Anda di halaman 1dari 16

Pengaruh Pengelolaan Sarana dan Prasarana Pendidikan terhadap Peningkatan Kognitif

Siswa di SMP Suram Abadi Jaya

Bab I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Di masa sekarang ini pendidikan sudah menjadi kebutuhan yang pokok bagi
manusia. Pasal 28 C ayat (1) Undang-Undang Dasar 1945 menyatakan bahwa setiap orang
berhak mengembangkan diri melalui pemenuhan kebutuhan dasarnya, berhak mendapat
pendidikan dan memperoleh manfaat dari ilmu pengetahuan dan teknologi, seni dan
budaya, demi meningkatkan kualitas hidupnya dan demi kesejahteraan umat manusia.
Setiap orang juga berhak mendapatkan pendidikan sesuai dengan Undang-Undang Dasar
1945 Pasal 31 ayat (1) yang berbunyi Setiap warga negara berhak mendapat pendidikan.
Undang-Undang

Dasar

1945

Pasal

31

ayat

(4)

mengatakan

Negara

memprioritaskan anggaran pendidikan sekurang kurangnya 20 % dari anggaran pendapatan


dan belanja negara serta dari anggaran pendapatan dan belanja daerah untuk memenuhi
kebutuhan penyelenggaraan nasional. Dari pasal tersebut dapat dilihat bahwa untuk
melaksanakan pendidikan dibutuhkan dana yang cukup besar, dana tersebut akan
dialokasikan untuk berbagai hal dan salah satunya dialokasikan ke sarana dan prasarana
pendidikan.

Sarana adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk melaksanakan sesuatu,
untuk memajukannya, atau untuk mencapai tujuan. 1 Menurut Suharsimi Arikunto, sarana
pendidikan ialah semua fasilitas yang diperukan dalam proses belajar mengajar, baik yang
bergerak maupun yang tidak bergerak agar pencapaian tujuan pendidikan dapat berjalan
dengan lancar, teratur, efektif, dan efisien.2Prasarana adalah alat yang tidak langsung
digunakan untuk mencapai tujuan. Prasarana pendidikan berarti adalah alat yang tidak
langsung digunakan untuk mencapai tujuan pendidikan.3Seperti yang bisa dilihat dari
penjelasan tentang sarana dan prasarana di atas dapat dikatakan bahwa tujuan dari adanya
sarana dan prasarana pendidikan adalah untuk menunjang proses pendidikan agar didapat
hasil yang maksimal.
Salah satu aspek yang dinilai dari proses belajar adalah aspek kognitif siswa. Ranah
kognitif mencakup kegiatan mental atau otak siswa. Aspek kognitif berorientasi pada
kemampuan berfikir yang mencakup kemampuan intelektual yang lebih sederhana, yaitu
mengingat, sampai pada kemampuan memecahkan masalah yang menuntut siswa untuk
menghubungakan dan menggabungkan beberapa ide, gagasan, metode atau prosedur yang
dipelajari untuk memecahkan masalah tersebut. Ranah kognitif memiliki enam jenjang atau
aspek, yaitu:
1. Pengetahuan (knowledge)
2. Pemahaman (comprehension)
1 Dr. Wahyu Sri Ambar Arum, MA, Manajemen Sarana dan Prasarana
Pendidikan(Jakarta: CV. Multi Karya Mulia), 2007, hlm. 6
2 ibid
3 Ibid, hlm. 7

3.
4.
5.
6.

Penerapan (application)
Analisis (analysis)
Sintesis (syntesis)
Evaluasi (evaluation)

Kognitif diengaruhi oleh interaksi antara orang yang belajar dengan lingkungannya.
Berarti untuk meningkatkan kognitif seseorang dibutuhkan lingkungan pendidikan yang
baik dimana proses belajar dapat ditunjang oleh lingkungan.
Berdasarkan latar belakang, penulis terdorong untuk mengadakan penelitian
terhadap sarana dan prasarana pendidikan di SMP Suram Abadi Jaya tentang: Pengaruh
Pengelolaan Sarana dan Prasarana Pendidikan terhadap Peningkatan Kognitif Siswa di
SMP Suram Abadi Jaya.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan hasil pengamatan dengan SMP Suram Abadi Jaya mengenai Sarana
dan Prasarana Pendidikan dan hubungannya dengan peningkatan kognitif siswa, diperoleh
beberapa masalah sebagai berikut:
1. Masih kurang dimanfaatkannya Sarana dan Prasarana Pendidikan yang ada
2. Sedikit guru yang menggunakan Sarana dan Prasarana dalam mendukung
pembelajaran
3. Kurangnya kesadaran siswa dalam merawat Sarana dan Prasarana Pendidikan
yang ada
4. Kurangnya pemahaman guru tentang aspek-aspek kognitif
5. Kurang baiknya lingkungan sehingga pengembangan kognitif siswa bermasalah
C. Batasan Masalah
Untuk menghindari penyimpangan dari pokok permasalahan, penelitian ini dibatasi
dengan memfokuskan masalah menjadi dua variable, yaitu:
1. Pengelolaan Sarana dan Prasarana Pendidikan sebagai variabel bebas

2. Peningkatan kognitif siswa sebagai variabel terikat


D. Rumusan Masalah
Dari batasan masalah di atas, dapat dirumuskan masalah dalam penelitian ini, yaitu:
1. Bagaimana Pengelolaan Sarana dan Prasarana Pendidikan di SMP Suram Abadi
Jaya?
2. Bagaimana Peningkatan Kognitif Siswa di SMP Suram Abadi Jaya?
3. Adakah Pengaruh Pengelolaan Sarana dan Prasarana Pendidikan terhadap
Peningkatan Kognitif Siswa di SMP Suram Abadi Jaya?
E. Kegunaan Hasil Penelitian
1. Sebagai masukan bagi sekolah agar dapat meningkatkan kognitif siswa melalui
pengelolaan sarana dan prasarana pendidikan.
2. Sebagai masukan bagi sekolah agar meningkatkan pengelolaan sarana dan
prasarana pendidikan.
3. Sebagai masukan bagi pihak-pihak yang terkait dalam meningkatkan kognitif
siswa.
4. Sebagai bahan informasi dan bahan perbandingan bagi para peneliti yang
berminat meneliti judul ini.
5. Sebagai salah satu persyaratan mencapai gelar S1 pada Fakultas Ilmu
Pendidikan Universitas Negeri Jakarta.
BAB II
KAJIAN TEORITIK
A. Deskripsi Konseptual
1. Hakikat Pembelajaran Kognitif
Teori ini lebih menekankan proses belajar daripada hasil belajar. Dalam pembelajaran
kognitivistik

belajar

tidak

sekedar

melibatkan

hubungan

antara

stimulus

dan

respons.4Menurut teori kognitivistik, ilmu pengetahuan dibangun dalam diri seseorang

4 Dra. Eveline Siregar, M.Pd., Teori Belajar dan Pembelajaran (Jakarta: Ghalia Indonesia),
2011, hlm. 30

melalui proses interaksi yang berkesinambunan dengan lingkungan. Proses ini tidak
berjalan terpisah tetapi berkelanjutan dan menyeluruh.
Dalam Psikologi kogitif, belajar dipandang sebagai suatu usaha mengerti sesuatu. Usaha
dilakukan secara aktif oleh siswa. Para psikolog kognitif berkeyakinan bahwa pengetahuan
yang dimiliki sebelumnya menentukan keberhasilan mempelajari informasi/pengetahuan
baru.
a. Kognitivistik Menurut Robert M. Gagne
Robert M. Gagne mengemukakan teori belajar yang berasal dari psikologi kognitif yaitu
teori pemrosesan informasi atau information processing theory. Menurut teori tersebut,
belajar dipandang sebagai proses pengolahan informasi dalam otak manusia. Pengolahan
otak manusia dapat dijelaskan sebagai berikut5
(1) Receptor (alat-alat indera) menerima rangsangan dari lngkungan dan
mengubahnya menjadi rangsangan yang memberikan simbol informasi
dan diteruskan kepada
(2) Sensory register (penampungan kesan sensoris) yang terdapat pada
syaraf pusat yang menampung kesan sensoris dan mengadakan seleksi
sehingga terbentuk kebulatan perceptual. Informasi yang masuk
diteruskan ke memori jangka pendek, sebagian hilang
(3) Memori jangka pendek atau Short-term memory menampung hasil
pengolahan perceptual dan menyimpannya. Memori jangka pendek
kapasitasnya terbatas dan waktu penyimpanannya pendek
(4) Memori jangka panjang atau long-term memory, menampung hasil
pengolahan yang ada di memori jangka pendek. Informasi disimpan
5 Ibid, hlm. 31

dalam jangka panjang dan bertahan lama, siap digunakan jika


diperlukan.
(5) Pencipta respon menampung informasi yang tersimpan dalam memori
jangka panjang dan mengubahnya menjadi reaksi jawaban.
Menurut psikologi kognitif, reinforcement sangat penting dalam belajar, menurut psikologi
behavioristik, reinforcement berfungsi sebagai feedback yang mengurangi keragu-raguan
hingga mengarah kepada pemahaman.
b. Kognitivistik Menurut Jean Piaget
Jean Piaget mengatakan proses belajar terdiri dari tiga tahap, yaitu asimilasi, akomodasi,
dan equilibrasi.6
(1) Asimilasi adalah proses pengintegrasian informasi baru ke struktur
kognitif yang sudah ada.

(2) Akomodasi adalah proses penyesuaian struktur kognitif yang sudah ada.
(3) Equilibrasi adalah penyesuaian kesinambungan antara asimilasi dan
akomodasi.
c. Kognitivistik menurut David Ausubel
Menurut Ausubel, siswa belajar dengan baik jika isi pelajaran sebelumnya didefinisikan dan
kemudian dipresentasikan dengan baik dan tepat kepada siswa. 7 Advance organizers adalah
konsep atau informasi yang mewadahi semua isi pelajaran yang akan diajarkan pada siswa.
Advance organizer memberikan tiga macam manfaat: (1) menyediakan suatu kerangka
konseptual untuk materi yang dipelajari, (2) berfungsi sebagai jembatan yang
6 Ibid, hlm. 31
7 Ibid hlm. 33

menghubungkan apa yang dipelajari dan akan dipelajari, dan (3) dapat memabtnu siswa
memahami bahan belajar lebih mudah.
d. Kognitivistik menurut Jerome Bruner
Jerome Bruner mengusulkan teori yang disebut free discovery learning. Teori ini
menjelaskan bahwa proses belajar akan berjalan dengan baik jika guru member kesempatan
siswauntuk menemukan suatu aturan (konsep, teori, definisi, dan sebagainya) melalui
contoh yang menggambarkan aturan yang menjadi sumbernya.8
2. Hakikat Pengelolaan Sarana dan Prasarana Pendidikan
a. Hakikat Sarana Pendidikan
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia hakikat dari sarana pendidikan adalah:
(1) Sarana berarti apa saja yang dapat digunakan untuk melaksanakan
sesuatu untuk mencapai tujuan.
(2) Syarat mencapai sesuatu.
Suharsimi Arikunto mengatakan bahwa sarana pendidikan adalah semua yang diperlukan
dalam proses belajar mengajar, baik yang bergerak maupun yang tidak bergerak agar
pencapaian tujuan pendidikan dapat berjalan dengan lancar, teratur, efektif, dan efisien.9
Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah memberikan gambaran secara umum
mengenai pengertian sarana pendidikan. Secara umum sarana pendidikan diartikan sebagai
semua fasilitas yang menunjang proses belajar mengajar dalam rangka mencapai tujuan
pendidikan termasuk personil dan kurikulum.10
8 Ibid
9 Dr. Wahyu Sri Ambar Arum, MA, Loc. Cit hlm. 6
10 Ibid

b. Hakikat Prasarana Pendidikan


Secara etimologis prasarana berarti alat tidak langsung untuk mencapai tujuan yang berarti
prasarana pendidikan adalah alat yang tidak langsung digunakan untuk mencapai tujuan
pendidikan.11
c. Pengelolaan Sarana dan Prasarana Pendidikan
Pengelolaan atau Manajemen berarti serangkaian kegiatan yang dirancang, dikelola untuk
mencapai tujuan organisasi. Durbin mengatakan manajemen adalah proses menggunakan
sumber daya organisasi untuk mencapai tujaun organisasi dengan fungsi planning, decision
making, organizing, leading, dan controlling.12 Robbins dan Coultar memberikan definisi
manajemen sebagai suatu proses untuk membuat aktivitas terselesaikan secara efisien dan
efektif dengan dan melalui orang lain.13
Menurut Ary Gunawan manajemen sarana dan prasarana pendidikan adalah proses kegiatan
yang direncanakan dan diusahakan secara sengaja dan bersungguh-sungguh serta
pembinaan secara berkelanjutan terhadap benda-benda pendidikan agar senantiasa siap
pakai dalam proses belajar mengajar sehingga proses belajar mengajar semakin efektif dan
efisien untuk mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan.14

11 Ibid hlm. 7
12 Ibid
13 ibid
14 ibid

Manajemen sarana dan prasarana pendidikan akan terwujud apabila terjadi suatu proses
yang langkah-langkahnya tersusun rapi. Kegiatan serta proses kerja dalam manajemen
sarana dan prasarana pendidikan meliputi:
(1) Perencanaan kebutuhan sarana dan prasarana pendidikan
(2) Mengupayakan pengadaan atau ketersediaan dan kesiapan sarana dan
prasarana serta memfasilitasinya
(3) Penyimpanan
(4) Inventarisasi
(5) Memfasilitasi pemeliharaan dan perawatan sarana dan prasarana
pendidikan
(6) Memfasilitasi pembangunana atau pengembangan dan rehabilitasi unit
sekolah
(7) Melakukan penghapusan
d. Tujuan Pengelolaan Sarana dan Prasarana Pendidikan
Pengelolaan sarana dan prasarana pendidikan bertujuan memberikan sistematika kerja
dalam mengelola pendidikan berupa sarana dan prasarana, sehingga tugas operasional
kependidikan dapat dilaksanakan secara efektif dan efisien menuju sasaran atau tujuan yang
ditetapkan.
B. Penelitian Yang Relevan
Penelitian yang relevan dengan penelitian ini adalah penelitian yang dilakukan oleh
1. Ferli Ummul Muflihah (UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta 2009) yang berjudul
Manajemen Sarana dan Prasarana dalam Meningkatkan Proses Pembelajaran di
MTsN Sleman Kab Sleman di Maguwoharjo Yogyakarta
2. Miftakhul Jannah (Institut Agama Islam Negeri Walisongo Semarang 2006)
yang berjudul Optimalisasi Manajemen Sarana dan Prasarana dalam
Meningkatkan Mutu Pembelajaran di SMP Nasima Semarang
C. Kerangka Teoritik

10

Untuk meningkatkan kognitif siswa diperlukan lingkungan yang baik sehingga proses
berpikir dapat berjalan secara berkelanjutan dan tidak terputus. Lingkungan sekolah yang
baik tidak terlepas dari adanya sarana dan prasarana pendidikan yang memadai untuk
menunjang keberhasilan tujuan pendidikan. Agar sarana dan prasarana pendidikan dapat
menunjang keberhasilan tujuan pendidikan maka diperlukan pengelolaan sarana dan
prasarana pendidikan yang efektif dan efisien dalam kegiatan operasional.
D. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan deskripsi konseptual dan kerangka teoritik, maka dirumuskan hipotesis:
Pengelolaan Sarana dan Prasarana yang baik dapat meningkatkan kognitif siswa di SMP
Suram Abadi Jaya.
BAB III
Metodologi Penelitian
A. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk:
a. Untuk mengetahui pengelolaan sarana dan prasarana pendidikan di SMP Suram
Abadi Jaya.
b. Untuk mengetahui pengelolaan sarana dan prasarana pendidikan terhadap
peningkatan kognitif siswa di SMP Suram Abadi Jaya.
B. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di SMP Suram Abadi Jaya. Waktu penelitian ini 1 April 2016
sampai bulan Juli 2016.
C. Populasi Penelitian

11

Sumber data dari penelitian ini adalah Kepala Sekolah dan Seluruh Guru yang ada
di SMP Suram Abadi Jaya sejumlah 37 orang.
D. Instrumen Pengumpulan Data
Untuk memperoleh data tentang pengelolaan sarana dan prasarana pendidikan di
SMP Suram Abadi Jaya, peneliti menggunakan wawancara, kuisioner, dan observasi.
Kisi-kisi instrument dapat dijabarkan sebagai berikut

Tabel 1
Kisi-Kisi Kuisioner Pengelolaan Sarana dan Prasarana Pendidikan
No
1.

Dimensi
Perencanaan

Indikator
1. Keterlibatan guru dalam perencanaan kebutuhan sekolah.
2. Mengoptimalkan perencanaan sarana dan prasarana
pendidikan.
3. Keterlibatan guru dalam perencanaan pengadaan sarana dan
prasarana pendidikan.

2.

Pengadaan

4. Proses pengadaan sarana dan prasarana pendidikan.


5. Melengkapi sarana dan prasarana pendidikan dalam belajar.
6. Mengajukan kebutuhan sarana dan prasarana pendidikan
kepada sekolah.

12

3.

Penyimpanan

7. Melibatkan guru dalam memeriksa keadaan gudang sebagai


tempat penyimpanan.
8. Melibatkan guru dalam memeriksa keadaan sarana dan
prasarana pendidikan yang tersimpan di gudang.

4.

Inventarisasi

9. Mencatat sarana dan prasarana pendidikan dengan baik


10. Penyimpanan pencatatan sarana dan prasarana pendidikan
dengan baik.

5.

Pemeliharaan

11. Keterlibatan guru dalam pemeliharaan sarana dan prasarana

dan

pendidikan.
12. Pembagian tugas dengan guru lain dalam memelihara sarana

pemanfaatan
dan prasarana pendidikan.
13. Pemanfaatan sarana dan prasarana pendidikan.
14. Pemanfaatan media pembelajaran.

6.

Penghapusan

15. Penghapusan sarana dan prasarana pendidikan yang rusak


atau hilang.
16. Keterlibatan guru melihat sarana dan prasarana pendidikan
yang rusak.

7.

Pengawasan

17. Mengevaluasi program pengadaan sarana dan prasarana


pendidikan yang telah berjalan.
18. Mengawasi guru yang menggunakan sarana dan prasarana
pendidikan.
19. Melibatkan guru dalam memeriksa RAPBS

13

Tabel 2
Kisi-Kisi Pedoman Observasi
No.
1

Aspek
Lingkungan Sekolah:

a. Identitas Sekolah
b. Keadaan Bangunan
Personalia Sekolah:

a. Kepala Sekolah
b. Wakil Kepala Sekolah
c. Keadaan Guru dan atau Karyawan
d. Keadaan Siswa
Sarana Teknis Pengajaran:

a. Kurikulum
b. Alat bantu kegiatan belajar mengajar
Tata tertib sekolah

E. Teknik Pengumpulan Data


Dalam penelitian ini, teknik yang digunakan untuk mengumpulkan data adalah:
1. Wawancara

14

Teknik pengumpulan data berupa tanya jawab dengan responden. Wawancara


dilakukan dengan Kepala Sekolah SMP Suram Abadi Jaya untuk mendapatkan data
tentang pengelolaan sarana dan prasarana pendidikan di SMP Suram Abadi Jaya.
2. Kuisioner
Alat pengumpul informasi dengan cara menyampaikan sejumlah pertanyaan
kepada responden. Kuisioner terdiri dari 30 pertanyaan terkait pengelolaan sarana
dan prasarana pendidikan yang akan dijawab oleh para guru di SMP Suram Abadi
Jaya.

3. Observasi
Metode yang digunakan untuk mengamati dan mencatat segala kegiatan di SMP
Suram Abadi Jaya. Observasi dilakukan langsung untuk memperoleh data mengenai
keadaan lingkungan sekolah.
F. Teknik Pengolahan dan Analisis Data
1. Teknik Pengolahan Data
a. Editing
Dalam pengolahan data hal pertama dilakukan adalah editing, yaitu meneliti
satu persatu kelengkapan pengisian dan kejelasan penulisan.
b. Skoring
Data yang sudah diedit kemudian diberi skor terdapat butir-butir pertanyaan
di angket. Pada angket peneliti menggunakan skala Likert dimana responden
disediakan jawaban alternatif, yaitu:
SLSelalu

=4

15

SR

Sering

=3

KD

Kadang-Kadang

=2

TP

Tidak Pernah

=1

c. Tabulating
Peneliti membuat tabel berisi jawaban dari responden sehingga terlihat
jawaban satu dengan yang lainnya.

2. Teknik Analisis Data


Teknik analisis data adalah cara yang digunakan untuk menguraikan keterangan
atau data yang diperoleh agar bisa dipahami oleh peneliti dan orang lain. Dalam
penelitian ini penulis menggunakan analisis deskriptif untuk memaparkan hasil
yang diperoleh.
Rumus:

P=

F
x 100
N

Keterangan:
P: Angka prosentase
F: Frekuensi yang dicari
N: Number of cases (responden)
100%: Bilangan tetap (rumus prosentase)

16

Setelah didapat hasil prosentase dari angket yang disebarkan kepada guru untuk
menentukan kategori penilaian dari hasil penelitian tersebut, peneliti merumuskan sebagai
berikut:
Tabel 3
Kategori Penilaian
No
Prosentase
Penafsiran
1
100%
Seluruhnya
2
90%-99%
Hampir Seluruhnya
3
60%-89%
Sebagian Besar
4
51%-89%
Lebih dari setengah
5
50%
Setengah
6
40%-49%
Hampir setengah
7
10%-39%
Sebagian kecil
8
1%-39%
Sedikit sekali
9
0%
Tidak sama sekali
Dari data yang merupakan hasil perhitungan deskriptif, yang perlu dibahas
selanjutnya adalah mean atau rata-ratanya. Hal ini dimaksudkan untuk mengetahui kondisi
atau keadaan masing-masing aspek yang diteliti berdasarkan jawaban responden. Untuk
menentukan prosentase, peneliti menggunakan rumus:
Untuk memberikan kategori di atas, nilai rata-rata yang diperoleh digunakan pedoman
intepretasi yang dikemukakan Arikunto sebagai berikut:
1.
2.
3.
4.

Baik, jika nilai yang diperoleh berada pada interval 76%-100%


Cukup baik, jika nilai yang diperoleh berada pada interval 56%-75%
Kurang baik, jika nilai yang diperoleh berada pada interval 40%-55%
Tidak baik, jika nilai yang diperoleh berada pada interval 40%

Anda mungkin juga menyukai