Oleh:
Alia Adelina Dina Soraya
G99121004
Louis Hadiyanto
G99122065
G99122083
Nur Alfiani
G99122087
G99122096
Verawati Sundari
G99121048
G99122111
Pembimbing :
IDENTITAS
Nama
: Tn Marto Atmojo
Umur
: 57 Tahun
Jenis Kelamin
: Laki-laki
Suku
: Jawa
Kewarganegaraan: Indonesia
Agama
: Islam
Pekerjaan
: Pensiunan
Alamat
: 01220738
II. ANAMNESIS
A. Keluhan utama:
Pandangan mata kiri terganggu
B. Riwayat Penyakit Sekarang:
Pasien datang dengan keluhan pandangan terganggu pada mata kiri
yang dirasakan sejak tiga hari sebelum masuk rumah sakit. Pandangan
dirasakan seperti melihat rumput berputar-putar. Pandangan kabur
dirasakan terus menerus sepanjang hari selama tiga hari ini. Pasien belum
menggunakan obat apapun untuk mengatasi keluhan pada matanya ini.
Pasien merasa cekot-cekot (+), mata merah (+), pusing (-), mata nrocos
(-), mata blobok (-), mata terasa mengganjal (-), pandangan silau (-).
Pasien juga mengeluh tidak bisa tidur.
Seminggu sebelum masuk rumah sakit, pasien mengeluh pandangan
mata kiri kabur. Kemudian, pasien menjalani operasi katarak pada mata
kiri. Setelah operasi, pasien merasa pandangan mata kiri lebih baik dan
lebih terang untuk melihat. Namun, tiga hari setelah operasi, pasien
merasakan pandangan mata kiri terganggu lagi. Pasien mendapat obat
tetes mata Optixirol yang diteteskan tiap 2 jam setelah operasi katarak.
Selama seminggu ini pasien hanya menggunakan obat tersebut.
C. Riwayat Penyakit Dahulu
1.
Riwayat hipertensi
2.
: disangkal
3.
4.
: disangkal
5.
Riwayat kacamata
: disangkal
Riwayat hipertensi
: disangkal
2.
: disangkal
3.
: disangkal
D. Kesimpulan Anamnesis
Proses
Lokalisasi
Sebab
Perjalanan
Komplikasi
OD
OS
Peradangan, infeksi
Bola mata
Infeksi pasca bedah
Akut
Penurunan Visus
B. Pemeriksaan subyektif
OD
A. Visus Sentralis
1. Visus sentralis jauh
a. pinhole
b. koreksi
2. Visus sentralis dekat
B. Visus Perifer
1. Konfrontasi tes
2. Proyeksi sinar
3. Persepsi warna
OS
2/60
+
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
1/~
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
C. Pemeriksaan Obyektif
1. Sekitar mata
a. tanda radang
b. luka
c. parut
d. kelainan warna
e. kelainan bentuk
2. Supercilia
a. warna
b. tumbuhnya
c. kulit
d. gerakan
OD
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
OS
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Hitam
Normal
Sawo matang
Dalam batas normal
Hitam
Normal
Sawo matang
Dalam batas normal
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
a. heteroforia
b. strabismus
c. pseudostrabismus
d. exophtalmus
e. enophtalmus
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak terhambat
Tidak terhambat
Tidak terhambat
Tidak terhambat
Tidak terhambat
Tidak terhambat
Tidak terhambat
Tidak terhambat
Tidak terhambat
Tidak terhambat
Tidak terhambat
Tidak terhambat
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak tertinggal
Tidak tertinggal
Spasme ringan
Spasme ringan
10 mm
Tidak ada
Tidak ada
10 mm
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Sawo matang
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Sawo matang
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Dalam batas normal
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Dalam batas normal
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada kelainan
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada kelainan
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Kesan normal
Kesan normal
b. tonometri schiotz
10. Konjungtiva
a. konjungtiva palpebra superior
1.) edema
2.) hiperemi
3.) sekret
4.) sikatrik
b. konjungtiva palpebra inferior
1.) edema
2.) hiperemi
3.) sekret
4.) sikatrik
c. konjungtiva fornix
1.) edema
2.) hiperemi
3.) sekret
4.) benjolan
d. konjungtiva bulbi
1.) edema
2.) hiperemis
3.) sekret
4.) injeksi konjungtiva
5.) injeksi siliar
e. caruncula dan plika
semilunaris
1.) edema
2.) hiperemis
3.) sikatrik
11. Sclera
a. warna
b. tanda radang
c. penonjolan
12. Kornea
a. ukuran
b. limbus
c. permukaan
d. sensibilitas
e. keratoskop ( placido )
f. fluorecsin tes
g. arcus senilis
13. Kamera okuli anterior
a. kejernihan
b. kedalaman
14. Iris
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Ada
Tidak ada
Tidak ada
Ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Putih
Tidak ada
Tidak ada
Putih
Tidak ada
Tidak ada
12 mm
Jernih
Rata, mengkilap
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Ada
12 mm
Jernih
Kurang jernih
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Ada
Jernih
Dalam
Flare (+)
Dalam
a. warna
b. bentuk
c. sinekia anterior
d. sinekia posterior
15. Pupil
a. ukuran
b. bentuk
c. letak
d. reaksi cahaya langsung
e. tepi pupil
16. Lensa
a. ada/tidak
b. kejernihan
c. letak
e. shadow test
17. Corpus vitreum
a. Kejernihan
b. Reflek fundus
Cokelat
Tampak lempengan
Tidak tampak
Tidak tampak
Cokelat
Tampak lempengan
Fibrin (++)
Tidak tampak
3 mm
Bulat
Sentral
Positif
Tidak ada kelainan
3 mm
Bulat
Sentral
Positif
Tidak ada kelainan
Ada
Jernih
Sentral
Tidak dilakukan
Pseudofakia
Jernih
Sentral
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Keruh
Tidak dilakukan
Pupil
T.
U.
Lensa
Corpus vitreum
OD
2/60
OS
1/~
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Baik
Baik
Dalam batas normal
Dalam batas normal
Dalam batas normal
Baik
Baik
Dalam batas normal
Dalam batas normal
Dalam batas normal
Hiperemis
Hiperemis
Hiperemis
Dalam batas normal
Kurang jernih
Flare (+)
V. DIAGNOSIS BANDING
OS Endoftalmitis
OS Uveitis
OS Panoftalmitis
VI. DIAGNOSIS
OS Endoftalmitis post ECC + IOL
VII. TERAPI
1.
2.
3.
4.
5.
Rawat Inap
Infus RL
Ceftriaxon Injeksi/12 jam
Cendo Xytrol /1 jam OS
Cendo Vision/1 jam OS
OD
Dubia et bonam
Dubia et bonam
Dubia et bonam
Dubia et bonam
OS
Dubia et bonam
Dubia et malam
Dubia et malam
Dubia et malam
10
LATAR BELAKANG
Endoftalmitis adalah peradangan dari rongga intraokular (yaitu, humor
aqueous
atau
vitreous)
yang
biasanya
disebabkan
oleh
infeksi.
ANATOMI
Bola mata dibungkus oleh 3 lapis jaringan, yaitu:2
1. Sklera, yang merupakan jaringan ikat yang kenyal dan memberikan
bentuk pada mata, merupakan bagian terluar yang melindungi bola
mata. Bagian terdepan sklera disebut cornea yang bersifat transparan
yang memudahkan sinar masuk ke dalam bola mata.
2. Jaringan uvea, yang merupakan jaringan vaskular, yang terdiri atas iris,
badan siliar dan koroid. Pada iris didapatkan pupil yang oleh 3 susunan
otot dapat mengatur jumlah sinarmasuk ke dalam bola mata, yaitu otot
11
dapat mengatur jumlah sinar masuk ke dalam bola mata, yaitu otot
dilatatur, sfingter iris dan otot siliar. Badan siliar yang terletak di
belakang iris menghasilkan cairan bilik mata (akuos humor), yang
dikeluarkan melalui trabekulum yang terletak pada pangkal iris di batas
kornea dan sklera.
3. Lapis ketiga bola mata adalah retina yang terletak paling dalam dan
mempunyai susunan lapis sebanyak 10 lapis yang merupakan lapis
membran neurosensoris yang akan merubah sinar menjadi rangsangan
pada saraf optik dan diteruskan ke otak.
Vitreous humour atau badan kaca menempati daerah belakang lensa.
Struktur ini merupakan gel transparan yang terdiri atas air (kurang lebih
99%), sedikit kolagen, dan molekul asam hialuronat yang sangat terhidrasi.
Badan vitreous mengandung sangat sedikit sel yang menyintesis kolagen dan
asam hialuronat. Berfungsi mengisi ruang untuk meneruskan sinar dari lensa.
Kebeningan badan vitreous disebabkan tidak terdapatnya pembuluh darah
dan sel. Pada pemeriksaan tidak terdapatnya kekeruhan badan vitreous akan
memudahkan melihat bagian retina pada pemeriksaan oftamoskopi.2
DEFINISI
12
EPIDEMIOLOGI
Angka kejadian endoftalmitis, setelah operasi terbuka bola mata di
Amerika adalah 5-14% dari semua kasus endoftalmitis. Sedangkan
endoftalmitis yang disebabkan oleh trauma sekitar 10-30%, dan endoftalmitis
yang disebabkan oleh reaksi antibodi terhadap pemasangan lensa yang
dianggap sebagai benda asing oleh tubuh adalah 7-31%. Terdapat hubungan
antara perkembangan endophthalmitis pada operasi katarak dan usia lebih
dari atau sama dengan 85 tahun.1
E.
ETIOLOGI
Penyebab endoftalmitis dapat dibagi menjadi dua, yaitu endoftalmitis
yang disebabkan oleh infeksi dan endoftalmitis yang disebabkan oleh
imunologis atau auto imun (non infeksi). Endoftalmitis yang disebabkan oleh
infeksi dapat bersifat:1
1.
Endogen
Endoftalmitis endogen terjadi akibat penyebaran bakteri, jamur ataupun
parasit dari fokus infeksi di dalam tubuh, yang menyebar secara
hematogen ataupun akibat penyakit sistemik lainnya, misalnya
2.
endocarditis
Eksogen
Endoftalmitis eksogen dapat terjadi akibat trauma tembus atau infeksi
sekunder / komplikasi yang terjadi pada tindakan pembedahan yang
membuka bola mata, reaksi terhadap benda asing dan trauma tembus
bola mata. Bakteri gram positive menyebabkan 56-90% dari seluruh
kasus
endoftalmitis.
Beberapa
kuman
penyebabnya
dalah
13
Endoftalmitis fakoanafilaktik
Merupakan endoftalmitis unilateral ataupun bilateral yang merupakan
reaksi uvea granulomaosa terhadap lensa yang mengalami ruptur.
Endoftalmitis fakoanafilaktik merupakan suatu penyakit autoimun
terhadap jaringan tubuh (lensa) sendiri, akibat jaringan tubuh tidak
mengenali jaringan lensa yang tidak terletak di dalam kapsul. Pada
tubuh terbentuk antibodi terhadap lensa sehingga terjadi reaksi antigen
antibodi yang akan menimbulkan gejala endoftalmitis fakoanafilaktik.
Jamur yang sering mengakibatkan endoftalmitis supuratif adalah
PATOFISIOLOGI
Dalam keadaan normal, barrier darah-mata memberikan ketahanan
alami terhadap organisme yang menyerang. Dalam endoftalmitis endogen,
organisme melalui darah (terlihat pada pasien yang bacteremic dalam situasi
seperti endokarditis) menembus barrier darah-mata baik oleh invasi langsung
(misalnya, emboli septik) atau oleh perubahan dalam endotelium vaskular
yang disebabkan oleh substrat dilepaskan selama infeksi. Penghancuran
14
MANIFESTASI KLINIS
Manifestasi klinis endoftalmitis dapat diketahui dari gejala subjektif
dan objektif yang didapatkan dari anamnesa, pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan penunjang.
1.
Subjekif
Secara umum, gejala subjektif dari endoftalmitis adalah:1,2,3
a.
b.
c.
d.
e.
f.
Fotofobia
Nyeri pada bola mata
Penurunan tajam penglihatan
Nyeri kepala
Mata terasa bengkak
Kelopak mata bengkak, merah, kadang sulit untuk dibuka
Adanya riwayat tindakan bedah mata, trauma tembus bola mata
15
putih
sehingga
gambaran
seperti
retinoblastoma
atau
H.
1.
Uveitis
16
Uveitis
menunjukkan
suatu
peradangan
pada
iris
(iritis,
Gambar 3. Uveitis
2.
Panoftalmitis
Panoftalmitis merupakan peradangan seluruh bola mata termasuk
sclera dan kapsul Tenon sehingga bola mata merupakan rongga abses.
Infeksi ke dalam bola mata dapat melalui peredarah darah (endogen)
atau perforasi bola mata (eksogen), dan akibat tukak kornea perforasi.
Panoftalmitis akan memberikan gejala kemunduran tajam
penglihatan disertai rasa sakit, mata menonjol, edema kelopak,
konjungtiva kemotik, kornea keruh, bilik mata dengan hipopion dan
refleks putih di dalam fundus dan okuli.2
17
Gambar 4. Panoftalmitis
I.
DIAGNOSIS
1. Anamnesis
Pada anamnnesis didapatkan adanya keluhan pasien seperti mata
merah, rasa sakit yang sangat, kelopak mata merah dan bengkak,
kelopak sukar dibuka, ganguan penglihatan. Selain itu perlu juga
ditanyakan adanya riwayat operasi mata, riwayat trauma pada mata
sebelumnya. serta dapat pula ditanyakan riwayat kebiasaan untuk
menggali hygiene mata pasien.1
2. Pemeriksaaan fisik
Pada pemeriksaan fisik bisa didapatkan kelopak mata merah dan
bengkak, kelopak sukar dibuka, konjungtiva kemotik dan merah, kornea
keruh, bilik mata depan keruh yang kadang-kadang disertai dengan
hipopion. Kekeruhan ataupun abses di dalam badan kaca, keadaan ini
akan memberikan refleks pupil berwarna putih jika penyebab
endoftalmitis adalah bakteri.1
Endoftalmitis yang disebabkan jamur memberikan gambaran
berupa badan kaca ditemukan massa putih abu-abu, hipopion ringan,
bentuk abses satelit di dalam badan kaca, dengan proyeksi sinar yang
baik.1
3. Pemeriksaan penunjang
Bisa dilakukan pemeriksaan mikrobiologi yaitu sampel vitreous
(vitreous tap) diambil untuk diteliti mikroorganisme penyebab dari
18
endoftalmitis. Dari akuos humor bilik mata diperiksa gram dan kultur.
Teknik kultur memerlukan waktu 48 jam-14 hari.1
Selain itu, dapat dilakukan pemeriksaan USG mata untuk
menentukan apakah ada keterlibatan peradangan vitreous. Hal ini juga
penting untuk melihat adanya ablasi retina dan koroid, yang nantinya
penting dalam pengelolaan dan prognosis. Selain itu pemeriksaan ini
dapat ditentukan apakah ada benda asing dalam bolamata, menilai
densitas dari vitreitis yang terjadi dan mengetahui apakah infeksi telah
mencapai retina 1
Pemeriksaan penunjang lainnya dilakukan untuk mengetahui
dengan pasti kuman penyebab endoftalmitis, terutama bila ada penyakit
sistemik yang dapat menimbulkan endoftalmitis, melalui penyebaran
secara hematogen. Pemeriksaan penunjang tersebut dapat berupa:
a. Pemeriksaan darah lengkap, LED, kadar nitrogen, urea darah,
kreatinin.
b. Foto rontgen thoraks
c. USG jantung
d. Bila endogen diperiksa kultur darah dan urine.5
J.
PENATALAKSANAAN
Endoftalmitis diobati dengan antibiotika melalui periokular atau
subkonjungtiva. Antibiotic topical dan sistemik ampisilin 2 gram/hari dan
kloramfenikol 3 gram/hari. Antibiotik yang sesuai untuk kausa bila kuman
adalah stafilokok yaitu basitrasin (topical), metisilin (subkonjungtiva dan IV).
Sedang bila pneumokok, streptokok, dan stafilokok adalah penisilin G
(topikal, subkonjungtiva, dan IV). Batang gram negatif dengan gentamisin,
tobramisin, dan karbesilin (topikal, subkonjungtiva, dan IV).2
Endoftalmitis yang disebabkan jamur bisa diberikan amfoterisin B 150
mikro gram sub konjungtiva.2
Sikloplegik diberikan 3 kali sehari tetes mata. Kortikosteroid dapat
diberikan dengan hati-hati. Apabila pengobatan gagal dilakukan eviserasi.
Enukleasi dilakukan bila mata telah tenang dan ptisis bulbi.2
19
K.
PROGNOSIS
Prognosis dari endoftalmitis sangat buruk terutama bila disebabkan
jamur atau parasit.2
L.
KOMPLIKASI
Komplikasi yang dapat terjadi jika proses peradangan mengenai ketiga
lapisan mata (retina, koroid dan sklera) dan badan kaca maka akan
mengakibatkan panoftalmitis. Panoftalmitis merupakan peradangan pada
seluruh bola mata termasuk sklera dan kapsula tenon.
Berikut ini merupakan perbedaan endoftalmitis dan panoftalmitis:2
Endoftalmitis
Panoftalmitis
Radang
Intraokuler
Intraokuler, intraorbita
Demam
Tidak nyata
Nyata
Sakit Bola Mata
Ada
Berat
Pergerakan Bola Mata
Masih ada
Sakit tidak bergerak
Eksoftalmus
Tidak dapat
Mata menonjol
Bedah
Enukleasi
Eviserasi Bulbi
Selain itu, komplikasi endoftalmitis yang mungkin terjadi adalah:
penurunan visus, kehilangan penglihatan secara permanen, kehilangan
bangunan mata, dan enukleasi.1
20
DAFTAR PUSTAKA
1.
drug,
disease,
&
procedures;
2013.
http://emedicine.medscape.com/article/799431-followup#showall
(Diakses
2.
3.
FKUI; 2009.
Charles S, Edward WO. Vitreus. Dalam: Riordan-Eva P, Whitcher
JP, editor. Vaughan & Asbury Oftalmologi Umum Edisi 17. Editors: Jakarta:
4.
5.
21