Anda di halaman 1dari 19

EKOSISTEM PERAIRAN

MAKALAH
Disusun untuk Memenuhi Tugas pada
Mata Kuliah Biologi Umum II Semester Dua
yang Diampu oleh Dra. Riche Hariyati, M.Si

OLEH :
MARIA SARAH FADILLAH

(24020114140074)

AJENG AULIA AISYAH

(24020114130093)

JURUSAN BIOLOGI KELAS C


FAKULTAS SAINS DAN MATEMATIKA
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2015

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan Kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, atas segala
limpahan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah Biologi
Umum II yang berjudul Ekosistem Perairan.
Penyusunan makalah ini merupakan tugas kelompok pada mata pelajaran Biologi
Umum II di Universitas Diponegoro.
Ucapan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya penulis sampaikan Ibu
Dra. Riche Hariyati, M.Si selaku dosen pengampu pada mata kuliah Biologi Umum II yang
telah memberikan banyak bimbingan dan arahan kepada penulis dalam penyusunan makalah
ini. Tidak lupa penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu dan memberikan dukungan dalam proses penyusunan makalah yang berjudul
Ekosistem Perairan.
Dalam penyusunan makalah ini penulis merasa masih banyak kekurangan-kekurangan
baik pada teknis penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang dimiliki
penulis. Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak sangat diharapkan oleh penulis demi
penyempurnaan pembuatan makalah ini.

Semarang, April 2015

Penulis

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................................i
DAFTAR ISI.............................................................................................................................ii
BAB 1 PENDAHULUAN.........................................................................................................1
1.1.................................................................................................................... Latar Belakang
..........................................................................................................................................1
1.2............................................................................................................... Rumusan Masalah
..........................................................................................................................................2
1.3................................................................................................................. Tujuan Penulisan
..........................................................................................................................................2
BAB 2 PEMBAHASAN...........................................................................................................3
1. Pengertian Ekosistem..........................................................................................................3
2. Komponen Ekosistem..........................................................................................................4
3. Faktor-faktor Ekosistem......................................................................................................5
4. Pengelompokkan Ekosistem................................................................................................6
5. Ekosistem Perairan..............................................................................................................7

BAB 3 PENUTUP...................................................................................................................17
2.1....................................................................................................... Kesimpulan

........................................................................................................................................17
2.2....................................................................................................... Kesimpulan

........................................................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................18

DAFTAR ISI

ii

BAB 1
PENDAHULUAN
3.1.

Latar Belakang
Sebagian bumi ini, sekitar 70 persen, merupakan perairan. Ilmu yang
mempelajari tentang lingkungan dan interaksi di dalam perairan disebut ekologi
akuatik (perairan). Ekosistem perairan ialah sistem biologi yang terdapat dalam
perairan yang mengenai tentang hubungan interaksi dan timbal balik antar
organisme di perairan dan lingkungannya. Dalam sistemnya, lingkungan sangat
berpengaruh terhadap iklim dan cuaca, sebab lingkungan berperan pada
kenyamanan hidup organisme di dalam perairan.
Ekosistem perairan terbagi menjadi tiga, yaitu ekosistem air tawar,
ekosistem estuari, dan ekosistem air laut. Ekosistem air tawar terbagi lagi menjadi
dua berdasarkan aliran, yaitu ekosistem lotik (mengalir) dan ekosistem lentik
(mengenang). Ekosistem estuari ialah tempat bersatunya sungai dan laut.
Ekosistem estuari ada tiga, yaitu berdasarkan subsistem, profil hidrologi, dan
geomorfologi. Ekosistem air laut memiliki zona-zona perbatasan yang terbagi
menjadi dua, yaitu biome pelagik (lingkungan air) dan biome bentik (lingkungan
dasar laut). Dalam biome pelagik terdapat empat zona yang didasarkan pada
kedalamannya, yaitu epipelagik, mesopelagik, batipelagik dan abissopelagik.
Biome bentik terbagi menjadi lingkungan yang kecil lagi, yaitu zona intertidal,
zona sublittoral, zona batia dan zona abyssal.
Ekosistem perairan, baik itu ekosistem air tawar, estuari maupun ekosistem
air laut, memiliki beragam komponen biotik dan abiotik yang saling terikat dan
memungkinkan adanya pertukaran energi antar komponen. Semua ekosistem
memiliki faktor-faktor yang memengaruhi keadaan lingkungan. Faktornya yaitu
suhu, pH, arus, salinitas, cahaya matahari, substrat dan yang lainnya.
Begitu banyak ilmu mengenai ekosistem perairan, maka penulis membuat
makalah ini dengan judul Ekosistem Perairan bertujuan untuk memudahkan
pembaca dalam memahami apa saja yang dipelajari dalam membahas ekosistem
khususnya ekosistem perairan.

3.2.

Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang, masalah dalam makalah ini dapat dirumuskan
sebagai berikut;
1.2.1. Apa pengertian dari ekosistem?

BAB I PENDAHULUAN

3.3.

1.2.2. Apa saja komponen-komponen ekosistem?


1.2.3. Apa saja faktor-faktor ekosistem?
1.2.4. Apa saja pengelompokkan ekosistem?
1.2.5. Apa pengertian dan pembagian dari ekosistem perairan?
Tujuan Penulisan
Rumusan masalah tersebut dibahas dalam makalah ini dengan tujuan
sebagai berikut;
1.3.1.
1.3.2.
1.3.3.
1.3.4.
1.3.5.

BAB I PENDAHULUAN

Menjelaskan pengertian dari ekosistem;


Menjelaskan komponen-komponen ekosistem;
Menjelaskan faktor-faktor ekosistem;
Menjelaskan pengelompokkan ekosistem;
Menjelaskan pengertian dan pembagian dari ekosistem perairan

BAB 2
PEMBAHASAN

2.1.

Pengertian Ekosistem
Menurut Undang-undang Lingkungan Hidup (UULH, 1982), ekosistem
adalah tatanan kesatuan secara utuh menyeluruh antara segenap unsur lingkungan
hidup yang saling mempengaruhi (Irwan, 2007).
Ekosistem merupakan satuan fungsional dasar dalam ekologi, karena
ekosistem meliputi makhluk hidup dengan lingkungan organisme (komunitas
biotik) dan lingkungan abiotik, masing-masing mempengaruhi sifat-sifat lainnya
dan keduanya perlu untuk memelihara kehidupan sehingga terjadi keseimbangan,
keselarasan dan keserasian alam di bumi ini. Ekosistem merupakan tingkat
organisasi yang lebih dari komunitas, atau merupakan kesatuan dari suatu
komunitas dengan lingkungannya di mana terjadi antar hubungan (Irwan, 2007).
Menurut Irwan (2007), ekosistem memiliki kaidah-kaidah, yaitu sebagai
berikut;
1. Suatu ekosistem diatur dan dikendalikan secara alamiah;
2. Suatu ekosistem mempunyai daya kemampuan yang optimal dalam
keadaan berimbang. Di atas kemampuan tersebut ekosistem tidak lagi
terkendali,

dengan

akibat

menimbulkan

perubahan-perubahan

lingkungan atau krisis lingkungan yang tidak lagi berada dalam


keadaan lestari bagi kehidupan organisme;
3. Terdapat interaksi antara seluruh unsur-unsur lingkungan yang saling
mempengaruhi dan bersifat timbal balik. Interaksi tersebut antara lain:
antara komponen-komponen biotis dengan komponen-komponen
abiotis; antara sesama komponen biotis; antara sesama komponenkomponen abiotis;
4. Interaksi tersebut senantiasa terkendali menurut suatu dinamika yang
stabil, untuk mencapai suatu optimum mengikuti setiap perubahan
yang dapat ditimbulkan terhadapnya dalam ukuran batas-batas
kesanggupannya;
5. Setiap ekosistem memiliki sifat-sifat yang khas disamping yang umum
dan secara bersama-sama dengan ekosistem lainnya mempunyai
peranan terhadap ekosistem keseluruhannya (biosfer);

BAB II PEMBAHASAN

6. Setiap ekosistem tergantung dan dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor


tempat, waktu dan masing-masing membentuk basis-basis perbedaan
di antara ekosistem itu sendiri sebagai pencerminan sifat-sifat yang
khas;
7. Antara satu dengan lainnya, masing-masing ekosistem juga melibatkan
2.2.

diri untuk memilih interaksinya pula secara tertentu.


Komponen Ekosistem
Menurut Irwan (2007), komponen-komponen ekosistem

terbagi

berdasarkan tiga segi, yaitu sebagai berikut;


2.5.1. Dari segi makanan (trofik), ada dua komponen dalam
ekosistem, yaitu sebagai berikut;
2.2.1.1. Komponen autotroph (memberi makan sendiri), disini
terjadi pengikatan energi sinar matahari;
2.2.1.2. Komponen heterotroph. (memakan yang lainnya),
disini terjadi pemakaian, pengaturan kembali dan
perombakan bahan-bahan yang kompleks.
2.5.2. Dari segi keperluan deskriptif, komponen-komponen ekosistem
terbagi menjadi sebagai berikut;
2.2.2.1. Komponen abiotik, terdiri dari;
a) Senyawa-senyawa anorganik (C, H, CO2, H2O
dan lainnya);
b) Senyawa organik (protein, karbohidrat, dan
seterusnya);
c) Iklim (temperatur dan faktor fisik lainnya);
d) Air.
2.2.2.2. Komponen-komponen biomas, terdiri dari;
a) Produsen sebagai organisme autotroph;
b) Makro-konsumer atau phagotrof, sebagai
organime

heterotroph

terutama

binatang-

binatang yang memakan organisme lain;


c) Mikro-konsumer atau saprotrof, sebagai
organisme heterotroph terutama organisme
perombak seperti bakteri dan jamur.
2.2.2.3. Komponen heterotroph menurut Wiegest dan Owens
(1970) adalah sebagai berikut;
a) Biophag adalah organisme-organisme

yg

memakan organisme hidup lainnya;


b) Saprophag adalah organisme yang memakan
organisme mati.

BAB II PEMBAHASAN

2.5.3. Dari segi fungsional, ekosistem dapat dianalisis menurut segi-

2.3.

segi sebagai berikut;


a) Lingkaran mineral;
b) Rantai-rantai makanan;
c) Pola-pola keragaman dalam waktu dan ruang;
d) Perkembangan dan evaluasi;
e) Pengendalian (cybernetics).
Faktor-faktor Ekosistem
Menurut Irwan (2007), faktor-faktor ekosistem merupakan komponen
habitat yaitu sebagai berikut;
2.3.1. Faktor abiotik terdiri dari;
1) Tanah;
a) Sifat fisik tanah seperti tekstur, kematangan,
porositas, dan kapasitas menahan air;
b) Sifat kimia tanah seperti Ph, kandungan dan jenis
unsur hara (materi).
2) Faktor iklim;
Rezim energi, suhu,

kelembapan,

angina,

kandungan gas atau partikel.


3) Faktor air;
4) Kecerahan, pH, dan kandungan unsur.
2.3.2. Faktor biotik ada dua yaitu sebagai berikut;
1) Produsen;
2) Konsumen.

2.4.

2.3.3. Faktor-faktor manusia yaitu sebagai berikut;


1) Ideologi;
2) Politik;
3) Ekonomi;
4) Sosial;
5) Budaya;
6) Hankam (nasional dan pribadi).
Pengelompokkan Ekosistem
Di dalam suatu bioma terdapat berbagai ekosistem, menurut Irwan (2007),
perbedaan ekosistem yang satu dengan yang lain dapat ditentukan oleh sebagai
berikut;
a) Jumlah jenis organisme produsen;
b) Jumlah jenis organisme konsumen;
c) Jumlah keanekaragaman mikroorganisme;
d) Jumlah dan macam komponen abiotik;
e) Kompleksitas interaksi antar komponen;
f) Berbagai proses yang berjalan dalam ekosistem.
Pengelompokkan ekosistem yang dikaitkan dengan kegiatan ilmu
pengetahuan dan teknologi (IPTEK) dapat dibagi menjadi ekosistem alami dan
ekosistem buatan. Ekosistem alami seperti sungai dan danau merupakan ekosistem

BAB II PEMBAHASAN

yang belum pernah ada campur tangan manusia, komponen-komponennya lebih


lengkap, tidak memerlukan subsidi energi dan pemeliharaan karena dapat
memelihara, memenuhi sendiri, serta selalu dalam keseimbangan. Ekosistem
alami lebih mantap, tidak mudah terganggu, tidak mudah tercemar, kecuali jika
ada bencana alam. Ekosistem buatan adalah ekosistem yang sudah banyak
dipengaruhi manusia, komponen-komponennya biasanya kurang lengkap,
memerlukan subsidi energi, memerlukan pemeliharaan, mudah terganggu, mudah
tercemar dan lebih rentan terhadap perubahan. Contoh ekosistem buatan adalah
waduk dan kolam (Irwan, 2007).
Berdasarkan habitatnya, ekosistem terbagi atas dua kelompok yaitu
ekosistem darat dan ekosistem perairan. Ekosistem darat adalah ekosistem yang
faktor lingkungan eksternalnya didominasi oleh daratan. Ekosistem perairan
adalah ekosistem yang faktor lingkungan eksternalnya didominasi oleh air sebagai
2.5.

habitat dari berbagai organisme air (Abdurahman, 2008).


Ekosistem Perairan
Menurut Kormondy (2008), ekosistem perairan dibagi menjadi tiga
berdasarkan kandungan kadar garam dalam air, yaitu ekosistem air tawar, estuarin
dan laut.
2.5.1. Ekosistem Air Tawar
Ekosistem air tawar menutupi sebanyak 2% permukaan bumi,
yaitu sekitar 2.5 juta km2 ().
Foster dan Hart (1970), mengemukakan bahwa sebagian besar
air bebas di bumi (97%) berada di lautan. Dua persen dari air bebas
adalah es, sisanya yang 1% mencakup dua biom air tawar. Volume total
dari aliran air tawar diperkirakan sebesar 3,83 x 10 4 km3/tahun, dan
volume total danau-danau air tawar sebesar 12,5 x 10 4 km3/tahun
(McNaughton, 1990).
Ekosistem air tawar dibagi ke dalam dua tipe utama yang
dibedakan berdasarkan rasio volume/aliran, yaitu air yang mengalir
(ekosistem lotik) dan air yang menggenang (ekosistem lentik)
(McNaughton, 1990).
2.5.3.1.
Ekosistem Lotik
Ekosistem lotik memiliki karakteristik yang
dipengaruhi oleh hubungan timbal balik diantara
sumber air, volume air, volume dasar sungai dan
curamnya dasar sungai yaitu transisi vertical per transisi
longitudinal. Ekosistem lotik dicirikan oleh adanya laju

BAB II PEMBAHASAN

aliran dengan kecepatan berkisar lebih kurang 50


cm/detik. Ada dua ekosistem lotik, yaitu ekosistem pool
2.5.3.2.

dan aliran (rapid) (McNaughton, 1990).


Ekosistem Lentik
Ekosistem lentik merupakan suatu perairan yang
dicirikan dengan air yang mengenang atau tidak ada
aliran air. Laju pergantian air pada ekosistem ini lebih
rendah yang berlangsung tahunan, kadang-kadang
bahkan berabad-abad. Ekosistem lentik dibagi menjadi
tiga zona, yaitu zona ekosistem littoral, limnetic, dan
profundal. Zona littoral terjadi di tepi danau dan
berkembang ke arah bawah dari garis tepi ke populasipopulasi yang paling dalam dari tanaman yang tumbuh
di dalam atau melekat pada dasar danau. Zona ini terdiri
dari berbagai vertebrata konsumer seperti katak dan
ular. Zona limnetic adalah air yang terbuka sampai ke
kedalaman yang masih dapat ditembus oleh cahaya.
Zona limnetic terdiri dari produser-produser planktonic,
khususnya diatom dan spesies alga hijau serta alga
hijau-biru. Zona profundal terjadi di air terbuka di
bawah zona limnetic. Zona ini diisi oleh hujan detritus
dari zona limnetic di atasnya dan memiliki komunitaskomunitas dekomposer yang aktif dalam lumpur di

dasar danau (McNaughton, 1990).


2.5.2. Ekosistem Estuarine
Berdasarkan definisi Pritchard (dalam Odum, 1971), ekosistem
estuari merupakan suatu bentukan masa air yang semi tertutup di
lingkungan persisir, yang berhubungan langsung dengan laut lepas,
sangat dipengaruhi oleh efek pasang-surut dan masa airnya merupakan
campuran dari air laut dan air tawar. Muara sungai, teluk-teluk di
daerah pesisir, rawa pasang-surut dan badan air yang terpisah dari laut
oleh pantai penghalang (barrier beach), merupakan contoh dari sistem
perairan estuari (Rositasari, 1994).
Sebagian besar estuaria didominasi oleh substrat berlumpur.
Substrat berlumpur ini merupakan endapan yang dibawa oleh air tawar
BAB II PEMBAHASAN

dan air laut. Fungsi ekosistem estuari sangatlah besar, selain sebagai
sumber makanan bagi organisme sekitar, estuari juga bermanfaat
sebagai habitat (tempat tinggal), tempat mencari makanan (feeding
ground), tempat asuhan dan pembesaran (nursery ground), serta tempat
pemijahan (spawning ground) bagi organisme yang hidup (Ulfah,
2012).
Komunitas estuari membentuk komposisi yang unik berupa
percampuran jenis endemik (jenis yang hidup terbatas di lingkungan
estuari), jenis yang berasal dari ekosistem laut dan sebagian kecil jenis
biota yang memiliki kemampuan osmoregulator yang baik (Rositasari,
1994).
Menurut Pritchard (1976), secara geomorfologi estuari terbagai
menjadi 4 macam (Rositasari, 1994), yaitu sebagai berikut;
a) Estuari yang berupa rataan tergenang (Drowned river
valley).
Biasanya banyak terbentuk di sepanjang pantai
yang memiliki rataan pantai yang dangkal dan lebar.
Pada musim penghujan, air dari sungai mehgangkut
sejumlah besar sedimen ke arah estuari. Sedangkan
pada musim kemarau aliran dari laut mendominasi
lingkungan estuari, karena debit air dari sungai sangat
rendah.
b) Estuari bertipe fyord.
Tipe estuari ini biasanya terbentuk di perairan
dalam. Morfologi dasar perairan estuari ini biasanya
berbentuk huruf U. Kurun sejarah pembentukannya
diperkirakan dimulai pada jaman es (glasial period),
sehingga dapat digolongkan sebagai bentukan geologis
berumur tua.
c) Estuari dengan pasir penghalang (bar-built estuaries).
Merupakan cekungan dangkal yang sebagian
dasar perairannya akan muncul pada saat surut. Perairan
ini dapat dikatagorikan sebagai perairan semi tertutup,
dengan adanya gundukan pasir penghalang (bars) atau
pulau-pulau penghalang (barrier islands).
d) Estuari yang terbentuk oleh proses vulkanik

BAB II PEMBAHASAN

Tipe estuari ini terbentuk dari lekukan garis


pantai (pesisir), dimana lekukan tersebut terbentuk
karena terjadinya patahan geologis atau oleh penurunan
muka bumi secara lokal, proses tersebut biasanya diikuti
dengan pemasukan air tawar yang besar.
Pengklasifikasian tipe estuari lain, yang juga merupakan hasil
observasi Pritchard (dalam Odum, 1971) adalah berdasarkan perbedaan
profil hidrografik. Perbedaan ini disebabkan oleh terdapatnya aliran
yang berasal dari laut dan darat (sungai). Kedua aliran tersebut akan
menampakkan dominasi yang berlainan karena terdapatnya perbedaan
faktor fisik dan fisis pada setiap lingkungan estuari. Dimana perbedaan
dominasi tersebut akan menimbulkan perbedaan pada profil hidrologis
perairan (Rositasari, 1994), seperti dalam pembagian berikut;
a) Profil hidrografis berlapis (Highly stratified)
Profil perairan ini disebabkan
terdapatnya

karena

dominasi aliran sungai dibandingkan

dengan pasang-surut, sebagaimana yang biasa terjadi di


muara sungai besar. Tipe pelapisan hidrografis ini akan
memperlihatkan

sifat

holoklin

(holocline)

pada

salinitasnya, yaitu terdapatnya zona perubahan yang


tajam pada salinitas air permukaan dan air dasar di
perairan estuari tersebut.
b) Profit hidrografis teraduk sebagian (Partially mixed)
Pada profil seperti ini, input air tawar dan
pasang-surut lebih seimbang pengaruhnya. Media
pengadukkan yang bekerja secara dominan pada tipe
perairan ini adalah efek pasang-surut yang berlangsung
secara periodik. Profil salinitas secara vertikal lebih
tergradasi

karena

terdapatnya

pengadukan

secara

vertikal yang kemudian membentuk pola pelapisan yang


kompleks pada masa air.
c) Profil hidrografis tercampur sempurna (Vertically
homogenous estuary).
Tipe estuari ini didominasi oleh efek pasangsurut yang kuat. Air cenderung teraduk dengan sangat
baik mulai dan permukaan hingga dasar perairan.
BAB II PEMBAHASAN

Kandungan salinitas relatif tinggi, hampir mendekati


salinitas

air

laut.

Estuari

yang

memiliki

pasir

penghalang (bar-built estuary) atau estuari yang tidak


memiliki sungai besar merupakan contoh dan tipe
perairan ini.
Menurut Rositasari (1994), sebagai suatu sistem, estuari
merupakan satu kesatuan yang sangat kompleks. Berdasarkan pada
bentuk, kedalaman dan sebaran air laut serta berbagai material lain ke
seluruh sistem, maka estuari dapat dibagi menjadi empat subsistem,
yaitu sebagai berikut;
a) Subsistem laut (Marin)
Subsistem ini terletak tepat di mulut sungai yang
langsung berhubungan dengan laut. Pada zona yang
didominasi oleh pengaruh laut ini, selalu terjadi
percampuran biota yang berasal dari lingkungan laut
menuju estuari dan sebaliknya. Saluran utama berfungsi
sebagai gerbang keluar/masuk bagi berbagai jenis ikan
dan invertebrata bertaxa tinggi. Biota-biota tersebut
memanfaatkan kekayaan nutrien di daerah estuari ini
untuk melangsungkan pertumbuhannya yang melalui
beberapa fase tersebut. Namun demikian ada pula
beberapa estuari yang lebih didominasi oleh komponen
air laut, akibat kurangnya aliran air tawar. Kelp dan
algae dari jenis lain, biasanya menutupi substrat batu
dan membentuk mikrohabitat. Invertebrata bentik yang
terdapat di lingkungan ini dapat merupakan jenis marin
atau jenis estuari.
b) Subsistem teluk (Bay)
Daerah ini dicirikan dengan adanya hamparan
rataan lumpur yang tampak ke permukaan pada saat
surut, dan tergenang oleh campuran air tawar dan air
laut pada saat pasang. Rataan ini tidak hanya terdiri dari
lumpur, tapi juga butiran pasir yang terbawa oleh aliran
sungai. Butiran pasir yang berasal dari komponen
daratan ini diendapkan di teluk bagian atas (bagian
BAB II PEMBAHASAN

10

rataan yang dangkal) dan sepanjang pinggiran saluran


utama (main channel). Partikel yang lebih halus seperti
lempung dan lanau, terhanyutkan hingga mencapai
tepian rataan di dekat rawa pasang-surut. Pasir yang
berasal dan laut dapat juga terbawa masuk ke dalam
lingkungan perairan ini hingga beberapa kilometer ke
arah sungai, yaitu pada saat terjadi air pasang yang
berenergi tinggi Air dengan kekayaan nutrien tinggi
menggenangi daerah ini dua kali sehari. Air tersebut
merupakan media yang ideal bagi fitoplankton untuk
dapat menangkap sinar matahari. Hasil asimilasi inilah
yang merupakan suplai energi secara berkesinambungan
bagi rantai makanan biologis di lingkungan estuari ini.
Energi matahari merupakan pemacu metabolisma
kolektif dari keseluruhan perairan estuari ini.
c) Rawa-rawa (Slough)
Rawa-rawa ini merupakan percabangan kecil
yang menghubungkan teluk dengan saluran utama dari
sungai. Input air tawar di lingkungan ini biasanya
sedikit. Pengaruh pasang-surut di lingkungan ini tidak
sebesar bagian lain dari estuari yang lebih dekat dengan
laut. Umumnya rawa-rawa ini terdiri dari saluran yang
berkelok yang menerobos rataan lumpur hingga
mencapai bagian teluk utama. Saluran kecil inilah yang
membawa air pasang hingga ke rawa pasang-surut
(marsh) dan bagian ujung dari hutan pantai di daerah
tersebut.
d) Sungai (Riverine)
Subsistem ini terletak di daerah masuknya air
tawar dari gunung menuju lingkungan estuari. Sebagian
besar dari subsistem ini berbentuk menyudut dan biasa
disebut saluran sungai yang terpengaruh pasang-surut.
Salinitas sepanjang tahun di lingkungan ini rendah,
malah sebagian dari subsistem ini seluruhnya terdiri
dari air tawar.
BAB II PEMBAHASAN

11

2.5.3. Ekosistem Laut


Ekosistem laut menutupi 361 juta km2, dimana hampir
menutupi 71% dari permukaan bumi. Rata-rata kedalaman laut adalah
3750 m, dan laut yang paling dalam mencapaui 10750 m terletak di
Palung Marianas di Samudera Pasifik. Rata-rata salinitas (kadar
garam) di ekosistem laut adalah 3%, tetapi ini bervariasi sesuai dengan
dan geografinya. Meskipun laut kelihatannya monoton pada sisi
permukaannya dan seringkali secara biologis monoton, ekosistem yang
mengelilingnya sangat cepat perubahannya, disebabkan adanya
pengaruh dari variasi musiman dalam intensitas cahaya, temperatur air,
dan penyediaan nutrien (McNaughton, 1990).
Ekosistem laut dibagi menjadi dua berdasarkan lingkungannya,
yaitu biome pelagik (lingkungan air) dan biome bentik (lingkungan
dasar laut) (Brahmana, 2004).
2.5.3.1.
Biome Pelagik
Menurut Brahmana (2004), seluruh organisme
hidup dalam lautan yang bukan hidup di atas lantai laut
disebut organisme pelagik. Pembagian biome pelagik
secara tegak lurus atau berdasarkan kedalaman dibagi
menjadi empat zona, yaitu sebagai berikut;
a. Zona Epipelagik
Menurut Clarke (1966),

zona

epipelagik merupakan daerah bagian yang


paling dangkal dari laut yang meluas turun
sampai pada batas penetrasi cahaya.
Daerah ini memiliki kedalaman
kurang lebih 200 meter, dan biasa juga
disebut zona cahaya atau zona fotik. Ciri
dari daerah pelagik adalah kedalaman
penetrasi cahaya zona fotik yang berkisar
pada kedalaman 100-200 meter, tergantung
dari kejenuhan air atau material terlarut,
sudut sinar datang, ketenangan permukaan
atau material terlarut (Brahmana, 2004).
b. Zona Mesopelagik
BAB II PEMBAHASAN

12

Daerah mesopelagik ini meluas


dari kedalaman kurang lebih 200-1000
meter, daerah ini temperatur, organisme
hiduo, unsur-unsur hara dan faktor-faktor
lingkungan

lainnya

memperlihatkan

perubahan sifat dari perairan dangkal ke


sifat perairan laut dalam. Daerah ini
merupakan

lingkungan

tanpa

cahaya

matahari (afotik), berada di belakang zona


fotosintesis, dengan komposisi gas terlarut
berbeda

dengan

perairan

di

atasnya

disebabkan karena tidak ada produksi


oksigen oleh tumbuhan (Brahmana, 2004).
c. Zona Batipelagik
Daerah batipelagik merupakan
lingkungan pelagik laut dalam dengan
faktor-faktor
khususnya

lingkungan
salinitas

dan

seragam,
temperatur.

Daerah ini meluas dari dasar mesopelagik


pada kedalaman kurang lebih 1000 meter
sampai lantai laut. Konsentrasi oksigen
lebih tinggi dari daerah mesopelagik
(Brahmana, 2004).
d. Zona Abissopelagik
Merupakan bagian terdalam dari
lingkungan lautan. Daerah ini terletak pada
palung lautan. Berbagai organisme yang
berada pada lingkungan pelagik laut dalam
ini

diadaptasikan

dengan

kondisi

lingkungan tanpa cahaya, temperatur air


dingin dan tekanan air yang cukup tinggi
(Brahmana, 2004).
2.5.3.2.

Biome Bentik
Parameter

lingkungan

yang

mempengaruhi

organisme laut dalam biome pelagik juga mempengaruhi


BAB II PEMBAHASAN

13

organisme

yang

hidup

di biome

bentik.

Parameter

lingkungan lainnya yang ikut mempengaruhi

organisme

bentik adalah ketebalan substrat, ukuran butir sedimen,


komposisi sedimen dan hubungan lantai laut dengan
berbagai proses fisis seperti gelombang dan arus. Biome
bentik terbagi menjadi empat zona (Brahmana, 2004), yaitu
sebagai berikut;
a. Zona Intertidal
Merupakan zona paling atas dari
lingkungann bentik yang meluas dari garis
pasang

tertinggi

sampai

garis

surut

terendah. Zona ini umumnya disebut zona


littoral. Organisme yang hidup di zona ini
harus mampu beradaptasi terdedah ke
udara dalam waktur tertentu sesuai dengan
siklus pasang dari bulan.
b. Zona Sublittoral
Daerah ini merupakan
lingkungan

dengan

organisme

suatu
yang

melimpah dan beraneka ragam karena


penetrasi cahaya dan berbagai unsur hara
tersedia dalam jumlah yang melimpah.
Daerah sublittoral ini meluas dari batas
garis surut terendah hingga kedalaman
kurang lebih 200 meter.
c. Zona Batial
Zona ini meluas dari tepi paparan
benua sampai kedalaman kurang lebih
4000 meter dan memiliki ciri yang setara
dengan zona batipelagik.
d. Zona Abissal
Zona abissal ini pada dasarnya
sesuai dengan lingkungan abissopelagik,
kedalaman lebih dari 4000 meter dan
memiliki kondisi substrat relatif seragam.

BAB II PEMBAHASAN

14

BAB III
PENUTUP
3.1.

Kesimpulan
Berdasarkan

pembahasan

pada

bab

sebelumnya,

penulis

dapat

menyimpulkan bahwa sebagai berikut;


3.1.1. Ekosistem merupakan satuan fungsional dasar dalam ekologi,
karena ekosistem meliputi makhluk hidup dengan lingkungan
organisme (komunitas biotik) dan lingkungan abiotik, masingmasing mempengaruhi sifat-sifat lainnya dan keduanya perlu untuk
memelihara kehidupan sehingga terjadi keseimbangan, keselarasan
dan keserasian alam di bumi ini. Ekosistem merupakan tingkat
organisasi yang lebih dari komunitas, atau merupakan kesatuan
dari suatu komunitas dengan lingkungannya di mana terjadi antar
hubungan;
3.1.2. Komponen-komponen ekosistem terbagi menjadi tiga segi yaitu
dari segi makanan (autotroph dan heterotroph), dari segi keperluan
deskriptif (komponen abiotik, biomas dan heterotroph) dan dari
segi fungsional;
3.1.3. Faktor-faktor ekosistem merupakan komponen habitat yaitu faktor
biotik, faktor abiotik dan faktor-faktor manusia;
3.1.4. Pengelompokkan ekosistem yang dikaitkan dengan IPTEK terbagi
menjadi ekosistem alami dan buatan, sedangkan pengelompokkan
ekosistem berdasarkan habitatnya terbagi menjadi ekosistem darat
dan perairan;
3.1.5. Ekosistem perairan terbagi menjadi tiga berdasarkan kandungan
kadar garam dalam air yaitu ekosistem air tawar, estuarin, dan laut
3.2.

Saran
Berdasarkan pengumpulan-pengumpulan data tentang ekosistem perairan,
data tersebut masih sulit untuk membedakan ekosistem-ekosistem di perairan
karena sebenarnya ekosistem di perairan sangatlah banyak dan beragam,
pembahasan ini lebih kepada menjelaskan suatu bioma yang isinya terdapat
berbagai macam ekosistem.

BAB III PENUTUP

15

DAFTAR PUSTAKA

Abdurahman, Deden. 2008. Biologi Kelompok Pertanian dan Kesehatan untuk Kelas XI
SMK. Bandung: Grafindo Media Pratama.
Brahmana, Pembela. 2004. Ekologi Laut. Jakarta: Universitas Terbuka.
Irwan, Zoeraini Djamal. 2007. EkologiPrinsip-prinsip Organisasi Ekosistem, Komunitas
dan Lingkungan. Jakarta: PT Bumi Aksara.
McNaughton, S.J, dkk. 1990. Ekologi Umum. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.
Odum, E.P. 1971. Fundamentals of Ecology 3rd Ed.1971. W.B. Saunders Co., Toronto: 374
pp.
Pritchard, D.W. 1976. What is an estuary: Physical view point. In Estuaries (G.H.Lauff,es.).
Amer. Assoc. Adv. Sci. Publ. No. 83. Washington D.C. p: 3-5.
Rositasari, Ricky, dkk. "Sifat-sifat Estuari dan Pengelolaannya." Oseana, 1994, XIX, 33-49.

DAFTAR PUSTAKA

16

Anda mungkin juga menyukai