I. PENDAHULUAN
Karsinoma serviks merupakan keganasan kedua terbanyak pada wanita di
dunia, dan merupakan penyebab kematian pada wanita yang berhubungan dengan
kanker di negara-negara berkembang. Di seluruh dunia, lebih dari 370.000 kasus
didiagnosis tiap tahunnya yang memicu terjadinya sekitar 190.000 kematian. Ini
membuat karsinoma serviks tidak hanya merupakan penyebab paling umum
keganasan ginekologi, tetapi juga merupakan diagnosis kanker pada wanita ketiga
terbanyak selain kanker payudara dan kanker kolorektal.1,2
Dalam pertengahan abad ke-20, banyak wanita yang meninggal akibat
karsinoma serviks di US dibanding penyakit kanker lainnya. Karsinoma seviks
invasif dianggap sebagai penyakit yang dapat dicegah karena memiliki periode
pre invasif yang panjang, program skrining secara sitologi banyak tersedia dan
terapi untuk periode lesi pre invasif sangat efektif. Walaupun penyakit ini dapat
dicegah, namun ditemukan sebanyak 9710 kasus baru karsinoma serviks invasif
yang menyebabkan 3700 kematian di US pada tahun 2006 dan sekitar 4.070
kematian pada tahun 2009. 1,3
The American Society memperkirakan sekitar 11.000 wanita telah
didiagnosis dengan kanker serviks pada tahun 2007. Walaupun program skrining
di US telah dijalankan dengan baik, diperkirakan terdapat 30% kasus kanker
seviks yang terjadi pada wanita yang tidak memiliki tes pap smear.1,3
Karsinoma serviks biasanya diderita oleh wanita pada usia pertengahan ke
atas, namun beberapa kasus dijumpai pada wanita pada usia produktif. Umur ratarata terkena kanker seviks di US adalah 47 tahun, dengan puncak pada umur 3539 tahun dan 60-64 tahun. Di USA, kanker serviks
penduduk Hispanic, orang Afrika dan wanita asli Amerika dibanding wanita
berkulit putih.2
Dengan diperkenalkannya Papanicolaou (Pap) smear di tahun 1940, deteksi
dini dan terapi terhadap pre invasif penyakit ini sangat mungkin dilakukan.
Sebagai hasilnya, baik insiden maupun tingkat rata-rata kematian akibat kanker
serviks di US menurun sekitar 75% di akhir abad ke-20.
II.ETIOLOGI
Sebab langsung dari karsinoma serviks belum diketahui dengan pasti.
Namun, data epidemiologi menunjukkan adanya hubungan langsung antara
karsinoma serviks dan aktivitas seksual. Terdapat banyak faktor resiko untuk
karsinoma serviks antara lain: jarang ditemukan pada perawan (virgo), insidensi
lebih pada mereka yang kawin daripada yang tidak kawin, terutama pada gadis
yang koitus pertama (coitarche) dialami pada usia muda (<16 tahun), insidensi
meningkat dengan tingginya paritas, apa lagi bila jarak persalinan terlampau
dekat, mereka dari golongan sosial ekonomi rendah (hygiene seksual yang jelek,
aktivitas seksual yang sering berganti-ganti pasangan (promiskuitas), pada wanita
yang mengalami infeksi virus Human Papilloma Virus (HPV) dan kebiasaan
merokok. Kebiasaan merokok dan infeksi HPV, mempunyai pengaruh sinergis
terhadap perkembangan Neoplasia Intraepitelial Serviks (NIS). Karsinogen rokok
telah ditemukan berakumulasi di mukus serviks dan telah dilakukan pengukuran
kumulatif penggunaan rokok pertahun dan didapatkan adanya peningkatan resiko
NIS atau karsinoma in situ walaupun mekanismenya belum sepenuhnya
dimengerti.1-4
Kaitan antara penggunaan kontrasepsi oral masih diperdebatkan. Beberapa
investigator mengatakan bahwa penggunaan kontrasepsi oral dapat meninggikan
insiden abnormal glandular serviks. Telah dilaporkan bahwa hormon steroid yang
didapatkan pada pil kontrasepsi mempengaruhi genom HPV dan meningkatkan
ekspresi virus terhadap onkoprotein E6 dan E7. Sebagai tambahan, pil kontrasepsi
oral kombinasi jangka panjang dapat menjadi kofaktor bagi kanker serviks.
Terdapat korelasi positif yang signifikan antara rendahnya serum estradiol
dibandingkan dengan progesteron. Pada beberapa studi menjelaskan bahwa
beberapa hormon mungkin mempunyai peranan dalam pertumbuhan kanker
serviks dengan meningkatkan proliferasi sel sehingga sel lebih peka terhadap
mutasi. Sebagai tambahan, estrogen bertindak sebagai suatu agen anti-apoptotik
yang membuat proliferasi sel terinfeksi oleh onkogenik HPV. Pada wanita yang
2
positif memiliki DNA HPV dan menggunakan pil kontrasepsi oral kombinasi
memiliki resiko empat kali lebih tinggi dibanding wanita yang positif HPV tetapi
tidak menggunakan pil kontrasepsi kombinasi. Selama kehamilan, imunosupresan
dan hormonal yang mempengaruhi epitel serviks bersama trauma akibat
pengeluaran bayi merupakan faktor etiologi penting dalam perkembangan
Neoplasia Intraepitel Serviks (NIS).5,6
HPV, virus herpes dan Chlamydia trachomatis bertindak sebagai ko-faktor
dari karsinoma serviks. Infeksi Human papilloma virus (HPV) telah dideteksi
pada lebih dari 90% wanita dengan karsinoma skuamosa serviks. Terdapat lebih
dari 100 tipe HPV dan lebih dari 30 tipe yang berpengaruh terhadap saluran
genital bawah. Berdasarkan dari potensi malignannya, subtipe HPV dikategorikan
ke dalam tipe resiko rendah dan resiko tinggi. Tipe resiko rendah adalah tipe 6, 11,
43 dan 44 yang dikaitkan dengan kondiloma dan lesi NIS 1 sedangkan tipe resiko
tinggi yaitu tipe 16, 18, 31, 33, 35, 39, 45, 51, 52, 56, 58, 59, 68, 73 dan 82
dikaitkan dengan lesi NIS 2 dan 3 serta ditemukan pada kanker invasif, dua
diantaranya adalah HPV 16 dan 18 yang ditemukan lebih dari 62% pada
karsinoma serviks.1-3,6
III.
PATOGENESIS
Karsinoma serviks timbul di batas antara epitel yang melapisi ektoserviks
IV.
Gambar 2 : Lokasi Squamo-Columnar Junction
(Dikutip dari kepustakaan 11)
CIN II
CIN III
CIS
CA.INVASIF
Waktu (Bulan)
Sangat ringan
Ringan
Sedang
Berat
82 ( 7 tahun)
58 ( 5 tahun)
38 ( 3 tahun)
12 ( 1 tahun)
mencegah terjadinya penghentian siklus sel dan apoptosis sel, yang secara normal
terjadi bila ada kerusakan DNA, sedangkan penghambatan Rb menganggu faktor
transkripsi E2F yang menghasilkan proliferasi seluler yang tidak dapat dikontrol.
Kedua langkah di atas sangat penting untuk memicu terjadinya transformasi
malignan sel epitel serviks.2,8
V. PENYEBARAN KANKER
Metastase tumor ke ovarium merupakan hampir 10 15% dari keganasan
ovarium dengan sebagian besar dari metastase tumor berasal dari saluran
genitalia. Kanker serviks merupakan penyebab yang sangat jarang dari metastase
ovarium. Dari beberapa penelitian yang sudah diterbitkan menyatakan bahwa
insidensi dari metastase ovarium yang berasal dari kanker serviks pada karsinoma
squamous sel adalah kurang dari 0,5% dan adenokarsinoma adalah 1,4%. Namun,
tidak jelas sampai saat ini sehubungan dengan sedikitnya subjek penelitian. Pada
beberapa literatur, beberapa faktor risiko dikemukakan , termasuk keterlibatan
kelenjar limfe, invasi stroma yang dalam, invasi endometrium, ukuran tumor.
Hasil akhir untuk pasien dengan metastase ovarium sangat menyedihkan karena
menunjukkan bahwa metastase ovarium adalah merupakan faktor prognosa pada
pasien dengan kanker serviks. Tambahan lagi, penelitian baru baru ini
menyatakan kebanyakan dari faktor risiko seperti histologi, stadium FIGO dan
keterlibatan pembuluh limfe tidak signifikan untuk pasien
dengan metastase
ovarium. Invasi parametrium hanya merupakan faktor risiko pada pasien dengan
metastase ovarium.9,10
Alur penyebaran
STAGING
The International Federation of Gynecology and Obstetrics (FIGO) telah
memberikan stadium bagi kanker ginekologi selama lebih dari 50 tahun. Stadium
kanker ini menggambarkan perluasan penyakit yang penting dalam menegakkan
diagnosis sebelum diterapi. Stadium berdasarkan FIGO ini digunakan di seluruh
dunia untuk membandingkan gambaran klinik dan hasil dari terapi.1
Klasifikas
Defenisi
t
Tx
T0
Tis
i
C
C
0
T1
IA
korpus uteri.
Karsinoma invasif; hanya dapat didiagnosis secara
Tia
10
mikroskop.
Invasi
terbatas
pada
stroma
dengan
IA1
TIa2
IA2
TIb
T2
IB
mm.
Lesi klinik terbatas pada serviks atau lesi pre klinik >
IB1
IB2
II
stadium IA.
Lesi secara klinis tidak lebih dari 4 cm
Lesi secara klinis lebih dari 4 cm
Proses keganasan karsinoma serviks sudah menginvasi
keluar dari serviks uterus dan menjalar ke 1/3 bagian
atas vagina dan atau ke parametrium, tetapi tidak sampai
T2a
T2b
T3
IIA
dinding panggul.
Penyebaran hanya ke vagina, parametrium masih bebas
IIB
III
T3a
T3b
IIIA
ginjal.
Penyebaran sampai ke 1/3 bagian distal vagina. Tidak
IIIB
T4
IVA
yang
berada
di
sebelahnya,
atau
sudah
11
M1
IVB
Nodus limfe regional (N), stadium menurut kriteria AJCC meliputi para
servikal, parametrium, hipogastrik (obturator), iliaka interna dan iliaka eksterna,
pre sakral dan sakral.
IVA
T
Tis
T1aI
T1a2
T1bI
T1b2
T2a
T2b
T3b
T1
T2
T3a
T3b
T4
UICC
N
N0
N0
N0
N0
N0
N0
N0
N0
N1
N1
N1
N apapun
N apapun
M
M0
M0
M0
M0
M0
M0
M0
M0
M0
M0
M0
M0
M0
12
IVB
T apapun
N apapun
MI
Beberapa investigator memerlukan modalitas tambahan untuk menentukan
stadium dari kanker serviks antara lain sebagai berikut :
Pemeriksaan Fisis
Pemeriksaan Radiologi
Prosedur
Pemeriksaan pilihan
VII.
penggunaan
anastesi)
Pielogram intravena
Barium enema
Foto Thorax
Foto Skeletal
Biopsi
Konisiasi
Histeroskopi
Kolposkopi
Kuret endocerviks
Sistoskopi
Proktoskopi
CT-Scan
Limfangiografi
USG
MRI
PET
Laparaskopi
DIAGNOSIS
1. Gambaran Klinik
Keputihan merupakan gejala yang sering ditemukan. Getah yang keluar
dari vagina ini makin lama makin banyak dan akan berbau busuk akibat infeksi
dan nekrosis jaringan. Dalam hal ini, pertumbuhan tumor menjadi ulseratif.
Perdarahan yang dialami segera setelah sanggama (disebut sebagai perdarahan
kontak) merupakan gejala karsinoma (74-80%). Dapat pula terjadi kehilangan
berat badan.1-5
13
14
dengan atau tanpa hidroureter atau hidronefrosis. Adanya trias edema, nyeri dan
hidronefrosis mengindikasikan keterlibatan dinding pelvis. Lokasi umum tempat
metastasis jauh meliputi kelenjar limfe extrapelvik, hepar, paru-paru dan tulang.2
16
17
1)
2)
3)
hilangnya desmosom.
Warna
Perubahan warna dapat terjadi akibat dari peningkatan vaskularitas, nekrosis
epitel permukaan, dan pada beberapa kasus memproduksi keratin. Perubahan
warna yang terjadi berupa kuning-orange dibandingkan dengan warna pink
pada epitel skuamosa yang intak atau warna merah pada epitel endocervikal.
VIII. HISTOPATOLOGI
Tipe histologik dasar dari karsinoma serviks invasif yang terjadi pada 8090%
kasus
adalah
lesi
skuamosa
(epidermoid).
Sisanya
termasuk
18
Tingkat 1: karsinoma epidermoid berdiferensiasi baik, menunjukkan tipe sel spinal. Sel tumor berisi
b.
c.
IX.
PENANGANAN
Terapi karsinoma serviks dilakukan bilamana diagnosis telah dipastikan
secara histologik. Pada tingkat klinik Karsinoma In Situ (KIS) tidak dibenarkan
dilakukan elektrokoagulasi atau elektrofulgerasi, bedah krio (cryosurgery) atau
dengan sinar laser, kecuali bila yang menangani seorang ahli dalam kolposkopi
dan penderitanya masih muda dan belum punya anak. Pada tingkat klinik TIa,
umumnya dianggap dan ditangani sebagai kanker yang invasif. Bilamana
kedalaman invasi kurang dari atau hanya 1 mm dan tidak meliputi area yang luas
serta tidak melibatkan pembuluh limfe atau pembuluh darah, penanganannya
dilakukan seperti pada KIS di atas.4
Pilihan penanganan setiap pasien dengan kanker serviks tergantung pada
stadium keganasan penyakit ini. Pembagian stadium keganasan dari kanker ini
menggambarkan ukurannya, kedalaman invasi (seberapa jauh sel kanker itu
tumbuh dalam serviks), dan seberapa jauh sel kanker telah menyebar. Ada tiga
metode pengobatan kanker serviks yaitu 1) Operasi, 2) radioterapi, 3) kemoterapi,
19
atau
4)
Kemoradiasi.
Kadang-kadang
pendekatan
penanganan
terbaik
menggunakan dua atau lebih metode. Jika kesembuhan tidak mungkin dicapai,
tujuan dari pengobatan adalah menghilangkan atau menghancurkan sebanyak
mungkin sel kanker yang ada untuk mencapai kesehatan yang lebih baik. Kadangkadang juga pengobatan ditujukan untuk menghilangkan gejala. Inilah yang
disebut pengobatan paliatif.3
OPERASI
1) Cryosurgery
Pemeriksaan metal dingin dengan nitrogen cair ditempatkan secara
langsung pada seviks. Ini akan membunuh sel yang abnormal dengan cara
membekukan sel abnormal tersebut. Cryosurgery digunakan untuk mengobati
kanker serviks pre invasif (stadium 0) dan bukan untuk kanker yang invasif.3
2) Operasi Laser
Sinar laser langsung diarahkan ke vagina untuk membakar sel-sel
abnormal yang ada. Operasi laser digunakan untuk mengobati kanker serviks
pre invasif (stadium 0) dan tidak digunakan untuk mengobati kanker yang
invasif.3
3) Konisiasi
Jika biopsi serviks menunjukkan adanya kanker mikroinvasif (< 3 mm),
biopsi kerucut harus dilakukan untuk menentukan kedalaman invasi. Jaringan
yang berbentuk kerucut dihilangkan dari serviks dengan operasi atau pisau
laser atau menggunakan kawat kecil panas yang dialiri elektrik (prosedur
LEEP atau LEETZ). Biopsi kerucut dapat digunakan untuk mendiagnosis
kanker sebelum pengobatan tambahan dengan operasi ataupun radioterapi.
Biopsi kerucut juga dapat digunakan untuk pengobatan pada wanita dengan
stadium awal (stadium IA) yang masih ingin memiliki anak. Setelah biopsi,
jaringan yang diambil dan diperiksa di bawah mikoskop.3,14
4) Histerektomi Sederhana (Histerektomi Tipe 1)
Operasi ini bertujuan untuk mengangkat uterus (baik korpus uteri dan
serviks) tetapi tidak struktur di luar uterus seperti parametrium dan ligament
uterosakral. Vagina dan kelenjar getah bening pelvis juga tidak diangkat.
Ovarium dan tuba falopii juga biasanya dibiarkan tetap pada tempatnya. Saat
20
21
Tipe 1
Tipe Histerektomi
Histerektomi ekstrafasial dengan pengangkatan seluruh jaringan
Tipe II
Tipe III
Tipe IV
Tipe V
6) Trakelektomi
Sebagian besar wanita dengan kanker serviks stadium IA1 dan stadium
IB1 diobati dengan histerektomi. Prosedur ini dapat dilakukan secara vaginal
maupun abdominal dan biasanya disertai dengan limfadenektomi pelvis.
Prosedur lainnya, dikenal dengan trakelektomi radikal, yang memungkinkan
wanita muda dapat diobati tanpa kehilangan kemampuan mereka memiliki
anak. Pada trakelektomi radikal, beberapa wanita mampu hamil hingga masa
aterm dan melahiran bayi yang sehat melalui section cesarean. Pada satu
studi, rata-rata kehamilan setelah 5 tahun lebih dari 50%.3,13
22
23
24
25
kanker serviks berulang maupun kanker serviks sel skuamosa persisten dan
mereka memberikan kemoterapi kombinasi satu atau dua obat pada pasien-pasien
ini secara acak. Dari 287 pasien, 146 pasien diberikan cisplatin dan ifosfamide,
dan 141 pasien diberi cisplatin, ifosfamide dan bleomycin. Tidak terdapat
perbedaan dalam hal ketahanan, progresivitas, respon dan toksisitas diantara
regimen kemoterapi kombinasi ini. Pada percobaan lain, kombinasi cisplatin
dengan ifosfamide memberikan respon yang baik dibanding dengan agen tunggal
cisplatin. Toksisitas lebih tinggi pada regimen kombinasi. Akhirnya, regimen
metotreksat, vinblastin, doksorubisin dan cisplatin (MVAC) yang dianggap
memberi respon terapi yang baik dievaluasi oleh kelompok ginekologi onkologi.
Pada percobaan ini, MVAC dibandingkan dengan cisplatin saja dan kombinasi
cisplatin dengan topotecan. MVAC segera dihentikan karena memiliki efek
toksisitas yang tinggi. Walaupun kombinasi cisplatin dengan topotecan lebih
superior dibanding terapi dengan cisplatin tunggal, ketahanannya hanya berkisar
tiga bulan. Berdasarkan hasil-hasil penelitian ini terlihat bahwa regimen
kombinasi memberikan respon yang tinggi dan tingkat ketahanan yang tinggi
tetapi toksisitasnya juga tinggi.3,13
Penanganan dengan kemoterapi pada kanker serviks yang luas
memberikan hasil yang bervariasi. Obat kemoterapi tidak hanya dapat membunuh
sel kanker tetapi juga dapat merusak beberapa sel yang normal sehingga memicu
timbulnya efek samping. Efek smping kemoterapi tergantung dari tipe obat,
jumlah obat, dan lamanya waktu pengobatan. Efek samping temporer dari
kemoterapi mencakup : mual dan muntah, kehilangan nafsu makan, rambut gugur
serta mulut kering. Karena kemoterapi dapat merusak sel dalam tulang belakang
yang memproduksi sel darah, maka jumlah sel darah akan menurun sehingga
memicu terjadinya : 1) mudahnya terkena infeksi (kekurangan leukosit), 2)
perdarahan setelah perlukaan kecil (kekurangan platelet) dan 3) sesak napas
(kekurangan sel darah merah). Sebagian besar efek samping kemoterapi (kecuali
menopause dini dan infertilitas) menghilang ketika kemoterapi dihentikan. Pada
beberapa stadium, kemoterapi diberikan untuk membantu agar radioterapi dapat
berjalan lebih baik. Pengobatan kombinasi antara kemoterapi dan radioterapi
26
disebut kemoradiasi bersamaan. Dosis radiasi harus mencapai 85-90 Gy pada titik
A dan 55-60 GY pada titik B. Cisplatin diberikan dengan dosis 40 mg/m 2 setiap
minggu selama radioterapi eksternal. 3,12,13
PENGOBATAN KANKER SERVIKS BERDASARKAN STADIUM
Stadium kanker serviks merupakan faktor yang sangat penting dalam
pemilihan jenis pengobatan. Beberapa faktor lain yang berperan dalam pemilihan
jenis terapi bagi kanker serviks adalah lokasi kanker serviks dalam uterus, tipe
kanker sel skuamosa atau adenokarsinoma), umur, kondisi fisik secara
keseluruhan, dan keinginan untuk memiliki anak.3
Tabel : Skema Penanganan Umum Terhadap Karsinoma Serviks Invasif1,13
Stadium Penyakit
Stadium IA1
Ukuran
Terapi/Penanganan
Kedalaman invasi 3 Konisiasi vagina, Histerektomi
mm, tidak ada LVSI
atau
Stadium IA2
Kedalaman
Stadium IB1
mm
histerektomi tipe 2 dengan pelvis
Kedalaman invasi > 5 Trakelektomi
radikal
atau
mm, < 2 cm
Stadium IB2
invasi
radikal
III
dengan
limfadenektomi pelvis
Kedalaman invasi > 5 Histerektomi radikal tipe
III atau
mm, > 2 cm
histerektomi
dengan
tipe
limfadenektomi
pelvis
bilateral
Kedalaman invasi > 5 Histerektomi radikal tipe III atau
mm
dengan
iradiasi
post
kemoterapi
Histerektomi radikal tipe III dengan
limfadenektomi pelvis dan paraaortik atau kemoradiasi primer
27
Kemoradiasi Primer
Kemoradiasi primer atau eksenterasi
Stadium IVB
primer
Kemoterapi primer dan radiasi LVSI,
invasi ruang limfovaskuler
X. DIAGNOSIS BANDING
Banyak lesi yang ditemukan pada serviks sulit dibedakan dengan kanker
serviks. Beberapa di antaranya adalah ektropion, servisitis akut maupun kronik,
kondiloma akuminata, tuberkulosis serviks, ulserasi sekunder penyakit menular
seksual (seperti sifilis, granuloma inguinal, limfogranuloma venerum, dan
kankroid), koriokarsinoma metastasis atau kanker lainnya.14
XI.
PROGNOSIS
Faktor-faktor yang menentukan prognosis ialah 1) umur penderita, 2)
Jumlah pasien
860
227
2,530
950
881
2,375
160
1,949
245
189
% jumlah pasien
98,7
95,9
88,0
78,8
68,8
64,7
40,4
43,3
19,5
15,0
28
DAFTAR PUSTAKA
29
LAPORAN KASUS
Ny. S, 65 thn, P7A0
Os dengan Diagnosa Ca cervix
Riwayat perjalanan penyakit
Pasien datang dengan keluhan keluar darah dari kemaluan
selama 1 tahun. Pada penjajakan didapatkan hasil :
Pemeriksaan fisik :
Inspeculo : portio retraksi ke arah proximal
30
Mikroskopik
Sediaan cervix tampak proliferasi sel epitel skuamous yang
tersusun dalam sarang sarang sebagian membentuk
lumen berisi massa nekrosis, infiltrasi diantara stroma, inti
membesar, pleomorfik, satu-satu bizzare, kromatin kasar,
anak inti menonjol, sitoplasma eosinofilik. Sesetempat
tampak kumparan kumparan keratin dan angioinvasi.
Stroma jaringan ikat dengan sebukan sel-sel radang
limfosit & PMN yang massif.
Sediaan massa uterus, ovarium dan omentum dijumpai
anak sebar tumor yang sama pada cervix.
31
32
SERViKS
33
34
OVARIUM
35
36