A.
Sebagian
diatas 37 minggu,
besar
menyebabkan kemungkinan
2008).
dengan penyebabnya.
berlangsung (Sarwono
Prawirohardjo, 2007)
Ketuban pecah dini adalah keadaan pecahnya selaput ketuban sebelum persalinan (Sarwono Prawirohardjo,
2008,).
Ketuban pecah dini yaitu pecahnya ketuban sebelum waktunya melahirkan /
2010.)
1.
B.
Manifestasi klinik
1.
sedikit-
Keluarnya air ketuban berwarna putih keruh, jernih, kuning atau kecoklatan
sedikit atau sekaligus banyak.
2.
2.
Dapat disertai demam bila sudah ada infeksi.3) Janin mudah diraba.
3.
3.
Pada periksa dalam sepaput ketuban tidak ada, air ketuban sudah bersih.
4.
4.
Inspekulo: tampak air ketuban mengalir atau selaput ketuban tidak ada dan air
ketuban sudah
1.
C.
kering.
KLASIFIKASI
A.
B.
C.
1.
D.
PENYEBAB
1.
lnfeksi yang biasanya berawal dari kemaluan, lalu naik ke mulut rahim, leher
merupakan bagian
paling rentan karena mendapat tekanan dari bobot janin, dan juga yang
yang
pertama mendapat infeksi
dari kemaluan.
2.
paling
Posisi plasenta di bawah. Posisi plasenta yang baik di sebelah atas agak ke kiri
atau
kanan sedikit.
4.
Tindakan invasif ke leher rahim, misalnya karena pemeriksaan medis atau upaya
pengguguran.
5.
kebiasaan
kembar,
1.
E.
PENCEGAHAN
Beberapa pencegahan dapat dilakukan namun belum ada yang terbukti cukup efektif. Mengurangi aktivitas atau
istirahat pada akhir triwulan kedua atau awal triwulan ketiga dianjurkan.
1.
F.
PROGNOSIS
Ada pun pengaruh ketuban pecah dini terhadap ibu dan janin adalah :
1.
Prognosis ibu
Jika terjadi infeksi dan kontraksi ketuban pecah maka bisa menyebabkan sepsis
dapat mengakibatkan meningkatnya angka morbiditas dan
2.
Prognosis janin
Prematuritas
yang
mortalitas
respiratory
selanjutnya
retinopathy of premturity,
enterocolitis, brain disorder (and risk of
kompresi
tali pusat, prolaps uteri, dry labour/partus lama, apgar score rendah,
ensefalopaty, cerebral palsy, perdarahan intrakranial, renal failure, respiratory
distress.
ekstremitas dan
1.
G.
DIAGNOSIS
Tentukan pecahnya selaput ketuban. Ditentukan dengan adanya cairan ketuban di vagina, jika tidak ada dapat dicoba
dengan gerakan sedikit bagian terbawah janin atau meminta pasien batuk atau mengedan. Penentuan cairan ketuban
dapat dilakukan dengan tes lakmus (Nitrazin test) merah menjadi biru, membantu dalam menentukan jumlah cairan
ketuban dan usia kehamilan, kelainan janin.
Tentukan usia kehamilan bila perlu dengan pemeriksaan USG. Tentukan ada tidaknya infeksi, tanda-tanda infeksi
bila suhu ibu 38o C, air ketuban yang keruh dan berbau.
estrase). Leukosit darah >
Pemeriksaan
intrauterin.
Tentukan tanda-tanda inpartu. Tentukan adanya kontraksi yang teratur, periksa dalam dilakukan bila akan
dilakukan penanganan aktif (terminasi kehamilan) antara lain untuk
menilai
2009)
Diagnosa Ketuban Pecah Dini ditegakkan dengan cara :
1.
Anamnesa : Penderita mengeluarkan cairan yang banyak secara tiba-tiba dari jalan lahir,
berbau khas, keluarnya cairan sebelum ada his atau his belum
cairan
Inspeksi
: Pengamatan dengan mata biasa tampak keluarnya cairan dari vagina, bila
baru pecah dan jumlah air ketuban masih banyak, pemeriksaan ini
A.
ketuban
Pemeriksaan dengan speculum : Pemeriksaan spekulum pada ketuban pecah dini akan tampak
keluar cairan dari orifisium uteri eksternum (OUE), kalau belum juga tampak keluar, fundus uteri ditekan,
penderita diminta untuk mengedan atau bagian terendah digoyangkan, akan tampak keluar cairan dari
ostium uteri dan terkumpul pada fornik anterior.
1.
Pemeriksaan dalam : Didapat cairan di dalam vagina dan selaput ketuban sudah tidak ada lagi. Mengenai
pemeriksaan dalam vagina dengan tocher perlu dipertimbangkan, pada kehamilan yang kurang bulan yang
belum dalam persalinan tidak perlu dilakukan alam. Karena pada waktu pemeriksaan dalam, jari pemeriksa
akan mengakumulasi segmen bawah rahim dengan flora vagina yang normal. Mikroorganisme tersebut biasa
dengan cepat menjadi patogen. Pemeriksaan dalam vagina hanya dilakukan kalau KPD yang sudah dalam
persalinan dan dibatasi sedikit mungkin.
2.
Pemeriksaan penunjang
A.
Pemeriksaan laboratorium : Cairan yang keluar dari vagina perlu diperiksa warna, konsentrasi, bau
dan PHnya.
1.1 Tes lakmus (tes nitrazin), jika kertas lakmus merah berubah menjadi biru menunjukkan adanya air ketuban
(alkalis).
1.2 Mikroskopik (tes pakis), dengan meneteskan air ketuban pada gelas objek dan dibiarkan kering, pemeriksaan
mikroskopik menunjukkan gambaran daun
pakis.
1.
Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk melihat jumlah cairan ketuban dalam kavum uteri. Pada kasus KPD terlihat
jumlah cairan ketuban yang sedikit.
BAB II
KONSEP DASAR MANAJEMEN ASUHAN KEBIDANAN
Proses manajemen kebidanan suatu proses pemecahan masalah. Proses ini merupakan sebuah metode dengan
pengorganisasian pemikiran dan tindakan-tindakan dengan urutan yang logis dan menguntungkan baik bagi klien
maupun tenaga kesehatan. Proses ini menguraikan bagaimana prilaku yang diharapkan dari pemberi asuhan.
Proses manejemen ini bukan hanya terdiri dari pemikiran dan tindakan saja melainkan prilaku pada setiap langkah
agar pelayanan yang komprehensif dan aman dapat tercapai. Dengan demikian proses manajemen harus mengikuti
urutan yang logis dan memberi pengertian yang menyatukan pengetahuan, hasil temuan, dan penilaian yang tepisahpisah menjadi satu kesatuan yang berfokus pada manajemen klien. (Varney, 1997).
Proses manajemen menurut Varney (1997) terdiri dari 7 langkah yang berurutan dimana setiap langkah
disempurnakan secara periodik. Proses dimulai dengan pengumpulan data dasar dan berakhir dengan evaluasi.
Ketujuh langkah tersebut membentuk suatu kerangka lengkap yang dapat diaplikasikan dalam situasi apapun.
Langkah-langkah penerapan manajemen kebidanan dilakukan secara berkesinambungan, yaitu :
1.
2.
Mengidentifikasi masalah atau diagnosa berdasarkan interpretasi yang benar dari data
3.
Mengantisipasi masalah potensial atau diagnosa lainnya yang mungkin terjadi karena
tersebut.
2.
3.
4.
Langkah-langkah dalam penatalaksanaan pada dasarnya jelas, akan tetapi dalam pembahasan singkat mengenai
langkah-langkah tersebut mungkin akan lebih memperjelas proses pemikiran dalam proses klinis yang berorientasi
pada langkah ini. Penulis membatasi hanya pada kasus Ketuban Pecah Dini (KPD)
A.
Pengkajian adalah pendekatan sistematis untuk mengumpulkan data, mengelompokkan data dan menganalisa data
sehingga dapat diketahui maslah dan keadaan klien. Pada langkah pertama ini dikumpulkan semua informasi yang
akurat dari semua sumber yang berkaitan dengan kondisi klien.
1.
a)
1.
Data subjektif
Nama
Umur
Agama
Suku
Pendidikan
Pekerjaan
No telp
Alamat
b)
Keluhan Utama
Merupakan alasan utama klien untuk datang ke BPS atau R.S dan apa-apa saja yang dirasakan klien Kemungkinan
yang ditemui : Pada pasien dengan KPD keluhan yang dirasakan adalah
(merembes ataupun langsung banyak) berwarna jernih/putih keruh/kuning/hijau/kecoklatan, tapi belum terasa
adanya tanda-tanda persalinan, misalnya his ataupun lendir darah dari vagina.
c)
Riwayat perkawinan
Kemungkinan diketahui :
Status perkawinan
Umur hamil
d)
Riwayat Menstruasi
Siklus
Lama
Banyaknya
Bau
Warna
Dikaji apakah selama hamil mengalami fluor albus yang bias menimbulkan infeksi
e)
Dikaji tentang riwayat kehamilan, persalinan, dan nifas yang terdahulu terutama untuk mengetahui peyulit yang
dialami selama kehamilan,persalinan, dan nifas yang lalu, dan apakah sebelumnya pasien pernah mengalami KPD
f)
KPD biasanya terjadi pada kehamilan yang menyebabkan ketegangan rahim berlebihan, misalnya gemeli,
hidramnion, serta adanya kelainan letak janin dalam rahim.
g)
Riwayat kesehatan
Riwayat kesehatan yang lalu : Ibu yang mengalami serviks inkompeten dan adanya infeksi genetalia merupakan
etiologi terjadinya KPD.
h)
Riwayat kesehatan keluarga : KPD bukan merupakan penyakit menurun maupun menular
i)
Riwayat sosial, ekonomi, dan budaya : KPD tidak ada hubungannya dengan umur pertama kali menikah dan
lama pernikahan
j)
Pada pasien dengan KPD tidak ada masalah dengan pemenuhan kebutuhan nutrisi
Pola Eliminasi
Pola Istirahat
Pola Aktifitas
Pada pasien dengan KPD aktifitasnya dibatasi. Hal ini berhubungan dengan pengeluaran air ketuban
Dikaji apakah pasien menjaga personal hygienenya selama hamil, terutama vulva hygiene
1.
1.
Data Objektif
Pemeriksaan Umum
Secara teoritis kemungkinan adanya keadaan umum klien yang kurang baik, yang mencakup kesadaran, tekanan
darah, nadi, nafas, suhu, tinggi badan, berat badan dan keadaan umum, biasanya akan terjadi kesenjangan pada berat
badan ibu yang tidak nomar ataupun peningkatan berat badannya yang tidak adekuat, ini dapat dinyakan karna salah
satu kemungkinan yang menyebab kan pertumbuhan janin terhambat adalah malnutrisi, dan kemungkinan adanya
peningkatan tekanan darah karna hipertensi kronik adalah salah satu penyakit yang juga dapat mengakibatkan
pertumbuhan janin terhambat.
Keadaan Umum
: baik
Kesadaran
: compos mentis
: 36 oC 37 oC , Ibu yang mengalami ketuban pecah dini dengan suhu di atas 37,5
: 76 92x/menit
RR
: 16 20x/menit
Wajah
Mata
b)
Pemeriksan Khusus
1.
Secara Inspeksi
Secara palpasi
Leapold I : Tinggi fundus uteri dalam cm, pada fundus kemungkinan teraba bagian
bokong atau lainnya.
tengah kepala,
Leapold II : pada dinding perut klien sebelah kiri atau kanan kemungkinan teraba
punggung,
Leapold III : Pada bagian terbawah kemungkinan teraba kepala, bokong taupun lainnya.
Leapold IV : kemungkinan bagian terbawah janin telah masuk PAP dan seberapa masuknya dihitung
dengan perlimaan.
1.
Secara Auskultursi
c)
Pemeriksaan dalam
Vulva vagiana tidak ada kelainan portid tebal, tipis dan posisi partio antefleksi, retrofleksi, dan pembukaan dengan
persalinan KPD primis < 3 cm, dan multi < 5 cm. Persentase : Apakah kepala, apakah bokong, letak sungsang dan
lintang dapat menyebabkan KPD.
d)
Uji Diagnotik
B.
Pada langkah ini dilakukan identifikasi yang benar terhadap masalah atau diagnosa dan kebutuhan klien berdasarkan
interpretasi yang benar atau data-data yang telah dikumpulkan. Data dasar yang sudah dikumpulkan
diinterpretasikan sehingga ditemukan masalah atau diagnosa yang spesifik. Kata masalah dan diagnosa keduanya
digunakan karena beberapa masalah tidak dapat diselesaikan seperti diagnosa tapi membutuhkan penanganan yang
dituangkan dalam sebuah rencana asuhan terhadap klien. Masalah ini sering menyertai diagnosa. Diagnosa yeng
ditegakkan bidan dalam lingkup praktek kebidanan harus memenuhi standar nomenklatur diagnosa kebidanan,
yaitu :
1.
2.
3.
4.
5.
Berdasarkan kasus ini, maka kemungkinan interpretasi data yang timbul adalah :
Diagnosa
dengan Ketuban
Pecah dini
Masalah
Kebutuhan
1.
C.
Pada langkah ini kita kita mengdentifikasi masalah atau diagnosa potensial lain berdasarkan rangkaian
masalah dan diagnosa yang sudah diidentifikasi. Langkah ini membutuhkan antisipasi, bila memungkinkan
dilakukan pencegahan sambil mengamati klien, bidan diharapkan dapat bersiap-siap bila diagnosa atau masalah
potemsial ini benar-benar terjadi kemungkinan diagnosa atau masalah potesial yang timbul :
Ibu
Janin
1.
D.
Mengidentifikasi perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter dan atau untuk dikonsulkan atau ditangani
bersama dengan anggota tim kesehatan lain yang sesuai dengan kondisi klien.
1.
E.
Suatu rencana asuhan harus disetujui oleh kedua belah pihak baik bidan maupun klien agar perencanaan dapat
dilakukan denagn efektif. Semua keputusan harus
berlaku tentang apa yang akan dan tidak dilakukan. Perencanaan tindakan yang mungkin dilakukan antara lain :
a.
Di Polindes / puskesmas
1.
2.
3.
Rujuk
b.
Di rumah sakit
Konservatif
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Jika umur kehamilan < 32 34 minggu dirawat selama air ketuban masih keluar
Jika usia kehamilan 32 37 minggu, belum inpartu, tidak ada infeksi, tes busa
(-) : beri dextametason, observasi tanda infeksi dan kesejahteran janin, terminasi
pada kehamilan 37 minggu.
8.
Jika usia kehamilan 32 37 minggu sudah inpartu, tidak ada infeksi, berikan
Jika usia kehamilan 32-34 minggu ada infeksi, berikan antibiotic dan lakukan
induksi.
10. Pada usia kehamilan 32 34 minggu berikan steroid intencid untuk memacu
kematangan paru janin dan kalau kemungkinan periksa kadar lesitin dan
spingomiclin tiap minggu. Dosis betametason 12 mg sehari dosis tanggal selama
dexametason 1 M 5 mg 6 jam sebanyak 4 kali.
Aktif
1.
2.
Bila ada tanda-tanda infeksi berikan antibiotik dosis tinggi dan persalinan diakhiri :
a.
Bila skor pelvik < 5, lakukan pematangan serviks, lalu induksi bila tidak
2 hari,
1.
F.
Pada langkah ini asuhan menyeluruh yang telah diuraikan pada langkah kelima dilaksanakan secara efisien dan
aman. Perencanaan ini bisa dilakukan seluruhnya oleh bidan dan sebagian oleh klien, atau anggota tim kesehatan
lainnya. Jika bidan tidak melakukan sendiri, ia tetap memikul tanggung jawab untuk mengarahkan pelaksanaannya.
Bila bidan berkolaborasi dengan dokter untuk menangani klien yang mengalami komplikasi maka keterlibatan bidan
dalam manajemen asuhan bagi klien adalah tetap bertanggung jawab terhadap terlaksananya rencana asuhan
bersama yang menyeluruh tersebut. Manajemen yang efisien akan menyingkat waktu dan biaya serta meningktakan
mutu dari asuhan klien. Beberapa tindakan yang mungkin dapat dilakukan antara lain :
.Konservatif
1.
2.
3.
Jika umur kehamilan < 32 34 minggu dirawat selama air ketuban masih keluar atau
sampai
1.
Jika usia kehamilan 32 37 minggu sudah inpartu, tidak ada infeksi berikan
tokolitik
Jika usia kehamilan 32 34 minggu ada infeksi beri antibiotik dan lakukan
Induksi
1.
Aktif
1.
Usia kehamilan < 37 minggu, induksi dengan oksitosin bila gagal SC. Dapat diberikan
misoprostal
Bila ada tanda-tanda infeksi berikan antibiotika dosis tinggi dan persalinan diakhiri :
A.
Bila skor pelvik < 5, lakukan pematangan serviks, lalu induksi dan jika tidak
berhasil, akhiri
1.
G.
Merupakan langkah akhir dari proses asuhan kebidanan ketuban Pecah Dini (KPD) Asuhan manajemen
kebidanan dilakukan secara kontiniu sehingga perlu dievaluasi setiap tindakan yang telah diberikan agar lebih efektf.
Kemungkinan hasil evaluasi yang ditemukan adalah :
1.
2.
2.
Nadi
3.
Pernafasan
4.
Suhu
5.
DJJ
6.
7.
8.
BAB III
PEMBAHASAN SECARA TEORI
1.
Berdasarkan data yang ada maka dapat ditegakan diagnosa Ketuban Pecah Dini (KPD) Dengan dasar :
1.
a.
Pengkajian
pada Ny. W dengan kasus KPD ditemukan T : 120/80 mmHg, P : 80 x/menit, R : 22 x/menit, S : 36,8C dan
ditemukan data dengan umur 23 tahun. Dari data tersebut tidak adanya resiko tinggi karena pada kasus KPD bisa
terjadi pada umur > 35 tahun dan bisa terjadi pada ibu bersalin primi dan multigravida selain itu juga ditemukan
partus lama prematur, fetal distress sedangkan menurut teori kasus KPD bisa terjadi pada usia terlalu muda atau
terlalu tua dan bisa menyebabkan terjadi partus lama prematur fetal distress maka tidak ada kesenjangan antara teori
dan kasus di lapangan.
1.
b. Diagnosa
G1P0A0 Parturient arterm kala I fase laten Janin tunggal hidup intra uterin persentase U dengan Ketuban Pecah Dini
Dalam diagnosa yang ditegakan pada kasus KPD adalah infeksi, partus lama, asfiksia, fetal distress, dinyatakan
sesuai dengan teori (Prawirohardjo, 2002: 218). Dan dari pemeriksaan tanda-tanda vitalnya pada Ny. W, T : 120/80
mmHg, maka tidak ada kesenjangan antara teori dan diagnosa di lapangan.
1.
c.
Masalah diagnosa atau masalah potensial yang ditegakan adalah infeksi, partus lama, dan asfiksia, fetal distress,
atonia uteri, IUFD. (Prawirohardjo, 2002 : 219). Pada Ny. W terjadi partus lama tetapi tidak terjadi atonia uteri,
IUFD, dan asfiksia.
1.
Pada tahap ini penulis tidak menemukan kesenjangan antara teori dan praktek karena bidan melakukan kolaborasi
dengan dokter DSOG.. Pada Ny. W dilakukan segera dan berkolaborasi dengan DSOG. Tindakan segera
1.
e.
Pada tahap merencanakan asuhan yang menyeluruh berpedoman pada teori yaitu dilakukan observasi keadaan
umum ibu dan janin, dan kolaborasi dengan DSOG. Pada Ny. W dilakukan sesuai dengan teori yaitu dilakukan tirah
baring, observasi keadaan umum ibu dan janin, dan kolaborasi dengan DSOG.
1.
f.
Pelaksanaan
Dalam melaksanakan asuhan menurut teori yaitu melakukan tirah baring, observasi keadaan umum ibu dan janin,
dan kolaborasi dengan DSOG. Pada Ny. W dilaksanakan sesuai dengan teori yaitu tirah baring, observasi keadaan
umum ibu dan janin, dan kolaborasi dengan DSOG.
1.
g.
Evaluasi
Pada langkah evaluasi tiap 15 menit jam pertama, 30 menit jam kedua, dan 6-8 jam hari pertama. Pada Ny. W
penulis hanya mengobservasi 2 jam post partum selanjutnya perawatan dipantau di ruang nifas.
DAFTAR PUSTAKA
Manuaba I.B.G. 2008 Gawat Darurat, Obstetri Ginekologi dan Obstetri Ginekologi Sosial
Profesi Bidan, Penerbit Buku Kedokteran, EGC, Jakarta.
untuk
Manuaba I.B.G. 2007 Pengantar Kuliah Obstetri, Penerbit Buku Kedokteran EGC : Jakarta
F.Gary Cunningham et all. 2012 Williams Obstetrics edisi 23, volume 1. Penerbit Buku
Cuningham et all.2012 williams Obstetrics Edisi 23, Volume 2. Penerbit Buku Kedokteran
EGC: Jakarta
RAWAT INAP
07
RabuAGU 2013
1.
A.
Rawat inap (opname) adalah istilah yang berarti proses perawatan pasien oleh tenaga kesehatan profesional akibat
penyakit tertentu, di mana pasien diinapkan di suatu ruangan di puskesmas ataupun rumah sakit . Ruang rawat inap
adalah ruang tempat pasien dirawat. Ruangan ini dulunya sering hanya berupa bangsal yang dihuni oleh banyak
orang sekaligus. Saat ini, ruang rawat inap di banyak rumah sakit sudah sangat mirip dengan kamar-kamar hotel.
Pasien yang berobat jalan di Unit Rawat Jalan, akan mendapatkan surat rawat dari dokter yang merawatnya, bila
pasien tersebut memerlukan perawatan di dalam rumah sakit, atau menginap di puskesmas atau di rumah sakit.
1.
B.
Sistem pengumpulan data rekam medis pada tingkat Puskesmas pada dasarnya sama dengan rekam medik Rumah
Sakit dengan tahapan sebagai berikut :
a. Penerimaan pasien
Pada tahap ini pasien mendaftarakan diri sesuai dengan permasalahan kesehatan yang terjadi pada dirinya,
selanjutnya akan didistribusikan sesuai dengan pelayanan kesehatan yang ada di Puskesmas
b. Pencatatan
Setiap unit pelaksana pelayanan kesehatan yang ada di Puskesmas (Poliklinik) akan mendokumentasikan semua
hasil anamnesis, pemeriksaan dan pengobatan yang telah dilakukan pada semua pasien.
c. Pengolahan
Data yang telah didokumentasikan akan
1)Coding
Membuat kode atas setiap diagnosis penyakit berdasarkan klasifikasi penyakit yang ada, berdasarkan
pengelompokan penyakit yang dituangkan dalam bentuk kode.
2) Indexing
Pembuatan indeks, diantaranya indeks rawat jalan, inap, penyakit. Semua ini dipersiapkan untuk membuat laporan
statistik Rumah Sakit
d. Penyimpanan
Setiap hasil pemeriksaan dan pengumpulan data yang sudah di dokumentasikan akan di simpan sesuai dengan
kebijakan puskesmas tersebut. Puskesmas biasanya membuat laporan dan pencatatan bulanan untuk dikirimkan ke
tingkat yang lebih tinggi Dinas Kesehatan Kabupaten.
Beberapa contoh sistem pencatatan dan pelaporan Puskesmas, yaitu
a. F 1, Laporan KIA
b. F 1, Laporan KB
c. K IV, pencatatan akseptor baru
d. Laporan jumlah kunjungan.
e. Laporan jenis penyakit pada bulan laporan berdasarkan jumlah kunjungan
f. Laporan PWS KIA
g. Laporan pemberian Vit. A
h. Laporan kegiatan posyandu
i. Laporan kelahiran dan kematian
1.
C.
2.
Pasien datang ke puskesmas. Beberapa puskesmas menyediakan nomer antrian, baik berupa kertas
bertuliskan nomer urut antri, atau bahkan yang sudah digital, dengan memijit tombol antrian.
3.
Pasien akan dipanggil sesuai urutan untuk didaftar di loket pendaftaran Pada proses ini, dicatat nomer
rekam medis pasien, atau dibuatkan nomer rekam medis kalau pasien baru pertama kali berkunjung.
4.
Pasien menunggu, sementara petugas akan mencari rekam medis pasien yang bersangkutan di ruang catatan
medis, untuk diberikan ke unit pelayanan tempat pasien ingin berobat.
5.
6.
Pasien diperiksa, dicatat anamnesis dan lain-lain, termasuk diagnosis, obat yang diberikan dan tindakan
medis kalau ada.
7.
Pasien yang darurat dan yang akan dirawat dibawa langsung ke ruangan perawatan.
8.
9.
D.
Pukul
SUBJEKTIF
Nama
:.
NamaSuami
Umur
:.,Tahun
Agama
:..
Pendidikan
:.
Pekerjaan
:..
Pekerjaan-
Aiamat
:..
Alamat
:.
Umur
:.
:.Tahun
Agama
:.
Pendidikan
:.
Keluhan
OBJEKTEF
1. Data Umum :.
Kesadaran
KU Ibu
TTV,
TD:.mmHg
N:.
P:
S:
2. Data Khusus
Pemeriksaan Fisik:.
Anemis( )
Palpasi Abdomen
Oedemaf )
Varices( )
DJJ
HIS..
ASSASMENT
Nama :
D
Umur :
TAN
TAN
RM. 06
KECAMATAN TALAWI
Nam
a:
Nomor MR :
Umu
r:
Ruangan
Perhatian :
Untuk semua
keterangan perawatan
yang diberikan misalnya
keadaan umum os, cara
orang sakit masuk
(apakah memakai kursi
roda, ambulance,
memakai tongkat dsbnya). Obat yang
diberikan, instruksi
dekter sudah
dilaksanakan, perawatan
yang diberikan selama
os dibawah
pengawasannya dan
Nama
TANDA
Perawa
TANGA
TANGGA
JA
sebagainya. Tulislah
RM.05
KECAMATAN TALAWI
CACATAN
Nama :
Nomor MR :
Umur :
Ruangan
HARIAN DOKTER
(Menandatangani setiap
catatan)
TANGGAL
PERJALANAN
INTRUKSI
TANDA
/ JAM
PENYAKIT
DOKTER
TANGAN
RM.03
KECAMATAN TALAWI
CATATAN SINGKAT
(Sewaktu os masuk)
ANAMNESA :
Keluhan Utama :
Nama :
Nomor MR :
Umur :
Ruangan :
Penyakit Sekarang :
PEMERIKSAAN JASMANI :
Keadaan Umum :
Kepala :
Leher
RM. 02
KECAMATAN TALAWI
RINGKASAN KELUAR ( RESUME )
NAMA
NO RM
UMUR
PAV / KLS
JENIS KELAMIN
TGL.MASUK
TGL.KELUAR
SUKU BANGSA
DIAGNOSIS AKHIR :
OPERASI
PEMERIKSAAN FISIK :
TANGGAL
TANDA TANGAN
RM. 01
TAHUN KUNJUNGAN
RINGKASAN MASUK DAN KELUAR
R
A
W
A
T
K
e
:
RUA
NGA
N
KLA
S
Keca
matan
:
AGAMA
Kab /
Kota :
Nama
Pasien :
Propi
Indon
esia
nsi :
Asing
Islam
Hindu
Protestan
Budha
Khatolik
RS/ RB
Pedidikan terakhir :
Puskesmas
Cara Masuk RS/ Rujukan
Univ
Dokter
Paramedis
Sendiri
Polisi
JENIS PELAYANAN
Pekerjaan :
Non Bedah
Bedah
Kebidanan
ICU
Kes. Anak
Bayi
KELUAR
Telp .
JAM :
Diagnosa sementara
DIKIRIM OLEH: POLY/ UGD
Nama Dr :
JAM :
Keadaan keluar :
Sembuh
Pulang paksa
Melarikan diri
Diagnosa Utama :
Diagnosa Sekunder :
Komplikasi :
Penyebab luar cedera & keracunan :
Narasi :
Infeksi Nosokomial :
Akan :
Tranfusi darah :
Pindah kebangsaan :
Nasehat setelah keluar Rumah Sakit :
Pernah Imunisasi : BCG
D.T
Campak
Tanggal :
Otopsi
Tanda tangan :
Tanpa Otopsi
Nama terang :
Hepatitis B
yang sesuai
KALA III
Hari / tanggal :..
Pukul
SUBJEKTIF
OBJEKTIF
1.
Data Umum
Kesadaran :.
KU Ibu
:.
TTV,
TDmmHg
N:.
P:.
S:.
1.
Data Khusus
TFU
Kon-Ut.
Blast..
ASSASMENT
..
PLAN
..
..
..
..
..
..
..
..
KALA IV
Hari/ tanggal :
Pukul
:.
SUBJEKTIF
..
..
OBJEKTIF
1.
Data Umum
Kesadaran :.
KU Ibu
TTV,
TD:.mmHg
N:.
P:.
S:.
PERSALINAN NORMAL
PARTOGRAF
No.Registrasi
Nama Ibu:
No. Puskesmas
Ketuban pecah
Denyut
Jantung
Janin
Tanggal :
sejak pukul
Umur:
G
Pukul:
P A
( / menit)
Air ketuban
penyusupan
Waktu
( jam )
Kontraksi
Tiap
10 menir
< 20
20-40
>40
Oksitosin U/ L
Tetes / menit
70
Nadi
Tekanan
Suhu
Protein
Urine
Aseton
Volume
CATATAN PERSALINAN
Tanggal :..
Nama Bidan :.
Ya
Tempat persalinan :.
Rumah Ibu
Puskesmas
Polindes
Rumah Sakit
Klinik Swasta
Tidak,.
Lainnya :
a,.
b,
16. Plasenta tidak lahir >30 menit : Ya/ Tidak
a,
b,
Teman
Suami
Dukun
Keluarga
KALA I
Tidak ada
c,
17. Laserasi :
Ya, dimana
Tidak
18. Jika laserasi perineum, derajat :1/2/3/4
Tindakan :
Masalah lain,sebutkan :
..
1.
..
1.
Hasilnya :.
KALA II
1.
Episiotomi :
Tidak
c,.
Tidak
20. Jumlah perdarahan :.
Suami
Dukun
Keluarga
Tidak ada
Teman
1.
a,..
b,..
Ya, Indikasi
1.
Ya, tindakan :
23.Hasilnya :..
Gawat Janin
1.
.. 25. Panjang .
2.
3.
Tidak
1.
menghangatkan
2.
rangsangan taktil
3.
Normal , tindakan :
mengeringkan
Masalah lain,sebutkan :
..
1.
mengeringkan
1.
menghangatkan
Hasilnya :
rangsangan taktil
lain-lain, sebutkan
KALA III
2.
3.
Pemberian Oksitosin 10 U IM ?
Hipotermia, tindakan
Cacat bawaan,sebutkan ..
a,
b, ..
Ya, alasan .
29. PemberianASI
Tidak,
1.
c, ..
Ya,
Tidak, alasan ,
Hasilnya : ..
Tek
Temp
Ti
Kon
ena
eratur
trak
kt
si
dar
gi
uter
fu
us
k
e
ah
n
d
us
ut
er
DAFTAR PUSTAKA
Referensi puskesmas rawat inap kecamatan talawi. Tanggal 29 november 2012. Pukul 13.00
http://id.wikipedia.org/wiki/Rawat_inap
http://ceritasimpus.wordpress.com/tentang-simpusnya-jojok/alur-data-simpus/
AMBULAN DESA
05
SeninAGU 2013
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Inti kegiatan Desa Siaga adalah memberdayakan masyarakat agar mau dan mampu untuk
hidup sehat. Maka dalam pengembangannya diperlukan langkah-langkah pendekatan
edukatif, yaitu upaya mendampingi (memfasilitasi) masyarakat untuk menjalani proses
pembelajaran yang berupa proses pemecahan masalah-masalah kesehatan yang
dihadapinya. Untuk menuju Desa Siaga perlu dikaji berbagai kegiatan bersumberdaya
masyarakat yang ada (Posyandu, Polindes, Pos Obat Desa, Dana Sehat, Desa Siap-AntarJaga, Ambulan Desa, dll).
Konsep Desa Siaga, dimana salah satu indikatornya adalah meningkatnya akses masyarakat
terhadap pelayanan kesehatan yang berkualitas. Awalnya program ini dalam suatu Desa
Siaga akan dapat menggambarkan suatu masyarakat yang sadar, mau dan mampu untuk
mencegah dan mengatasi berbagai ancaman terhadap kesehatan masyarakat seperti kurang
gizi, penyakit menular dan penyakit yang berpotensi menimbulkan Kejadian Luar Biasa
(KLB), kejadian bencana, kecelakaan, dan lain-lain, dengan memanfaatkan potensi
setempat, secara gotong royong. Namun, dalam kenyataannya, masih banyak kejadian
kegawatdaruratan khususnya pada ibu dan anak yang mengalami keterlambatan
penanganan disebabkan kurang tanggapnya dan kesiagaan masyrakat dibidang transportasi
menuju sarana kesehatan sehingga angka kematian masih tinggi dimasyarakat. Salah satu
upaya pencegahannya yaitu dengan program ambulan desa yang mampu membantu
masyarakat dalam menanggulangi kegawat daruratan dan keselamatan ibu dan anak secara
aman dan cepat.
Tujuan Umum
1.3.2
Tujuan Khusus
BAB II
LANDASAN TEORI
I.
a.
sesama warga desa dalam sistem rujukan dari desa ke unit rujukan kesehatan yang
berbentuk alat transportasi.
b.
Ambulan desa adalah suatu alat transportasi yang dapat digunakan untuk
1.
Hasil Rencana
2.
Perangkat
3.
Proses
B. Macam-macam:
1.
Jangka Panjang
2.
Jangka Menengah
3.
Jangka Pendek
C. Frekuensi Penggunaan
1.
1 kali
2.
Berulang kali
D. Ruang Lingkup:
1.
Rencana Strategik
2.
Rencana Taktis
3.
Rencana Menyeluruh
4.
Rencana Terpadu
II Unsur-unsur Rencana:
1.
Misi
2.
Rumusan Masalah
3.
4.
Rumusan Kegiatan
Tujuan umum.
Tujuan khusus.
Mempercepat penurunan AKI dan AKB karena hamil, nifas dan melahirkan.
BAB III
PEMBAHASAN
Berdasarkan rumusan masalah yang telah diperoleh, maka perlu adanya tindakan
gotong royong dari masyarakat yaitu dengan program ambulan desa baik dari segi
pengelolaan, pendanaan dan penjadwalan ambulan desa dalam upaya mencegah
keterlambatan penanganan kegawatdaruratan yang terjadi dimasyarakat (desa).
3. Pengaturan Jadwal:
1.
Jadwal yang ditentukan adalah hasil musyawarah dari sasaran ambulan desa, tokoh
masyarakat/penaggung jawab serta pihak warga lainnya.
2.
Dengan diadakannya musyawarah desa jadwal dapat diatur secara bergantian baik
secara harian atau berkala sesuai dengan kesepakatan warga.
Dari uraian diatas, jika pengelolaan, pendanaan dan penjadwalan ambulan desa dapat
dimusyawarahkan dengan baik, maka program tersebut dapat dijalankan sesuai dengan
keinginan masyarakat, sehingga keterlambatan penanganan kegawatdaruratan dalam
masalah kesehatan masyarakat khususnya ibu dan anak dapat diatasi.
BAB IV
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Ambulan desa adalah suatu alat transportasi yang dapat digunakan untuk mengantarkan
warga yang membutuhkan pertolongan dan perawatan di tempat pelayanan kesehatan.
Ambulan desa dikelola oleh masyarakat sendiri yang sasarannya adalah warga yang
memiliki kendaraan/alat transportasi serta siap bersiaga dalam jadwal yang ditentukan
(setiap harinya) untuk mengantarkan masyarakat yang mengalami kegawat daruratan
ketempat pelayanan kesehatan/rujukan.
DAFTAR PUSTAKA