Anda di halaman 1dari 13

AQIDAH

Kelompok 2
Kelas FK2
Nama Kelompok :
1. Farida Dwi Irnawati
2. Inayatul Aulia
3. Shofie Sabatini Verayunia
4. Athira Sarah Maulyta

(102010101051)
(102010101052)
(102010101053)
(102010101054)

Bab 1. Pendahuluan
1.1 Latar belakang
Kita sebagai makhluk ciptaan Allah SWT dan telah mengakui bahwa Allah SWT
sebagai Tuhan Yang Maha Esa dan nabi Muhammad SAW sebagai utusanNya
seharusnya memahami tentang apa yang selama ini kita yakini. Dalam menjalani setiap
sudut hidup kita berdasarkan kepada yang kita yakini. Kita percaya bahwa yang kita
jadikan pedoman selama ini adalah benar. Keyakinan mengenai Allah, malaikatNya,
kitabNya, nabiNya, hari akhir dan qodo-qadar dipelajari di cabang ilmu yang disebut
aqidah. Aqidah ini begitu penting untuk dipelajari, dihayati dan diamalkan karena jika
aqidah kita sudah kuat maka kemungkinan untuk dipengaruhi oleh hal-hal yang belum
begitu jelas akan semakin kecil. Namun sayang, saat ini banyak orang yang belum
memahami benar mengenai apa itu aqidah. Hal ini dialami bukan hanya oleh remajaremaja tetapi juga dialami oleh orang-orang yang berumur dimana seharusnya telah
mengerti dan memahami secara mendalam mengenai aqidah. Kebanyakan mereka yag
belum mengerti aqidah adalah mereka yang telah mempunyai pemikiran bahwa
mempelajari aqidah itu sulit. Hal itulah yang melatar belakangi kami untuk membuat
makalah mengenai aqidah.
1.2 Tujuan
Tujuan penulisan makalah ini adalah:
1. Untuk mengetahui makna aqidah
2. Untuk mengetahui pentingnya mempelajari aqidah
3. Untuk mengetahui kebutuhan manusia terhadap aqidah

Bab 2. Isi
2.1 Makna Aqidah
Aqidah Secara Etimologi
Aqidah berasal dari kata aqd yang berarti pengikatan. Kalimat Saya ber-itiqad begini
maksudnya: saya mengikat hati terhadap hal tersebut.
Aqidah adalah apa yang diyakini oleh seseorang. Jika dikatakan Dia mempunyai
aqidah yang benar berarti aqidahnya bebas dari keraguan. Aqidah merupakan
perbuatan hati, yaitu kepercayaan hati dan pembenarannya kepada sesuatu.
Aqidah Secara Syara
Yaitu iman kepada Allah, para MalaikatNya, Kitab-kitabNya, para RasulNya dan
kepada Hari Akhir serta kepada qadar yang baik maupun yang buruk. Hal ini disebut
juga sebagai rukun iman.
Syariat terbagi menjadi dua: itiqadiyah dan amaliyah.
Itiqadiyah adalah hal-hal yang tidak berhubungan dengan tata cara amal. Seperti itiqad
(kepercayaan) terhadap rububiyah Allah dan kewajiban beribadah kepadaNya, juga
beritiqad terhadap rukun-rukun iman yang lain. Hal ini disebut ashliyah (pokok
agama). 1
Sedangkan amaliyah adalah segala apa yang berhubungan dengan tata cara amal.
Seperti shalat, zakat, puasa dan seluruh hukum-hukum amaliyah. Bagian ini disebut
fariyah (cabang agama), karena ia dibangun di atas itiqadiyah. Benar dan rusaknya
amaliyah tergantung dari benar dan rusaknya itiqadiyah.
Maka aqidah yang benar adalah fundamen bagi bangunan agama serta merupakan syarat
sahnya

amal.

Barangsiapa
1

Sebagaimana

mengharap

firman

perjumpaan

Syarah Aqidah Safariniyah, I, hal. 4.

Allah

Subhannahu

dengan Tuhannya

maka

wa

Taala:

hendaklah

ia

mengerjakan amal yang shalih dan janganlah ia mempersekutukan seorang pun dalam
beribadat kepada Tuhannya. (Al-Kahfi: 110)
Dan sesungguhnya telah diwahyukan kepadamu dan kepada (nabi-nabi) yang
sebelummu: Jika kamu mempersekutukan (Tuhan), niscaya akan hapuslah amalmu dan
tentulah kamu termasuk orang-orang yang merugi. (Az-Zumar: 65)
Maka sembahlah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya. Ingatlah, hanya
kepunyaan Allahlah agama yang bersih (dari syirik). (Az-Zumar: 2-3)
Ayat-ayat di atas dan yang senada, yang jumlahnya banyak, menunjukkan bahwa segala
amal tidak diterima jika tidak bersih dari syirik. Karena itulah perhatian Nabi
Shallallaahu alaihi wa Salam yang pertama kali adalah pelurusan aqidah. Dan hal
pertama yang didakwahkan para rasul kepada umatnya adalah menyembah Allah semata
dan meninggalkan segala yang dituhankan selain Dia.
Sebagaimana firman Allah Subhannahu wa Taala: Dan sesungguhnya Kami telah
mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan): Sembahlah Allah (saja), dan
jauhilah Thaghut itu, (An-Nahl: 36)
Dan setiap rasul selalu mengucapkan pada awal dakwahnya: Wahai kaumku sembahlah
Allah, sekali-kali tak ada tuhan bagimu selainNya. (Al-Araf: 59, 65, 73, 85)
Pernyataan tersebut diucapkan oleh Nabi Nuh, Hud, Shalih, Syuaib dan seluruh rasul.
Selama 13 tahun di Makkah -sesudah bitsah- Nabi Shallallaahu alaihi wa Salam
mengajak manusia kepada tauhid dan pelurusan aqidah, karena hal itu merupakan
landasan bangunan Islam. Para dai dan para pelurus agama dalam setiap masa telah
mengikuti jejak para rasul dalam berdakwah. Sehingga mereka memulai dengan dakwah
kepada tauhid dan pelurusan aqidah, setelah itu mereka mengajak kepada seluruh
perintah agama yang lain.

2.2 Tujuan Mempelajari Aqidah

Tujuan Akidah Islam


Akidah Islam mempunyai banyak tujuan yang baik yang harus dipegang teguh, yaitu :
1. Untuk mengihlaskan niat dan ibadah kepada Allah Taala semata. Karena Dia adalah
pencipta yang tidak ada sekutu bagi-Nya, maka tujuan dari ibadah haruslah
diperuntukkan hanya kepada-Nya.
2. Membebaskan akal dan pikiran dari kekacauan yang timbul dari kosongnya hati dari
akidah. Karena orang yang hatinya kosong dari akidah ini, adakalanya kosong hatinya
dari setiap akidah serta menyembah materi yang dapat di indera saja dan adakalanya
terjatuh pada berbagai kesesatan akidah dan khurafat.
3. Ketenangan jiwa dan pikiran, tidak cemas dalam jiwa dan tidak goncang dalam
pikiran. Karena akidah ini akan menghubungkan orang mukmin dengan Penciptanya
lalu rela bahwa Dia sebagai Tuhan yang mengatur, Hakim yang membuat tasyri'. Oleh
karena itu hatinya menerima takdir-Nya, dadanya lapang untuk menyerah lalu tidak
mencari pengganti yang lain.
4. Meluruskan tujuan dan perbuatan dari penyelewengan dalam beribadah kepada Allah
dan bermuamalah dengan orang lain. Karena diantara dasar akidah ini adalah
mengimani para Rasul, dengan mengikuti jalan mereka yang lurus dalam tujuan dan
perbuatan.
5. Bersungguh-sungguh dalam segala sesuatu dengan tidak menghilangkan kesempatan
beramal baik, kecuali digunakannya dengan mengharap pahala. Serta tidak melihat
tempat dosa kecuali menjauhinya dengan rasa takut dari siksa. Karena diantara dasar
akidah ini adalah mengimani kebangkitan serta balasan terhadap seluruh perbuatan.
"Dan masing-masing orang memperoleh derajat-derajat (sesuai) dengan yang
dikerjakannya. Dan Tuhanmu tidak lengah dari apa yang mereka kerjakan." (QS. Al
An'am: 132).
Nabi Muhammad shallallahu alaihi wasallam juga menghimbau untuk tujuan ini
dalam sabdanya,

"Orang mukmin yang kuat itu lebih baik dan lebih dicintai oleh Allah daripada orang
mukmin yang lemah. Dan pada masing-masing terdapat kebaikan. Bersemangatlah
terhadap sesuatu yang berguna bagimu serta mohonlah pertolongan dari Allah dan
janganlah lemah. Jika engkau ditimpa sesuatu, maka jaganlah engkau katakana,
Seandainya aku kerjakan begini dan begitu, akan tetapi katakanlah, Itu takdir Allah
dan apa yang Dia kehendaki dia lakukan. Sesungguhnya mengada-ada itu membuka
perbuatan setan." ( HR. Muslim).
6. Menciptakan umat yang kuat yang mengerahkan segala yang mahal maupun yang
murah untuk menegakkan agamanya serta memperkuat tiang penyanggahnya tanpa
peduli apa yang akan terjadi untuk menempuh jalan itu.
"Sesungguhnya orang-orang yang beriman hanyalah orang-orang yang beriman
kepada Allah dan RasulNya kemudian mereka tidak ragu-ragu dan mereka berjihad
dengan harta dan jiwa mereka pada jalan Allah. Mereka itulah orangorang yang
benar." (QS. Al Hujurat: 15).
7. Meraih kebahagiaan dunia dan akhirat dengan memperbaiki individu-individu
maupun kelompok-kelompok serta meraih pahala dan kemuliaan.
"Barangsiapa yang mengerjakan amal baik, baik lelaki maupun wanita dalam keadaan
beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan balasan kepadanya kehidupan yang
baik dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang
paling baik dari apa yang telah mereka kerjakan." (QS. An Nahl 97)
Belajar Aqidah Islam itu sangatlah penting, karna dengan Aqidah kita bisa mempertebal
Keimanan dan Ketaqwaan kita kepada Sang Kholiq Allah swt. dan juga akan kokoh
Islam kita Seperti Pohon Surga.
Kita semua telah tahu bahwa berIslam itu dimulai dari menuntut ilmu tentang Islam itu
sendiri. Tidak langsung mengamalkan suatu amalan yang amalan itu mungkin belum
jelas apakah ada dasarnya dari Al-Quran atau As-Sunnah. Jadilah Islam yang sebenarbenarnya bukan karna nenek moyang ataupun yang lainnya. Karna dengan Belajar
inilah kita akan menjadi Islam yang sebenarnya... Insya Allah.

Agama ini datang dari Pencipta kita Allah SWT, dan disampaikan oleh RasulNya Nabi
Muhammad SAW. Tujuan agama ini adalah menegakkan ibadah kepada Allah SWT
dengan cara-cara yang telah disampaikan oleh Rasulnya Nabi Muhammad SAW. Jadi
sebelum kita belajar Islam lebih dalam, maka seharusnyalah kita mengetahui siapa
Pencipta kita itu, dan bagaimana cara berinteraksi denganNya. Juga mengetahui siapa
RasulNya dan bagaimana kita bersikap terhadap beliau.
Manfaat belajar pendidikan aqidah akhlak di perguruan tinggi merupakan bagian
tersendiri dari pendidikan. Agama merupakan faktor yang menenukan prilaku/watak dan
kepribadian mahasiswa sehingga mahasiswa dapat memotifasi untuk mempraktekkan
nilai-nilai keyakinan keagamaan (aqidah) dan akhlakul karimah (akhlak) dalam
kehidupan sehari-hari, agar mahasiswa mempunyai perilaku dengan baik. Mahasiswa
diharapkan dapat memperhatikan manfaat pendidikan pelajaran aqidah akhlak sebagai
kontrol dalam kehidupan sehari-hari seperti sabda Nabi Muhammad SAW :
Artinya

Sesungguhnya aku di atas (Allah) untuk menyempurnakan (budi pekerti). (HR. Bukhari)

2.3 Kebutuhan Manusia Terhadap Aqidah


1.Kebutuhan Fitrah Manusia
Pada tulisan pertama kita bahas hajat atau kebutuhan manusia terhadap aqidah Islam,
yang berkaitan erat dengan kebutuhan akal manusia. Tulisan kedua ini membahas hajat
fitrah insani dan hajat kesehatan mental.
Setiap manusia akan terus didera kegoncangan jiwa, kegersangan ruhani, kehampaan
qalbu dan merasa serba kekurangan, sampai manusia itu mendapatkan dan merengkuh
keimanan kepada Allah swt. Ketika itu manusia serta-merta mendapatkan kebahagiaan,
merasakan ketenangan, seakan-akan ia baru menemukan dirinya sendiri.
Karena itu Al Quran menjadikan keimanan dan aqidah sebagai fitrah manusia semenjak
ia diciptakan dari awal mula. Allah swt. berfirman:

Maka hadapkanlah wajahmu pada agama yang hanif. Fitrah Allah yang dengan fitrah

itu Allah menciptakan manusia. Tidak ada perubahan atas ciptaan Allah. Itulah agama
yang lurus. QS. Ar Rum: 30.
Betapa banyak manusia yang kafir (menutupi fitrahnya) di kemudian hari kembali ke
pangkuan Islam karena panggilan nuraninya dan akal sehatnya. Sebut saja seseorang
yang bernama Bernard Nababan yang sejak kecil hidup di lingkungan keluarga aktifis
kristen dan dikondisikan untuk menjadi misionaris. Namun dalam perjalanannya ia
malah menentang kehendak keluarganya dan kembali ke pangkuan Islam karena
mengikuti hati nurani dan akal sehatnya. Atau kisah ratusan para muallaf yang kembali
ke pangkuan Islam karena mengikuti hati nurani dan akal sehatnya, ini bisa kita baca di
www.muallaf.com.
Bagaimana dengan kita yang dari kecil berada dilingkungan keluarga muslim? Jika akal
sehat dan fitrah kita senantiasa kita asah dan kita tajamkan dengan marifat dan
pengetahuan Islam maka kehidupan kita akan lebih banyak didominasi oleh kebaikan
dari pada kesalahan dan penyimpangan.
Allah swt berfirman: Tetapi Allah menjadikan kamu cinta kepada keimanan dan
menjadikan iman itu indah dalam hatimu serta menjadikan kamu benci kepada
kekafiran, kefasikan dan kedurhakaan. Mereka itulah orang-orang yang mengikuti jalan
yang lurus. sebagai karunia dan ni`mat dari Allah. Dan Allah Maha Mengetahui lagi
Maha Bijaksana. QS. Al Hujurat 7-8
2. Kebutuhan Manusia Terhadap Kesehatan Mental dan Kekuatan Ruhani
Seseorang yang beriman kepada Allah swt, iman akan keadilan-Nya, iman akan rahmatNya, iman akan balasan di negeri kekekalan, maka itu semua akan menghantarkan
dirinya pada kesehatan mental, kekuatan ruhani. Demikian juga aqidah itu akan
memunculkan cita-cita, optimisme dan kesabaran dalam dirinya.
Allah swt berfirman:



Tidak ada sesuatu musibahpun yang menimpa seseorang kecuali dengan izin Allah; Dan
barangsiapa yang beriman kepada Allah, niscaya Dia akan memberi petunjuk kepada
hatinya. Dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.QS. At Taghobun: 11.
Dalam kesempatan lain Allah swt berfirman:
Dan mintalah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan (mengerjakan) shalat. Dan

sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyu`.
(yaitu) orang-orang yang meyakini, bahwa mereka akan menemui Tuhannya, dan bahwa
mereka akan kembali kepada-Nya. QS Al Baqarah: 45-46.
Adapun orang-orang yang hidup di dunia mereka tanpa iman terlebih ketika mereka
ditimpa kesusahan dan musibah- mereka akan goncang jiwanya, menyerah kalah
dihadapan pertarungan hidup, putus asa atau sakit jiwa bahkan bunuh diri, wal
iyadzubillah.
Keadaan seperti itu di rekam Allah swt dalam firman-Nya:


Dan apabila Kami rasakan sesuatu rahmat kepada manusia, niscaya mereka gembira
dengan rahmat itu. Dan apabila mereka ditimpa sesuatu musibah (bahaya) disebabkan
kesalahan yang telah dikerjakan oleh tangan mereka sendiri, tiba-tiba mereka itu
berputus asa. QS. Ar Ruum: 36
Lebih jauh Allah swt meyibak watak sejati manusia, yaitu watak keluh kesah lagi kikir,
dalam firman-Nya:
Sesungguhnya manusia diciptakan bersifat keluh kesah lagi kikir, Apabila ia ditimpa
kesusahan ia berkeluh kesah, Apabila ia ditimpa kesusahan ia berkeluh kesah, dan
apabila ia mendapat kebaikan ia amat kikir, kecuali orang-orang yang mengerjakan
shalat, yang mereka itu tetap mengerjakan shalatnya, dan orang-orang yang dalam
hartanya tersedia bagian tertentu, bagi orang (miskin) yang meminta dan orang yang
tidak mempunyai apa-apa (yang tidak mau meminta), dan orang-orang yang
mempercayai hari pembalasan, dan orang-orang yang takut terhadap azab Tuhannya.
Karena sesungguhnya azab Tuhan mereka tidak dapat orang merasa aman (dari
kedatangannya). Dan orang-orang yang memelihara kemaluannya, kecuali terhadap
isteri-isteri mereka atau budak-budak yang mereka miliki maka sesungguhnya mereka
dalam hal ini tiada tercela. Barangsiapa mencari yang dibalik itu, maka mereka itulah
orang-orang yang melampaui batas. Dan orang-orang yang memelihara amanat-amanat
(yang dipikulnya) dan janjinya. Dan orang-orang yang memberikan kesaksiannya. Dan
orang-orang yang memelihara shalatnya. Mereka itu (kekal) di surga lagi dimuliakan.
QS.

Al

Maarij:

19-35.

Kita berlindung diri kepada Allah swt dari sikap mengindahkan kata hati nurani dan
akal sehat, karena dikalahkan oleh nafsu syahwat. Dan sekaligus kita berdoa agar kita

dikaruniai iman dan aqidah yang kokoh sehingga melahirkan mental yang sehat dan hati
yang waras qalbun salim-. Tentunya dengan usaha keras kita menggapai hidayah-Nya.
Allahu Alam. (dakwatuna.com)

Bab 3. Kesimpulan
1. Aqidah adalah ajaran keimanan terhadap ke-Esaan Allah SWT2

Drs. H. Abu Ahmadi dan Drs. Noor Salimi,hal 98

2.

Sebagai mahasiswa, kita harus dapat menghayati dan melaksanakan aqidah


karena aqidah merupakan landasan dari syariah. Dimana syariah merupakan pola
perilaku untuk perbuatan seseorang sehingga kita dapat bertingkah laku sesuai
dengan ajaran islam.

3.

Tujuan mempelajari aqidah ini juga untuk mengihklaskan niat dan ibadah
kepada Allah SWT dan meraih kebahagiaan dunia dan akhirat.

Bab 4. Penutup

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta karuniaNya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul Aqidah ini.
Disusunnya makalah ini diharapkan dapat menambah kepustakaan dan pedoman
bagi teman-teman dalam menerapkan Aqidah yang baik dalam kehidupan sehari-hari
karena manfaatnya yang begitu besar, subhahanallah.
Tak lupa, kami mengucapkan terima kasih kepada dosen kami, dra. hj. Mukniah
karena telah memberikan tugas ini kepada kami sehingga kami dapat memahami
pelajaran aqidah dengan baik.
Seperti kata pepatah, tiada gading yang tak retak, begitu pula makalah kami
ini. Kami mohon maaf jika makalah ini masih jauh dari sempurna.
Demikianlah makalah ini kami buat, dengan harapan dapat memberikan manfaat
bagi kita. Amin.

Daftar Pustaka
Ahmadi, H.Abu; Salimi, Noor. 1994. Dasar-Dasar Pendidikan Agama Islam.Jakarta:
Bumi Aksara

Darajat, Prof. Dr. Zakiah,dkk. 1984. Dasar-Dasar Agama Islam. Jakarta: PT. Karya
Unipress
Sayid, Sabiq. 1985. Aqidah Islam Pola Hidup Manusia Beriman. Bandung: Diponegoro
http://belajartauhid.wordpress.com/2007/11/14/makna-aqidah-dan-urgensinya-sebagailandasan-agama/, senin, 4 oktober 2010

http://belajarislam.com/index.php?option=com_content&view=article&id=138:tujuanakidah-islam&catid=34:aqidah&Itemid=43, senin, 4 oktober 2010

Anda mungkin juga menyukai