demam
Tidak nyata
Nyata
Sakit Bola Mata
Ada
Berat
Pergerakan Bola Mata
Masih ada
Sakit tidak bergerak
Eksoftalmus
Tidak dapat
Mata menonjol
Bedah
Enukleasi
Eviserasi Bulbi
Selain itu, komplikasi endoftalmitis yang mungkin terjadi adalah:
penurunan visus, kehilangan penglihatan secara permanen, kehilangan
bangunan mata, dan enukleasi.1

20

DAFTAR PUSTAKA

1.

Daniel JE. Endoftalmitis. Dalam: O'Connor RE. Medscape


reference,

drug,

disease,

&

procedures;

2013.

http://emedicine.medscape.com/article/799431-followup#showall

(Diakses

2.

tanggal 16 Oktober 2012).


Ilyas SH. Ilmu Penyakit Mata Edisi Ketiga. Jakarta: Balai Penerbit

3.

FKUI; 2009.
Charles S, Edward WO. Vitreus. Dalam: Riordan-Eva P, Whitcher
JP, editor. Vaughan & Asbury Oftalmologi Umum Edisi 17. Editors: Jakarta:

4.

EGC; 2010. h: 182-183.


Cunningham E T, Shetlar D J. Traktus Uvealis & Sklera. Dalam:
Riordan-Eva P, Whitcher JP, editor. Vaughan & Asbury Oftalmologi Umum

5.

Edisi 17. Editors: Jakarta: EGC; 2010. h: 150.


Ilyas SH. Ikhtisar Ilmu Penyakit Mata. Jakarta: Balai Penerbit
FKUI; 2009.

21

Anda mungkin juga menyukai