Anda di halaman 1dari 4

I.

Judul
Chain Surveying

II.

Tujuan
1. Mahasiswa mampu melakukan pengukuran wilayah dalam ruang lingkup
yang sempit.
2. Mahasiswa mampu melakukan pengukuran menggunakan teknik compass
surveying.

III.

Alat dan Bahan


1. Alat Tulis
2. Kompas Geologi
3. Pita Ukur
4. Yallon
5. Tali Rafia
6. Penggaris
7. Busur Derajat
8. Millimeter Blok
9. Kertas Kalkir
10. Kertas HVS Ukuran A4

IV.

Dasar Teori
Penggambaran permukaan bumi yang tidak teratur ini dapat dilakukan
dengan cara pengukuran tanah dengan teknik chain surveying. Teknik chain
surveying ini mencakup dua metode dasar, yaitu offset survey dari sebuah
garis dasar (baseline) dan compass traversing yang dimulai dan berakhir pada
titik yang sama.
Teknik offset survey dapat dilakukan apabila kondisi objek atau situs
relatif lurus, seperti parit dan pematang, atau objek survei yang berukuran
kecil dan bentuknya tidak beraturan. Compas Traversing adalah suatu istilah
yang dipakai dalam pengukuran panjang dan arah garis-garis lurus yang
saling berhubungan (Joukowsky 1980: 93). Teknik compass traversing ini
dipakai apabila lokasi yang diukur luasannya hanya memiliki sedikit
hambatan. Pada prinsipnya, survei dengan teknik ini dimulai dan berakhir
pada stasiun yang sama.

V.

Langkah Kerja
1. Pilih titik awal untuk pembiatan baseline dari stasiun A ke stasiun
B. Baseline ini usahakan untuk sejajar dengan axis situs atau objek.

Chain Surveying

Stasiun B juga harus berada pada jarak yang cukup jauh dari sudut
luar lain dari suatu situs. Tandai pula stasiun B dengan tongkat.
2. Ukur dan catat panjang baseline. Panjang baseline biasanya sama
dengan panjang maksimum suatu rol meter.
3. Berdirilah sejauh 5 m di belakang stasiun A dan tembak stasiun B
dengan kompas, catat posisinya dalam derajat.
4. Pindahlah ke stasiun B dan bidik stasiun A dengan kompas, dan catat
posisi derajatnya. Tandai semua gejala yang ada di situs dan ingin
anda survei dengan patok. Berilah nomor urut gejala-gejala tadi pada
sket yang sudah digambar di buku catatan.
VI.

Hasil Praktikum
1. Gambar sketsa pengukuran lapangan pada kertas HVS A4 (terlampir)
2. Gambar sketsa pengukuran lapangan pada kertas Kalkir (terlampir)

VII.

Pembahasan
Pada praktikum kali ini akan membahas mengenai Chain Surveying.
Chain surveying merupakan teknik pengukuran di lapangan yang mengacu
pada baseline. Baseline merupakan garis dasar yang dipakai dalam proses
pengukuran tanah yang dapat berfungsi untuk mempermudah proses
pengukuran/pemetaan suatu tempat. Baseline menjadi patokan dalam proses
pengukuran luas tanah.
Dalam proses pengukuran di lapangan A2, terdapat kekurangan dan
kelebihan dalam proses pengukuran luasan tanah. Kekurangan dari proses
pengukuran kali ini terdapat pada minimnya alat-alat survey yang digunakan.
Misalnya, pada kompas geologi terdapat kompas yang tidak memiliki kaca
dan ataupun garis tengah pada kaca tersebut. Yallon yang digunakan pun
tidak memiliki standarisasi yallon yang sebenarnya karena jarak antara batas
warna hitam dan putih tidak sama. Rata-rata jarak antara batas hitam-putih
pada yallon berkisar 0.5 cm sampai 1 cm. tidak adanya rantai ukur yang pada
umumnya dipakai dalam proses pengukuran menggunakan chain surveying,
namun hanya memakai tali raffia yang tidak ada nomor panjangnya. Selain
dari alat yang digunakan, kebanyakan dari petugas yallon kurang
memperhatikan kelurusan dan tingkat tegaknya yallon yang dibawanya juga
mampu mengubah jarak antara titik satu dengan titik yang lainnya.

Chain Surveying

Kelebihan praktikum ini hanya terletak pada proses pengukuran


lapangannya karena luas tempat yang diukur relatif sempit. Hal ini
menguntungkan bagi para surveyor karena tidak memerlukan waktu yang
lama dan tidak teralu menguras tenaga.
Dalam proses pengukuran, ada beberapa hal yang mempengaruhi atau
menjadi kendala ketika melakukan pengukuran di lapangan gedung A2, yaitu
cuaca yang panas ketika melakukan pengukuran, adanya angin yang
menyebabkan pita ukur mengalami perubahan kelurusan. Tidak adanya
petugas pencatat hasil pengukuran yang berasal dari pihak laki-laki, karena
hampir semua laki-laki lebih memilih menjadi petugas yallon
Solusi, ketika melakukan pengukuran, hendaknya para surveyor
melakukan pengukuran dengan cara membuat segmen agar tingkat akurasi
dan presisi jarak lebih tepat karena mampu mengurang gaya gravitasi bumi
dan tekanan angin. Sebaiknya par surveyor lebih sigap dan tanggap ketika
melakukan pengukuran tanah ataupun praktikum yang lainnya.
VIII. Kesimpulan
Dari hasil dan pembahasan pada praktikum Chain Surveying kali ini dapat
disimpulkan, bahwa :
1. Baseline merupakan garis dasar daam proses pengukuran.
2. Kekurangan pada praktikum ini terdapat pada alat-alat survey yang
kurang lengkap dan kurng standar.
3. Pembuatan segmen untuk mengurangi efek gaya gravitasi bumi dan
tekanan angin.
IX.

Daftar Pustaka
Basuki, Slamet. 2011. Ilmu Ukur Tanah. Yogyakarta : Gadjah Mada
University Press.
Sartika. 2010. Laporan Praktikum Ilmu Ukur Tanah Wilayah Umbrella Chain
Measuring. Indralaya: Jurusan Teknologi Pertanian. Fakultas
Pertanian. Universitas Sriwijaya.
Zahra, Farliska. dkk. 2009. Laporan Praktikum Ilmu Ukur Tanah; Modul
VIII; Pengukuran Waterpas Profil. Depok : Laboratorium Survey

Chain Surveying

dan Pemetaan. Departemen Sipil. Fakultas Teknik. Universitas


Indonesia
X.

Lampiran

Chain Surveying

Anda mungkin juga menyukai