Anda di halaman 1dari 21

BAB I

LAPORAN KASUS
1.1 IDENTITAS
Nama Pasien

: An. JI

Umur

: 10 tahun

Jenis Kelamin

: laki-laki

Berat badan

: 27 kg

Agama

: Kristen Protestan

Suku

: Wamena

Alamat

: Sentani

Tanggal MRS

: 13 Agustus 2015

1.2 ANAMNESIS (Autoanamnesis dilakukan pada tanggal 24 Juli 2015)


1.2.1

Keluhan utama
Demam tinggi

1.2.2

Riwayat penyakit sekarang


Pasien datang dengan keluhan demam tinggi 10 hari SMRS. Pasien sempat
dirawat di rumah sakit Yowari selama 1 minggu dengan keluhan demam tinggi
dan tubuh warna kuning. berdasarkan penuturan dari ibu pasien, pasien didiagnos
malaria, namun ibu pasien mengatakan tidak dijelaskan pasien menderita malaria
tropika maupun tersiana. Setelah 1 minggu di rawat di RS yowari dan keadaan
pasien sudah mulai membaik pasien pulang ke rumah. 2 hari kemudian pasien
demam kembali dan seluruh tubuh berwarna kuning akhirnya pasien berobat ke
RS dok II. Demam yang dirasakan pasien hilang timbul, menggil (+), kejang (-),
pasien juga mengeluh tubuh berwarna kuning, badan rasa lemas, cepat capai,
nyeri kepala, saat berjalan badan rasa mau jatuh, mata kunang-kunang (-), sesak
(-), mual (+), muntah (+), muntah kira-kira gelas aqua, muntah isi air sampai
warna kuning dan tidak berbau. Riwayat gusi berdarah (-), mimisan (-), berak
darah (-), batuk (-), pilek (-). Nafsu makan sangat menurun semenjak pasien
sakit. BAB/BAK ( baik lancar/baik lancar)

1.2.3

1.2.4

Riwayat penyakit dahulu

Malaria (+) pada tahun 2013 dan dirawat di ICU

Alergi obat (-)

Alergi makanan (-)

Riwayat kehamilan
Ibu pasien selama hamil tidak pernah menderita sakit dan rajin memeriksakan
kehamilan dipuskesmas maupun rumah sakit.Ibu pasien juga tidak pernah
mengkomsumsi obat-obatan maupun jamu.

1.2.5

Riwayat kelahiran
Pasien lahir cukup bulan dengan persalinan spontan dan ditolong oleh dokter dan
bidan.

1.2.6

Riwayat neonatal
Saat lahir pasien langsung menangis dan bergerak aktif, berwarna kemerahan

1.2.7

Riwayat imunisasi
a. BCG : sudah diberikan
b. Hepatitis B1, B2, B3 : sudah diberikan
c. DPT1, DPT2, DPT3 : sudah diberikan
d. Polio1, polio2, polio3, : sudah diberikan
e. Campak : sudah diberikan.

1.2.8

Riwayat tumbuh kembang


Pertumbuhan pasien sesuai dengan umur.

1.2.9

Riwayat gizi
Menurut ibu pasien sejak lahir pasien minum ASI 1,5 th. Semenjak sakit nafsu
makan pasien menurun.

1.2.10

Riwayat keluarga
Tidak ada penyakit bawaan dari keluarga.

1.2.11

Riwayat kepribadian dan kebiasaan


Pasien merupakan anak yang aktif.

1.3 PEMERIKSAAN FISIK


Dilakukan pada tanggal 13 Agustus 2015
Keadaan Umum

: Tampak sakit sedang

Kesadaran

: Compos Mentis

Tanda Vital

TD: 120/70 mmHg, N: 60 x/ m RR : 30 x/m, SB: 39,5oC


Kepala dan Leher.
Kepala : Simetris, tidak ada kelainan.
Mata : Konjungtiva anemis +/+, Sklera Ikterik -/Telinga: Deformitas (-), Sekret (-), Lesi (-)
Hidung: Deformitas (-), Sekret (-), Lesi (-)
Mulut : Mukosa bibir dan mulut kering, sianosis (-), Oral Candidiasis (-)
Tenggorokan : uvula ditengah, tonsil T1-T1 tenang, faring hiperemis (-).
Leher : KGB tidak teraba membesar.
Thoraks
Paru-paru
-

Inspeksi

: Pergerakan dada simetris , Tidak terdapat kelainan pada dinding dada

Palpasi

: Taktil fremitus sama kanan dan kiri

Perkusi

: Sonor

Auskultasi: Suara napas vesikuler, Vokal fremitus sama kanan dan kiri, wheezing -/-,
rhonki -/Jantung

Inspeksi

Palpasi : thrill (-)

Perkusi

Auskultasi : BJ I dan BJ II reguler, mur mur (-), gallop (-)

: Ictus cordis tidak terlihat


: Pekak

Abdomen
-

Inspeksi

Auskultasi: Bising usus (+) normal

Palpasi

: Nyeri tekan (-) ,supel, hepar (tidak teraba) lien = teraba di schufner 1

Perkusi

: Timpani

: Cembung

Ekstremitas : akral hangat, edema -/-,CRT < 3 detik


Kulit

: tampak anemis (+) ikterik (+) sianosis (-)


3

Vegetatif :
-

Makan/Minum : kurang
BAK/BAB :lancar, warna teh / lancar

1.4 PEERIKSAAN PENUNJANG


Urin lengkap: tanggal 13 Agustus 2015
Jenis pemeriksaan
Warna
Kekeruhan
PH
Berat jenis
Protein

Glukosa

Urobilin
Bilirubin
Nitrit
Keton
Lekosit esterase
Darah/blood
Laboratorium
Pemeriksaan
Hematologi
WBC
RBC
Hb
HCT
PLT
MCV
MCH
MCHC
DDR

Hasil Pemeriksaan
kuning
Agak keruh
6.0
1.015
-

+3

Nilai rujukan
Kuning muda-kuning
Tidak ada
4,6-8,5
1.002-1.030
Negatif: tidak ada protein
dalam urin
+1 : 15-30 mg/dl
+2 : 100 mg/dl
+3 : 300 mg/dl
+4 : 1000 mg/dl
Negatif : tidak ada glukosa
dalam urin
+1 :15-100 mg/dl
+2:200 mg/dl
+3:500 mg/dl
+4:1000 mg/dl
Normal
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada

13-8-2015

16-8-2015

18-8-2015

Nilai Rujukan

13,1 m/mm3
0.91106/mm3
2,3 g/dl
6.1 %
252 m/mm3
67 m3
25,7 pg
38,7 g/dl
Negatif

10.5 m/mm3
2.80 106/mm3
7.8 g/dl
21.2 %
250 m/mm3
76 m3
27.9 pg
36.8 g/dl
Negatif

9.1 m/mm3
3.04 106/mm3
8.4 g/dl
22.5 %
261 m/mm3
74 m3
27.7 pg
37.3 g/dl

4,0-10,0 m/mm3
4.00-5.80 m/mm3
11,0-16,5 g/dl
35,0-50,0 %
150-400 m/mm3
80-97 fL
26,5-33,5 pg
31.5-35.0 g/dl

1.5 RESUME
Seorang anak umur 10 tahun, berat badan 27 kg. datang dengan keluhan demam
tinggi 10 hari SMRS, badan rasa lemas, cepat lelah, nyeri kepala, badan rasa mau
jatuh jika berjalan, mata rasa berkunang-kunang, pucat pada seluruh tubuh dan tubuh
berwarna kuning. berdasarkan pemeriksaan fisik didapatkan: CA tampak anemis, SI
(+/+), limpah terabah pada scuffner 1. Berdasarkan hasil laboratorium : DDR (-), Hb:
2.3 g/dl, WBC : 13.1 103/mm3, HCT: 6.1 %, PLT : 252 10 3/mm3, MCV : 67 m3,
MCH 25.7 pg, MCHC: 38.7 g/dl.
1.6 DAFTAR MASALAH

Demam

Lemas

Cepat lelah

Tampak pucat

Nyeri kepala

Ikterik

Mata kunang-kunang

1.7 DIAGNOSA BANDING


Anemia hemolitik
1.8 DIAGNOSA KERJA
Anemia gravis ec malaria berat
1.9 TERAPI (Pengobatan saat di UGD)
-

IVFD RL 10 tpm

inj ranitidin 2 x 27 mg (iv)

inj paracetamol 3 x 300 mg (iv)

Post transfusi PRC (3x2xBB) 1 kantong

Pre lasix

Kroshchek golda

Pemeriksaan Lab: tes fungsi hati, fungsi ginjal.

Cek DDR ulang

1.10

PROGNOSIS
Quo ad vitam
Quo ad functionam
Quo ad sanationam

1.11

: bonam
: bonam
: bonam

FOLLOW UP
Follow Up Ruangan

Tanggal
14 agustus
2015
HR : 1

15 agustus
2015
HR : 2

Catatan
S : demam (-), Sesak, kaki bengkak, perut membesar
O: KU : Tampak Sakit Sedang, kes: CM
GCS : E4V5M6
- TD
: 110/60 mmHg
- Nadi
: 136x/m
- RR
: 32 x/m
- Suhu
: 36,7 0C
Kepala : simetris
Mata : CA +/+ , SI +/+
Mulut : OC (-)
Leher : pembesaran KGB (-)
Thorax
- Pulmo : simetris, Suara Nafas vesikuler.
Rhonki+/+, wheezing -/- Cor: Bunyi Jantung I- Bunyi Jantung II
reguler. Murmur (+), gallop (-)
- Abdomen : BU (+). Nyeri tekan (+),
- Hepar/lien: (ttb/ scuffner I)
Ekstremitas: akral hangat (+), edema (-)
Kulit: anemis (+), sianosis (-), ikterik (+), turgor kulit
cukup
A : anemia gravis ec malaria berat
S : lemas
O: KU : Tampak Sakit Sedang, kes: CM
GCS : E4V5M6
- TD
: 100/60 mmHg
- Nadi
: 130 x/m
- RR
: 32 /m
- Suhu : 36,5 0C
Kepala : simetris
Mata : CA +/+ , SI +/+
Leher : pembesaran KGB (-)
Mulut : OC (-)
Thorax
- Pulmo : simetris ikut gerak napas, Suara Nafas
ves/ves. Rhonki-/-, wheezing -/- Cor: Bunyi Jantung I Bunyi Jantung II
reguler. Murmur (-), gallop (-)
- Abdomen : BU (+). Nyeri tekan (-),

Tindakan
- IVFD RL 10 tpm
makro
- Inj. Ranitidin 2x27
mg (iv)
- inj paracetamol 3 x

300 mg (iv) K/P


-

Pre lasik
Post transfusi prc 150
cc pada tgl 13
agustus 2015.
Transfusi prc 150 cc
Thorax AP
Pemeriksaan lab:tes
fungsi hati, fungsi
ginjal.
Cek DDR, UL

IVFD RL 10 tpm
Inj. Ranitidin 2x27
mg (iv)
Pre lasik
Transfusi prc 180 cc

Tgl 16 agustus 2015:


Transfusi prc 240 cc ( stop
sementara karena timbul
reaksi bintik-bintik merah
dibadan.)

17 agustus
2015
HR : 4

18 agustus
2015
Hp : 5

Hepar/lien: (ttb/ scuffner I)


Ekstremitas: akral hangat (+), udem (-)
Kulit : anemis (+), sianosi (-), ikterik (-)
Diagnosa : anemia gravis post malaria berat, susp ISK
DD GNAPS
S: demam (-), muncul bintik-bintik kemerahan di kaki
dan tangan setelah transfusi PRC
O: KU : Tampak Sakit Sedang, kes: CM
GCS : E4V5M6
- TD
: 110/60 mmHg
- Nadi
: 84 /m
- RR
: 22 /m
- Suhu : 36,5 0C
Kepala : simetris
Mata : CA +/+ , SI -/Leher : pembesaran KGB (-)
Thorax
- Pulmo :Suara Nafas vesikuler. Rhonki-/-,
wheezing -/- Cor: Bunyi Jantung I Bunyi Jantung II
reguler. Murmur (-), gallop (-)
- Abdomen : BU (+). Nyeri tekan (+)
Hepar/lien: (ttb/scuffner 1)
Ekstremitas: akral hangat (+), udem (-)
Kulit: anemis (+), ikterik (-), sianosis (-)
A : anemia gravis ec malaria berat
S: bintik-bintik kemerahan dikaki dan tangan
berkurang
O: KU : TTS, kes: CM GCS : E4V5M6
- TD
: 110/80 mmHg
- Nadi
: 80 x/m
- RR
: 24 x/m
- Suhu : 360C
Kepala : simetris
Mata : CA +/+ , SI -/Leher : pembesaran KGB (-)
Thorax
- Pulmo :Suara Nafas vesikuler. Rhonki-/-,
wheezing -/- Cor: Bunyi Jantung I Bunyi Jantung II
reguler. Murmur (-), gallop (-)
- Abdomen : BU (+). Nyeri tekan (-)
Hepar/lien: (ttb/ttb)
Ekstremitas: akral hangat (+), edema (-)
Kulit: anemis (-), ikterik (-), sianosis (-)
A: anemia gravis ec malaria berat

IVFD D5 NS 20
tpm (makro)
Inj ranitidin 2x27 mg
(iv)

inj paracetamol 3 x
300 mg (iv) k/p

Inj cefotaxim 3x900


mg (iv)
SF 1x1

IVFD D5 NS 20
tpm (makro)
Inj ranitidin 2x27 mg
(iv) = stop
Inj cefotaxim 3x900
mg (iv)
Tranfusi PRC 250 cc
Inj lasik 14 mg (iv)
pre transfusi
SF 1x1 tab
Cek Hb post transfusi
+ DDR

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi
Anemia didefinisan sebagai penurunan volume eritrosit atau kadar Hb sampai
dibawah rentang nilai yang berlaku untuk orang sehat. Pada anak kulit hitam mempunyai
kadar Hb 0,5 g/dL lebih rendah dari pada anak kulit putih dan anak Asia. Penurunan
kadar Hb dapat menurunkan kapsitas angkut oksigen darah, sedikit gangguan klinis
sampai kadar Hb turun mencapai kadar dibawah 7-8 gr/dL. Dibawah kadar ini kepucatan
menjadi nyata pada kulit dan mukosa. Anemia bukan merupakan satu kesatuan yang
spesifik tetapi merupakan akibat dari berbagai proses patologik yang mendasari.
Klasifikasi. Anemia merupakan tanda adanya penyakit. Anemia selalu merupakan
keadaan tidak normal dan harus dicari penyebabnya. Anamnesis, pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan laboratorium sederhana berguna dalam evaluasi penderita anemia.1,2,3,4,5,
Secara fisiologi, harga normal hemoglobin bervariasi tergantung umur, jenis kelamin,
kehamilan, dan ketinggian tempat tinggal. Oleh karena itu, perlu ditentukan batasan kadar
hemoglobin pada anemia.3
Untuk mengetahui seorang anak mengalami anemia atau tidak, maka dapat dilihat
batasan kadar hemoglobinnya . Batasan yang umum digunakan adalah kriteria WHO
pada tahun 2001. Terdapat kriteria batas normal kadar Hb berdasarkan umur dan jenis
kelamin , data tersebut dapat dilihat pada tabel berikut :5
Tabel 2. batasan anemia berdasarkan umur dan jenis kelamin2
Umur (th)
0,5-1,9
2-4
5-7
8-11
12-14
Pria
Wanita

Hemoglobin (g/dL)
Mean
Batas
bawah
12.5
11.0
12.5
11.0
13.0
11.5
13.0
12.0

hematokrit
Mean
37
38
39
40

Batas
bawah
33
34
35
36

13.5
14.0

41
43

36
37

12.0
12.5

MCV
Mean
77
79
81
83

Batas
bawah
70
73
75
76

85
84

78
77

2.2 Derajat anemia pada anak


Derajat anemia untuk menentukan seorang anak mengalami anemia atau tidak
dapat ditentukan oleh jumlah kadar Hb yang terdapat dalam tubuh. Klasifikasi derajat
anemia yang umum dipakai dalah sebagai berikut :5
-

Ringan sekali Hb 10 gr/dl 13 gr / dl

Ringan Hb 8 gr / dl 9,9 gr / dl

Sedang Hb 6 gr / dl 7,9 gr / dl

- Berat Hb < 6 gr / dl
Berdasarkan hasil pemeriksaan hemoglobin yang dilakukan pada pasien ini
didapatkan hasil 2.3 g/dL. Sehingga pasien ini dapat digolongkan ke dalam
anemia berat.
2.3 Jenis anemia
Anemia yang sering didapatkan pada anak:
1) Anemia defisiensi Besi
Anemia yang disebabkan kurangnya Zat besi untuk sintesa hemoglobin,
mempunyai dampak yang merugikan bagi kesehatan anak berupa gangguan
tumbuh kembang, penurunan daya tahan tubuh dan daya konsentrasi serta
kemampuan belajar sehingga menurunkan prestasi belajar di sekolah. Anemia
yang disebabkan kurangnya Zat besi untuk sintesa hemoglobin, mempunyai
dampak yang merugikan bagi kesehatan anak berupa gangguan tumbuh kembang,
penurunan daya tahan tubuh dan daya konsentrasi serta kemampuan belajar
sehingga menurunkan prestasi belajar di sekolah.8
Etiologi
Kekurangan Fe dapat terjadi bila :
-

Makanan tidak cukup mengandung zat besi

Komposisi

makanan

tidak

untuk

penyerapan

zat

besi

(banyak

sayuran,kurang daging)
-

Gangguan penyerapan Fe (penyakit usus,reseksi usus)

Kebutuhan zat besi meningkat (pertumbuhan yang cepat, pada bayi dan
adolesensi, kehamilan) Perdarahan kronik atau berulang (epistaksis,
hematemesis, ankilostomiasis).
Zat besi (Fe) diperlukan untuk pembuatan hemoglobin (Hb), kekurangan
Fe mengakibatkan kekurangan Hb. Walaupun pembuatan eritrosit juga
menurun, tiap eritrosit mengandung Hb lebih sedikit dari pada biasa
sehingga timbul anemia hiprokromik mikrositik.

Diagnosis :
Anamnesis

Riwayat faktor predisposisi dan etiologi :

Kebutuhan yang meningkat secara fisiologis

masa pertumbuhan yang cepat

menstruasi

infeksi kronis

Kurangnya besi yang diserap

masukan besi dari makanan yang tidak adekuat

malabsorpsi besi

Perdarahan

perdarahan saluran cerna (tukak lambung, penyakit crohn, colitis


ulserativa)

Pucat, lemah, lesu, gejala pika

Pemeriksaan Fisis
-

anemis, tidak disertai ikterus, organomegali dan limphadenopati

stomatitis angularis, atrofi papil lidah

ditemukan takikardi, murmur sistolik dengan atau tanpa pembesaran


jantung

Pemeriksaan penunjang:
-

Pemeriksaan Dasar
Hemoglobin, Hct dan jumlah eritrosit menurun
Hapus darah tepi menunjukkan hipokromik mikrositik

Pemeriksaan lanjutan
Kadar besi serum (SI) menurun dan TIBC meningkat, Saturasi menurun
Kadar feritin menurun dan kadar Free Erythrocyte Porphyrin (FEP) meningkat
10

Sumsum tulang : aktifitas eritropoitik meningkat


Penatalaksanaan:
-

Medikamentosa
Preparat besi (ferosulfat/ferofumarat/feroglukonat) dosis 4-6 mg besi elemental/kg
BB/hari dibagi dalam 3 dosis, diberikan diantara waktu makan. Preparat besi ini
diberikan 2-3 bulan setelah kadar hemoglobin normal.
Asam askorbat 100 mg/15 mg besi elemental (untuk meningkatkan absorbsi besi).

- Bedah
Untuk penyebab yang memerlukan intervensi bedah seperti perdarahan karena
diverticulum Meckel.
-

Suportif
Makanan gizi seimbang terutama yang mengandung kadar besi tinggi yang
bersumber dari hewani (limfa, hati ,daging) dan nabati (bayam, kacang-kacangan)

Pemantauan
-

Periksa kadar hemoglobin setiap 2 minggu

Kepatuhan orang tua dalam memberikan obat

Gejala sampingan pemberian zat besi yang bisa berupa gejala gangguan
gastrointestinal misalnya konstipasi,diare,rasa terbakar diulu hati,nyeri abdomen
dan mual. Gejala lain dapat berupa pewarnaan gigi yang bersifat sementara.

2) Anemia aplastik
Anemia aplastik adalah suatu kelainan yang ditandai oleh pansitopenia pada darah
tepi dan penurunan selularitas sumsum tulang.
Etiologi Dan Patofisiologi
-

Defek sel induk hematopoetik

Defek lingkungan mikro sumsum tulang

Proses imunologi

Kurang lebih 70% penderita anemia aplastik mempunyai penyebab yang tidak jelas,
dinamakan idiopatik. Defek sel induk yang didapat (acquired) diduga disebabkan oleh
obat-obat: busulfan, kloramfenikol, asetaminofen, klorpromazina, benzenebenzol,
metildopa, penisilin, streptomisin, sulfonamid dan lain-lain.

11

Microenvironment :
Kelainan ini memegang peranan terjadinya anemia aplastik. Akibat radiasi,
pemakaian kemoterapi yang lama atau dosis tinggi, dapat menyebabkan
microarchitecture mengalami sembab yang fibrinus dan infiltrasi sel. Faktor humoral
misalnya eritropoitin, ternyata tidak mengalami penurunan.
Cell Inhibitors :
Pada beberapa penderita anemia aplastik, dapat dibuktikan adanya T-limfosit yang
menghambat pertumbuhan sel-sel sumsum tulang pada biakan.
Gejala Klinis:
Gejala-gejala timbul sebagai akibat dari :
-

Anemia : pucat, lemah, mudah lelah, dan berdebar-debar.

Leukopenia ataupun granulositopenia : infeksi bakteri, virus, jamur, dan kuman


patogen lain.

Trombositopenia : perdarahan seperti petekia, ekimosa, epistaksis, perdarahan


gusi dan lain-lain.

Hepatosplenomegali dan limfadenopati tidak lazim ditemukan pada anemia


aplastik.

diagnosis dan diagnosis banding:


Kriteria anemia aplastik yang berat
-

Darah tepi :
Granulosit

< 500/mm3

Trombosit

< 20.000/mm3

Retikulosit

< 1,0%

Sumsum tulang : Hiposeluler

Diagnosis banding :

< 25%

Leukemia akut
Sindroma

Fanconi

anemia

aplastik

konstitusional

dengan

anomali

kongenitalAnemia
Ekstren-Damashek : anemia aplastik konstitusional tanpa anomali kongenital
Anemia aplastik konstitusional tipe II
Diskeratosis kongenital

12

Penatalaksanaan
Hindari infeksi eksogen maupun endogen, seperti :
-

Pemeriksaan rektal

Pengukuran suhu rektal

Tindakan dokter gigi

Pada tindakan-tindakan di atas, resiko infeksi bakteri meningkat


Simtomatik
-

Anemia : transfusi sel darah merah padat (PRC)

Perdarahan profus atau trombosit < 10.000/mm3 : transfusi trombosit (tiap


unit/10 kgBB dapat meningkatkan jumlah trombosit 50.000/mm3)

Transfusi trombosit untuk profilaksis tidak dianjurkan.

Transfusi leukosit (PMN)

Efek samping : panas badan, takipnea, hipoksia, sembab paru (karena timbul
anti PMN leukoaglutinin)

Kortikosteroid
Prednison 2 mg/kgBB/24 jam, untuk mengurangi fragilitas pembuluh kapiler,
diberikan selama 4-6 minggu.
Steroid anabolik
-

Nandrolon dekanoat : 1-2 mg/kg/minggu IM (diberikan selama 8 -12 minggu)

Oksimetolon : 3-5 mg/kg/hari per oral

Testosteron enantat : 4-7 mg/kg/minggu IM

Testosteron propionat : -2 mg/kg/hari sublingual

Efek samping : Virilisme, hirsutisme, akne hebat, perubahan suara (revesibel


sebagian bila obat dihentikan).Pemberian jangka panjang dapat menimbulkan
adenoma karsinoma hati, kolestasis.Hepatotoksik pada pemberian sublingual

Transplantasi sumsum tulang


Transplantasi sumsum tulang merupakan pilihan utama bagi anak-anak dan dewasa
muda dengan anemia aplastik berat. Hindari transfusi darah yang berasal dari donor
keluarga sendiri pada calon transplantasi sumsum tulang.

13

Komplikasi
-

Anemia dan akibat-akibatnya (karena pembentukannya berkurang)

Infeksi

Perdarahan

Prognosis
Anemia aplastik 80% meninggal (karena perdarahan atas infeksi). Separuhnya
meninggal dalam waktu 3-4 bulan setelah diagnosis.
Anemia aplastik ringan 50% sembuh sempurna atau parsial. Kematian terjadi dalam
waktu yang lama.
3) Anemia hemolitik
Anemia hemolitik didefinisikan sebagai peningkatan penghancuran
eritrosit dan ketidak mampuan sum-sum tulang memproduksi eritrosit sebagai
kompensasi. Jika kecepatan dekstruksi melebihi kapasitas sumsum ulang untuk
memproduksi eritrosit, maka akan terjadi anemia. Umur eritrosit normal adalah
110-120 hari. Selama hemolisis umur eritrosit memendek dan aktivitas sumsum
tulang menghasilkan peningkatan presentasi dan jumlah retikulosit. Hemolisis
harus dicurigai sebagai penyebab anemia jika ada peningkatan jumlah retikulosit
tanpa adanya perdarahan.3,8
Gejala umum :8
-

Fungsi hepar : bisa terjadi peningkatan kadar bilurubin.

Limpa pada umumnya membesar

Perubahan warna urin.

1) Anemia hemolitik congenital


-

Kelainan pada membrane eritrosit

Defisiensi dari enzim

Kelainan sintesis dan struktur hemoglobin

2) Anemia hemolitik didapat


-

Immunohemolitik anemia.

Anemi hemolitik mikroangiopatik dan traumatic.

14

Diagnostik:
1) Menetukan ada tidaknya anemia hemolitik:
-

Ada tanda-tanda penghancuran serta pembentukan sel eritrosit yang


berlebihan pada waktu yang sama.

Terjadi anemi yang persisten yang diikuti dengan hiperaktivitas dari


system eritropoesis.

Terjadi penurunan kadar hemoglobin dengan sangat cepat tanpa bisa


diimbangi dengan eritropoesis normal.

Adannya

tanda-tanda hemoglobinuria

atau

penghancuran

eritrosit

intravascular.
2) Menentukan penyebab spesifik dari anemi hemolitik dengan anamnesis, sediaan
hapus darah tepid an antiglobulin test.
Berdasarkan gambaran morfologik, anemia diklasifikasikan menjadi tiga jenis
anemia: 4
1. Anemia normositik normokrom.
Anemia normositik normokrom disebabkan oleh karena perdarahan akut,
hemolisis, dan penyakit-penyakit infiltratif metastatik pada sumsum tulang.
Terjadi penurunan jumlah eritrosit tidak disertai dengan perubahan konsentrasi
hemoglobin (Indeks eritrosit normal pada anak: MCV 73 101 fl, MCH 23 31
pg , MCHC 26 35 %), bentuk dan ukuran eritrosit.
2. Anemia makrositik hiperkrom
Anemia dengan ukuran eritrosit yang lebih besar dari normal dan hiperkrom
karena konsentrasi hemoglobinnya lebih dari normal. (Indeks eritrosit pada anak
MCV > 73 fl, MCH > 31 pg, MCHC > 35 %). Ditemukan pada anemia
megaloblastik (defisiensi vitamin B12, asam folat), serta anemia makrositik nonmegaloblastik (penyakit hati, dan myelodisplasia).
3. Anemia mikrositik hipokrom
Anemia dengan ukuran eritrosit yang lebih kecil dari normal dan mengandung
konsentrasi hemoglobin yang kurang dari normal. (Indeks eritrosit : MCV < 73 fl,
MCH < 23 pg, MCHC 26 - 35 %).
Penyebab anemia mikrositik hipokrom:
-

Berkurangnya zat besi: Anemia Defisiensi Besi.

15

Berkurangnya sintesis globin: Thalasemia dan Hemoglobinopati.

Pada pasien ini belum dapat diketahui jenis anemia, apakah anemia defisiensi
besi, anemia aplastik, maupun anemia hemolitik. Karena pada pasien ini sebelum
dilakukan pemeriksaan penunjang yang lengkap pasien sudah pulang paksa.
Berdasarkan gambaran morfologik pasien ini dapat dikatan sebagai anemia
normositik normokrom
2.4 Tanda dan Gejala Anemia pada anak
Anak anemia berkaitan dengan gangguan psikomotor, kognitif, prestasi
sekolah buruk, dan dapat terjadi hambatan pertumbuhan dan perkembangan. Anak
usia kurang dari 12 bulan dengan anemia terutama defisiensi besi kadar
hemoglobinnya bisa normal, dengan nilai prediktif positif 10-40%. Oleh karena itu
diperlukan anamnesis dan pemeriksaan fisik teliti untuk mendeteksi dan menentukan
penyebabnya sehingga pemeriksaan laboratorium dapat seminimal mungkin. Tubuh
bayi baru lahir mengambil dan menyimpan kembali besi menyebabkan hematokrit
menurun selama beberapa bulan pertama kehidupan. Oleh karena itu, pada bayi
cukup bulan kekurangan zat besi dari asupan gizi jarang menyebabkan anemia sampai
setelah enam bulan. Pada bayi prematur, kekurangan zat besi dapat terjadi setelah
berat dua kali lipat berat lahir. Penyakit terkait kromosom X seperti defisiensi
glukosa-6-fosfat dehidrogenase (G6PD), harus dipertimbangkan pada anak laki-laki.
Defisiensi piruvat kinase bersifat autosomal resesif dan berhubungan dengan anemia
hemolitik kronis.5
Tanda gejala yang sering dijumpai pada anak selain dilihat dari beratnya
anemia, berbagai faktor mempengaruhi berat dan adanya gejala: 1) kecepatan
kejadian anemia, 2) durasinya misalnya kronisitas, 3) kebutuhan metabolisme pasien
yang bersangkutan, 4) adanya kelainan lain atau kecacatan dan 5) komplikasi tertentu
atau keadaan penyerta kondisi yang mengakibatkan anemia.5
Sedangkan tanda gejala menurut Mansjoer dapat digolongkan menjadi tiga jenis
gejala yaitu.4,5
1.

Gejala umum anemia, disebut juga sebagai sindrom anemia, timbul karena
iskemia organ target serta akibat mekanisme kompensasi tubuh terhadap
penurunan kadar hemoglobin. Gejala ini muncul pada setiap kasus anemia setelah
penurunan hemoglobin sampai kadar tertentu ( Hb <7g/dl). Sindrom anemia
16

terdiri dari rasa lemah , lesu, cepat lelah, telinga mendenging (tinnitus), mata
berkunang- kunang, kaki terasa dingin, sesak nafas dan dyspepsia. Pada mukosa
mulut, telapak tangan dan jaringan dibawah kuku. Sindrom anemia bersifat tidak
spesifik karena dapat ditimbulkan oleh penyakit diluar anemia dan tidak sensitive
karena timbul setelah penurunan hemoglobin berat ( Hb < 7g/dl ).
2.

Gejala masing-masing anemia, gejala ini spesifik untuk masing-masing jenis


anemia, sebagai berikut:
-

anemia defisiensi besi gejalanya antara lain disfagia, atrofi papil lidah,
stomatitis angularis, dan kuku sendok ( koilonychia ).

anemia megaloblastik antara lain glositis, gangguan neurologik pada


defisiensi vitamin B12.

3.

anemia aplastik antara lain seperti perdarahan, dan tanda-tanda infeksi.

gejala penyaikt dasar yaitu gejala yang sering timbul akibat penyakit dasar yang
menyebabkan anemia sangat bervariasi tergantung dari penyebab anemia tersebut.
Misalnya gejala akibat infeksi cacing tambang seperti mengalami sakit perut,
pembengkakan parotis, dan warna kuning pada telapak tangan. Pada kasus
tertentu sering gejala penyakit dasar lebih dominan, seperti misalnya pada anemia
akibat penyakit kronik oleh karena arthritis rheumatoid.
Selain tanda dan gejala yang terjadi pada anemia diatas, individu dengan
defisiensi besi yang berat ( besi plasma kurang dari 40 mg/ dl, hemoglobin 6
sampai 7 g /dl) memiliki rambut yang rapuh dan halus serta kuku tipis, rata,
mudah patah dan mungkin berbentuk sendok (koilonikia). Selain itu atrofi paila
lidah mengakibatkan lidah tampak pucat, licin, mengkilat, bewarna merah daging
dan meradang serta sakit. Dapat juga terjadi stomatitis angularis, pecah-pecah
disertai kemerahan dan nyeri disudut mulut.
Meskipun tidak spesifik, anamnesis dan pemeriksaan fisik sangat penting
pada kasus anemia untuk mngarahkan diagnosa anemia. Tetapi pada umumnya
diagnosis anemia memerlukan pemeriksaan laboratorium.

17

Pemeriksaan fisik pada pasien anemia2


Organ
Kulit

Tanda dan gejala


Pucat
Hiperpigmentasi
Jaundice
Petekie, purpura

Kepala dan
leher

Hemangioma cavernosus
Tulang frontal yang
menonjol, tulang
Sklera ikterik

Dada
Ekstremitas
Limpa

Stomatitis angularis
Glositis
Ronkhi, gallop, takikardia,
murmur
Displasia alat gerak radius
Spoon nails
Triphalangeal thumbs
splenomegali

Kemungkinan anemia
Anemia berat
Anemia aplastik fanconi
Anemia hemolitik akut atau kronis, hepatitis,
anemia aplastik
Anemia hemolitik autoimun dengan
trombositopenia, haemolitic uremic syndrome,
aplasia atau infiltrasi sumsum tulang.
Anemia hemolitik mikroangiopati
maksila dan malar yang menonjol
Hematopoiesis ekstramedular (thalasemia
mayor, anemia sickle cell, anemia hemolitik
congenital lainnya).
Anemia hemolitik kongenital dan krisis
hiperhemolitik yang berkaitan dengan infeksi
(defi siensi enzim eritrosit, defek membran
eritrosit, thalasemia, hemoglobinopati.
Defisiensi besi
Defi siensi besi atau vitamin B12
Gagal jantung kongesti, anemia akut atau
berat
Anemia aplastik Fanconi
Defisiensi besi
Aplasia eritrosit
Anemia hemolitik congenital, infeksi,
keganasan hematologis, hipertensi portal

Tanda dan gejala yang didapatkan pada pasien ini berdasarkan anamnesa dan
pemeriksaan fisik diantaranya adalah : badan rasa lemah, lesu, cepat lelah,
pusing, mata berkunang-kunang, pucat (merupakan salah satu tanda dari anemia
berat), ikterik (merupakan salah satu tanda dari anemia hemolitik), limpah teraba
pada scuffner 1( merupakan tanda dari anemia hemolitik). tanda dan gejala yang
didaptakan pada pasien ini sesuai dengan teori yang ada.
2.5 Etiologi
penyebab anemia dapat dikelompokan sebagai berikut : 4,5
1. Gangguan produksi eritrosit yang dapat terjadi karena :

- Perubahan sintesa Hb yang dapat menimbulkan anemi difisiensi Fe, Thalasemia, dan
anemi infeksi kronik.

- Perubahan sintesa DNA akibat kekurangan nutrien yang dapat menimbulkan anemi
pernisiosa dan anemi asam folat.
18

Fungsi sel induk ( stem sel ) terganggu , sehingga dapat menimbulkan anemia
aplastik dan leukemia.

- Infiltrasi sumsum tulang, misalnya karena karsinoma.


2. Kehilangan darah :
-

Akut karena perdarahan atau trauma / kecelakaan yang terjadi secara


mendadak.

Kronis karena perdarahan pada saluran cerna atau menorhagia.

3. Meningkatnya pemecahan eritrosit ( hemolisis). Hemolisis dapat terjadi karena :


-

Faktor bawaan, misalnya, kekurangan enzim G6PD (untuk mencegah


kerusakan eritrosit).

Faktor yang didapat, yaitu adanya bahan yang dapat merusak eritrosit
misalnya, ureum pada darah karena gangguan ginjal atau penggunaan obat
acetosal

4. Bahan baku untuk pembentukan eritrosit tidak ada. Bahan baku yang dimaksud
adalah protein , asam folat, vitamin B12, dan mineral Fe.Sebagian besar anemia
anak disebabkan oleh kekurangan satu atau lebih zat gizi esensial (zat besi, asam
folat, B12) yang digunakan dalam pembentukan sel-sel darah merah. Anemia bisa
juga disebabkan oleh kondisi lain seperti penyakit malaria, infeksi cacing
tambang.
2.6 Pengobatan anemia
Berikan darah sesegera mungkin untuk :7
-

Untuk semua anak dengan kadar ht 12 % atau Hb 4 g/dl

Anak dengan anemi tidak berat ( ht 13-18%, hb 4-6 gr/dl) dengan beberapa
tampilan klinis: dehidrasi yang terlihat secara klinis, syok, gangguan
kesadaran, gagal jantung, pernapasan yang dalam dan berat, parasitemia
malaria yang sangat tinggi( > 10 % sel merah berparasit)

Jika komponen sel darah merah (PRC) tersedia pemberian 10 mg / kgbb


selama 3-4 jam lebih baik dari ada pemberian darah utuh, jika tidak tersedia
beri darah utuh segar ( 20 mg/kgbb) dalam 3-4 jam.

Periksa frekuensi nafas dan denyut nadi anak setiap 15 menit, jika salah satu
diantaranya mengalami peningkatan lambatkan transfusi. Jika anak tampak

19

mengalami kelebihan cairan karena transfuse darah, berikan furosemid 1-2


mg/kgbb (iv) hingga jumlh total maksimal 20 mg.
-

Bila setelah transfuse, kadar Hb masih tetap sama dengan sebelumnya ulangi
pemberian transfusi.

Pada anak dengan gizi buruk, kelebihan air merupakan komplikasi yang
umum terjadi dan serius. Berikan komponen sel darah merah atau darah utuh
10 ml/kgbb.

Indikasi transfusi darah:7


1) Kehilangan darah akut bila 20% total volume darah hilang dan perdarahan
masih terus terjadi.
2) Anemia berat
3) Anemia kronik
4) Anemia penyakit keganasan.
5) Anemia aplastik
6) Talasemia dan penyakit hemolitik lain.
7) ADB berat
8) Hb 6 gr% (IDAI) 5 gr% (WHO)
9) Tindakan bedah Hb < 8 gr %
Pada pasien ini telah diberikan transfusi darah (PRC) atas indikasi Hb 6 gr%
sesuai dengan standar terapi anemia berat. Dimana Hb yang semula 2.3 g/dl
setelah ditransfusi Hb menjadi 8.4 g/dl.
2.7 Prognosis
Quo ad vitam

: bonam

Quo ad functionam

: bonam

Quo ad sanationam

: bonam

20

BAB III.
KESIMPULAN

Pasien ini didiagnosa anemia gravis ec malaria berat berdasarkan anamnesis,


pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang. Pada anamnesa di dapat pasien mengeluh:
demam tinggi, badan rasa lemas, cepat lelah, jika berjalan badan rasa ingin jatuh, mata
berkunang-kunang, pada pemeriksaan fisik didapatkan conjungtiva tampak anemis, sclera
ikterik, tubuh berwarna kuning. teraba limpa pada scuffner 1. pada pemeriksaan darah
lengkap didapatkan Hb: 2.3 gr/dl, WBC : 13.1 103/mm3, RBC: 0.91 106/mm3, HCT: 6.1 %,
PLT : 252 103/mm3, MCV : 67 m3, MCH 25.7 pg, MCHC: 38.7 g/dl. Terapi yang diberikan
pada pasien ini transfusi PRC yang mana indikasi transfusi PRC salah satunya adalah kadar
Hb 6 g/dl, Inj lasik 14 mg (iv) pre transfusi dan Inj cefotaxim 3x900 mg (iv),

21

Anda mungkin juga menyukai