PENDAHULUAN
Gangguan obsesif-kompulsif merupakan sebuah gangguan kecemasan di
mana orang memiliki keinginan yang tidak diinginkan dan diulang, perasaan, ide,
sensasi (obsesi) atau tingkah laku yang membuat mereka selalu ingin melakukan
sesuatu (kompulsif).1,7
Istilah obsesi menunjuk pada suatu ide atau bayangan mental yang mendesak
ke dalam pikiran secara berulang. Pikiran atau bayangan obsesi dapat kekhawatiran
yang biasa tentang apakah pintu sudah dikunci atau belum sampai fantasi aneh dan
menakutkan tentang bertindak kejam terhadap orang yang disayangi. Istilah kompulsi
menunjuk pada dorongan atau impuls yang tidak dapat ditahan untuk melakukan
sesuatu. Sering suatu pikiran obsesif mengakibatkan suatu tindakan kompulsif.
Tindakan kompulsif dapat berupa berulang kali memeriksa pintu yang terkunci,
kompor yang sudah mati atau menelepon orang yang dicintai untuk memastikan
keselamatannya.2,8
BAB II
1
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
Gangguan obsesif-kompulsif adalah suatu contoh dari efek positif dimana
penelitian moderen telah menemukan gangguan di dalam waktu singkat. Pada awal
tahun 1980-an gangguan obsesif-kompulsif dianggap sebagai gangguan yang jarang
dan berespon buruk terhadap terapi. Sekarang diketahui bahwa gangguan obsesifkompulsif adalah sering ditemukan dan sangat responsif terhadap terapi.3
Suatu obsesi adalah pikiran,
mengganggu
(intrusif). Suatu kompulsi adalah pikiran atau perilaku yang disadari, dibakukan dan
rekuren, seperti menghitung, memeriksa atau menghindari. Obsesi meningkatkan
kecemasan seseorang sedangkan melakukan kompulsi menurunkan kecemasan
seseorang tetapi jika seseorang memaksa untuk melakukan suatu kompulsi,
kecemasan adalah meningkat. Seseorang dengan gangguan obsesif-kompulsif
biasanya menyadari irasionalitas dari obsesi dan merasakan bahwa obsesi dan
kompulsi sebagai ego-distonik. Gangguan obsesif-kompulsif dapat merupakan
gangguan yang menyebabkan ketidakberdayaan karena obsesi dapat menghabiskan
waktu dan dapat mengganggu secara bermakna pada rutinitas normal seseorang,
fungsi pekerjaan, aktivitas sosial yang biasanya atau hubungan dengan teman dan
anggota keluarga.3.9.10
Perilaku ini bertujuan untuk mencegah atau mengurangi tekanan atau situasi
yang ditakuti. Dalam kasus yang paling parah, tindakan atau perilaku yang
berulang menjadi ritual yang dapat menghabiskan waktu seharian penuh, hingga
membuat rutinitas normal mustahil dilakukan. Perilaku yang terjadi biasanya karena
adanya dorongan yang irasional. Beberapa contoh diantaranya adalah 5,6,11:
a) Bersih-bersih (Cleaning)
Untuk mengurangi rasa takut terhadap hal yang nyata atau hanya sekedar
imajinasi, bahwa kuman, kotoran, atau bahan kimia akan mengontaminasi,
sehingga mereka menghabiskan banyak waktu untuk mencuci diri mereka sendiri
atau membersihkan lingkungan mereka.12,13
2
b) Mengulang (Repeating)
Untuk menghilangkan kecemasan, beberapa diantaranya mengucapkan nama
atau kalimat-kalimat pendek, atau mengulangi perilaku beberapa kali.
Mereka tahu pengulangan ini tidak akan benar-benar menjaga mereka terhadap
cedera, tapi mereka takut akan terjadi bahaya jika mereka tidak melakukan
pengulangan.12,13
c) Memeriksa (Checking)
Untuk mengurangi rasa takut yang bisa membahayakan diri sendiri atau orang
lain, misalnya, lupa untuk mengunci pintu atau mematikan kompor gas, beberapa
diantara mereka melakukan ritual pemeriksaan.
Beberapa yang lain juga berulang kali menelusuri kembali rute mengemudi
mereka untuk memastikan bahwa mereka tidak menabrak siapa pun. 12,13
d) Memerintah dan Mengatur (Ordering and Arranging)
Untuk mengurangi ketidaknyamanan, beberapa diantaranya suka meletakkan
benda, seperti buku dalam urutan tertentu, atau mengatur barang-barang rumah
tangga harus begitu, dalam mode simetris, atau untuk memiliki sesuatu yang
sempurna. 12,13
e) Menimbun (Hoarding)
Untuk mengurangi ketidaknyamanan, beberapa diantara mereka menimbun surat
kabar, majalah, pakaian, kertas, dan memo, sehingga membentuk tumpukan yang
mengganggu rumah tangga. 12,13
f) Dorongan Mental (Mental Compulsions)
Sebagai respon dalam menanggapi pikiran obsesif, beberapa diantaranya ada
yang diam-diam berdoa atau mengucapkan kata-kata tertentu untuk mengurangi
kecemasan atau mencegah terjadinya suatu peristiwa di masa depan yang mereka
takuti. 12,13
B. Epidemiologi
Neurotransmiter
Banyak uji coba kinis yang telah dilakukan terhadap berbagai obat
mendukung hipotesis bahwa suatu disregulasi serotonin adalah terlibat di
dalam pembentukan gejala obsesi dan kompulsi dari gangguan. Data
menunjukkan bahwa obat serotonergik lebih efektif dibandingkan obat yang
mempengaruhi sistem neurotransmiter lain. Tetapi apakah serotonin terlibat di
dalam penyebab gangguan obsesif-kompulsif adalah tidak jelas pada saat ini.
Penelitian klinis telah mengukur konsentrasi metabolit serotonin sebagai
contohnya, 5-hydroxyndoleacetic acid (5-HIAA) di dalam cairan serebrospinal
dan afinitas sertai jumlah tempat ikatan trombosit pada pemberian
imipramine(yang berikatan dengan tempat ambilan kembali serotonin) dan
telah melaporkan berbagai temuan pengukuran tersebut pada pasien dengan
gangguan obsesif-kompulsif. Beberapa penelitian telah mengatakan bahwa
sistem neurotransmiter kolinergik dan dopaminergik pada pasien gangguan
T1 di korteks frontalis. 3
Genetika
Penelitian kesesuaiaan pada anak kembar untuk gangguan obsesifkompulsif telah secara konsisten menemukan adanya angka kesesuaian yang
lebih tinggi secara bermakna pada kembar monozigotik dibandingkan kembar
dizigotik. Penelitian keluarga pada pasien gangguan obsesif kompulsif telah
menemukan bahwa 35 persen sanak saudara derajat pertama pasien gangguan
Faktor kepribadian
Gangguan obsesif-kompulsif adalah berbeda dari gangguan kepribadian
obsesif-kompulsif. Sebagian besar pasien gangguan obsesif-kompulsif
tidak memiliki gejala kompulsif pramorbid. Dengan demikian, sifat
kepribadian
tersebut
tidak
diperlukan
atau
tidak
cukup
untuk
Faktor psikodinamika
Sigmund Freud menjelaskan tiga mekanisme pertahanan psikologis utama
yang menentukanbentuk dan kualitas gejala dan sifat karakter obsesifkompulsif; isolasi, meruntuhkan (undoing), dan pembentukan reaksi. 3,8
a. Isolasi
Isolasi adalah mekanisme pertahanan yang melindungi seseorang dari
afek dan impuls yang mencetuskan kecemasan. Jika terjadi isolasi,
afek dan impuls yang didapatkan darinya adalah dipisahkan dari
komponen idesional dan dikeluarkan dari kesadaran. Jika isolasi
7
sekunder
diperlukan
untuk
melawan
impuls
dan
yang
ditujukan
untuk
menurunkan
kecemasan
dan
meruntuhkan
(undoing).
Seperti
yang
disebutkan
c. Pembentukan reaksi
Pembentukan reaksi melibatkan pola perilaku yang bermanifestasi dan
sikap yang secara sadar dialami yang jelas berlawanan dengan impuls
dasar. Seringkali, pola yang terlihat oleh pengamat adalah sangat
dilebih-lebihkan dan tidak sesuai. 3,12
d. Faktor psikodinamik lainnya
Pada
teori
psikoanalitik
klasik,
gangguan
obsesif-kompulsif
pasien
dilumpuhkan
oleh
keragu-raguan
dan
yang
terletak
di
belakangnya.
Dengan
demikian,
adalah
akibat
langsung
dari
perubahan
dalam
karakteristik kehidupan impuls. Hal ini adalah ciri yang penting pada
anak normal selama fase perkembangan anal-sadistik; yaitu anak
merasakan cinta dan kebencian kepada suatu objek. Konflik emosi
yang berlawanan tersebut mungkin ditemukan pada pola perilaku
melakukan-tidak melakukan pada seorang pasien dan keragu-raguan
yang melumpuhkan dalam berhadapan dengan pilihan. 3,10
f. Pikiran magis
Pikiran magis adalah regresi yang mengungkapkan cara pikiran awal,
ketimbang impuls; yaitu fungsi ego, dan juga fungsi id, dipengaruhi
oleh regresi. Yang melekat pada pikiran magis adalah pikiran
kemahakuasaan. Orang merasa bahwa mereka dapat menyebabkan
peristiwa
di
dunia
luar
terjadi
tanpa
tindakan
fisik
yang
Suatu gagasan atau impuls yang memaksakan dirinya secara bertubi-tubi dan
terus-menerus ke dalam kesadaran seseorang.
2.
3.
Obsesi dan kompulsi adalah asing bagi ego (ego-alien), yaitu dialami sebagai
suatu yang asing bagi pengalaman seseorang tentang dirinya sendiri sebagai
makhluk psikologis.
4.
Tidak peduli bagaimana jelas dan memaksanya obsesi atau kompulsi tersebut,
orang biasanya menyadarinya sebagai mustahil dan tidak masuk akal.
5.
Orang yang menderita akibat obsesi dan kompulsi biasanya merasakan suatu
dorongan yang kuat untuk menahannya. 3
Gambaran obsesi dan kompulsi adalah heterogen pada dewasa, pada anak-
anak dan remaja. Gejala pasien individual mungkin bertumpang tindih dan
berubah dengan berjalannya waktu, tetapi gangguan obsesif-kompulsif memiliki
empat pola gejala yang utama. Pola yang paling sering ditemukan adalah suatu
obsesi tentang kontaminasi, diikuti oleh mencuci disertai penghindaran obsesif
terhadap objek yang kemungkinan terkontaminasi. Objek yang ditakuti seringkali
sukar untuk dihindari, sebagai contoh feses, urin, debu atau kuman. Pasien
mungkin secara terus-menerus menggosok kulit tangannya dengan mencuci
tangan secara berlebihan atau mungkin tidak mampu pergi keluar rumah karena
takut akan kuman. Walaupun kecemasan adaloah respon emosional yang paling
sering terhadap objek yang ditakuti, rasa malu dan rasa jijik yang obsesif juga
10
Trikhotilomania
11
Sindrom Tourettes
Gejala sindrom Tourettes meliputi gerakan yang pendek dan cepat, tik dan
ucapan kata-kata kotor yang tak terkontrol. 2
E. Diagnosis
Kriteria diagnostik untuk gangguan obsesif-kompulsif menurut DSM IV:3
1. Salah satu obsesi atau kompulsi
Obsesi seperti yang didefinisikan sebagai berikut:
a.
b.
c.
d.
Obsesi
atau
kompulsi
menyebabkan
penderitaan
yang
jelas,
Jika terdapat gangguan aksis I lainnya, isi obsesi atau kompulsi tidak
terbatas padanya (misalnya preokupasi dengan makanan jika terdapat
gangguan
makan,
menarik
rambut
jika
terdapat
trikotilomania,
Tidak disebabkan oleh efek langsung suatu zat (misalnya obat yang
disalahgunakan, medikasi) atau kondisi medis umum. Sebutkan jika:
Dengan tilikan buruk: jika selama sebagian besar waktu selama episode
terakhir, orang tidak menyadari bahwa obsesi dan kompulsi adalah
berlebihan atau tidak beralasan. 3
13
1.
2.
3.
4.
Ada kaitan erat antara gejala obsesif, terutama pikiran obsesif, dengan depresi.
penderita gangguan obsesif kompulsif seringkali juga menunjukkan gejala
depresif, dan sebaliknya penderita gangguan depresi berulang dapat
menunjukkan pikiran-pikiran obsesif selama episode depresifnya. Dalam
berbagai situasi dari kedua hal tersebut, meningkat atau menurunnya gejala
depresif umumnya dibarengi secara paralel dengan perubahan gejala obsesif.
Bila terjadi episode akut dari gangguan tersebut, maka diagnosis diutamakan
dari gejala-gejala yang timbul lebih dahulu. Diagnosis gangguan obsesif
kompulsif ditegakkan hanya bila tidak ada gangguan depresif pada saat gejala
obsesif kompulsif tersebut timbul. Bila dari keduanya tidak adayang
menonjol, maka baik menganggap depresi sebagai diagnosis yang primer.
Pada gangguan menahun maka prioritas diberikan pada gejala yang paling
bertahan saat gejala yang lain menghilang.
14
5.
F. Penatalaksanaan
1.
Farmakoterapi 7,8
a.
Penggolongan
b.
Indikasi Penggunaan9,10
Gejala sasaran (target syndrome): Sindrom Obsesif Kompulsif. Butir-butir
diagnostik Sindrom Obsesif Kompulsif:
Selama paling sedikit 2 minggu dan hampir setiap hari mengalami
gejala-gejala obsesif kompulsif yang memiliki ciri-ciri berikut:
Diketahui/disadari sebagai pikiran, bayangan atau impuls dari diri
individu sendiri;
Pikiran, bayangan,
atau
impuls
meskipun
ada
lainnya
yang
tidak
lagi
Terapi perilaku
Walaupun beberapa perbandingan telah dilakukan, terapi perilaku
sama efektifnya dengan farmakoterapi pada gangguan obsesif-kompulsif.
Dengan demikian, banyak klinisi mempertimbangkan terapi perilaku sebagai
16
Psikoterapi
Psikoterapi suportif jelas memiliki bagiannya, khususnya untuk pasien
gangguan obsesif-kompulsif, walaupun gejalanya memiliki berbagai derajat
keparahan, adalah mampu untuk bekerja dan membuat penyesuaian sosial.
Dengan kontak yang kontinu dan teratur dengan tenaga yang profesional,
simpatik, dan mendorong, pasien mungkin mampu untuk berfungsi
berdasarkan bantuan tersebut, tanpa hal tersebut gejalanya akan menyebabkna
gangguan. Kadang-kadang jika ritual dan kecemasan obsesional mencapai
intensitas yang tidak dapat ditoleraansi, perlu untuk merawat pasien di rumah
sakit sampai tempat penampungan institusi dan menghilangkan stres
lingkungan eksternal menurunkan gejala sampai tingkat yang dapat
ditoleransi. 3
Anggota keluarga pasien seringkali menjadi putus asa karena perilaku
pasien. Tiap usaha psikoterapik harus termasuk perhatian pada anggota
keluarga melalui dukungan emosional, penentraman, penjelasan dan nasihat
tentang bagaimana menangani dan berespons terhadap pasien. 3
4.
Terapi lain
Terapi keluarga seringkali berguna dalam mendukung keluarga,
membantu menurunkan percekcokan perkawinan yang disebabkan gangguan,
dan membangun ikatan terapi dengan anggota keluarga untuk kebaikan
pasien. Terapi kelompok berguna sebagai sistem pendukung bagi beberapa
pasien. 3
17
5.
G. Diagnosis Banding
1. Kondisi medis
Gangguan neurologis utama yang dipertimbangkan dalam diagnosis banding
adalah gangguan Tourette, gangguan tik lainnya, epilepsi lobus temporalis,
18
dan
kadang-kadang
komplikasi
trauma
dan
pascaensefalitik.
Gejala
karakteristik dari gangguan Tourette adalah tik motorik dan vokal yang sering
dan hampir setiap hari terjadi. 3
2. Kondisi psikiatrik
Pertimbangan psikiatrik utama di dalam diagnosis banding gangguan obsesifkompulsif adalah skizofrenia, gangguan kepribadian obsesif-kompulsif, fobia,
dan gangguan depresif. Gangguan obsesif kompulsif biasanya dapat
dibedakan dari skizofrenia oleh tidak adanya gejala skizofrenik lain, oleh
kurang kacaunya sifat gejala, dan oleh tilikan pasien terhadap gangguan
mereka. Gangguan kepribadian obsesif-kompulsif tidak memiliki derajat
gangguan fungsional yang berhubungan dengan gangguan obsesif-kompulsif.
Fobia dibedakan dengan tidak adanya hubungan antara pikiran obsesif dan
kompulsi. Gangguan depresif berat kadang-kadang dapat disertai oleh gagasan
obseisf, tetapi pasien dengan gangguan obsesif-kompulsif saja tidak
memenuhi kriteria diagnostik untuk gangguan depresif berat. 3
Kondisi psikiatrik lain yang dapat berhubungan erat dengan gangguan obsesifkompulsif
adalah
hipokondriasis,
gangguan
dismorfik
tubuh,
dan
akan memberikan hasil yang lebih baik di mana penekanan onset usia dini adalah hal
yang patut untuk segera didiagnosis. Selain itu, mereka yang bergerak di bidang
kesehatan mesti memahami perbedaan antara gangguan obsesif-kompulsif dengan
gangguan kepribadian obsesif-kompulsif yang mana untuk jenis gangguan
kepribadian biasanya dimulai pada saat dewasa muda, yaitu umur di atas 20 tahun
sedangkan untuk gangguan obsesif kompulsif biasanya dimulai pada usia anakanak.1,9,10
BAB III
PENUTUP
Gangguan obsesifkompulsif merupakan suatu kondisi yang ditandai dengan
adanya pengulangan pikiran obsesif atau kompulsif, dimana membutuhkan banyak
waktu (lebih dari satu jam perhari) dan dapat menyebabkan penderitaan (distress).
Untuk menegakkan diagnosis pasti, gejalagejala obsesif atau tindakan kompulsif
atau keduaduanya harus ada hampir setiap hari selama sedikitnya 2 minggu
berturutturut. Beberapa faktor berperan dalam terbentuknya gangguan obsesifkompulsif diantaranya adalah faktor biologi seperti neurotransmiter, pencitraan otak,
genetika, faktor perilaku dan faktor psikososial, yaitu faktor kepribadian dan faktor
psikodinamika. Ada beberapa terapi yang bisa dilakukan untuk penatalaksanaan
gangguan obsesifkompulsif antara lain terapi farmakologi (farmakoterapi) dan terapi
tingkah laku. Prognosis pasien dinyatakan tidak bisa sembuh sempurna. Dengan
pengobatan bisa memberikan pengurangan gejala.
20
DAFTAR PUSTAKA
1. Berger FK. Obsessive-Compulsive Disorder. MedlinePlus. 2012 Jul 03. Diakses
pada
tanggal
22
september
2015
di
http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/article/000929.htm
2. Maramis WF, Maramis AA. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. 2rd rev. ed.
Surabaya: Airlangga University Press; 2009, 312-313 p.
3. Kaplan HI, Sadock BJ, Grebb JA. Kaplan dan Sadock Sinopsis Psikiatri Ilmu
Pengetahuan Perilaku Psikiatri Klinis. 2rd rev. ed. Kusuma M, translator. Jakarta:
Erlangga; 2010, 56-67 p.
4. Maslim R. Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa Rujukan Ringkas dari PPDGJ
III. 1st ina. ed. Jakarta: Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK UNIKA Atmajaya;
2001, 76-77 p.
5. Maslim R. Panduan Praktis Penggunaan Klinis Obat Psikotropik (Psychotropic
Medication). 3rd rev. ed. Jakarta: Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK UNIKA
Atmajaya; 2001, 47-48 p.
21
2013
Apr.
Diakses
pada
tanggal
19
Mei
2013
di
http://www.helpguide.org/mental/obsessive_compulsive_disorder_ocd.htm
7. Ruscio, A. M., Stein, D. J., Chiu, W. T. & Kessler, R. C. The epidemiology of
obsessive-compulsive disorder in the National Comorbidity Survey Replication.
Mol. Psychiatry 15, 5363 (2010).
8. Nakatani, E. et al. Children with very early onset obsessive-compulsive disorder:
clinical features and treatment outcome. J. Child Psychol. Psychiatry 52, 1261
1268 (2011).
9. Gillan et al. Enhanced Avoidance Habits in Obsessive-Compulsive Disorder. Biol
Psychiatry 2014;75:631638.
10. Zohar, J., Greenberg, B. & Denys, D. Obsessive-compulsive disorder. Handb.
Clin. Neurol. 106, 375390 (2012)
11. Pauls, D. L. The genetics of obsessive-compulsive disorder: a review. Dialogues
Clin. Neurosci. 12, 149163 (2010)
12. Black, D. W. et al. A blind re-analysis of the Iowa family study of obsessivecompulsive disorder. Psychiatry Res. 209, 202206 (2013).
13. Grant, J. ObsessiveCompulsive Disorder. The new england journal o f medicine.
2014;371:646-53.
22