Anda di halaman 1dari 5

Tanamkan Nilai Antikorupsi, KPK Luncurkan Permainan

Digital
http://kanal.kpk.go.id/content/article-content/tanamkannilai-antikorupsi-kpk-luncurkan-permainan-digital/
Jakarta, 15 April 2016. Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) terus melakukan inovasi dalam
menyampaikan nilai antikorupsi kepada masyarakat. Salah satunya dengan meluncurkan permainan
Sahabat Pemberani: Permainan Kejujuran sebagai salah satu sarana edukasi antikorupsi pada Jumat
(15/4) di Jakarta.
Permainan berjenis boardgame digital ini bisa diunduh secara gratis melalui Google Play pada
tautanhttp://bit.ly/1nBqM1puntuk telepon pintar berbasis android atau melalui
tautan http://acch.kpk.go.id/games untuk perangkat komputer atau laptop. Sebelumnya, boardgame ini
juga telah dibuat dalam versi konvensional dengan nama yang sama.
Menurut Wakil Ketua KPK Laode M. Syarief, dengan mengoptimalkan perkembangan teknologi
informasi yang kian canggih, KPK berusaha menyesuaikan pesan antikorupsi pada medium yang mudah
dicerna untuk berbagai kalangan, yakni melalui permainan. Hal ini dilakukan, mengingat segmentasi yang
ingin disasar adalah generasi muda.
Game Digital Sahabat Pemberani diperuntukkan bagi generasi muda. Maka cara penyajian pesan harus
betul-betul diperhatikan, katanya.
Dari karakteristiknya, Syarief percaya bahwa permainan digital ini memiliki potensi yang signifikan
untuk mendukung berbagai perubahan positif yang dapat dimanfaatkan sebagai sarana edukasi dan
kampanye antikorupsi. Ia berharap, hadirnya permainan ini, mampu memotivasi berbagai pihak untuk
menjalankan hidup dengan penuh integritas. Kami berharap banyak orangtua, guru, dan para pendidik
bisa memanfaatkannya secara optimal untuk menanamkan integritas kepada anak-anak, lanjut Syarief.
Boardgame digital ini dirancang khusus untuk mengedukasi anak-anak dengan nilai kejujuran. Nilai
tersebut disimulasikan dalam permainan melalui empat tokoh, yaitu Panji, Krishna, Kirana dan Kumbi,
yang berusaha menolong para tetangga mengembalikan barang-barang yang dicuri oleh robot jahat.
Selain itu, empat tokoh ini juga harus menghindari robot agar barang milik tetangga tidak dicuri lagi.
Dalam kesempatan itu, KPK juga memperkenalkan tujuh boardgame lainnya yang saat ini tengah dalam
tahap pengembangan. Ketujuh game itu, yakni Terajana, Keranjang Bolong, CSI: Pelajar Hebat, Politrik,
Kesatria, Its My Business dan DHospital. Tiga game pertama, diperuntukkan bagi anak dan remaja.
Dari sini, kami berharap mendapat feedback berupa saran untuk perbaikan. Ketujuh game ini punya
segmentasi yang berbeda sehingga jangkauan pesan antikorupsi bisa lebih luas, katanya.
Bagi KPK, menghadirkan game antikorupsi seperti ini bukanlah pengalaman pertama. Pada Desember
2015, KPK juga telah meluncurkan empat game saat perayaan Hari Anti Korupsi di Bandung. Kelima

game itu, yakni Sahabat Pemberani, Ular Tangga Integritas, Kuartet Sahabat Pemberani, dan Siap
Beraksi.

KPK Tahan Tiga dari Lima


Tersangka OTT Suap Jaksa Kejati
Jawa Barat
http://kanal.kpk.go.id/content/article-content/kpk-tahan-tiga-dari-lima-tersangka-ott-suapjaksa-kejati-jawa-barat/

Jakarta, 12 April 2016. Untuk kepentingan penyidikan dugaan tindak pidana korupsi
memberi/menerima hadiah atau janji terkait penanganan perkara tindak pidana korupsi
penyalahgunaan anggaran dalam pengelolaan dana kapitasi pada program jaminan
kesehatan nasional di Dinas Kesehatan Kabupaten Subang Tahun Anggaran 2014, penyidik
Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) menahan tiga dari lima tersangka, yaitu OJS (Bupati
Subang periode 2013-2018), LM (Swasta) dan DVR (Jaksa Penuntut Umum pada Kejaksaan
Tinggi Jawa Barat).
Ketiga tersangka ditahan untuk 20 hari ke depan terhitung mulai hari ini di beberapa Rumah
Tahanan (Rutan) berbeda. Tersangka DVR ditahan di Rumah Tahanan Negara Kelas I Jakarta
Timur Cabang KPK dan LM di Rutan Wanita Pondok Bambu Jakarta Timur. Sedangkan,
tersangka OJS di Rutan Polres Jakarta Timur.
Sebelumnya, berdasarkan hasil pemeriksaan dan gelar perkara yang dilakukan, penyidik
menemukan bukti permulaan yang cukup untuk menetapkan lima orang sebagai tersangka.
Selain ketiga tersangka OJS, LM dan DVR, KPK menetapkan dua orang lainnya yaitu JAH
(Kepala Bidang Pelayanan Dinas Kesehatan Pemkab Subang) dan FN (Jaksa Penuntut Umum
pada Kejaksaan Tinggi Jawa Barat) sebagai tersangka dalam kasus ini. Tersangka FN saat ini

telah dimutasi ke Kejati Jawa Tengah. Sementara, JAH merupakan salah satu terdakwa dalam
kasus tindak pidana korupsi penyalahgunaan anggaran dalam pengelolaan dana kapitasi
pada program jaminan kesehatan nasional di Dinas Kesehatan Kabupaten Subang Tahun
Anggaran 2014 yang perkaranya sedang ditangani Kejaksaan Tinggi Jawa Barat. Saat ini
yang bersangkutan dititipkan di Lapas Sukamiskin Bandung untuk menjalani proses
persidangan di PN Tipikor Bandung.
Tersangka OJS, LM dan JAH diduga memberi hadiah atau janji kepada DVR dan FN, padahal
diketahui atau patut diduga bahwa hadiah atau janji tersebut diberikan untuk menggerakkan
agar melakukan atau tidak melakukan sesuatu dalam jabatannya yang bertentangan
dengan kewajibannya terkait penanganan perkara tindak pidana korupsi penyalahgunaan
anggaran dalam pengelolaan dana kapitasi pada program jaminan kesehatan nasional di
Dinas Kesehatan Kabupaten Subang Tahun Anggaran 2014.
Kepada ketiga tersangka OJS, LM dan JAH disangkakan melanggar pasal 5 ayat (1) huruf a
atau pasal 5 ayat (1) huruf b dan/atau pasal 13 Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999
tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi sebagaimana telah diubah dengan UndangUndang Nomor 20 Tahun 2001 jo. pasal 55 ayat (1) ke-1 KUHP. Selain itu, tersangka OJS juga
disangkakan melanggar pasal 12 B Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang
Nomor 20 Tahun 2001.
Sedangkan, tersangka DVS dan FN yang diduga sebagai penerima disangkakan melanggar
pasal 12 huruf a, pasal 12 huruf b dan/atau pasal 11 Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999
tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi sebagaimana telah diubah dengan UndangUndang Nomor 20 Tahun 2001.
Kasus ini berawal dari operasi tangkap tangan yang dilakukan KPK pada Senin (11/4). Saat
itu, KPK mengamankan tiga orang dari dua lokasi berbeda. Sekitar pukul 07.00 WIB KPK
mengamankan LM di sekitar kantor Kejati Jawa Barat dan DVR di kantor Kejati Jawa Barat
sesaat setelah serah terima uang yang diduga suap dari LM kepada DVR. Dari tangan DVR,
KPK mengamankan uang sejumlah Rp 528 juta. Kemudian tim bergerak ke Subang dan
menangkap OJS sekitar pukul 14.00 WIB. KPK mengamankan uang sejumlah Rp 385 juta dari
tangan OJS.

Korupsi lahan kuburan, Wabup OKU dikenakan UU Tipikor dan TPPU

https://www.merdeka.com/peristiwa/korupsi-lahan-kuburan-wabup-oku-dikenakanuu-tipikor-dan-tppu.html

Merdeka.com - Wakil Bupati Ogan Komering Ulu (OKU), Johan Anuar telah ditetapkan
sebagai tersangka kasus dugaan tindak pidana korupsi anggaran pengadaan lahan
kuburan. Atas perbuatannya, Johan bakal dikenakan pasal berlapis.
Kabid Humas Polda Sumsel, Kombes Pol R Djarod Padakova mengungkapkan, tersangka
Johan dikenakan Pasal 2 dan 3 Undang-undang Nomor 31 Tahun 1999 sebagaimana
diubah dengan UU Nomor 20 Tahun 2001 tentang Tindak Pidana Korupsi. Johan juga
disangkakan UU Nomor 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak
Pidana Pencucian Uang.
"Tersangka kita kenakan UU Tipikor dan UU TPPU dengan ancaman 20 tahun penjara,"
ungkap Djarod, Senin (19/9).
Harta kekayaan Johan terkait TPPU, juga sudah disita penyidik. Hanya saja, dia enggan
menyebutkan apa saja barang yang disita.
"Yang jelas, barang yang disita berhubungan dengan kasus itu," ujarnya.
Hingga berita ini diturunkan, pemeriksaan terhadap Johan masih berlangsung di gedung
Ditreskrimsus Polda Sumsel. Pemeriksaan sempat terhenti sekitar satu jam dengan alasan
istirahat dan makan siang.
"Masih diperiksa penyidik. Untuk penahanan nanti tergantung pemeriksaan penyidik,"
tukasnya.
Diberitakan sebelumnya, setelah menjalani pemeriksaan berkali-kali dan pemanggilan 40an saksi, Johan Anuar akhirnya ditetapkan sebagai tersangka kasus dugaan tindak pidana
korupsi lahan kuburan. Peningkatan status Johan juga berdasarkan hasil gelar perkara di
Mabes Polri beberapa waktu lalu. Terungkap, unsur-unsur pidana yang dilakukan tersangka
sudah lengkap dan terpenuhi.
Diketahui, kasus dugaan tindak pidana korupsi anggaran penyediaan 10 hektar lahan
kuburan di OKU tahun 2012 senilai Rp 6,1 miliar itu terungkap pada 2014 lalu. Johan sudah
dipanggil empat kali tetapi saat dirinya masih menjabat Ketua DPRD OKU.
Diduga, Johan turut menikmati hasil pembelian lahan kuburan tersebut. Penyidik Tipikor
Ditreskrimsus Polda Sumsel telah menetapkan empat tersangka dalam kasus ini, yakni
Hidirman (pemilik lahan), Najamudin (Kepala Dinas Sosial OKU), Ahmad Junaidi (eks
Asisten I OKU), dan Umortom (eks Sekda OKU).
Dalam persidangan di PN Tipikor Palembang kemarin, Hidirman divonis telah melakukan
pencucian uang dengan pidana tujuh tahun penjara, diwajibkan membayar denda senilai

Rp 200 juta, serta harus membayar uang pengganti senilai Rp 1,5 miliar. Apabila tidak bisa
membayar, harta benda terdakwa akan disita. Vonis tersebut sesuai dengan Pasal 3
Undang-undang Nomor 8 tahun 2010 tentang pidana pencucian uang.
Sementara Najamuddin, Ahmad Junaidi, dan Umirtom divonis penjara empat tahun plus
denda dan subsider yang sama seperti yang diterima Hidirman. Ketiganya dikenakan Pasal
2 UU Nomor 20 tahun 2001 tentang tipikor.

Anda mungkin juga menyukai