Anda di halaman 1dari 14

BAB I

DATA PENGAMATAN

Tabel 1.1 Data pengamatan untuk volume sebelum dan sesudah di proses dengan
rasio 1 : 2
Katalis
Volume
Volume
Berat
Berat
NaOH
0,872 gr

Minyak
100 ml

Etanol
38,51 ml

Biodiesel
77.40 gram

Gliserol
(-) gram

Tabel 1.2 Data pengamatan untuk volume sebelum dan sesudah di proses dengan
rasio 1 : 4
Katalis
Volume
Volume
Berat
Berat
NaOH
0,872 gr

Minyak
100 ml

Etanol
77 ml

Biodiesel
71,74 gram

Gliserol
45.76 gram

Tabel 1.3 Data pengamatan untuk volume sebelum dan sesudah di proses dengan
rasio 1 : 6
Katalis
Volume
Volume
Berat
Berat
NaOH
0,872 gr

Minyak
100 ml

Etanol
115,5 ml

Biodiesel
64,61 gram

Gliserol
59,04 gram

BAB II
HASIL DAN PEMBAHASAN

2.1 Hasil Pengolahan Data


Tabel 2.1 Data yield, viskositas, dan densitas biodiesel pada rasio 1 : 2 dengan
katalis NaOH 1 %
Katalis
Yield biodiesel
Biodiesel
Biodiesel
5,130 cP
NaOH
88,76 %
0,86 gr/mL
Tabel 2.2 Data yield, viskositas, dan densitas biodiesel pada rasio 1 : 4 dengan
katilis NaOH 1 %
Katalis
Yield biodiesel
Biodiesel
Biodiesel
5,507 cP
NaOH
82,2 %
0,844 gr/mL

Tabel 2.3 Data yield, viskositas, dan densitas biodiesel pada rasio 1 : 6 dengan
katalis NaOH 1 %
Katalis
Yield biodiesel
Biodiesel
Biodiesel
6,,201
cP
NaOH
74,06 %
0,907 gr/mL
cP

2.2 Pembahasan
Biodiesel merupakan bahan bakar non toxic (tidak beracun), dapat terurai
secara biologis, lebih stabil secara kimia dan berkurang beresiko dari pada bahan
bakar diesel. Biodiesel adalah nama bahan bakar yang merupakan senyawa mono
alkil ester (metil atau etil) yang mempunyai rantai asam lemak yang panjang, yang di
peroleh melalui reaksi transterifikasi dari minyak nabati. Hampir semua minyak
nabati menghasilkan biodiesel setelah proses transterifikasi. Biodiesel ini dapat
digunakan pada semua mesin diesel tanpa memerlukan perubahan mesin, sehingga
menjadi salah satu pengganti bahan bakar diesel (Anonimous, 2005).
Biodiesel mempunyai banyak keutungan antara lain:
a. Emisi yang dihasilkan dari bahan bakar biodiesel ini rendah bila

dibandingkan

dengan emisi hasil pembakaran diesel konvensional.


b. Biodiesel ini mudah terurai di dalam oleh mikroorganisme
c. Mengurangi ketergantungan pada minyak bumi.
d. Biodiesel tingkat keracunannya rendah
e. Biodiesel aman dalam proses penyimpanan, karena mempunyai flash point yang
tinggi (Pelletier, 1999).
Biodiesel ini dapat langsung digunakan pada mesin diesel tanpa memerlukan
modifikasi mesin, karena biodiesel ini mempunyai sifat fisik dan kimia yang hampir
sama dengan bahan bakar diesel konvensional. Untuk melihat perbandingan antara
biodiesel dan bahan bakar diesel konvensional dapat dilihat pada tabel 2.4.
Biodiesel atau alkil ester (ternama metil ester) dapat diolah lebih lanjut
menjadi berbagai produk oleokimia yang biasanya dibuat dari asam lemak nabati.
Apabila harga jual biodiesel kurang menarik, pengolahan lebih lanjut biodiesel
menjadi produk-produk oleokimia merupakan salah satu alternatif pemanfaatan
biodiesel.

Tabel 2.4 Perbandingan antara biodiesel dan bahan bakar diesel


Sifat-sifat Bahan Bakar
Diesel
Biodiesel
Standar analisa bahan bakar
ASTM D975
ASTM PS 121
Komposisi bahan bakar
C10-C21 HC
C12-C22 FAME
Lower Heating Value, BTU/gal
131,295
117,093
0

Viskositas Kinematik, pada 40 C


0

Spesific gravity, kg/l pada 60 D


0

Densitas, lb/gal pada 15 C


Kandungan air, ppm
Kandungan karbon, % berat
Kandungan hydrogen, % berat
Kandungan oksigen, % berat
Kandungan sulfur, % berat
0

Titik didih,

C
0

Flash point,

C
0

Cloud point,

C
0

Pour point, C
Bilangan setan
Perbandingan stoikiometri udara

1,3-4,1

1,9-6

0,85

0,88

7,079

7,328

161
87
13
0
0,05 maksimum

0,05% maksimum
77
12
11
0,0-0,0024

188-343

182-338

-15 sampai 5

100-170

-35 sampai -15

-3 sampai 12

40-55

-15 sampai 10

15

48-65

terhadap bahan bakar, berat/berat


(Sumber: Tyson, 2001).

13,8

Proses produksi oleokimia dari metil ester ternyataa lebih menguntungkan


karena bahan baku ini tidak bersifat korosif (seperti halnya asam lemak nabati), lebih
tahan terhadap oksidasi dan tidak mudah berubah warna. Lion Corportion di Jepang
telah menggunakan metil ester sebagai bahan baku untuk produksi metil ester
sulfonate (MES, bahan baku deterjen) dengan total kapasitas sebesar 150.000
ton/tahun sejak tahun 1991. Di Indonesia, produksi oleokimia dari metil ester juga
sudah ada yaitu oleh PT.Batamas Mega dengan kapasitas sekitar 60.000 ton/tahun
dengan produk utama fatty alkohol (Darnoko, 2001).

2.2.1 Syarat Mutu Biodiesel


Pemanfaatan biodiesel diarahkan untuk bisa memberikan kontribusi yang
signifikan terhadap energi mix nasional terutama sebagai bahan bakar substitusi
untuk motor diesel. Standar ini disusun bertujuan untuk melindungi konsumen dari
segi mutu dan disamping itu juga melindungi produsen dan mendukung
perkembangan industri biodiesel.
Konsep awal standar ini disiapkan oleh Forum Biodiesel Indonesia yang
diajukan

ke

Ditjen

Listrik

dan

Pemanfaatan

Energi

yang

kemudian

menindaklanjutinya dengan membentuk Kelompok Kerja Panitia Teknis Perumus


Rancangan Standar Nasional Indonesia Bidang Biodiesel melalui Keputusan Ketua
Ex Officio Panitia Teknik Energi Baru dan Terbarukan No. 01/KK-Pantek/IV/2005.
Standar Syarat Mutu Biodiesel disusun dengan memperhatikan standar sejenis yang
sudah berlaku di luar negeri seperti ASTM D6751 di Amerika Serikat dan EN
14214:2002 (E) untuk negara Uni Eropa di mana di wilayah-wilayah tersebut
pemakaian biodiesel sudah meluas dan mencapai tahap komersialisasi. Pertimbangan
lainnya adalah ketersediaan bahan baku biodiesel di tanah air.
Tabel 2.5 Syarat mutu biodiesel
No.
1
2
3
4
5
6

Parameter

Massa jenis pada 40 C


Viskositas kinematik pd 40 C
Angka setana
Titik nyala (mangkok tertutup)
Titik kabut
Korosi lempeng tembaga (3 jam pada 50
C)
7 Residu karbon
- dalam contoh asli
- dalam 10 % ampas distilasi
8 Air dan sedimen
9 Temperatur distilasi 90 %

Satuan

Nilai

kg/m3
mm2/s (cSt)

850 890
2,3 6,0
min. 51
min. 100
maks. 18

C
C

maks. no 3
%-massa
%-vol.
C

maks 0,05
(maks. 0,3)
maks. 0,05*
maks. 360

10
11
12
13
14
15
16
17

Abu tersulfatkan
Belerang
Fosfor
Angka asam
Gliserol bebas
Gliserol total
Kadar ester alkil
Angka iodium

%-massa
ppm-m (mg/kg)
ppm-m (mg/kg)
mg-KOH/g
%-massa
%-massa
%-massa
%-massa
(g-I2/100 g)

18 Uji Halphen
(Sumber: RSNI, 2005)

maks.0,02
maks. 100
maks. 10
maks.0,8
maks. 0,02
maks. 0,24
min. 96,5
maks. 115
Negatif

Istilah dan Definisi:

Biodiesel adalah ester alkil (metil, etil, isopropil, dan sejenisnya) dari asam-

asam lemak.
Angka asam

menetralkan asam-asam bebas di dalam satu (1) gram contoh biodiesel.


Gliserol bebas yang terdapat dalam sampel.
Gliserol terikat dalam bentuk mono, di, dan trigliserida di dalam sampel.
Giserol total, jumlah gliserol bebas dan terikat di dalam sampel
Angka penyabunan adalah banyak miligram KOH yang dibutuhkan untuk

menyabunkan satu (1) gram contoh biodiesel.


Angka iodium adalah ukuran empirik banyaknya ikatan rangkap (dua) di

adalah banyak miligram KOH yang dibutuhkan untuk

dalam (asam-asam lemak penyusun) biodiesel dan dinyatakan dalam


sentigram iodium yang diabsorpsi per gram contoh biodiesel (%-massa
iodium terabsorpsi). Satu mol iodium terabsorpsi setara dengan satu mol

ikatan rangkap (dua).


Uji Halphen, pengujian untuk mengetahui asam lemak dengan gugus
sikloprophenoid di dalam biodiesel (RSNI, 2005).

Adapun katalis yang digunakan pada percobaan ini adalah katalis basa
(NaOH), karena reaksi dengan menggunakan katalis basa lebih cepat dibandingkan
dengan

katalis asam

yaitu membutuhkan waktu reaksi 30 menit, tetapi pada

percobaan ini waktu yang digunakan adalah lebih dari 30 menit. Ini bertujuan untuk

memperoleh hasil yang lebih efisien. Proses dengan katalis basa lebih sering
digunakan dengan pertimbangan proses dapat berlangsung pada suhu yang lebih
rendah dan waktu reaksi yang lebih cepat serta sedikit korosi jika dibandingkan
dengan proses katalis asam, kemudian sifat lain yang dimiliki NaOH adalah bersifat
reaktif.
Pada proses transesterifikasi ini menggunakan pelarut etanol karena mampu
mengurangi viskositas minyak dengan memutuskan molekulnya yaitu memindahkan
molekul gliserin dan ikatan tiap-tiap ester dengan molekul suatu alkohol.
Adapun rasio minyak nabati dan etanol ada tiga yaitu 1 : 2, 1 : 4, dan 1 : 6
persatuan berat. Proses ini diaduk dalam reaktor (labu leher tiga). Labu leher tiga
dilengkapi dengan kondenser yang berfungsi untuk menghindari penguapan etanol,
termometer yang berfungsi untuk mengetahui ataupun memastikan bahwa suhu tidak
berubah atau konstan, motor pengaduk listrik yang berfungsi untuk mengaduk
campuran secara kontinyu, pemanas yang berfungsi sebagai penghantar panas selama
proses berlangsung.
Produk ester diperkirakan masih mengandung sedikit etanol sehingga perlu
dilakukan proses pencucian. Pencucian dilakukan dengan menggunakan air hangat
(500C) yang bertujuan untuk menghilangkan sisa-sisa etanol dan pengotor-pengotor
lainnya yang mungkin dihasilkan selama proses transesterifikasi.

2.2.2 Hubungan rasio dengan yield biodiesel


Hubungan rasio dengan yield biodiesel adalah semakin banyak etanol yang
digunakan maka bias mempengaruhi tinggi rendahnya yield biodiesel yang diperoleh .
Hal ini disebabkan oleh etanol yang mampu mengurangi viskositas minyak dengan
memutuskan molekulnya, yaitu memindahkan molekul gliserin dan ikatan tiap-tiap
ester dengan molekul suatu alkohol. Untuk biodiesel hasil yang kami praktikum

dengan banyaknya jumlah etanol yang digunakan maka diperoleh hasil biodiesel yang
semakin rendah tiap semakin tinggi variasi rasio.
2.2.3

Pengaruh Densitas dengan Viskositas kinematik Biodiesel


Hubungan densitas dengan viskositas kinematik biodiesel adalah tinggi

rendahnya densitas larutan maka mempengaruhi viskositas kinematik larutan itu


sendiri. Hal ini dapat dilihat dari hasil praktikum pembuatan biodiesel yang kami
lakukan dengan perbandingan rasio 1:2 yang viskositasnya lebih rendah ( 5,130 cP
) dari pada rasio perbandingan 1:4 dan 1:6 yang viskositasnya masing-masing sebesar
(5,507 cP dan 6,201 cP). Ini disebabkan densitas dari pada biodiesel semakin tinggi
tiap variasi rasio semakin besar dimana densitas biodiesel berbanding lurus dengan
viskositas. Hal ini sesuai dengan persamaan berikut ini:
t
=
x
Persamaan 2.23
t 0 0 0

2.2.4 Karakteristik Biodiesel


Berdasarkan hasil praktikum maka diperoleh biodiesel dengan viskositas
5.130 cp dan densitas 0,860 gr/ml pada persen berat 1 : 2, biodiesel dengan viskositas
5,507 cp dan densitas 0,844 gr/ml pada persen berat 1 : 4, dan biodiesel dengan
viskositas 6,201 cp dan densitas 0,907 gr/ml pada persen berat 1 : 6.

LAMPIRAN I
PERHITUNGAN

1. Perbandingan perhitungan rasio minyak nabati dan etanol 1 : 2 dengan katalis


NaOH 1 %.
- Perhitungan jumlah volume etanol yang dimasukkan ke dalam labu leher
tiga :
Massa minyak nabati
1
:
263

= Massa etanol
= 2 : 46

Massa perbandinganminyak nabati Berat minyak nabati


=
Massa perbandingan etanol
Berat etanol
263 87.2
=
92
x
x = 30,05 gr
V etanol =

metanol
etanol

30,05 gr
0,792 gr /ml

= 38,51 ml
-

Perhitungan densitas biodiesel


21,1 gr
biodiesel=
25 ml

0,86 gr /ml
-

Perhitungan viskositas biodiesel


t 1 =2,91 s
t 2 =2,94 s
=

t
x
t 0 0 0

gr
)
ml

x 1,3 cP
gr
( 0,73 s )( 0,872 )
ml

( 2,925 s ) (0,86

5,13 cP

Perhitungan yield biodiesel


Berat biodiesel
= 77,40 gram
berat biodiesel
x100%
berat minyak sawit
Yield
=
77,4 0 gram
87,2 gram
=
x 100%
= 88,76 %
Perhitungan densitas gliserin

gliserin =
gr /ml

Perhitungan viskositas gliserin

t 1 = s
s
t 2 =
=

t
x
t 0 0 0

2. Perbandingan perhitungan rasio minyak nabati dan etanol 1 : 4 dengan katalis


NaOH 1 %.
Minyak jelantah = 100 ml
Berat molekul minyak jelantah = 263 gr/mol
Minyak nabati = 0,872 gr/ml
Etanol = 0,792 gr/ml

Berat molekul etanol = 46 gr/mol


-

Perhitungan jumlah volume etanol yang dimasukkan ke dalam labu leher


tiga :
Massa minyak nabati
1
:
263

= Massa etanol
= 4 : 46

Massa perbandinganminyak nabati Berat minyak nabati


=
Massa perbandingan etanol
Berat etanol
263 87.2
=
184
x
x = 61 gram
V etanol =

metanol
etanol

61 gr
0,792 gr /ml

= 77 ml
-

Perhitungan densitas biodiesel


21,5 gr
biodiesel =
25 ml

0,844 gr /ml
-

Perhitungan viskositas biodiesel


t 1 =3,21 s
t 2 =3,18 s

Viskositas ethanol (

= 1,3 cP

(dari lampiran sepuluh McCabe)

t
x
t 0 0 0

gr
)
ml

x 1,3 cP
gr
( 0,73 s )( 0,872 )
ml

( 3,195 s ) (0,844

5,507 cP

Perhitungan yield biodiesel


Berat biodiesel
= 71,74 gram
berat biodiesel
x100%
berat minyak sawit
Yield
=
71,74 gram
8 7.2 gram
=
x 100%
= 82,2 %
Perhitungan densitas gliserin
22 gr
gliserin =
25 ml
0,88 gr /ml

Perhitungan viskositas gliserin


t 1 =3,05 s
t 2 =2,98 s
=

t
x
t 0 0 0

gr
)
ml

x 1,3 cP
gr
( 0,73 s ) ( 0,872 )
ml

( 3,015 s ) (0,88

5,41 cP

3. Perbandingan perhitungan rasio minyak nabati dan etanol 1 : 6 dengan katalis


NaOH 1 %.
- Perhitungan jumlah volume etanol yang dimasukkan ke dalam labu leher
tiga :
Massa minyak nabati
1
:
263

= Massa etanol
= 6 : 46

Massa perbandinganminyak nabati Berat minyak nabati


=
Massa perbandingan etanol
Berat etanol
263 87,2
=
276
x
x = 91,51 gr
V etanol =

metanol
etanol

91,51 gr
0,792 gr /ml

= 115,50 ml
-

Perhitungan densitas biodiesel


22,1 gr
biodiesel=
25 ml

0,884 gr /ml

Perhitungan viskositas biodiesel


t 1 =3,46 s
t 2 =3,41 s

t
x
t 0 0 0

gr
)
ml

x 1,3 cP
gr
( 0,73 s )( 0,872 )
ml

( 3,435 s ) (0,884

6,,201 cP

Perhitungan yield biodiesel


Berat biodiesel
= 64,61 gram
berat biodiesel
x100%
berat minyak sawit
Yield
=
64,61 gram
87,2 gram
=
x 100%
= 74,06 %
Perhitungan densitas gliserin
22.62 gr
gliserin =
25 ml
0,907 gr /ml

Perhitungan viskositas gliserin


t 1 =3,93 s
t 2 =3,91 s
=

t
x
t 0 0 0

gr
)
ml

x 1,3 cP
gr
( 0,73 s ) ( 0,872 )
ml

( 3,92 s ) (0,907

7,26 cP

Anda mungkin juga menyukai