Anda di halaman 1dari 4

A.

Batasan ruang lingkup :

Kemiskinan merupakan masalah kompleks yang dipengaruhi oleh berbagai faktor


yang saling berkaitan, antara lain: tingkat pendapatan, kesehatan, pendidikan, akses terhadap
barang dan jasa, lokasi, geografis, gender, dan kondisi lingkungan. Mengacu pada strategi
nasional penanggulangan kemiskinan definisi kemiskinan adalah kondisi di mana seseorang
atau sekelompok orang, laki-laki dan perempuan, tidak terpenuhi hak-hak dasarnya untuk
mempertahankan dan mengembangkan kehidupan yang bermartabat. Definisi ini beranjak
dari pendekatan berbasis hak yang mengakui bahwa masyarakat miskin mempunyai hak-hak
dasar yang sama dengan anggota masyarakat lainnya. Hak-hak dasar yang diakui secara
umum meliputi terpenuhinya kebutuhan pangan, kesehatan, pendidikan, pekerjaan,
perumahan, air bersih, pertanahan, sumberdaya alam, dan lingkungan hidup, rasa aman dari
perlakukan atau ancaman tindak kekerasan dan hak untuk berpartisipasi dalam kehidupan
sosial-politik, baik bagi perempuan maupun laki-laki.
Indikator kemiskinan menurut Bappenas (2006) adalah terbatasnya kecukupan dan
mutu pangan, terbatasnya akses dan rendahnya mutu layanan kesehatan, terbatasnya akses
dan rendahnya mutu layanan pendidikan, terbatasnya kesempatan kerja dan berusaha,
terbatasnya akses layanan perumahan dan sanitasi, terbatasnya akses terhadap air bersih,
lemahnya kepastian kepemilikan dan penguasaan tanah, memburuknya kondisi lingkungan
hidup dan sumberdaya alam, lemahnya jaminan rasa aman, lemahnya partisipasi, dan
besarnya beban kependudukan yang disebabkan oleh besarnya tanggungan keluarga.
Berdasarkan berbagai definisi tersebut di atas, maka indikator utama kemiskinan adalah (1)
terbatasnya kecukupan dan mutu pangan; (2) terbatasnya akses dan rendahnya mutu layanan
kesehatan; (3) terbatasnya akses dan rendahnya mutu layanan pendidikan; (4) terbatasnya
kesempatan kerja dan berusaha; (5) lemahnya perlindungan terhadap aset usaha dan
perbedaan upah; (6) terbatasnya akses layanan perumahan dan sanitasi; (7) terbatasnya akses
terhadap air bersih; (8) lemahnya kepastian kepemilikan dan penguasaan tanah; (9)
memburuknya kondisi lingkungan hidup dan sumberdaya alam, serta terbatasnya akses
masyarakat terhadap sumber daya alam; (10) lemahnya jaminan rasa aman; (11) lemahnya
partisipasi; (12) besarnya beban kependudukan yang disebabkan oleh besarnya tanggungan
keluarga; (13) tata kelola pemerintahan yang buruk yang menyebabkan inefisiensi dan
inefektivitas dalam pelayanan publik, meluasnya korupsi, dan rendahnya jaminan sosial
terhadap masyarakat. Dari uraian diatas ruang lingkup kemiskinan dapat diperjelas pada
gambar 1 dibawah ini :
Desa Inovasi merupakan desa yang mampu memanfaatkan sumberdaya desa dengan
cara yang baru berdasarkan Iptek serta kearifan lokal untuk kesejahteraan masyarakat,
kemajuan desa dan peningkatan taraf hidup masyarakat dengan melibatkan segenap unsur
desa. Mengingat kondisi masyarakat Aceh saat ini menduduki posisi 6 termiskin di Indonesia,
mengembangkan desa inovasi nilam menjadi sasaran utama untuk meningkatkan taraf hidup
masyarakat. Minyak Nilam dipilih sebagai pegembangan desa inovasi dikarenakan minyak
nilam menjadi salah satu komoditi khas Aceh yang banyak digunakan untuk bahan dasar
minyak wangi. Semakin berkembangnya jaman diiringi dengan perkembangan teknologi,
penggunaan minyak nilam semakin beragam. Tidak hanya untuk bahan dasar minyak wangi
atau parfum serta produk kosmetik lainnya, minyak nilam juga banyak digunakan dalam
produk rumah tangga seperti deterjen, pewangi ruangan, bahan anti septik, anti jamur, anti
jerawat, obat eksim, kulit pecah-pecah, ketombe, dan untuk mengurangi peradangan.
Disamping itu, minyak nilam juga digunakan untuk membantu mengurangi kegelisahan dan
depresi atau membantu penderita insomnia (gangguan susah tidur). Mulai era delapan
puluhan minyak nilam sering dipakai untuk bahan aroma terapi. Indonesia merupakan
pemasok 80 - 90% minyak nilam dunia. Sejak dekade tujuh puluhan Provinsi Aceh
memberikan kontribusi sekitar 70% dari kapasitas ekspor minyak nilam tersebut.

B. Waktu : 6 Bulan
C. Biaya untuk proyek : 2,06 M
D. Sponsor proyek : Direktorat Jendral Perkebunan
E. Manajer proyek : Ammar Viko Wichaksono
F. Business case :
1. Latar Belakang
-
2. Tujuan Bisnis
-
3. Keadaan Sekarang dan Permasalahan
- Masyarakat Kurang pemahaman
- Sulit di ajak kerja sama
- Ketersediaan lahan yang tidak strategis
- Keterbatasan Dana
4. Analisis Alternatif dan Rekomendasi
- Melibatkatkan para sponsor
- Mencari dana dari pemerintah
- Melakukan pendekatan dengan masyarakat
- Menghibahkan lahan pemerintah kepada masyarakat
5. Kebutuhan Proyek
- Bibit nilam
- Reaktor penghasil minyak nilam
- Lahan
- Ketersediaan air
- SDA
6. Estimasi Anggaran dan Analisa Finansial
Analisis Ekonomi Usaha Penyulingan Nilam
Alternatif bahan bakar yang digunakan
Panas dari Kapasitas Kebutuhan Konsumsi Konsumsi Harga
air yang steam Durasi Efisiensi energi per bahan bahan bahan Harga
Nilai kalori menguap boiler (kg / proses boiler batch bakar per bakar per bakar bahan
No. Biomass (kkal / kg) (kkal / kg) jam) (jam) (%) (kkal) batch (kg) batch (L) (unit) bakar (IDR)
1 Gas (LPG) 14,000 680 500 5 90% 1,888,889 135 10,000 1,349,206
2 Briket batubara 5,500 680 500 8 75% 3,626,667 659 650 428,606
3 Petrol 9,000 680 500 6 85% 2,400,000 267 333.3 3,000 800,000
4 Kayu 2,000 680 500 8 60% 4,533,333 2,267 3 120,000 360,000
Cangkang
5
kelapa sawit 6,200 680 500 8 75% 3,626,667 585 565 330,495
Analisis Finansial Budidaya Nilam Unggul

Rincian Dana :
1. Penelitian Reaktor Penyulingan Inovasi, Rp. 250 Jt, Unsyiah, 2017
2. Klaster Inovasi Industri Nilam Aceh, Rp. 320 Jt, Dirjen Penguatan Inovasi,
Kemenristekdikti, 2017
3. Inovasi Peningkatan Kualitas Minyak Nilam Aceh dan pengembangan Produk
Turunannya, Rp. 600 Jt, Dirjen Penguatan Inovasi, Kemenristekdikti, 2017
4. Perusahaan Pemula Berbasis Teknologi (PPBT) untuk Minyak Nilam, Rp. 360 Jt,
Dirjen Penguatan Inovasi , Kemeristekdikti. 2017
5. Inkubator Bisnis berbasis Teknologi, Gayun Essential, Rp. 360 Jt,
Kemenristekdikti, 2017
6. Inovasi Ketel Uap Hemat Energi Untuk Penyulingan Atsiri, Rp. 150 Jt,
Kemenristekdikti
Total : 2,06 M
7. Estimasi jadwal
-21 Bulan
8. Resiko
- Kegagalan Panen
- Faktor Kontingensi Alam
G. Proses dari pengelolaan proyek dengan manajer proyek :-

H. Ekspektasi dari pengelolaan proyek dengan manajer proyek : -

Anda mungkin juga menyukai