Anda di halaman 1dari 60

1.

A.

Defenisi Ketuban Pecah Dini (KPD)

Ketuban pecah dini adalah pecahnya selaput ketuban sebelum persalinan.


ketuban pecah dini yang terjadi pada umur kehamilan

Sebagian

diatas 37 minggu,

besar

sedangkan pada umur

kehamilan kurang 36 minggu tidak terlalu banyak.


Ketuban pecah dini merupakan masalah kontroversial obstetric dalam kaitannya

Pecahnya selaput ketuban sebelum waktunya


persalinan prematuritas yang
(Manuaba,

menyebabkan kemungkinan

akan meningkatkan kesakitan dan

infeksi dalam rahim,

kematian ibu maupun janinnya

2008).

Ketuban Pecah Dini adalah pecahnya ketuban sebelum proses persalinan

dengan penyebabnya.

berlangsung (Sarwono

Prawirohardjo, 2007)
Ketuban pecah dini adalah keadaan pecahnya selaput ketuban sebelum persalinan (Sarwono Prawirohardjo,

2008,).
Ketuban pecah dini yaitu pecahnya ketuban sebelum waktunya melahirkan /

pembukaan< 4 cm (fase laten). (dr. Taufan Nugroho,

2010.)

Ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban sebelum terdapat tanda-tanda

sebelum inpartu, pada


persalinan mulai dan

ditunggu satu jam belum terjadi inpartu. (Manuaba, 2010).

1.

B.

Manifestasi klinik

Manifestasi klinis ketuban pecah dini adalah:


1.

1.
sedikit-

Keluarnya air ketuban berwarna putih keruh, jernih, kuning atau kecoklatan
sedikit atau sekaligus banyak.

2.

2.

Dapat disertai demam bila sudah ada infeksi.3) Janin mudah diraba.

3.

3.

Pada periksa dalam sepaput ketuban tidak ada, air ketuban sudah bersih.

4.

4.

Inspekulo: tampak air ketuban mengalir atau selaput ketuban tidak ada dan air

ketuban sudah

1.

C.

kering.

KLASIFIKASI

A.

Ketuban pecah dini pada kehamilan > 35 minggu

B.

Ketuban pecah dini pada kehamilan 32 35 minggu

C.

Ketuban pecah dini pada kehamilan < 32 minggu

1.

D.

PENYEBAB

1.

lnfeksi yang biasanya berawal dari kemaluan, lalu naik ke mulut rahim, leher

rahim, dan dinding ketuban. Dinding ketuban paling bawah

merupakan bagian

paling rentan karena mendapat tekanan dari bobot janin, dan juga yang

yang
pertama mendapat infeksi

dari kemaluan.
2.

Gangguan pada leher rahim (cervix incompetence) sehingga dinding ketuban

paling

bawah mendapatkan tekanan yang semakin tinggi.


3.

Posisi plasenta di bawah. Posisi plasenta yang baik di sebelah atas agak ke kiri

atau

kanan sedikit.
4.

Tindakan invasif ke leher rahim, misalnya karena pemeriksaan medis atau upaya

pengguguran.
5.

Gangguan terhadap jaringan kolagen penyangga dinding amnion, misalnya

kebiasaan

merokok dan minum alkohol.


6.

Tekanan di dalam rahim meningkat karena cairan ketuban berlebihan, kehamilan

kembar,

janin yang besar, atau adanya kelainan anatomis pada janin.


Pada kasus ketuban pecah dini, dokter akan meminta ibu hamil beristirahat total. Dokter juga akan memberikan obat
untuk mencegah kontraksi sehingga janin selama mungkin dipertahankan dalam rahim sampai menjelang datangnya
waktu persalinan atau masa aterm.
Janin diusahakan bertahan sampai minimal 36 minggu kehamilan dan diharapkan janin sudah siap bila terpaksa
harus dilahirkan. Kehamilan dengan ketuban pecah dini biasanya berujung kepada persalinan dengan bantuan atau
operasi cesar.

1.

E.

PENCEGAHAN

Beberapa pencegahan dapat dilakukan namun belum ada yang terbukti cukup efektif. Mengurangi aktivitas atau
istirahat pada akhir triwulan kedua atau awal triwulan ketiga dianjurkan.
1.

F.

PROGNOSIS
Ada pun pengaruh ketuban pecah dini terhadap ibu dan janin adalah :

1.

Prognosis ibu

Infeksi intrapartal dalam persalinan

Jika terjadi infeksi dan kontraksi ketuban pecah maka bisa menyebabkan sepsis
dapat mengakibatkan meningkatnya angka morbiditas dan

Infeksi puerperalis / masa nifas

Dry labour / Partus lama

Perdarahan post partum

Meningkatkan tindakan operatif obstetric (khususnya SC)

Morbiditas dan mortalitas maternal

2.

Prognosis janin

Prematuritas

yang

mortalitas

masalah yang dapat terjadi pada persalinan prematur diantaranya adalah

respiratory

distress sindrome, hypothermia, neonatal feeding problem,


intraventricular hemorrhage, necrotizing
cerebral palsy),

selanjutnya

retinopathy of premturity,
enterocolitis, brain disorder (and risk of

hyperbilirubinemia, anemia, sepsis.

Prolaps funiculli / penurunan tali pusat

Hipoksia dan Asfiksia sekunder (kekurangan oksigen pada bayi) Mengakibatkan

kompresi

tali pusat, prolaps uteri, dry labour/partus lama, apgar score rendah,
ensefalopaty, cerebral palsy, perdarahan intrakranial, renal failure, respiratory
distress.

Sindrom deformitas janin

Terjadi akibat oligohidramnion. Diantaranya terjadi hipoplasia paru, deformitas


pertumbuhan janin terhambat (PJT)

ekstremitas dan

Morbiditas dan mortalitas perinatal

1.

G.

DIAGNOSIS

Tentukan pecahnya selaput ketuban. Ditentukan dengan adanya cairan ketuban di vagina, jika tidak ada dapat dicoba
dengan gerakan sedikit bagian terbawah janin atau meminta pasien batuk atau mengedan. Penentuan cairan ketuban
dapat dilakukan dengan tes lakmus (Nitrazin test) merah menjadi biru, membantu dalam menentukan jumlah cairan
ketuban dan usia kehamilan, kelainan janin.
Tentukan usia kehamilan bila perlu dengan pemeriksaan USG. Tentukan ada tidaknya infeksi, tanda-tanda infeksi
bila suhu ibu 38o C, air ketuban yang keruh dan berbau.
estrase). Leukosit darah >

15.000/mm3. Janin yang

Pemeriksaan

air ketuban dengan tes LEA (leukosit

mengalami tekhikardi, mungkin mengalami infeksi

intrauterin.
Tentukan tanda-tanda inpartu. Tentukan adanya kontraksi yang teratur, periksa dalam dilakukan bila akan
dilakukan penanganan aktif (terminasi kehamilan) antara lain untuk

menilai

skor pelvik (Sarwono P.

2009)
Diagnosa Ketuban Pecah Dini ditegakkan dengan cara :
1.

Anamnesa : Penderita mengeluarkan cairan yang banyak secara tiba-tiba dari jalan lahir,
berbau khas, keluarnya cairan sebelum ada his atau his belum

cairan

teratur dan belum ada

pengeluaran lendir dan darah.


2.

Inspeksi

: Pengamatan dengan mata biasa tampak keluarnya cairan dari vagina, bila

baru pecah dan jumlah air ketuban masih banyak, pemeriksaan ini
A.

ketuban

akan lebih jelas.

Pemeriksaan dengan speculum : Pemeriksaan spekulum pada ketuban pecah dini akan tampak
keluar cairan dari orifisium uteri eksternum (OUE), kalau belum juga tampak keluar, fundus uteri ditekan,
penderita diminta untuk mengedan atau bagian terendah digoyangkan, akan tampak keluar cairan dari
ostium uteri dan terkumpul pada fornik anterior.

1.

Pemeriksaan dalam : Didapat cairan di dalam vagina dan selaput ketuban sudah tidak ada lagi. Mengenai
pemeriksaan dalam vagina dengan tocher perlu dipertimbangkan, pada kehamilan yang kurang bulan yang
belum dalam persalinan tidak perlu dilakukan alam. Karena pada waktu pemeriksaan dalam, jari pemeriksa
akan mengakumulasi segmen bawah rahim dengan flora vagina yang normal. Mikroorganisme tersebut biasa
dengan cepat menjadi patogen. Pemeriksaan dalam vagina hanya dilakukan kalau KPD yang sudah dalam
persalinan dan dibatasi sedikit mungkin.

2.

Pemeriksaan penunjang
A.

Pemeriksaan laboratorium : Cairan yang keluar dari vagina perlu diperiksa warna, konsentrasi, bau
dan PHnya.

1.1 Tes lakmus (tes nitrazin), jika kertas lakmus merah berubah menjadi biru menunjukkan adanya air ketuban
(alkalis).
1.2 Mikroskopik (tes pakis), dengan meneteskan air ketuban pada gelas objek dan dibiarkan kering, pemeriksaan
mikroskopik menunjukkan gambaran daun
pakis.
1.

Pemeriksaan ultrasonografi (USG)

Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk melihat jumlah cairan ketuban dalam kavum uteri. Pada kasus KPD terlihat
jumlah cairan ketuban yang sedikit.

BAB II
KONSEP DASAR MANAJEMEN ASUHAN KEBIDANAN

Proses manajemen kebidanan suatu proses pemecahan masalah. Proses ini merupakan sebuah metode dengan
pengorganisasian pemikiran dan tindakan-tindakan dengan urutan yang logis dan menguntungkan baik bagi klien
maupun tenaga kesehatan. Proses ini menguraikan bagaimana prilaku yang diharapkan dari pemberi asuhan.
Proses manejemen ini bukan hanya terdiri dari pemikiran dan tindakan saja melainkan prilaku pada setiap langkah
agar pelayanan yang komprehensif dan aman dapat tercapai. Dengan demikian proses manajemen harus mengikuti
urutan yang logis dan memberi pengertian yang menyatukan pengetahuan, hasil temuan, dan penilaian yang tepisahpisah menjadi satu kesatuan yang berfokus pada manajemen klien. (Varney, 1997).
Proses manajemen menurut Varney (1997) terdiri dari 7 langkah yang berurutan dimana setiap langkah
disempurnakan secara periodik. Proses dimulai dengan pengumpulan data dasar dan berakhir dengan evaluasi.
Ketujuh langkah tersebut membentuk suatu kerangka lengkap yang dapat diaplikasikan dalam situasi apapun.
Langkah-langkah penerapan manajemen kebidanan dilakukan secara berkesinambungan, yaitu :
1.

Mengumpulkan data yang diperlukan untuk mengidentifikasi pasien secara lengkap.

2.

Mengidentifikasi masalah atau diagnosa berdasarkan interpretasi yang benar dari data

3.

Mengantisipasi masalah potensial atau diagnosa lainnya yang mungkin terjadi karena

tersebut.

masalah atau diagnosa yang telah diidentifikasi.


1.

Mengevaluasi perlunya intervensi segera oleh bidan atau dokter.

2.

Membangun rencana asuhan yang menyeluruh.

3.

Mengembangkan rencana asuhan tersebut secara efisien dan aman.

4.

Mengevaluasi keefektifan dari asuhan yang telah diberikan.

Langkah-langkah dalam penatalaksanaan pada dasarnya jelas, akan tetapi dalam pembahasan singkat mengenai
langkah-langkah tersebut mungkin akan lebih memperjelas proses pemikiran dalam proses klinis yang berorientasi
pada langkah ini. Penulis membatasi hanya pada kasus Ketuban Pecah Dini (KPD)

Ketujuh langkah tersebut adalah sebagai berikut :


1.

A.

Langkah 1:Pengkajian Data

Pengkajian adalah pendekatan sistematis untuk mengumpulkan data, mengelompokkan data dan menganalisa data
sehingga dapat diketahui maslah dan keadaan klien. Pada langkah pertama ini dikumpulkan semua informasi yang
akurat dari semua sumber yang berkaitan dengan kondisi klien.

Data-data yang dikumpulkan meliputi :

1.
a)

1.

Data subjektif

Biodata atau identitas klien atau suami

Yang perlu dikaji :

Nama

Umur

Agama

Suku

Pendidikan

Pekerjaan

No telp

Alamat

b)

Keluhan Utama

Merupakan alasan utama klien untuk datang ke BPS atau R.S dan apa-apa saja yang dirasakan klien Kemungkinan
yang ditemui : Pada pasien dengan KPD keluhan yang dirasakan adalah

keluarnya cairan dari jalan lahir

(merembes ataupun langsung banyak) berwarna jernih/putih keruh/kuning/hijau/kecoklatan, tapi belum terasa
adanya tanda-tanda persalinan, misalnya his ataupun lendir darah dari vagina.

c)

Riwayat perkawinan

Kemungkinan diketahui :

Status perkawinan

Umur hamil

Berapa lama baru hamil.

d)

Riwayat Menstruasi

Yang ditanyakan adalah :

HPHT untuk menentukan tafsiran persalinan

Siklus

Lama

Banyaknya

Bau

Warna

Apakah nyeri waktu haid

Kapan mendapatkan haid pertama kalinya.

Dikaji apakah selama hamil mengalami fluor albus yang bias menimbulkan infeksi

e)

Riwayat obsetri yang lalu

Dikaji tentang riwayat kehamilan, persalinan, dan nifas yang terdahulu terutama untuk mengetahui peyulit yang
dialami selama kehamilan,persalinan, dan nifas yang lalu, dan apakah sebelumnya pasien pernah mengalami KPD

f)

Riwayat kehamilan sekarang

KPD biasanya terjadi pada kehamilan yang menyebabkan ketegangan rahim berlebihan, misalnya gemeli,
hidramnion, serta adanya kelainan letak janin dalam rahim.

g)

Riwayat kesehatan

Riwayat kesehatan yang lalu : Ibu yang mengalami serviks inkompeten dan adanya infeksi genetalia merupakan
etiologi terjadinya KPD.

h)

Riwayat kesehatan keluarga : KPD bukan merupakan penyakit menurun maupun menular

i)

Riwayat sosial, ekonomi, dan budaya : KPD tidak ada hubungannya dengan umur pertama kali menikah dan

lama pernikahan

j)

Pola Kehidupan Sehari- hari


Pola Nutrisi

Pada pasien dengan KPD tidak ada masalah dengan pemenuhan kebutuhan nutrisi

Pola Eliminasi

Pada pasien dengan KPD tidak ada masalah dengan eliminasi

Pola Istirahat

Pada pasien dengan KPD tidak mengalami gangguan istirahat

Pola Aktifitas

Pada pasien dengan KPD aktifitasnya dibatasi. Hal ini berhubungan dengan pengeluaran air ketuban

Pola Personal Hygiene

Dikaji apakah pasien menjaga personal hygienenya selama hamil, terutama vulva hygiene

1.

1.

Data Objektif

Data dikumpulkan melalui pemeriksaan umun dan pemeriksan khusus.


a)

Pemeriksaan Umum

Secara teoritis kemungkinan adanya keadaan umum klien yang kurang baik, yang mencakup kesadaran, tekanan
darah, nadi, nafas, suhu, tinggi badan, berat badan dan keadaan umum, biasanya akan terjadi kesenjangan pada berat
badan ibu yang tidak nomar ataupun peningkatan berat badannya yang tidak adekuat, ini dapat dinyakan karna salah
satu kemungkinan yang menyebab kan pertumbuhan janin terhambat adalah malnutrisi, dan kemungkinan adanya
peningkatan tekanan darah karna hipertensi kronik adalah salah satu penyakit yang juga dapat mengakibatkan
pertumbuhan janin terhambat.

Keadaan Umum

: baik

Kesadaran

: compos mentis

Tanda tanda vital : TD = 110/70 120/80 mmHg


Suhu

: 36 oC 37 oC , Ibu yang mengalami ketuban pecah dini dengan suhu di atas 37,5

merupakan tanda-tanda infeksi.


Nadi

: 76 92x/menit

RR

: 16 20x/menit

Wajah

: tidak pucat, tidak oedem

Mata

: conjungtiva merah muda, sklera putih

b)

Pemeriksan Khusus

1.

Secara Inspeksi

yaitu pemeriksaan pandang yang dimulai dari kepala sampai kaki.


Yang dinilai adalah kemungkinan bentuk tubuh yang normal, kebersihan kulit, rambut, muka, conjungtiva pucat atau
tidak, skelera, hidung, mulut apakah ada caries dentis, stomatitis, karang gigi, leher apakah ada pembesaran kalenjer
gondok, payudara apakah simetris kiri dan kanan, keadaan puting susu menonjol atau tidak, perut membesar sesuai
usia kehamilan atau tidak, kemungkinan biasanya pada pertumbuhan janin terhambat pembesaran perut tidak sesuai
dengan kehamilan, apakah ada bekas operasi atau tidak, oedema atau pengeluaran dari vagina. Anus apakah ada
haemoroid, ektremitas atas dan bawah apakah ada kelainan.
1.

Secara palpasi

Dengan menggunakan cara leapold, kemungkinan yang ditemukan ialah:

Leapold I : Tinggi fundus uteri dalam cm, pada fundus kemungkinan teraba bagian
bokong atau lainnya.

tengah kepala,

Leapold II : pada dinding perut klien sebelah kiri atau kanan kemungkinan teraba

punggung,

anggota gerak atau bokong, kepala.

Leapold III : Pada bagian terbawah kemungkinan teraba kepala, bokong taupun lainnya.

Leapold IV : kemungkinan bagian terbawah janin telah masuk PAP dan seberapa masuknya dihitung
dengan perlimaan.

1.

Secara Auskultursi

Djj normal : 120-140x /menit

c)

Pemeriksaan dalam

Vulva vagiana tidak ada kelainan portid tebal, tipis dan posisi partio antefleksi, retrofleksi, dan pembukaan dengan
persalinan KPD primis < 3 cm, dan multi < 5 cm. Persentase : Apakah kepala, apakah bokong, letak sungsang dan
lintang dapat menyebabkan KPD.

d)

Uji Diagnotik

1. Tes lakmus (tes nitrazine) :

Bila menjadi biru air ketuban

Bila menjadi merah air kemih

2. Tes LEA (Leukosit Esterase) : leukosit darah > 15.000 / mm3


3. Pemeriksaan pH perviks posterior pada PROM pH adalah basa (air ketuban).
4. Pemeriksaan histopatologi air ketuban.
5. Abonzation dan sitologi air ketuban.
1.

B.

Langkah II : Interpretasi Data

Pada langkah ini dilakukan identifikasi yang benar terhadap masalah atau diagnosa dan kebutuhan klien berdasarkan
interpretasi yang benar atau data-data yang telah dikumpulkan. Data dasar yang sudah dikumpulkan

diinterpretasikan sehingga ditemukan masalah atau diagnosa yang spesifik. Kata masalah dan diagnosa keduanya
digunakan karena beberapa masalah tidak dapat diselesaikan seperti diagnosa tapi membutuhkan penanganan yang
dituangkan dalam sebuah rencana asuhan terhadap klien. Masalah ini sering menyertai diagnosa. Diagnosa yeng
ditegakkan bidan dalam lingkup praktek kebidanan harus memenuhi standar nomenklatur diagnosa kebidanan,
yaitu :
1.

Diakui dan telah disahkan oleh profesi

2.

Berhubungan langsung dengan praktek kebidanan

3.

Memiliki ciri khas kebidanan

4.

Dapat diselesaikan dengan pendekatan manajemen kebidanan

5.

Didukung oleh chlinical judgement dalam lingkup praktek kebidanan.

Berdasarkan kasus ini, maka kemungkinan interpretasi data yang timbul adalah :
Diagnosa

: G .P. A. parturient aterem kala. Janin hidup tunggal intro uterine

dengan Ketuban

Pecah dini
Masalah

: Ibu cemas dalam menghadapi persalinan.

Kebutuhan

: Konseling dan kaji lebih lanjut

1.

C.

Langkah III : Mengidentifikasi Diagnosa Atau Masalah Potensial

Pada langkah ini kita kita mengdentifikasi masalah atau diagnosa potensial lain berdasarkan rangkaian
masalah dan diagnosa yang sudah diidentifikasi. Langkah ini membutuhkan antisipasi, bila memungkinkan
dilakukan pencegahan sambil mengamati klien, bidan diharapkan dapat bersiap-siap bila diagnosa atau masalah
potemsial ini benar-benar terjadi kemungkinan diagnosa atau masalah potesial yang timbul :
Ibu

: Partus lama, infeksi puerpuralis, perdarahan post partum, atonia uteri.

Janin

: IUFD dan IPFD, asfiksia, prematuritas.

1.

D.

Langkah IV : Identifikasi Kebutuhan Yang Memerlukan Penanganan Segera

Mengidentifikasi perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter dan atau untuk dikonsulkan atau ditangani
bersama dengan anggota tim kesehatan lain yang sesuai dengan kondisi klien.

Polindes puskesmas : Rujuk kerumah sakit


Rumah sakit

1.

E.

: Konsultasi dengan DSOG.

Langkah V : Merencanakan Asuhan Menyeluruh

Suatu rencana asuhan harus disetujui oleh kedua belah pihak baik bidan maupun klien agar perencanaan dapat
dilakukan denagn efektif. Semua keputusan harus

bersifat rasional dan valid berdasarkan teori serta asumsi yang

berlaku tentang apa yang akan dan tidak dilakukan. Perencanaan tindakan yang mungkin dilakukan antara lain :
a.

Di Polindes / puskesmas

1.

Beritahu ibu dan keluarga tentang hasil pemeriksan.

2.

Observasi keadaan ibu dan janin.

3.

Rujuk

b.

Di rumah sakit

Konservatif
1.

Rawat di rumah sakit

2.

Beritahu ibu tentang hasil pemeriksaan

3.

Kaji ulang diagnosa

4.

Observasi tanda ivfeksi dan distress janin.

5.

Berikan antibiotika (ampisilin 4 x 500 mg atau eritromisin bila tidak ada

ampisilin) dan metronidazol 2 x 500 mg 7 hari).

6.

Jika umur kehamilan < 32 34 minggu dirawat selama air ketuban masih keluar

atau sampai air ketuban tidak keluar lagi.


7.

Jika usia kehamilan 32 37 minggu, belum inpartu, tidak ada infeksi, tes busa

(-) : beri dextametason, observasi tanda infeksi dan kesejahteran janin, terminasi
pada kehamilan 37 minggu.
8.

Jika usia kehamilan 32 37 minggu sudah inpartu, tidak ada infeksi, berikan

tokolitik (salbutamol), dexametason dan induksi sesudah 24 jam.


9.

Jika usia kehamilan 32-34 minggu ada infeksi, berikan antibiotic dan lakukan

induksi.
10. Pada usia kehamilan 32 34 minggu berikan steroid intencid untuk memacu
kematangan paru janin dan kalau kemungkinan periksa kadar lesitin dan
spingomiclin tiap minggu. Dosis betametason 12 mg sehari dosis tanggal selama
dexametason 1 M 5 mg 6 jam sebanyak 4 kali.

Aktif
1.

Kehamilan > 37 minggu, induksi dengan oksitosin, bilagagal SC.

2.

Bila ada tanda-tanda infeksi berikan antibiotik dosis tinggi dan persalinan diakhiri :

a.

Bila skor pelvik < 5, lakukan pematangan serviks, lalu induksi bila tidak

berhasil, akhiri persalinan dengan SC.


b.

Bila skor pelvik > 5, induksi persalinan patus pervaginam

2 hari,

1.

F.

Langkah VI : Melaksanakan Perencanaan

Pada langkah ini asuhan menyeluruh yang telah diuraikan pada langkah kelima dilaksanakan secara efisien dan
aman. Perencanaan ini bisa dilakukan seluruhnya oleh bidan dan sebagian oleh klien, atau anggota tim kesehatan
lainnya. Jika bidan tidak melakukan sendiri, ia tetap memikul tanggung jawab untuk mengarahkan pelaksanaannya.
Bila bidan berkolaborasi dengan dokter untuk menangani klien yang mengalami komplikasi maka keterlibatan bidan
dalam manajemen asuhan bagi klien adalah tetap bertanggung jawab terhadap terlaksananya rencana asuhan
bersama yang menyeluruh tersebut. Manajemen yang efisien akan menyingkat waktu dan biaya serta meningktakan
mutu dari asuhan klien. Beberapa tindakan yang mungkin dapat dilakukan antara lain :

.Konservatif
1.

Merawat di rumah sakit.

2.

Memberitahu ibu tentang hasil pemeriksaan.

3.

Mengkaji ulang diagnosa.

4. Mengobservasi tanda-tanda infeksi dan distres janin.


5.

Memberikan antibiotik (ampisilin 4 x 500 mg atau eritromisin

bila tidak ada ampisilin) dan metronidazol 2 x 500 mg selama 7 hari).


6.

Jika umur kehamilan < 32 34 minggu dirawat selama air ketuban masih keluar atau

air ketuban tidak keluar lagi.


7.

Jika usia kehamilan 32 37 minggu, belum inpartu, tes busa

(-) berikan dektametason, observasi tanda infeksi dan kesejahteraan janin,


terminasi pada kehamilan 37 minggu.

sampai

1.

Jika usia kehamilan 32 37 minggu sudah inpartu, tidak ada infeksi berikan

tokolitik

(salbutamol), deksametason dan induksi sesudah 24 jam.


2.

Jika usia kehamilan 32 34 minggu ada infeksi beri antibiotik dan lakukan

Induksi
1.

Pada usia kehamilan 32 34 minggu berikan steroid.

Aktif
1.

Usia kehamilan < 37 minggu, induksi dengan oksitosin bila gagal SC. Dapat diberikan

misoprostal

50 mg intra vaginal tiap 6 jam


2.

Bila ada tanda-tanda infeksi berikan antibiotika dosis tinggi dan persalinan diakhiri :
A.

Bila skor pelvik < 5, lakukan pematangan serviks, lalu induksi dan jika tidak

berhasil, akhiri

persalinan dengan SC.


B.

1.

Bila skor pelvik > 5, induksi persalinan partus pervaginam

G.

Langkah VII : Evaluasi

Merupakan langkah akhir dari proses asuhan kebidanan ketuban Pecah Dini (KPD) Asuhan manajemen
kebidanan dilakukan secara kontiniu sehingga perlu dievaluasi setiap tindakan yang telah diberikan agar lebih efektf.
Kemungkinan hasil evaluasi yang ditemukan adalah :
1.

Tercapai seluruh tindakan

2.

Tercapai sebagian dari perencanaan tindakan sehingga dibutuhkan revisi.

Dengan penanganan yang cepat dan tepat diharapkan :


1.

Tekanan darah : Dalam batas normal (120 / 80 mmHg)

2.

Nadi

: Dalam batas normal (80 100 x /menit

3.

Pernafasan

: Dalam batas normal (16 20 x / menit)

4.

Suhu

: Dalam batas normal (36,5 37,5C)

5.

DJJ

: Frekuensi 120- 160 x/ menit

6.

Air ketuban tidak kering.

7.

Keadaan umum ibu dan bayi baik

8.

Diagnosa potensial tidak terjadi

BAB III
PEMBAHASAN SECARA TEORI
1.

ANALISA SECARA TEORI

Berdasarkan data yang ada maka dapat ditegakan diagnosa Ketuban Pecah Dini (KPD) Dengan dasar :
1.

a.

Pengkajian

pada Ny. W dengan kasus KPD ditemukan T : 120/80 mmHg, P : 80 x/menit, R : 22 x/menit, S : 36,8C dan
ditemukan data dengan umur 23 tahun. Dari data tersebut tidak adanya resiko tinggi karena pada kasus KPD bisa
terjadi pada umur > 35 tahun dan bisa terjadi pada ibu bersalin primi dan multigravida selain itu juga ditemukan
partus lama prematur, fetal distress sedangkan menurut teori kasus KPD bisa terjadi pada usia terlalu muda atau
terlalu tua dan bisa menyebabkan terjadi partus lama prematur fetal distress maka tidak ada kesenjangan antara teori
dan kasus di lapangan.

1.

b. Diagnosa

G1P0A0 Parturient arterm kala I fase laten Janin tunggal hidup intra uterin persentase U dengan Ketuban Pecah Dini
Dalam diagnosa yang ditegakan pada kasus KPD adalah infeksi, partus lama, asfiksia, fetal distress, dinyatakan
sesuai dengan teori (Prawirohardjo, 2002: 218). Dan dari pemeriksaan tanda-tanda vitalnya pada Ny. W, T : 120/80
mmHg, maka tidak ada kesenjangan antara teori dan diagnosa di lapangan.

1.

c.

Identifikasi Diagnosa dan Masalah Potensial

Masalah diagnosa atau masalah potensial yang ditegakan adalah infeksi, partus lama, dan asfiksia, fetal distress,
atonia uteri, IUFD. (Prawirohardjo, 2002 : 219). Pada Ny. W terjadi partus lama tetapi tidak terjadi atonia uteri,
IUFD, dan asfiksia.

1.

d. Identifikasi Kebutuhan Akan Tindakan Segera / Kolaborasi

Pada tahap ini penulis tidak menemukan kesenjangan antara teori dan praktek karena bidan melakukan kolaborasi
dengan dokter DSOG.. Pada Ny. W dilakukan segera dan berkolaborasi dengan DSOG. Tindakan segera

1.

e.

Merencanakan Asuhan yang Menyeluruh

Pada tahap merencanakan asuhan yang menyeluruh berpedoman pada teori yaitu dilakukan observasi keadaan
umum ibu dan janin, dan kolaborasi dengan DSOG. Pada Ny. W dilakukan sesuai dengan teori yaitu dilakukan tirah
baring, observasi keadaan umum ibu dan janin, dan kolaborasi dengan DSOG.

1.

f.

Pelaksanaan

Dalam melaksanakan asuhan menurut teori yaitu melakukan tirah baring, observasi keadaan umum ibu dan janin,
dan kolaborasi dengan DSOG. Pada Ny. W dilaksanakan sesuai dengan teori yaitu tirah baring, observasi keadaan
umum ibu dan janin, dan kolaborasi dengan DSOG.
1.

g.

Evaluasi

Pada langkah evaluasi tiap 15 menit jam pertama, 30 menit jam kedua, dan 6-8 jam hari pertama. Pada Ny. W
penulis hanya mengobservasi 2 jam post partum selanjutnya perawatan dipantau di ruang nifas.

DAFTAR PUSTAKA
Manuaba I.B.G. 2008 Gawat Darurat, Obstetri Ginekologi dan Obstetri Ginekologi Sosial
Profesi Bidan, Penerbit Buku Kedokteran, EGC, Jakarta.

untuk

Manuaba I.B.G. 2007 Pengantar Kuliah Obstetri, Penerbit Buku Kedokteran EGC : Jakarta

F.Gary Cunningham et all. 2012 Williams Obstetrics edisi 23, volume 1. Penerbit Buku

Kedokteran EGC: Jakarta

Cuningham et all.2012 williams Obstetrics Edisi 23, Volume 2. Penerbit Buku Kedokteran

EGC: Jakarta

RAWAT INAP

07

RabuAGU 2013

POSTED BY WIDARIZKI553 IN UNCATEGORIZED


TINGGALKAN KOMENTAR

1.

A.

Pengertian Rawat Inap

Rawat inap (opname) adalah istilah yang berarti proses perawatan pasien oleh tenaga kesehatan profesional akibat
penyakit tertentu, di mana pasien diinapkan di suatu ruangan di puskesmas ataupun rumah sakit . Ruang rawat inap
adalah ruang tempat pasien dirawat. Ruangan ini dulunya sering hanya berupa bangsal yang dihuni oleh banyak
orang sekaligus. Saat ini, ruang rawat inap di banyak rumah sakit sudah sangat mirip dengan kamar-kamar hotel.
Pasien yang berobat jalan di Unit Rawat Jalan, akan mendapatkan surat rawat dari dokter yang merawatnya, bila
pasien tersebut memerlukan perawatan di dalam rumah sakit, atau menginap di puskesmas atau di rumah sakit.

1.

B.

Sistem Pengumpulan Data Puskesmas Rawat Inap

Sistem pengumpulan data rekam medis pada tingkat Puskesmas pada dasarnya sama dengan rekam medik Rumah
Sakit dengan tahapan sebagai berikut :
a. Penerimaan pasien
Pada tahap ini pasien mendaftarakan diri sesuai dengan permasalahan kesehatan yang terjadi pada dirinya,
selanjutnya akan didistribusikan sesuai dengan pelayanan kesehatan yang ada di Puskesmas

b. Pencatatan
Setiap unit pelaksana pelayanan kesehatan yang ada di Puskesmas (Poliklinik) akan mendokumentasikan semua
hasil anamnesis, pemeriksaan dan pengobatan yang telah dilakukan pada semua pasien.

c. Pengolahan
Data yang telah didokumentasikan akan
1)Coding
Membuat kode atas setiap diagnosis penyakit berdasarkan klasifikasi penyakit yang ada, berdasarkan
pengelompokan penyakit yang dituangkan dalam bentuk kode.

2) Indexing
Pembuatan indeks, diantaranya indeks rawat jalan, inap, penyakit. Semua ini dipersiapkan untuk membuat laporan
statistik Rumah Sakit

d. Penyimpanan
Setiap hasil pemeriksaan dan pengumpulan data yang sudah di dokumentasikan akan di simpan sesuai dengan
kebijakan puskesmas tersebut. Puskesmas biasanya membuat laporan dan pencatatan bulanan untuk dikirimkan ke
tingkat yang lebih tinggi Dinas Kesehatan Kabupaten.
Beberapa contoh sistem pencatatan dan pelaporan Puskesmas, yaitu
a. F 1, Laporan KIA

b. F 1, Laporan KB
c. K IV, pencatatan akseptor baru
d. Laporan jumlah kunjungan.
e. Laporan jenis penyakit pada bulan laporan berdasarkan jumlah kunjungan
f. Laporan PWS KIA
g. Laporan pemberian Vit. A
h. Laporan kegiatan posyandu
i. Laporan kelahiran dan kematian

1.

C.

Alur Pengobatan Di Puskesmas Rawat Inap

2.

Pasien datang ke puskesmas. Beberapa puskesmas menyediakan nomer antrian, baik berupa kertas
bertuliskan nomer urut antri, atau bahkan yang sudah digital, dengan memijit tombol antrian.

3.

Pasien akan dipanggil sesuai urutan untuk didaftar di loket pendaftaran Pada proses ini, dicatat nomer
rekam medis pasien, atau dibuatkan nomer rekam medis kalau pasien baru pertama kali berkunjung.

4.

Pasien menunggu, sementara petugas akan mencari rekam medis pasien yang bersangkutan di ruang catatan
medis, untuk diberikan ke unit pelayanan tempat pasien ingin berobat.

5.

Pasien dipanggil dokter bisa juga oleh perawat.

6.

Pasien diperiksa, dicatat anamnesis dan lain-lain, termasuk diagnosis, obat yang diberikan dan tindakan
medis kalau ada.

7.

Pasien yang darurat dan yang akan dirawat dibawa langsung ke ruangan perawatan.

8.

Pasien di rawat sampai sembuh.

9.

D.

Format Pengkajian INC,PNC,BBl Puskesmas Rawat Inap

PENDOKUMENTASIAN ASKEB PADA IBU BERSALIN


DI PUSKESMAS TALAWI
TAHUN 2010
KALA I
Hari/ tanggal :

Pukul

SUBJEKTIF
Nama

:.

NamaSuami

Umur

:.,Tahun

Agama

:..

Pendidikan

:.

Pekerjaan

:..

Pekerjaan-

Aiamat

:..

Alamat

:.

Umur

:.

:.Tahun

Agama

:.

Pendidikan

:.

Keluhan
OBJEKTEF
1. Data Umum :.
Kesadaran
KU Ibu

TTV,

TD:.mmHg

N:.

P:

S:

2. Data Khusus

Pemeriksaan Fisik:.

Anemis( )

Palpasi Abdomen

Oedemaf )

Varices( )

DJJ

HIS..

VT, Pukul :..

ASSASMENT

PUSKESMAS RANAP INAP


KECAMATAN TALAWI

Nama :
D

Umur :

TAN

TAN

PUSKESMAS RAWAT INAP

RM. 06

KECAMATAN TALAWI

CATATAN HARIAN PERAWAT

Nam
a:

Nomor MR :

Umu
r:

Ruangan

(Tandatangan setiap catatan)

Perhatian :
Untuk semua
keterangan perawatan
yang diberikan misalnya
keadaan umum os, cara
orang sakit masuk
(apakah memakai kursi
roda, ambulance,
memakai tongkat dsbnya). Obat yang
diberikan, instruksi
dekter sudah
dilaksanakan, perawatan
yang diberikan selama
os dibawah
pengawasannya dan

Nama

TANDA

Perawa

TANGA

TANGGA

JA

sebagainya. Tulislah

dengan singkat dan jelas

PUSKESMAS RAWAT INAP

RM.05

KECAMATAN TALAWI

CACATAN

Nama :

Nomor MR :

Umur :

Ruangan

HARIAN DOKTER
(Menandatangani setiap
catatan)

TANGGAL

PERJALANAN

INTRUKSI

TANDA

/ JAM

PENYAKIT

DOKTER

TANGAN

PUSKESMAS RAWAT INAP

RM.03

KECAMATAN TALAWI

CATATAN SINGKAT
(Sewaktu os masuk)

ANAMNESA :

Keluhan Utama :

Nama :

Nomor MR :

Umur :

Ruangan :

Penyakit Sekarang :

PEMERIKSAAN JASMANI :

Keadaan Umum :

Kulit dan Selaput Lendir :

Kelenjer Getah Bening :

Kepala :

Leher

Jantung dan Pembuluh Darah :

PUSKESMAS RAWAT INAP

RM. 02

KECAMATAN TALAWI
RINGKASAN KELUAR ( RESUME )

NAMA

NO RM

UMUR

PAV / KLS

JENIS KELAMIN

TGL.MASUK

TGL.KELUAR

SUKU BANGSA

DIAGNOSIS WAKTU MASUK DIRAWAT :

DIAGNOSIS AKHIR :

OPERASI

RINGKASAN RIWAYAT PENEMUAN FISIK PENTING :


RIWAYAT :

PEMERIKSAAN FISIK :

HASIL-HASIL LABORATORIUM . RONGENT DAN KONSULTASI (YANG


PENTING)

PERKEMBANGAN SELAMA PERAWAT / DENGAN KOMPLIKASI (JIKA ADA)

KEADAAN PASIEN, PENGOBATAN, KESIMPULAN PADA SAAT KELUAR RS &


PROGNOSIS

TANGGAL

TANDA TANGAN

DINAS KESEHATAN KOTA SAWAHLUNTO


PUSKESMAS RAWAT INAP KEC. TALAWI
Jl. Prof. M. Yamin SH No 1 Telp. (0754) 410444 KP 27445

RM. 01

TAHUN KUNJUNGAN
RINGKASAN MASUK DAN KELUAR
R
A
W
A
T
K
e
:

RUA
NGA
N

KLA
S
Keca
matan
:

Nomor Rekam Medis


BAN
GSA

AGAMA

Kab /
Kota :

Nama
Pasien :

Propi

Indon
esia

nsi :

Asing

Islam

Hindu

Protestan

Budha

Khatolik

RS/ RB
Pedidikan terakhir :

Puskesmas
Cara Masuk RS/ Rujukan

Umum/ tidak tamat SD SLTP


Akademik

Univ

Dokter

Paramedis
Sendiri
Polisi

JENIS PELAYANAN
Pekerjaan :
Non Bedah
Bedah

Kebidanan
ICU

Nama Orang Tua :


Pekerjaan :

Kes. Anak

Bayi

Nama dan alamat keluarga terdekat :


TANGGAL
TANGGAL MASUK

KELUAR

Telp .
JAM :
Diagnosa sementara
DIKIRIM OLEH: POLY/ UGD

Nama Dr :

JAM :

Keadaan keluar :

Sembuh

Keluar : Atas persetujuan

Perbaikan Belum perbaikan Meninggal sebelum 48 jam Meninggal sesudah 48 jam


Pindah rumah sakit

Pulang paksa

Melarikan diri

Diagnosa Utama :
Diagnosa Sekunder :
Komplikasi :
Penyebab luar cedera & keracunan :
Narasi :
Infeksi Nosokomial :
Akan :
Tranfusi darah :
Pindah kebangsaan :
Nasehat setelah keluar Rumah Sakit :
Pernah Imunisasi : BCG

D.P.T Poliomielitis Tetanus formal foxoid

D.T

Campak

Tanggal :

DOKTER YANG MERAWAT :

Otopsi

Tanda tangan :

Tanpa Otopsi

Nama terang :

Keterangan Berilah tandan ( x ) pada tandan

Hepatitis B

yang sesuai

KALA III
Hari / tanggal :..
Pukul

SUBJEKTIF

OBJEKTIF
1.

Data Umum

Kesadaran :.
KU Ibu

:.

TTV,

TDmmHg

N:.

P:.

S:.

1.

Data Khusus

TFU

Kon-Ut.

Blast..

Plasenta belum lahir, tampak sisa tali pusat didepan vulva

ASSASMENT

..
PLAN

..

..

..

..

..

..

..


..
KALA IV
Hari/ tanggal :
Pukul

:.

SUBJEKTIF

..

..
OBJEKTIF
1.

Data Umum

Kesadaran :.
KU Ibu

TTV,

TD:.mmHg

N:.

P:.

S:.

PERSALINAN NORMAL
PARTOGRAF
No.Registrasi

Nama Ibu:

No. Puskesmas
Ketuban pecah

Denyut
Jantung
Janin

Tanggal :
sejak pukul

Umur:

G
Pukul:

P A

( / menit)

Air ketuban
penyusupan

Waktu
( jam )

Kontraksi
Tiap
10 menir

< 20
20-40
>40

Oksitosin U/ L
Tetes / menit

70

Obat dan Cairan IV

Nadi

Tekanan

Suhu

Protein
Urine

Aseton

Volume

CATATAN PERSALINAN

Tanggal :..

14. Ransangan taktil (pemijatan)fundus uteri ?

Nama Bidan :.

Ya

Tempat persalinan :.
Rumah Ibu

Puskesmas

Polindes

Rumah Sakit

Klinik Swasta

Tidak,.

15. Plasenta lahir lengkap(intact): Ya/ Tidak


Jika tidak lengkap,tindakan yg dilakukan

Lainnya :

a,.

Alamat tempat persalinan :.


Catatan :

rujuk, kala :I/ II/ III/ IV

b,
16. Plasenta tidak lahir >30 menit : Ya/ Tidak

Alasan merujuk :..

a,

Tempat rujukan :..

b,

Pendamping saat merujuk :


Bidan

Teman

Suami

Dukun

Keluarga
KALA I

Tidak ada

c,
17. Laserasi :
Ya, dimana
Tidak
18. Jika laserasi perineum, derajat :1/2/3/4

Partograf melewati garis waspada : Y/ T


1.

Tindakan :

Masalah lain,sebutkan :

Penjahitan, dengan/ tanpa anesti

..

Tidak dijahit, alas an :

1.

19. Atonia Uteri :

Penatalaksanaan masalah tsb :

..
1.

Hasilnya :.

KALA II
1.

Episiotomi :

Tidak

c,.
Tidak
20. Jumlah perdarahan :.

Pendamping pada saat persalinan :

Suami

Dukun

Keluarga

Tidak ada

Teman
1.

a,..

b,..

Ya, Indikasi

1.

Ya, tindakan :

21. Masalah lain,sebutkan .

22. Penatalaksanaan masalah tersebut :

23.Hasilnya :..

Gawat Janin

Ya, tindakan yang dilakukan :

BAYI BARU LAHIR


24. Berat badan .

1.

.. 25. Panjang .

2.

.. 26. Jenis Kelamin : L / P

3.

.. 27. Penilaian bayi baru lahir : baik/ada penyulut

Tidak
1.

28. Bayi lahir :


Distosia bahu

Ya, tindakan yang dilakukan :


1.

menghangatkan

2.

rangsangan taktil

3.

Normal , tindakan :
mengeringkan

Masalah lain,sebutkan :

..

bungkus bayi dan tempatkan disisi ibu


tindakan pencegahan infeksi mata

1.

Penatalaksanaan masalah tersebut:

mengeringkan
1.

Asfiksia ringan/ pucat/ biru/ lemas tindakan

menghangatkan

Hasilnya :

rangsangan taktil

lain-lain, sebutkan

bebaskan jalan nafas


1.

KALA III

bungkus bayi dan tempatkan disisi ibu

2.

Lama kala III :.menit

3.

Pemberian Oksitosin 10 U IM ?

Hipotermia, tindakan

Ya, waktu : menit sesudah persalinan


Tidak, alasan
1.

Cacat bawaan,sebutkan ..

a,

b, ..

Pemberian ulang Oksitosin (2x) ?

Ya, alasan .

29. PemberianASI

Tidak,
1.

c, ..

Penengangan tali pusat terkendali ?

Ya,

Ya, waktu : jam setelah lahir


Tidak, alasan :

30. Masalah lain, sebutkan :..

Tidak, alasan ,

Hasilnya : ..

PEMANTAUAN PERSALINAN KALA IV


J

Tek

Temp

Ti

Kon

ena

eratur

trak

kt

si

dar

gi

uter

fu

us

k
e

ah

n
d
us
ut
er

DAFTAR PUSTAKA
Referensi puskesmas rawat inap kecamatan talawi. Tanggal 29 november 2012. Pukul 13.00
http://id.wikipedia.org/wiki/Rawat_inap
http://ceritasimpus.wordpress.com/tentang-simpusnya-jojok/alur-data-simpus/

AMBULAN DESA

05

SeninAGU 2013

POSTED BY WIDARIZKI553 IN UNCATEGORIZED


TINGGALKAN KOMENTAR

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Inti kegiatan Desa Siaga adalah memberdayakan masyarakat agar mau dan mampu untuk
hidup sehat. Maka dalam pengembangannya diperlukan langkah-langkah pendekatan
edukatif, yaitu upaya mendampingi (memfasilitasi) masyarakat untuk menjalani proses
pembelajaran yang berupa proses pemecahan masalah-masalah kesehatan yang
dihadapinya. Untuk menuju Desa Siaga perlu dikaji berbagai kegiatan bersumberdaya
masyarakat yang ada (Posyandu, Polindes, Pos Obat Desa, Dana Sehat, Desa Siap-AntarJaga, Ambulan Desa, dll).
Konsep Desa Siaga, dimana salah satu indikatornya adalah meningkatnya akses masyarakat
terhadap pelayanan kesehatan yang berkualitas. Awalnya program ini dalam suatu Desa
Siaga akan dapat menggambarkan suatu masyarakat yang sadar, mau dan mampu untuk
mencegah dan mengatasi berbagai ancaman terhadap kesehatan masyarakat seperti kurang
gizi, penyakit menular dan penyakit yang berpotensi menimbulkan Kejadian Luar Biasa
(KLB), kejadian bencana, kecelakaan, dan lain-lain, dengan memanfaatkan potensi
setempat, secara gotong royong. Namun, dalam kenyataannya, masih banyak kejadian
kegawatdaruratan khususnya pada ibu dan anak yang mengalami keterlambatan
penanganan disebabkan kurang tanggapnya dan kesiagaan masyrakat dibidang transportasi
menuju sarana kesehatan sehingga angka kematian masih tinggi dimasyarakat. Salah satu
upaya pencegahannya yaitu dengan program ambulan desa yang mampu membantu
masyarakat dalam menanggulangi kegawat daruratan dan keselamatan ibu dan anak secara
aman dan cepat.

1.2 RUMUSAN MASALAH


Berdasarkan uraian yang dijelaskan diatas, maka diperoleh rumusan masalah sebagai
berikut :
Bagaimana Perencanaan Ambulan Desa agar dapat terlaksana dengan baik?
1.3 TUJUAN
1.3.1

Tujuan Umum

Untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang Perencanaan Ambulan Desa


sehingga kualitas kesehatan masyarakat dapat ditingkatkan.

1.3.2

Tujuan Khusus

Untuk mengidentifikasi pentingnya dan tujuan ambulan desa

Untuk mengidentifikasi unsur-unsur perencanaan ambulan desa

BAB II
LANDASAN TEORI
I.
a.

Pengertian ambulan desa


Ambulan desa adalah salah satu bentuk semangat gotong royong dan saling peduli

sesama warga desa dalam sistem rujukan dari desa ke unit rujukan kesehatan yang
berbentuk alat transportasi.
b.

Ambulan desa adalah suatu alat transportasi yang dapat digunakan untuk

mengantarkan warga yang membutuhkan pertolongan dan perawatan di tempat pelayanan


kesehatan.
Perencanaan Program Kesehatan
A. Terdiri dari 3 aspek:

1.

Hasil Rencana

2.

Perangkat

3.

Proses

B. Macam-macam:
1.

Jangka Panjang

2.

Jangka Menengah

3.

Jangka Pendek

C. Frekuensi Penggunaan
1.

1 kali

2.

Berulang kali

D. Ruang Lingkup:
1.

Rencana Strategik

2.

Rencana Taktis

3.

Rencana Menyeluruh

4.

Rencana Terpadu

II Unsur-unsur Rencana:

1.

Misi

2.

Rumusan Masalah

3.

Rumusan Tujuan Khusus dan Tujuan Umum

4.

Rumusan Kegiatan

2. Tujuan ambulan desa


a.

Tujuan umum.

Mempercepat pelayanan kegawat daruratan masa1ah kesehatan, bencana serta


kesiapsiagaan mengatasi masalah kesehatan yang terjadi atau mungkin terjadi dalam
masyarakat.
b.

Tujuan khusus.

Mempercepat penurunan AKI dan AKB karena hamil, nifas dan melahirkan.

3. Sasaran menjadi ambulan desa


Pihak-pihak yang berpengaruh terhadap perubahan prilaku individu dan keluarga yang
dapat menciptakan iklim yang kondusif terhadap perubahan prilaku tersebut. Semua
individu dan keluarga yang tanggap dan peduli terhadap permasalahan kesehatan dalam hal
ini kesiapsiagaan memenuhi sarana transportasi sebagai ambulan desa.

4. Kriteria ambulan desa


a. Kendaraan yang bermesin yang sesuai standart (mobil sehat)

b. Mobil pribadi, perusahaan, pemerintah pengusaha.


c. ONLINE (siap pakai), misalnya : tandu, kereta/delman kuda, dll.

5. Indikator Proses Pembentukan Ambulan Desa.


a. Ada forum kesehatan desa yang aktif
b. Gerakan bersama atau gotong royong oleh masyarakat dalam upaya mencegah dan
mengatasi masalah kesehatan. bencana serta kegawat daruratan kesehatan dengan
pengendalian faktor resikonya.
c. UKBM berkualitas (misalnya; Posyandu)
d. Pengamatan dan pemantauan masalah kesehatan.
e. Penurunan kasus masalah kesehatan, bencana atau kegawat daruratan kesehatan.

BAB III
PEMBAHASAN
Berdasarkan rumusan masalah yang telah diperoleh, maka perlu adanya tindakan
gotong royong dari masyarakat yaitu dengan program ambulan desa baik dari segi
pengelolaan, pendanaan dan penjadwalan ambulan desa dalam upaya mencegah
keterlambatan penanganan kegawatdaruratan yang terjadi dimasyarakat (desa).

1. Pengelolaan Ambulan Desa


Ambulan desa dikelola oleh masyarakat sendiri baik termasuk toma, toga, dan forum
masyarakat lainnya dimana sasarannya adalah warga yang memiliki kendaraan/alat
transportasi serta siap bersiaga dalam jadwal yang ditentukan (setiap harinya) untuk
mengantarkan masyarakat yang mengalami kegawat daruratan ketempat pelayanan
kesehatan/rujukan.

2. Pembiayaan Ambulan Desa


Pembiayaan ambulan desa bisa berasal dari dana sehat ataupun dari Dasolin (Dana sosial
bersalin) ataupun iuran rutin yang dibuat khusus oleh masyarakat, hal tersebut dapat
dimusywarahkan oleh masyarakat untuk disepakati bersama agar alat transportasi yang
digunakan sebagai ambulan desa dapat berjalan baik dan bertahan lama digunakan dalam
menolong kesehatan masyarakat.

3. Pengaturan Jadwal:
1.

Jadwal yang ditentukan adalah hasil musyawarah dari sasaran ambulan desa, tokoh
masyarakat/penaggung jawab serta pihak warga lainnya.

2.

Dengan diadakannya musyawarah desa jadwal dapat diatur secara bergantian baik
secara harian atau berkala sesuai dengan kesepakatan warga.

Dari uraian diatas, jika pengelolaan, pendanaan dan penjadwalan ambulan desa dapat
dimusyawarahkan dengan baik, maka program tersebut dapat dijalankan sesuai dengan
keinginan masyarakat, sehingga keterlambatan penanganan kegawatdaruratan dalam
masalah kesehatan masyarakat khususnya ibu dan anak dapat diatasi.

BAB IV
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Ambulan desa adalah suatu alat transportasi yang dapat digunakan untuk mengantarkan
warga yang membutuhkan pertolongan dan perawatan di tempat pelayanan kesehatan.
Ambulan desa dikelola oleh masyarakat sendiri yang sasarannya adalah warga yang
memiliki kendaraan/alat transportasi serta siap bersiaga dalam jadwal yang ditentukan
(setiap harinya) untuk mengantarkan masyarakat yang mengalami kegawat daruratan
ketempat pelayanan kesehatan/rujukan.

DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai