Anda di halaman 1dari 27

RESUME BLOK II

SKENARIO 5
Dampak Bencana Masal Terhadap Kesehatan

KELOMPOK A
1

Mochamad Rizal

(102010101001)

Devita Prima Nurmasari

(102010101002)

Ihda Kartika S.

(102010101003)

Oktaviana Sari Dewi

(102010101004)

Sheila Nurkhalesa

(102010101005)

Dedy Chandra Hariyono

(102010101006)

Rahma Fadhilah

(102010101007)

Enggar Gumelar

(102010101008)

Nadya Anisah

(102010101009)

10 Desyana Perwitahati

(102010101010)

11 Kiki Amalia Brillianita

(102010101011)

12 Luthfi Akhyar

(102010101013)

13 Amalia Firdaus

(102010101014)

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS JEMBER
2010

Skenario 5
Dampak Bencana Masal Terhadap Kesehatan

Setelah sempat tersenyum dalam hati membaca berita tentang Pak Joyo, dokter Shinta
Jojo terhentak membaca berita selanjutnya. Papua Berduka, begitu judul berita menghebohkan
itu. Banjir di Papua? Setengah tidak percaya beliau melanjutkan membaca. Bagaimana bisa
terjadi banjir ditengah tanaman rimbun hutan belantara? Tapi ini semua sudah terjadi, dan korban
130 jiwa sudah melayang, belum lagi kehilangan materilnya. Tuhan maha adil, semua itu adalah
pertingatan Tuhan agar kita semua ingat dan waspada. Bahwa alam bukan warisan dari nenek
moyang, melainkan hanyalah titipan anak cucu kita yang harus kita pelihara.
Menurut analisisnya sebagai dokter, beliau segera menelaah fakto-faktor resiko apa saja
yang menjadikan daerah Papua menjadi rapuh karena bencana (vulnerability). Serta dampak
bencana itu sendiri terhadap perumahan, sanitasi, pesediaan pangan, dll. Yang tidak kalah
pentingnya adalah persediaan air bersih, karena dengan berkurangnya jumlah air bersih untuk
dikonsumsi maka akan dapat berakibat fatal sehingga menimbulkan bencana baru. Belum lagi
proses recovery dan pengembangan masyarakat sehingga suatu daerah benar-benar sustainable
pasca bencana. Sampai rehabilitasi pasca trauma yang harus dilakukan oleh suatu tim yang
benar-benar tangguh, tim yang bekerja sama lintas sektoral dengan pihak-pihak terkait.

Mapping

Faktor Penyebab Bencana

vulnerability

Resiko Bencana

Bencana
Dampak positif
Dampak Bencana
Dampak Negatif

Managemen Bencana

Peran Pemerintah, Instansi dan dokter

Pra-Bencana

Saat terjadi

Pasca Bencana

Mengklasifikasi Istilah :

Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang disebabkan oleh alam, manusia, dan
atau keduanya yang mengakibatkan korban penderitaan manusia, kerugian harta benda,
kerusakan lingkungan, sarana prasarana, dan fasilitas umum serta menimbulkan gangguan
terhadap tata kehidupan dan penghidupan masyarakat

Vulnerability adalah suatu kondisi dari suatu komunitas atau masyarakat yang mengarah
atau menyebabkan ketidakmampuan dalam menghadapi ancaman bahaya. Tingkat
kerentanan : suatu hal yang penting untuk diketahui sebagai salah satu faktor yang
berpengaruh terhadap terjadinya bencana

Sanitasi adalah perilaku disengaja dalam pembudayaan hidup bersih dengan maksud
mencegah manusia bersentuhan langsung dengan kotoran dan bahan buangan berbahaya
lainnya dengan harapan usaha ini akan menjaga dan meningkatkan kesehatan manusia.

Pembangunan berkelanjutan/sustainable adalah suatu pola penggunaan sumber daya yang


bertujuan untuk memenuhi kebutuhan manusia sambil menjaga lingkungan sehingga
kebutuhan tersebut dapat dipenuhi tidak hanya di masa kini, tetapi juga untuk generasi
mendatang.

Rehabilitasi pada tahap rehabilitasi dilakukan perbaikan kembali atas sarana, prasarana, dan
fasilitas umum yang rusak akibat bencana sebagai upaya dalam rangka mengembalikan
kondisi seperti semula harus melibatkan seluruh unsur, masyarakat maupun swasta

Trauma adalah cedera yang terjadi pada badan dan tubuh akibat suatu peristiwa tertentu

Lintas Sektoral merupakan kerjasama antar instansi/lembaga pemerintah untuk menangani


masalah yang timbul akibat bencana supaya dapat cepat terselesaikan.

Tujuan belajar
o Mengetahui dan mempelajari peran pemerintah, instansi terkait, dan peran dokter saat
bencana

o Mengetahui dasar hukum yang berhubungan dengan penanganan dan penanggulangan


bencana
o Mengetahui tentang konsep umum bencana
o Mengetahui tentang sustainability dan vulnerability masyarakat

Faktor penyebab bencana

Bencana dapat disebabkan oleh beberapa faktor, baik oleh alam { yakni: hazards of
exogenic origin (bencana alam asal luar) dan hazards of endogenic origin (bencana alam asal
dalam).} dan non alam.
Bencana yang disebabkan oleh proses alam ini adalah bencana akibat proses geologis,
proses geomorfologis dan proses klimatologis, yang mengakibatkan bencana alam. Bencana
alam sebenarnya merupakan proses alam dengan intensitas yang melebihi normal, seperti: gempa
bumi, letusan gunungapi, longsoran, dan gelombang badai.
Dari bencana alam-bencana alam tersebut di atas, yang termasuk di dalam bencana asal
luar (hazards of exogenic origin), adalah:
a.
b.
c.
d.
e.

Banjir,
Erosi,
Gerakan tanah,
Debris avalanches,
Kekeringan.
Sedangkan yang termasuk dalam bencana asal dalam (hazards of endogenic origin),

adalah:
a. Gempa bumi,
b. Gelombang pasang (tsunami),
c. Letusan gunungapi (hujan abu, aliran lahar, aliran lava),
Adapun bencana yang diakibatkan oleh non alam yakni aktifitas manusia (hazards of
anthropogenic origin), adalah:
a.
b.
c.
d.

Degradasi lingkungan,
Penggundulan hutan yang berakibat pada bencana kekeringan, erosi/banjir,
Gempa bumi akibat pembangunan DAM,
Penurunan tanah/lahan (amblesan/tanah terban), longsoran, dsb., akibat ulah manusia (dalam
rangka pengembangan wilayah yang tidak berwawasan lingkungan).

Bencana
A. Definisi
Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang disebabkan oleh alam, manusia, dan
atau keduanya yang mengakibatkan korban penderitaan manusia, kerugian harta benda,
kerusakan lingkungan, sarana prasarana, dan fasilitas umum serta menimbulkan gangguan
terhadap tata kehidupan dan penghidupan masyarakat

B. Macam Bencana
Berikut macam-macam bencana:
1. Bencana alam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau
serangkaian peristiwa yang disebabkan oleh alam antara lain yaitu
berupa gempa bumi, tanah longsor, tsunami, gunung meletus, dll.
Bencana alam, dibagi menjadi tiga, antara lain:
a. Bencana Alam Geologis
Bencana alam geologis adalah bencana alam yang disebabkan oleh
faktor yang bersumber dari bumi.
Gempa bumi
Gempa bumi merupakan gejala pelepasan energi berupa gelombang
yang menjalar ke permukaan bumi akibat adanya gangguan di kerak
bumi berupa patah, runtuh, atau hancur.
Letusan gunung api
Gaya endogen yang mampu menimbulkan bencana alam adalah
letusan gunung berapi. Ketika akan meletus dan saat meletus gunung
berapi menimbulkan gaya endogen atau getaran gempa. Materialmaterial yang dikeluarkan saat gunung api meletus sangat berbahaya
bagi manusia atau makhluk hidup lainnya. Material tersebut antara lain
lahar, awan panas, batu-batuan, pasir, kerikil, maupun debu.
Gerakan tanah atau tanah longsor
Bencana alam tanah longsor dipicu oleh faktor klimatologis seperti
hujan tetapi gejala awalnya disebabkan dari kondisi geologis seperti
karakteristik tanah, bebatuan, dan tingkat kelandaian tanah.

Tsunami
Tsunami merupakan gejala susulan akibat gempa bumi yang berpusat
di dasar laut. Perlu kalian ketahui bahwa tidak semua gempa
menyebabkan tsunami. Tsunami juga dapat terjadi akibat letusan
gunung berapi yang ada di dasar laut. Selain itu runtuhan yang ada di
dasar laut juga mampu menimbulkan tsunami.
Seiche atau tsunami dalam skala kecil
Seiche yaitu ayunan hantaman muka air danau atau waduk pada
pantai sekelilingnya akibat guncangan bumi.

b. Bencana Alam Klimatologis


Bencana alam klimatologis adalah bencana alam yang disebabkan oleh
cuaca yang berubah.
Banjir
Banjir adalah bencana akibat curah hujan yang tinggi dengan tidak
diimbangi dengan saluran pembuangan air yang memadai sehingga
merendam wilayah-wilayah yang tidak dikehendaki oleh orang-orang
yang ada di daerah itu.
Banjir bandang
Banjir bandang merupakan luapan air yang melebihi batas disertai
dengan arus yang kencang, bahkan terjangan arus banjir bandang ini
mampu menghanyutkan benda-benda yang dilaluinya.
Kekeringan

Kekerinagn kondisi iklim yang panas tanpa adanya hujan menyebabkan


tanah dan tumbuhan menjadi kering. Saat terjadi kekeringan, air sulit
didapat. Banyak tanaman yang mati dan tanah menjadi retak-retak
karena kekurangan air. Sumber mata air seperti sumur dan sungai
menyusut atau mengering.
Kebakaran hutan
Kebakaran hutan ini terjadi bukan karena faktor kesengajaan manusia.
Hutan dapat terbakar karena gesekan ranting-ranting kering yang
tertiup angin. Gesekan-gesekan yang berulang-ulang tersebut akan
menimbulkan percikan api. Dengan kondisi ranting maupun daun yang
kering tersebut maka akan mempermudah api menjalar ke seluruh
area hutan.

c.Bencana Alam Ekstraterestrial


Hantaman meteor atau benda dari angkasa luar yang menabrak bumi.
Hal ini terjadi pada tahun 1908 di Rusia. Meteor atau bintang beralih
jatuh

ke bumi dan mengakibatkan lubang yang

sangat besar

menyerupai sebuah kawah.

2. Bencana non alam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau
serangkaian peristiwa non alam yang antara lain gagal teknlogi seperti
meledaknya pabrik nuklir.
3. Bencana sosial adalah bencana yang disebabkan oleh peristiwa atau
serangkaian peristiwa yang diakibatkan oleh manusia yang meliputi
konflik sosial antar kelompok atau antar komunitas masyarakat.
4. Bencana campuran adalah bencana yang disebabkan oleh peristiwa atau
serangkaian peristiwa yang disebabkan tidak hanya oleh alam namun

faktor manusia juga sangat berpengaruh dalam bencana ini contohnya


yaitu banjir bandang yang disebabkan oleh pembalakan hutan.
C. Sifat Bencana
1. Kecelakaan
2. Tidak dapat diprediksi
3. Tidak menentu
4. Tidak terhindarkan
5. Tidak terkendali
D. Fase Bencana
Menurut Barbara santamaria (1995) ada 3 fase dalam terjadinya suatu
bencana yaitu fase pre impact, fase impact dan fase postimpact.
1. Fasepreimpact merupakan warning phase, tahap awal dari bencana.
Informasi

didapat

dari

badan

satelit

dan

meteorology

cuaca.

Seharusnya pada fase inilah segala persiapan dilakukan baik oleh


pemerintah, lembaga dan warga masyarakat.
2. Fase impact merupakan fase terjadinya klimaks dari bencana. Inilah
saat dimana manusia sekuat tenaga mencoba untuk bertahan hidup.
Fase impact ini terus berlanjut hingga terjadi kerusakan dan bantuanbantuan darurat dilakukan.
3. Fase postimpact adalah saat dimulainya perbaikan dan penyembuhan
dari fase darurat, juga tahap dimana masyarakat mulai berusaha
kembali pada fungsi komunitas normal. Secara umum dalam fase
postimpact ini para korban akan mengalami tahap respon psikologis
mulai penolakan, marah, tawar menawar , depresi hingga penerimaan.

Dampak Bencana

A. Dampak Posotif
1. Menyelenggarakan solidaritas masyarakat secara massive dan spontan dengan
2.
3.
4.
5.

kesadarannya sendiri
Menggugah kesadaran nasional dan nilai-nilai kemanusiaan secara universal
Masyarakat tanpa diminta langsung menunjukan partisipasi dan pengorbanannya
Dapat membangkitkan semangat kreatifitas masyarakat
Menjalin kerjasama berbagai pihak

6. Membangkitakan semangat masyarakat untuk bangkit.


7. Bencana dapat memupuk kebersamaan antar pihak walau sesaat
B. Dampak negative
1. Lingkungan
a. Sanitasi
upaya pencegahan penyakit melalui pengendalian faktor lingkungan yang
menjadi mata rantai penularan penyakit (Depkes, 2002).
b. Perumahan

Harga sewa rumah naik yang tentunya menyusahkan warga, membuat mereka
lebih memilih tinggal di pengungsian. Sehingga mereka yang tinggal di
pengungsian rentan menderita ISPA, diare dsb.
c. Pengadaan pangan
Jumlah pangan yang terbatas menyebabkan risiko timbulnya penyakit seperti
gizi buruk, busung lapar dan penyakit pada lambung lainnya.
d. Tersedianya air
Bencana dapat merusak sumber-sumber air, sehingga persediaan air terbatas dan
banyak warga menderita diare.
e. Hubungan dengan nutrisi
Pengadaan pangan yang terbatas pasti akan mempengaruhi status gizi dan nutrisi
warga masyarakat.
f. Perubahan ekologi
Bahwa bencana mempengaruhi lingkungan ekosistem seperti hewan-hewan dan
cuaca.
g. Masyarakat
a. Kesehatan Jiwa
Misalnya terjadi trauma, timbulnya perasaan tidak aman, stress karena kehilangan
harta benda dan saudara, dll.
b. Kesehatan Fisik
i. Sanitasi yang buruk menimbulkan penyakit thypoid, cacingan, scabies, dll.
ii. Kebersihan yang kurang menimbulkan penyakit hepatitis, scabies, malaria,
iii.

dll.
Area yang kurang memadai menimbulkan penyakit ISPA.

c. Struktur social
d. Kelembagaan dalam masyarakat menjadi kacau karena bencana. Salah satu
contoh jika kantor pemerintah seperti kantor kecamatan digunakan sebagai
tempat mengungsi. Maka secara otomatis kegiatan kepemerintahan akan
terganggu. Begitu juga bila ada salah satu pejabat desa seperti pak kades yang
ikut menjadi korban.

Manajemen Bencana
Definisi
Managemen

Bencana

adalah

serangkaian

upaya

yang

meliputi

penetapan kebijakan pembangunan yang beresiko timbulnya bencana,


kegiatan pencegahan bencana, tanggap darurat, dan rehabilitasi. ( UU N0.24
tahun 2007 )
Landasan Hukum
a. Undang-Undang No. 23 tahun 1992 tentang Kesehatan
b. Keputusan Presiden No. 3 tahun 2001 tentang BAKORNAS PBP
c. Instruksi Presiden No. 4 tahun 2001 tentang Langkah-langkah
Komprehensif Penyelesaian Masalah Aceh
d. Keputusan Menteri Kesehatan No. 130 tahun 2000 tentang Organisasi
dan Tata kerja Departemen Kesehatan
e. Keputusan Menteri Kesehatan No. 446 tahun 2001 tentang Tatakerja
Departemen Kesehatan dan Kesejahteraan Sosial
f. Keputusan menteri Kesehatan No. 1277 tahun 2001 tentang Tata
Kerja Departemen Kesehatan
g. Keputusan Menteri Kesehatan No. 979/Menkes/SK/IX/2001 tentang
Prosedur Tetap Pelayanan Kesehatan Penanggulangan Bencana dan
Penanganan Pengungsi
h. Keputusan Sekretaris

BAKORNAS

PBP

No.

tahun

2001

tentangPedoman Umum Penanggulangan Bencana dan Penanganan


Pengungsi.
Tujuan

Tujuan penanganan bencana masal sebagai berikut:


1. memberikan perlindungan kepada masyarakat dari ancaman bencana
2. menyelaraskan peraturan perundang-indangan yang sudah ada
3. menjamin

terselenggaranya

penanggulangan

bencana

secara

terencana, terpadu, terkoordinasi, dan menyelurug


4. menghargai budaya okal
5. membangun partisipasi dan kemitraan publik serta swasta
6. mendorong

semangat

gotong-royong,

kesetiakawanan,

dan

kedermawanan
7. menciptakakn

perdamaian

dalam

kehidupan

bermasyarakat,

berbangsa, dan bernegara

Prinsip-prinsip
1. cepat dan tepat
2. prioritas;
3. koordinasi dan keterpaduan;
4. berdaya guna dan berhasil guna;
5. transparansi dan akuntabilitas;
6. kemitraan;
7. pemberdayaan;
8. nondiskriminatif; dan
9. nonproletisi.
Prinsip Penanggulangan Bencana

One commando: harus satu koordinasi atau satu perintah di dalam


pengaturan dan pendistribusian bantuan kepada para korban bencana
termasuk pengaturan dan pemanfaatan tenaga-tenaga sukarelawan yang
terlibat (koordinasi dan keterpaduan)

One rule: harus satu aturan yang disepakati bersama, misalnya


bagaimana mekanisme penyaluran bantuan yang akan diberikan (cepat dan

tepat, mempunyai prioritas, berdaya guna dan berhasil guna, transparansi


dan akuntabilitas).

One team: semua lembaga/unit yang ada harus satu misi yaitu misi
kemanusiaan atau misi pertolongan (non diskriminatif, kemitraan).

One goal: semua lembaga yang ada harus bekerja untuk satu tujuan yaitu
pertolongan kemanusiaan (pemberdayaan).

Asas

Kemanusiaan
Keadilan
Kesamaan,kedudukan dalam hukum dan pemerintahan
Keseimbangan, keselarasan, dan keserasian
Ketertiban dan kepastian hukum
Kebersamaan
Kelestarian lingkungan hidup
Ilmu pengetahuan dan teknologi

Penanganan Bencana
A. Pra Bencana
a. Tahapan Pra-Bencana
Fase pre-impact atau pra bencana merupakan warning prhase, tahap awal dari
bencana. Informasi didapat dari badan satelit dan meteorologi cuaca. Seharusnya pada
fase inilah segala persiapan dilakukan baik oleh pemerintah, lembaga, dan warga
masyarakat.
Adapun persiapan atau Manajemen Bencana yang dilakukan saat pra bencana
yaitu:
A. Pencegahan (prevention)
B. Kesiapsiagaan (preparedness)
C. Peringatan Dini (early warning)
D. Mitigasi (mitigation)

b. Pencegahan
Penyelenggara kegiatan pencegahan (pra) bencana yaitu berupa :
1. perencanaan kegiatan upaya pencegahan, mitigasi (pengurangan resiko bencana
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

dengan teknologi inovatif), dan kesiapsiagaan penanganan bencana.


Membuat standar penanganan bencana.
Membuat dan menyebarluaskan pedoman penanganan bencana.
pengurangan resiko bencana.
pencegahan bencana agar tidak terjadi lagi.
pemaduan dan perencanaan pembangunan.
melakukan pendidikan dan pelatihan.
pemahaman tentang kerentanan masyarakat pengembangan sadar budaya bencana.

c. Kesiapsiagaan
Kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana bisa dibagi menjadi 3 bagian, antara lain :
1. Warning (peringatan)
ketika suatu daerah mengalami tanda-tanda alam ataupun berita adanya bencana yang
mendekat baik oleh BMG maupun dari instansi yang terkait, maka tanda peringatan
harus difungsikan semaksimal mungkin.
Contoh : pemberian peringatan awal melalui kentongan, pengeras suara di masjidmasjid, breaking news di televise dan radio maupun pesan singkat melalui SMS.
2. Threat (ancaman)
ketika gejala dan peringatan sudah dapat dikenali sebagai bencana yang berpotensi
berbahaya.
Contoh : penduduk diminta untuk bersiap-siap mengungsikan diri dengan dibimbing
oleh tenaga yang sudah dilatih dalam manajemen bencana agar tidak terjadi kesimpangsiuran penanganan.
3. Precaution (tindakan pencegahan)
tindakan nyata dilakukan setelah kejelasan berita bencana yang mendekat adalah betul
membahayakan.
Contoh : menutup perkantoran, sekolah dan tempat-tempat umum berkumpulnya massa;
membawa generator atau pembangkit tenaga darurat; mengarahkan ke tempat
pengungsian yang sudah dipersiapkan keamanannya; membawa peralatan yang terdiri
atas peralatan minimal untuk bertahan hidup seperti persediaan air bersih, tenda dan
makanan.
d. Peringatan Dini
Serangkaian kegiatan pemberian peringatan sesegera mungkin kepada masyarakat
tentang kemungkinan terjadinya bencana pada suatu tempat oleh lembaga yang berwenang
(UU 24/2007)

e.

Mitigasi

Mitigasi merupakan kegiatan penjiakan/peredaman yang dilakukan untuk memperkecil,


mengurangi dan memperlunak dampak yang ditimulkan bencana.
Mitigasi yang efektif sebagai berikut:
1. Penilaian Bahaya (Hazard Asastment)
Mencakup identifikasi populasi dan asset yang terancam serta tingkat keamanan. Kegiatan ini
untuk mengetahui:
a. karakteristik sumber bencana
b. probablitas kejadian bencana
c. data kejadian bencana di masa lalu
2. Peringatan
Bertujuan untuk memberi peringatan kepada masyarakat, harus dapat dilakukan secara cepat,
tepat dan dipercaya.
3. Persiapan dalam hal:
a. kapan harus melakukan evakuasi, kapan saat kembali ketika situasi aman
b. dibutuhkan kepedulian masyarakat
c. menempatkan fasos dan fasum diluar zona bencana
B. Saat Bencana
Penyelenggaran penanggulangan bencana pada saat bencana (tanggap darurat) yaitu berupa :
1.
2.
3.
4.
5.
6.

pengkahjian secara tepat dan cepat terhadap lokasi,kerusakan dan sumber daya
penentuan status keadaan darurat bencana
penyelamatan dan evakuasi masyarakat terkena bencana
pemenuhan kebutuhan dasar
perlindungan kepada kelompok rentan
pemulihan dengann segera prasarana dan sarana vital

SPGDT (Sistem Penanggulangan Gawat darurat Terpadu)


SPGDT adalah sebuah sistem yang merupakan koordinasi berbagai unit kerja (multi sektor)
dan didukung berbagai kegiatan profesi (multi disiplin dan multi profesi) untuk
menyelenggarakan pelayanan terpadu bagi penderita gawat darurat baik dalam keadaan sehari
hari maupun dalam keadaan bencana.
Komponen SPDGT adalah
1. Orang awam

Idealnya, orang awam seharusnya mendapat pelatihan pertolongan pertama yang cukup
sehingga memungkinkan mereka bisa menolong setiap orang yang terluka atau menderita
episode akut yang mengancam jiwa.
2. Akses
Akses merupakan faktor yang paling penting dalam sistem ini, seberapa baiknya sistem
tersebut,teteapi jika tidak bisa diakses oleh masyarakat,maka sistem tersebut tidak ada
gunanya. Akses yang digunakan sebaiknya yang mudah dingat dan bebas biaya
3. Awam khusus
Awam khusus adalah petugas yang siap ada dijalan dan gedung-gedung umum seperti
pemadam kebakaran, polisi, PMI, Pramuka yang telah dilatih untuk membantu dan
melindungi masyarakat
4. Ambulans Pra RS
Ambulans banyak dimiliki oleh berbagai instansi kesehatan di Indonesia seperti
puskesmas,RSUD, maupun klinik-klinik kecil. Bukan hanya instansi kesehatan saja yang
memiliki ambulans sendiri bahkan pemadam kebakaran, polisi, satpam. Sukarelawan
PMI juga memiliki ambulans sendiri-sendiri. Ambulans-ambulans ini dapat diorganisir
menjadi layanan medis gawat darurat terpadu pra Rumah Sakit.
5. Rumah sakit adalah bagian yang tidak dapat dipisahkan dari sistem gawat darurat terpadu
terutama yang paling berperan penting adalah unit gawat darurat, apabila sudah terbentuk
suatu sistem yang baik dalam satu unit gawat darurat terpadu akan berjalan

6. Perencanaan dan pelatihan Bencana

Perlu adanya kematangan perencanaan dalam mengahadapi suatu bencana dan juga
diperlukan dukungan dari berbagai unit atau instansi yang berkaitan agar sistem gawat
darurat terpadu dapat terbentuk dan berjalan dengan baik dan berhasil

C. Pasca Bencana
1. Rehabilitasi
Rehabilitasi adalah dilakukannya perbaikan kembali atas sarana, prasarana, dan
fasilitas umum yang rusak akibat bencana sebagai upaya dalam rangka mengembalikan
kondisi seperti semula harus melibatkan seluruh unsur, masyarakat maupun swasta
Rehabilitasi dibagi menjadi 2 :
1 Rehabilitasi Fisik

: rehabilitasi yang dilakukan pada bangunan-bangunan serta

fasilitas umum yang ada di lokasi bencana


2 Rehabilitasi Non-Fisik: rehabilitasi psikologis (mental) terhadap korban manusia dari
bencana.
Kegiatan rehabilitasi meliputi:
a perbaikan lingkungan daerah bencana;
b perbaikan prasarana dan sarana umum;
c pemberian bantuan perbaikan rumah masyarakat;
d pemulihan sosial psikologis;
e pelayanan kesehatan;
f rekonsiliasi dan resolusi konflik;
g pemulihan sosial ekonomi budaya;
h pemulihan keamanan dan ketertiban;
i pemulihan fungsi pemerintahan; dan
j pemulihan fungsi pelayanan publik.
2. Recovery
3. Rekonstruksi
Rekonstruksi adalah pembangunan kembali semua prasarana dan sarana, kelembagaan
pada wilayah pascabencana, baik pada tingkat pemerintahan maupun masyarakat. Usaha yang
dilakukan adalah sebagai berikut:
a
b
c
d

pembangunan kembali prasarana dan sarana;


pembangunan kembali sarana sosial masyarakat;
pembangkitan kembali kehidupan sosial budaya masyarakat;
penerapan rancang bangun yang tepat dan penggunaan

e
f

peralatan yang lebih baik dan tahan bencana;


partisipasi dan peran serta lembaga dan organisasi kemasyarakatan, dunia usaha, dan

g
h
i

masyarakat;
peningkatan kondisi sosial, ekonomi, dan budaya;
peningkatan fungsi pelayanan publik; dan
peningkatan pelayanan utama dalam masyarakat.

Sasaran utama Rekonstruksi :


a
b
c

tumbuh dan berkembangnya kegiatan perekonomian, sosial dan budaya,


tegaknya hukum dan ketertiban
bangkitnya peran serta masyarakat dalam segala aspek kehidupan bermasyarakat pada
wilayah pascabencana.

b. Sustainable
Ciri masyarakat yang sustainability adalah:
1 Tahan terhadap kehilangan
2 Tidak mudah putus harapan
3 Tidak mudah terpengaruh isu bencana
4 Mempunyai kemampuan untuk pulih kembali dari keadaan buruk
5 Memunyai semangat untuk bertahan hidup

Sustainability dapat dicapai apabila:


1

Kerjasama dari berbagai pihak mulaidari pemerintah, swasta maupun

masyarakat yang kuat baik secara fisik, mental POLEKSOSBUDHANKAM.


Pemberdayaan masyarakat untuk bisa mengatasi masalah-masalah yang
dihadapi baik yang terprediksi atau yang tidak terprediksi (misalnya bencana
masal).

Peran Pemerintah, Instansi dan Dokter

A. Peran Pemerintah
Tanggung jawab pemerintah daerah dalam penyelenggaraan meliputi
a. penjaminan pemenuhan hak masyarakat dan pengungsi yang terkena bencana
sesuai dengan standar pelayanan minimum;
b. perlindungan masyarakat dari dampak bencana;
c. pengurangan risiko bencana dan pemaduan pengurangan
program pembangunan; dan
d. pengalokasian dana penanggulangan bencana dalam

risiko bencana dengan

Anggaran Pendapatan dan

Belanja Daerah yang memadai.


Wewenang Pemerintah dalam penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi
a. Penetapan

kebijakan

pembangunan nasional;

penanggulangan

bencana

selaras

dengan

kebijakan

b. Pembuatan perencanaan pembangunan yang memasukkan unsur-unsur kebijakan


penanggulangan bencana;
c. Penetapan status dan tingkatan bencana nasional dan daerah;
d. Penentuan kebijakan kerja sama dalam penanggulangan bencana dengan negara lain,
badan-badan, atau pihak- pihak internasional lain;
B. Peran Instansi
Instansi Lokal
1. Tim Gerak Cepat (TGC) adalah tim yang diharapkan segera bergerak dalam waktu 0-24
jam setelah ada informasi kejadian bencana yang terdiri dari :
-

pelayanan medik yaitu dokter(umum.bedah,anastesi),tenaga DVI,apoteker,dan


ambulans.

Surveilans yaitu epidemiolog,dan sanitarian

Petugas komunikasi.

Tim RHA adalah tim yang bisa bersamaan dengan tim TGC atau menyusul < 24
jam dan mempunyai tugas berupa aspek medis (menilai dampak pelayanan medis
terhadap korban dan potensi pelayanan kesehatan), aspek epidemiologi (menilai
potensi munculnya KLB dan gizi pasca bencana), aspek kesehatan lingkungan
(menilai masalah yang berkaitan dengan sarana kesehatan lingkungan yang
diperlukan bagi pengungsi dan potensi yang dapat dimanfaatkan.

2. Tim SAR
Search and Rescue (SAR) adalah kegiatan dan usaha mencari, menolong, dan
menyelamatkan jiwa manusia yang hilang atau dikhawatirkan hilang atau menghadapi
bahaya dalam musibah-musibah seperti pelayaran, penerbangan dan bencana. Istilah
SAR telah digunakan secara internasional dan tak heran jika sudah sangat mendunia
sehingga menjadi tidak asing bagi orang di belahan dunia manapun tidak terkecuali di
Indonesia. Operasi SAR dilaksanakan tidak hanya pada daerah dengan medan berat
seperti di laut, hutan, gurun pasir, tapi juga dilaksanakan di daerah perkotaan. Operasi
SAR seharusnya dilakuan oleh personal yang memiliki ketrampilan dan teknik untuk
tidak membahayakan tim penolongnya sendiri maupun korbannya. Operasi SAR
dilaksanakan terhadap musibah penerbangan seperti pesawat jatuh, mendarat darurat
dan lain-lain, sementara pada musibah pelayaran bila terjadi kapal tenggelam, terbakar,

tabrakan, kandas dan lain-lain. Demikian juga terhadap adanya musibah lainnya seperti
kebakaran, gedung runtuh, kecelakaan kereta api dan lain-lain.
Tahapan kegiatan Tim SAR :
1. Tahap keragu raguan, sadar bahwa keadaan darurat telah terjadi
2. Tahap kesiapan, melaksanakan segala sesuatunya sebagai tanggapan terhadap
suatu kecelakaan, termasuk juga mendapat informasi mengenai korban
3. Tahapan perencanaan, pembuatan rencana yang efektif dan segala kordinasi yang
diperlukan
4. Tahapan operasi, seluruh unit bertugas hingga misi SAR dinyatakan selesai
5. Tahap laporan, terakhir membuat laporan mengenai misi SAR yang telah selesai
dilaksanakan

Instansi Internasional
Peran instansi atau lembaga internasional dalam bencana :
1. Lembaga internasional dan lembaga asing non pemerintah dapat ikut serta dalam
kegiatan penanggulangan bencana dan mendapat jaminan perlindungan dari
pemerintah terhadap para pekerjanya
2. Lembaga internasional dalam melakukan penanggulangan dapat dilakukan secara
sendiri-sendiri,bersama-sama dan bersama dengan mitra kerja dari indonesia dengan
memperhatikan latar belakang sosial, budaya, dan agama masyarakat setempat
C. Peran dokter
Dokter termasuk tenaga medis yang bertugas untuk melakukan tindakan pencegahan
(pada pra bencana), kesiapsiagaan, tanggap reaksi, dan rehabilitasi.
a. Pencegahan
Upaya meringankan (mitigasi) dari efek bencana yang mungkin melibatkan kisaran
strategi kedokteran dan kesehatan pencegahan, termasuk imunisasi untuk penyakit
menular, perbaikan sanitasi, higiene personal, bahaya pembuangan limbah, control
vector dan cacing, control imigrasi dan bea cukai, pendidikan dan peringatan dini
masyarakat.
b. Kesiapsiagaan

Sumber daya manusia dan perbekalan yang diperlukan segera dimobilisasi dan
disebar. Sumber daya medik terutama melibatkan persiapan dan penyebarannya.
Pendekatan all hazard diterima dan digunakan sebagai konsep dasar untuk
melakukan tanggap reaksi dan pemulihan dari bencana.
Rencana penunjang fungsi kesehatan wilayah meliputi hal berikut:
a) Pengendalian, penggerakan dan koordinasi sumber daya medik
b) Menyediakan manajemen kesehatan dan medik pra-hospital untuk kasus.
c) Transport kasus menuju fasilitas yang layak untuk pengelolaan definitif.
d) Manajemen kesehatan masyarakat untuk kondisi bencana.
e) Pelayanan konseling untuk korban bencana
f) Pelayanan kesehatan dan kedokteran berkelanjutan pada masa pemulihan
g) Memikirkan masa depan penderita cacat di masyarakat.
c. Tanggap reaksi
Merupakan tindakan yang diambil segera sesudah, dan selama bencana untuk
meminimalkan efek dari bencana. Ini adalah fase aktif dari sumber daya medik ,
prinsip untuk mencapai hasil terbaik untuk sebanyak-banyaknya pasien sebagai hasil
dari proses triage.
Hal ini untuk memastikan bahwa pasien yang perlu segera diobati dapat tertangani
dan sumber daya yang terbatas tidak terbuang percuma pada kasus yang sebenarnya
dapat ditunda. Pada kasus masal ada perbedaan dengan triage skala kecil, dimana
kasus cedera berat dengan kemungkinan hidup kecil akan diletakkan pada prioritas
rendah.
Prinsip dari triage adalah kerjakan sebanyak-banyaknya untuk kebaikan pasien dan
buat sumber daya bekerja dengan efisien.
Terdapat 4 kategori triage :
Tag warna merah(Immediate), pasien mengalami cedera mengancam jiwa yang
kemingkinan dapat hidup jika ditolong.
Tag warna kuning(Delayed), pasien perlu tindakan definitive tetapi tidak ada
ancaman jiwa segara. Pasien dapat menunggu giliran pengobatan tanpa bahaya.
Tag warna hijau (Minimal), pasien mendapat cedera minimal, dapat jalan dan
dapat menolong dirisendiri atau mencari pertolongan lain.

Tag warna hitam (Expextant), pasien mengalami cedera lethal dan akan
meninggal meski diobati.

Kesimpulan
Bencana alam tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia. Untuk itu perlu
penanganan yang terpadu anatra pemerintah, instansi dan pelayan medis dalam mengangani
bencana tersebut. Pengetahuan untuk pengelolaan bencana sangat penting untuk mengantisipasi
penyakit menular saat dan pasca bencana. Hal-hal yang dianggap penting adalah melindungi
pengadaan air bersih, suplai makanan, menyediakan sanitasi yang baik serta memonitor kondisi
masyarakat secara cepat dan tepat.

Daftar Pustaka
Azwar, Azrul. 1996. Pengantar Administrasi Kesehatan. Edisi Ketiga. Binarupa Aksara: Jakarta.
Soekidjo, N. 2002. Metodologi Penelitian Kesehatan. Edisi 2. Rineka Cipta: Jakarta.
Entjan, Indan. 2004. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Jakarta: EGC.
Anonimus. 2009. Depkes RI. http://www.depkes.go.id.
________. 2009. Kamus Besar Bahasa Indonesia. http://kbbi.go.id

Anda mungkin juga menyukai