Presentasi Kulit Puskesmas Miliaria
Presentasi Kulit Puskesmas Miliaria
Miliaria Rubra
Pembimbing :
dr. Ismiralda Oke P, Sp.KK
Disusun Oleh :
Fikrianisa Safrina
G4A014117
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
SMF ILMU PENYAKIT KULIT DAN KELAMIN
RSUD PROF. DR. MARGONO SOEKARJO
PURWOKERTO
2016
HALAMAN PENGESAHAN
Miliaria Rubra
Disusun oleh:
Fikrianisa Safrina
G4A014117
Presentasi kasus ini telah dipresentasikan dan disahkan sebagai salah satu tugas di
bagian Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo
Purwokerto,
Agustus 2016
Pembimbing:
Agustus 2016
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
3
Halaman Pengesahan............................................................................
Kata Pengantar......................................................................................
2
3
I. PENDAHULUAN..............................................................................
A. Identitas Pasien.....................................................................
B. Anamnesis...................................................................................
C. Status Generalis...........................................................................
D. Status Dermatologi......................................................................
E. Pemeriksaan Penunjang...............................................................
F. Resume....................
G. Diagnosis Kerja...............
H. Diagnosis Banding......................................................................
I. Pemeriksaan Anjuran...........
J. Penatalaksanaan...........................................................................
K. Prognosis.....................................................................................
5
5
5
6
7
7
7
8
10
10
10
10
11
11
12
12
14
15
16
16
17
19
III. PEMBAHASAN..................
20
IV. KESIMPUAN..................................
28
DAFTAR PUSTAKA............................................................................
29
I.
PENDAHULUAN
1.
Identitas Pasien
Nama
: An. E
Jenis Kelamin
: Perempuan
Usia
: 10 Bulan
Alamat
Agama
: Islam
: 00000183
Anamnesis
Diambil dari alloanamnesis pada tanggal 26 Juli 2016, pukul 09.00 WIB
Keluhan Utama
perut, punggung, lengan tangan kanan dan kiri, paha kanan dan kiri)
Keluhan Tambahan : Timbul bintik-bintik putih, sulit tidur, anak sering
menangis lebih rewel dibandingkan biasanya.
Riwayat Penyakit Sekarang:
Pasien datang ke Puskesmas I Baturraden dengan keluhan gatal
pada hampir seluruh tubuh (muka, leher, dada, perut, punggung, lengan
tangan kanan dan kiri, paha kanan dan kiri) sejak 2 minggu yang lalu.
Gatal dirasakan sepanjang hari sehingga membuat anak lebih sering
menangis dan rewel daripada biasanya sampai mengganggu tidur anak.
Gatal dirasakan bertambah jika anak kepanasan dan berkeringat. Gatal
dirasakan berkurang jika menggunakan bedak salisil.
Gatal pertama kali dirasakan 2 minggu yang lalu semenjak
timbulnya bintik-bintik putih di leher, punggung, dada, perut dan paha
yang timbul mendadak. Kemudian anak dibawa ke PMI dan mendapatkan
obat minum dan bedak salisil. Bentol dan gatal berkurang beberapa hari
kemudian. Namun, setelah obat dan bedak salisil habis, pasien mulai gatal
dan timbul kembali secara mendadak bintik putih, bahkan bertambah
dibandingkan sebelumnya, hingga ke wajah dan lengan. kemudian anak
dibawa ke Puskesmas I Baturraden.
5
Status Generalis
Keadaaan umum
: Baik
Kesadaran
: Compos mentis
Keadaan gizi
Vital Sign
Kepala
: Nadi
: 92 x/menit
Pernafasan
: 28 x/menit
Suhu
: 36,5oC
Mata
Hidung
Telinga
Mulut
Tenggorokan
Thorax
wheezing (-)
4.
Abdomen
KGB
Ekstremitas
), sianosis (
Status Dermatologi
Lokasi
Effloresensi
Pemeriksaan Penunjang
Tidak dilakukan pemeriksaan penunjang
6.
Resume
Pasien datang ke Puskesmas I Baturraden dengan keluhan gatal
pada hampir seluruh tubuh (muka, leher, dada, perut, punggung, lengan
tangan kanan dan kiri, paha kanan dan kiri) sejak 2 minggu yang lalu.
Gatal dirasakan sepanjang hari sehingga membuat anak lebih sering
menangis dan rewel daripada biasanya sampai mengganggu tidur anak.
Gatal dirasakan bertambah jika anak kepanasan dan berkeringat. Gatal
dirasakan berkurang jika menggunakan bedak salisil.
Gatal pertama kali dirasakan 2 minggu yang lalu semenjak
timbulnya bintik-bintik putih di leher, punggung, dada, perut dan paha
yang timbul mendadak. Kemudian anak dibawa ke PMI dan mendapatkan
obat minum dan bedak salisil. Bentol dan gatal berkurang beberapa hari
kemudian. Namun, setelah obat dan bedak salisil habis, pasien mulai gatal
dan timbul kembali secara mendadak bintik putih, bahkan bertambah
Diagnosis Kerja
Miliaria rubra
8.
Diagnosis Banding
1.
2.
3.
4.
5.
9.
Folikulitis
Varicella
Dermatitis venenata
Prurigo
Dermatitis atopi
10.
Penatalaksanaan
9
1. Edukasi
a.
b.
c.
d.
e.
f.
2. Medikamentosa
a. Sistemik:
1) AntihistaminChlorpheniramine maleate 4mg tablet 1x1
2) Antibiotik Amoxicillin 500 mg tablet 1x1
b. Topikal: Bedak salisilat 1-2%+menthol
11.
Prognosis
Quo ad vitam
: bonam
II.
a.
: dubia ad bonam
TINJAUAN PUSTAKA
Definisi
Miliaria adalah gangguan umum dari kelenjar keringat ekrin yang
sering terjadi pada peningkatan suhu dan kelembaban. Miliaria disebabkan
oleh penyumbatan saluran keringat, yang menyebabkan kebocoran keringat
yang keluar dari kelenjar ekrin menuju ke epidermis atau dermis. Miliaria
ditandai dengan adanya papul vesikuler atau pustul yang bersifat milier dan
gatal. Sinonim dari penyakit ini adalah biang keringat, keringat buntet, liken
tropikus, prickle heat, sweating fever, heat scalling, dermatitis hidrotica,
hydroa, heat rash dan sweet blisters. (Djuanda, 2007; Levin, 2010).
Berdasarkan lokasi tersumbatnya kelenjar ekrin, miliaria terbagi
dalam beberapa tipe (Levin, 2010):
10
b.
Epidemiologi
Miliaria kristalina dan rubra dapat terjadi pada semua usia, tapi
insidensi terbanyak pada infant dan anak-anak dibandingkan orang dewasa.
Berdasarkan survey di Jepang, dari 5000 infant, 4,5% menderita miliaria
kristalina (usia kurang dari 1 minggu) dan miliaria rubra pada 4% neonatus
(11-14 hari). Miliaria juga dapat terjadi pada orang yang pindah atau tinggal
di daerah tropikal. Sedangkan malaria profunda jarang terjadi, biasanya pada
orang dengan malaria rubra yang terus berulang (Levin, 2010).
c.
Etiologi
Beberapa hal yang dapat menyebabkan miliaria, antara lain (Levin, 2010):
1. Penyumbatan kelenjar atau saluran keringat oleh lapisan tanduk, debu,
kosmetik, dan pakaian yang tidak menyerap keringat.
2. Imaturitas kelenjar ekrin pada neonatus sehingga kelenjar mudah ruptur
saat berkeringat dan menimbulkan miliaria.
3. Kondisi cuaca panas dan lembab serta iklim tropis.
11
Patofisiologi
Faktor utama yang berperan bagi perkembangan miliaria adalah
kondisi panas dan kelembaban tinggi yang menyebabkan berkeringat
berlebihan.
Oklusi
pori-pori
kulit
selanjutnya
dapat
meningkatkan
kulit
dan
pengeluaran
cairan
atau
keringat
berlebih
12
(overhydration) dari lapisan corneum. Pada orang yang rentan, termasuk bayi,
yang relatif belum matang kelenjar ekrinnya, pengeluaran cairan atau keringat
(overhydration) dari stratum corneum dianggap cukup untuk menyebabkan
penyumbatan sementara dari saluran ekrin (Wolff, 2009).
Jika kondisi lembab dan panas bertahan, individu terus memproduksi
keringat berlebihan, tetapi dia tidak dapat mengeluarkan keringat ke
permukaan kulit karena penyumbatan duktus. Sumbatan ini menyebabkan
kebocoran keringat dalam perjalanannya ke permukaan kulit, baik di dalam
dermis atau epidermis, dengan anhidrosis relatif (Djuanda, 2008).
Ketika titik kebocoran di lapisan corneum atau hanya di bawahnya,
seperti dalam Miliaria crystallina, akan ada sedikit peradangan yang
menyertai, dan lesi tidak menunjukkan gejala. Sebaliknya, pada Miliaria
rubra, kebocoran keringat ke lapisan subcorneal menghasilkan vesikula
spongiotic dan sel inflamasi kronis periductal yang menginfiltrasi di papiler
dermis dan epidermis bawah. Pada Miliaria profunda, keluarnya keringat ke
dermis papiler menghasilkan suatu substansial, menginfiltrasi limfositik
periductal dan spongiosis dari duktus intra-epidermis (Djuanda, 2008).
Subkorneal
papilla dermis
miliaria rubra
miliaria profunda
dengan Miliaria memiliki 3 kali lebih banyak bakteri per satuan luas kulit
dibandingkan subyek kontrol sehat. Agen antimikroba efektif dalam menekan
Miliaria akibat eksperimental. Periodic Acid-Schiff positif bahan tahan
diastase telah ditemukan di sumbatan intraductal yang konsisten dengan
substansi polisakarida ekstraselular stafilokokal (EPS). Dalam pengaturan
percobaan, hanya Staphylococcus epidermidis yang menghasilkan EPS yang
dapat menginduksi miliaria (Nikki, 2010).
Pada akhir tahap Miliaria, hyperkeratosis dan parakeratosis dari
acrosyringium (bagian paling atas dari saluran/duktus kelenjar keringat) dapat
diamati.
Sebuah
sumbatan
hyperkeratotic
mungkin
muncul
untuk
Manifestasi Klinis
Dari anamnesis, pasien mengeluh terdapat lenting disertai gatal di
seluruh tubuh, terutama yang tertutup pakaian. Lesi dapat terjadi dalam
beberapa hari setelah pajanan terhadap kondisi panas, tetapi lebih cenderung
muncul setelah berbulan-bulan setelah terpapar panas dan lembab. Lesi
sembuh sendiri dalam beberapa hari. Pasien mengeluh tidak tahan terhadap
panas dan menurunnya produksi keringat di daerah miliaria (Djuanda, 2007;
Levin, 2010; Nguyen, 2011). Berdasarkan letak oklusi, miliaria dibagi
menjadi:
1. Miliaria kristalina
Bentuk ini biasanya menyerang bayi baru lahir (neonatus) yang
berusia kurang dari 2 minggu dan orang dewasa yang menderita demam
atau mereka yang baru saja pindah ke iklim tropis. Lesi umumnya
asimtomatik terlihat seperti vesikula jernih (hasil dari keringat yang dapat
mencapai stratum korneum) dan dangkal yang berdiameter 1-2 mm. Lesi
yang terjadi sering berkumpul (confluent), tanpa eritema sekitarnya, dapat
juga tanpa disertai rasa gatal. Lesi pecah dengan mudah dan sembuh
dengan deskuamasi dangkal (Djuanda, 2007; Levin, 2010).
a. Lesi yang jelas, vesikula dangkal yang berdiameter 1-2 mm.
14
2. Miliaria rubra
Bentuk ini biasanya menyerang neonatus usia 1-3 minggu dan
orang dewasa yang tinggal di tempat yang panas, dan lingkungan yang
lembab. Lesi seragam, vesikula milier dan papul eritem di atas kulit
eritem. Lesi terjadi dalam distribusi diskret dan tidak menjadi konfluen.
Pada bayi, lesi terjadi pada leher, trunkus, dan di pangkal paha dan ketiak.
Pada orang dewasa, lesi terjadi pada kulit tertutup di mana gesekan terjadi,
daerah ini antara lain leher, kulit kepala, bagian atas tubuh, dan siku atau
persendian (Levin, 2010; Nguyen, 2011).
Miiaria jenis ini disebabkan karena sumbatan berada pada
epidermis, tapi subkorneum. Lesi mudah terinfeksi sekunder menjadi
bentuk pustul yang disebut miliaria pustulosa, dapat juga menjadi impetigo
dan furunkulosis terutama pada anak-anak (Djuanda, 2007; Levin, 2010).
a. Lesi seragam, kecil, vesikula eritem dan veskular papula pada latar
belakang atau dasar eritema.
b. Lesi terjadi dalam distribusi nonfollicular dan tidak menjadi konfluen.
c. Pada bayi, lesi terjadi pada leher dan di pangkal paha dan ketiak.
15
d. Pada orang dewasa, lesi terjadi pada kulit tertutup di mana gesekan
terjadi, daerah ini antara lain leher, kulit kepala, bagian atas tubuh, dan
siku atau persendian.
e. Pada tahap akhir, anhidrosis dapat diamati di kulit yang terkena
(Siregar, 2000).
3. Miliaria profunda
Bentuk ini terjadi pada individu yang biasanya tinggal di iklim
tropis dan memiliki episode berulang dari miliaria rubra. Lesi yang terjadi
karena oklusi di perbatasan epidermo-dermis ini dapat sembuh dengan
cepat, biasanya dalam waktu kurang dari satu jam setelah stimulus yang
menyebabkan berkeringat dihilangkan atau dihindari. Lesi berupa papula
diskret berdiameter 1-3 mm dengan batas tegas dan berwarna sama seperti
kulit, tidak disertai eritem dan gatal. Lesi terjadi terutama pada trunkus,
tetapi mereka juga dapat muncul pada ekstremitas. Pasien dapat
melaporkan
peningkatan
produksi
keringat
di
kulit
yang
tidak
Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan Laboratorium
Miliaria secara klinis berbeda, karena itu, beberapa tes
laboratorium diperlukan. Dalam Miliaria crystallina, pemeriksaan
sitologi vesikuler gagal untuk mengungkapkan isi sel atau multinuklear
peradangan sel raksasa (seperti yang diharapkan pada vesikula herpes).
Dalam
Miliaria
pustulosa,
pemeriksaan
sitologi
dari
pustula
eosinofil
tidak
menonjol.
Pewarnaan
Gram
dapat
17
yang muncul lebih rendah di dalam dermis, dan limfosit dapat memasuki
saluran ekrin. Spongiosis di sekitar epidermis dan parakeratotic
hiperkeratosis dari acrosyringium dapat diamati (Wolff, 2009).
g.
Diagnosis Banding
1. Folikulitis
Folikulitis adalah peradangan folikel rambut. folikulits disebabkan
oleh infeksi bakteri stafilokokus. Perjalanan penyakitnya berupa timbul
rasa gatal dan rasa terbakar pada daerah berambut. Berupa makula
eritematosa disertai papul atau pustule yang ditembus oleh rambut.
Pertumbuhan rambut sendiri tidak terganggu. Kadang-kadang penyakit ini
menimbulkan discharge dari luka dan abses. Daerah yang paling sering
pada kulit kepala dan ekstremitas (Djuanda, 2007; Siregar, 2004).
2. Varisela
Varisela adalah penyakit yang disebabkan virus varisela dengan
gejala di kulit dan selaput lendir berupa vesikula dan disertai gejala
konstitusi. Perjalanan penyakit ini dimulai adanya masa inkubasi Antara
11-21 hari (rata-rata 14 hari), disusul oleh gejala prodromal yang ringan
selama 1-2 hari. Penderita demam, anoreksia dan malaise, pada kulit
timbul papula kemerahan yang kemudian menjadi vesikula. Vesikelvesikel baru tetap terbentuk sementara vesikel terdahulu pecah, mongering
dan menjadi krusta, dengan demikian pada suatu saat akan tampak
bermaca-macam ruam kulit (polimorf). Vesikel biasanya beratap tipi,
bentuknya bulat/lonjong menyerupai setetes air sehingga disebut teardrop
vesicle. Predileksi dari varisela terutama pada badan dan sedikit pada
wajah dan ekstremitas. Mungkin juga timbul pada mulut, palatum mole
dan faring (Djuanda, 2007; Siregar, 2004).
3. Dermatitis venenata
Memiliki riwayat kontak dengan serangga. Gejala lokal meliputi
rasa terbakar dan sakit setelah sengatan atau gigitan, diikuti edem
setempat, urtikaria eritem yang jelas, pruritus, dan vesikel (Djuanda,
2007).
4. Prurigo hebra mitis
Prurigo merupakan reaksi kulit yang bersifat kronik residif dan
efloresensi beraneka ragam. Penyebabnya belum diketahui secara pasti,,
18
diduga ada pengaruh dari luar seperti gigitan serangga, sinar matahari,
udara dingin dan pengaruh dari dalam tubuh seperti infeksi kronik.
Perjalanan penyakit dimulai sejak adanya faktor pencetus yang
menyebabkan timbulnya urtikaria popular, kemudian timbul rasa gatal, dan
karena digaruk timbul bintik-bintik. Gatal bersifat kronik, akibatnya kulit
jadi hitam dan menebal. Penderita mengeluh gelisah, gatal dan mudah
dirangsang. Prurigo hebra mitis merupakan prurigo yang bersifat ringan,
biasanya pada anak-anak sampai dewasa muda. Lokalisasi pada bagian
ekstensor ekstremitas, dahi dan abdomen. Efloresensi berupa papulapapula berwarna merah, selanjutnya papula menjadi runcing-runcing dan
timbul vesikel, eksoriasi, dan likenifikasi. Efloresensi bersifat multiformis
dan gatal, akibat garukan timbul jaringan parut dan penebalan kulit
(Siregar, 2004).
5. Dermatitis atopi
Dermatitis atopi adalah dermatitis yang timbul pada individu
dengan riwayat atopi pada dirinya sendiri maupun keluarganya, yaitu
riwayat asma bronkial, rhinitis alergi, dan reaksi alergi terhadap serbuk
tanaman, dan lain-lain. Faktor keturunan merupakan dasar timbulnya
penyakit. Dasar penyakit adalah faktor herediter yang oleh faktor luar
menimbulkan kelainan kulit dimulai dengan eritema, papula-papula,
vesikel sampai erosi dan likenifikasi. Penderita tampak gelisah, gatal dan
sakit berat. Pada anak biasanya lokalisasi pada tengkuk lipat siku dan lipat
lutut. Efloresensi pada anak biasanya berupa papula-papula miliar,
likenifikasi dan tak eksudatif (Djuanda, 2007; Siregar, 2004).
h.
Penatalaksanaan
1. Umum
a. Menjaga suhu ruangan agar tetap dingin dan kelembaban cukup.
b. Mengurangi aktivitas untuk mengurangi produksi keringat berlebih.
c. Mengurangi pemberian bedak tabur di daerah yang rentan miliaria.
19
i.
Komplikasi
Komplikasi yang tersering dari Miliaria adalah infeksi sekunder dan
intoleransi terhadap suhu lingkungan yang panas. Infeksi sekunder dapat
terjadi berupa impetigo atau multiple diskret abses staphylogenes. Intoleransi
terhadap suhu lingkungan yang panas terjadi ditandai dengan tidak keluarnya
keringat bila terpapar suhu panas, lemah, fatique, pusing bahkan pingsan
(Levin, 2010).
j.
Prognosis
Quo ad vitam
: bonam
Quo ad kosmeticum
: bonam
Quo ad sanationam
: dubia ad bonam
20
21
III.
PEMBAHASAN
A. Penegakkan Diagnosis
Dari anamnesis didapatkan bahwa pasien datang dengan keluhan
gatal pada hampir seluruh tubuh (muka, leher, dada, perut, punggung,
lengan tangan kanan dan kiri, paha kanan dan kiri) sejak 2 minggu yang
lalu. Gatal dirasakan sepanjang hari sehingga membuat anak lebih sering
menangis dan rewel daripada biasanya sampai mengganggu tidur anak.
Gatal dirasakan bertambah jika anak kepanasan dan berkeringat. Gatal
dirasakan berkurang jika menggunakan bedak salisil.
Gatal pertama kali dirasakan 2 minggu yang lalu semenjak
timbulnya bintik-bintik putih di leher, punggung, dada, perut dan paha
yang timbul mendadak. Kemudian anak dibawa ke PMI dan mendapatkan
obat minum dan bedak salisil. Bentol dan gatal berkurang beberapa hari
kemudian. Namun, setelah obat dan bedak salisil habis, pasien mulai gatal
dan timbul kembali secara mendadak bintik putih, bahkan bertambah
dibandingkan sebelumnya, hingga ke wajah dan lengan. kemudian anak
dibawa ke Puskesmas I Baturraden.
Pasien adalah anak pertama dari ibu dengan pekerjaan ibu rumah
tangga dan ayah seorang pedagang. Pasien tinggal bersama keluarga inti di
rumah sendiri. Rumah menggunakan tembok yang permanen dan lantai
dari ubin keramik. Rumah tempat tinggal memiliki ventilasi yang kurang
terutama di kamar. Pasien sendang berumur 10 bulan dan sedang aktifnya
merangkak dan belajar berdiri sendiri. Kamar pasien sering terasa panas
dan karena aktivitas pasien sedang meningkat sehingga pasien sering
berkeringat. Baju yang digunakan pasien sehari-hari menggunakan bahan
yang kurang baik dalam menyerap keringat. Baju pasien diganti sekitar 3
kali dalam sehari dan baju selalu dicuci oleh ibu pasien sendiri
menggunakan air mengalir yang bersih dari kran.
22
23
Muka, leher, dada, perut, punggung, lengan tangan kanan dan kiri, paha kanan dan
kiri
Effloresensi: makula eritematosa dengan papul dan vesikel miliar diatasnya yang
tersebar generalisata.
Penatalaksanaan
Status
Dermatologis
RPsosek
RPK
Riwayat penyakit yang sama, alergi, debu, dingin, makanan, asma, disangkal.
Riwayat penyakit DM (-), Hipertensi (-), Asma (+) ibu dan nenek.
RPD
Riwayat Alergi (-).
Riwayat penyakit yang sama sebelumnya (-)
Pasien mengeluh gatal pada hampir seluruh tubuh (muka, leher, dada,
perut, punggung, lengan tangan kanan dan kiri, paha kanan dan kiri)
sejak 2 minggu yang lalu.
Bertambah jika anak kepanasan dan berkeringat.
Timbul bintik-bintik putih di leher, punggung, dada, perut dan paha yang
timbul mendadak
Anamnesis
1. Folikulitis
Folikulitis adalah peradangan folikel rambut. folikulitis disebabkan
oleh infeksi bakteri stafilokokus. Pada efloresensi yang muncul berupa
makula eritematosa disertai papul atau pustul yang ditembus oleh
rambut. Daerah yang paling sering pada kulit kepala dan ekstremitas.
Pada pasien papul dan pustul tersebar generalisata tanpa ditembus oleh
rambut sehingga tidak menunjukkan adanya peradangan pada folikel
rambut, oleh karena itu diagnosis folikulitis disingkirkan.
2. Varisela
Varisela adalah penyakit yang disebabkan virus varisela dengan
gejala di kulit dan selaput lendir berupa vesikula dan disertai gejala
konstitusi. Perjalanan penyakit ini dimulai adanya masa inkubasi Antara
11-21 hari (rata-rata 14 hari), disusul oleh gejala prodromal yang ringan
selama 1-2 hari. Penderita demam, anoreksia dan malaise, pada kulit
timbul papula kemerahan yang kemudian menjadi vesikula. Vesikel
biasanya beratap tipis, bentuknya bulat/lonjong menyerupai setetes air
sehingga disebut teardrop vesicle. Predileksi dari varisela terutama pada
badan dan sedikit pada wajah dan ekstremitas. Mungkin juga timbul
pada mulut, palatum mole dan faring (Djuanda, 2007; Siregar, 2004).
Pada pasien, tidak didapatkan adanya gejala konstitusi (demam,
anoreksia dan malaise) sebelum maupun bersamaan dengan timbulnya
ruam kulit. Vesikel pada pasien juga tidak menunjukkan seperti tetesan
air yang khas sebagai lesi varisela. Selain itu, tidak adanya ruam pada
mulut, palatum mole dan faring seperti pada varisela. Oleh karena itu,
diagnosis varisela pada pasien tersebut dapat disingkirkan.
3. Dermatitis venenata
Dermatitis Venenata adalah Dermatitis Kontak Iritan yang
disebabkan olehterpaparnya bahan iritan dari beberapa tanaman seperti
rumput, bunga, pohon, mahoni, kopi, mangga, serta sayuran seperti tomat,
wortel dan bawang. Bahan aktif dari serangga juga dapat menjadi penyebab. Gejala
lokal meliputi rasa terbakar dan sakit setelah sengatan atau gigitan,
diikuti edem setempat, urtikaria eritem yang jelas, pruritus, dan vesikel.
Pada pasien tidak didapatkan riwayat kontak dengan iritan sebelumnya,
sehingga diagnosis dermatitis venenata dapat disingkirkan.
4. Prurigo herba mitis
24
Efloresensi
berupa
papula-papula
berwarna
merah,
1. Bedak salysil+menthol
Asam salisilat merupakan senyawa yang bersifat bakteriostatik
(menghambat pertumbuhan bakteri), fungisida (membasmi jamur), dan
keratolitik (membuang sel-sel kulit mati). Asam salisilat dapat
mencegah sel-sel kulit mati menutupi folikel rambut sehingga dapat
mencegah terjadinya penyumbatan pada pori-pori, serta dapat
melakukan penetrasi terhadap sebum (kandungan minyak pelembab
kulit) yang telah menyumbat pori-pori.
Obat ini dipakai dengan cara ditaburkan dan digosokkan secara merata
pada kulit yang gatal atau mengalami gangguan. Dosis umum untuk
pemakaian obat ini adalah sebanyak 1-2 kali per hari, tergantung pada
jenis
dan
keparahan
kondisi
kulit
yang
akan
diobati.
26
reaksi
alergi.
Contohobatnya
adalah:
difenhidramina,
banyak
efek
yang
tidak
berhubungan
IV.
KESIMPULAN
27
1.
Miliaria adalah gangguan umum dari kelenjar keringat ekrin yang sering
terjadi pada peningkatan suhu dan kelembaban.
2.
Miliaria
disebabkan
oleh
penyumbatan
saluran
keringat,
yang
Ada tiga macam bentuk Miliaria, yaitu miliaria rubra, miliaria kristalina
dan miliaria profunda.
4.
Gejala klinis miliaria yaitu timbul lenting disertai gatal di seluruh tubuh,
terutama yang tertutup pakaian. Lesi dapat terjadi dalam beberapa hari
setelah pajanan terhadap kondisi panas, tetapi lebih cenderung muncul
setelah berbulan-bulan setelah terpapar panas dan lembab.
5.
DAFTAR PUSTAKA
28
Djuanda, A. 2007. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Jakarta: Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia.
Levin,
N.
A.
2010.
Miliaria.
Dilihat
dari:
htttp://emedicine.medscape.com/article/1070840-overview. Pada tanggal 11
Maret 2016.
29