perseroan sangat mudah untuk mencari pinjaman sebesar 2 miliar dolar AS.
Artinya pinjaman sebesar 2 miliar dolar ini tidak akan membebani cash flow
perseroan dan mengganggu operasi perseroan..
Rasio utang terhadap ekuitas (DER) PT Semen Gresik Tbk(SMGR) turun
dari 11,7 kali menjadi 2,1 kali, selain itu sepanjang semester pertama 2007
perseroan mencetak laba bersih Rp 700 miliar atau naik 9,4 persen dibandingkan
periode sama sebelumnya. Sedangkan nilai penjualannya naik 8,4 persen
menjadi Rp 4,4 triliun.
Target penjualan PT Semen Gresik Tbk (SMGR) sampai akhir 2007
diperkirakan naik 8 persen dibandingkan 2006. Saat ini PT SMGR Tbk sedang
fokus pada efisiensi operasi. Hal ini ditunjukan dari besaran harga pokok
penjualan (COGS) yang dapat diperlihara seperti tahun lalu yakni Rp 337.900 per
ton.
Sepanjang semester I/2007 pertumbuhan industri semen nasional ratarata naiki 7,2 persen dari 14,6 juta ton menjadi 15,6 juta ton. Peningkatan
konsumsi semen tersebut justru terjadi di luar pulau Jawa yakni sekitar 12-16
persen, bahkan di Kalimantan konsumsi semen naik 22,3 persen. Dengan kondisi
tersebut SMGR masih mendominasi pasar domestik dengan pangsa pasar 45,6
persen.
1. Analisa kasus
Secara umum tentu arah kebijakan yang akan diambil oleh PT. Semen Gresik Tbk
adalah terhadap profit atau keuntungan. Tetapi juga perlu di pahami bahwa
dibutuhkan pendanaan untuk memperoleh maupun meningkatkan keuntungan itu
sendiri. Umumnya ada dua cara utama yang dapat dilakukan perusahaan untuk
menaikkan modal yakni melalui utang atau ekuitas.
Dalam kasus ini pilihannya adalah dengan utang. Kelemahan dari sistem utang
adalah harus dibayar (kewajiban bayar).
Oleh sebab
6) Kurangi rasio utang. Cara paling lazim yang ditempuh perusahaan untuk
mengurangi rasio utang mengurangi barang-barang jenis utang dan/ atau
menambah barang-barang jenis aset
sarana untuk
memperoleh dana dari hutang jangka panjang, maka biaya hutang adalah sama
dengan Kd atau Yield To Maturity (YTM) yaitu tingkat keuntungan yang dinikmati
oleh pemegang atau pembeli obligasi. Biaya hutang dapat dicari dengan cara:
Harga obligasi = I (PVIFA, kd, n) + M (PVIF, kd,n)
Biaya hutang ini merupakan biaya hutang sebelum pajak (pre-tax cost). Dalam
menghitung WACC, yang relevan adalah biaya hutang setelah pajak (after-tax
cost debt).
Biaya hutang sesudah pajak = Biaya hutang sebelum pajak x (1 tingkat pajak)
2. Biaya laba ditahan (cost of retained earning),
Biaya laba ditahan adalah sama dengan Ks atau Tingkat keuntungan yang
disyaratkan investor pada saham biasa perusahaan yang bersangkutan. Ada 3
cara untuk menghitung Ks yaitu:
Ks
= tingkat keuntungan yang disyaratkan pada saham perusahaan i,
krf
= bunga bebas resiko,
kM = tingkat keuntungan yang disyaratkan pada portofolio pasar/index
pasar,
bi
= beta (ukuran risiko sistematis) saham perusahaan i
D1
Po
g
ditahan
(Ks)
karena
penjualan
saham
baru
memerlukan
biaya
Ke=(D1/Po (1-F)) + g
Keterangan:
Ke
= biaya saham biasa baru
Po
= harga jual saham
F
= flotation cost
D1
= dividen saham pada t = 1
Flotation cost adjustment = DCF Ke - DCF Ks
g
= dividend growth
Kp
Dp
Pn
modal
yang
harus
ditanggung
oleh
perusahaan.
Ketika
manajemen menggunakan hutang, jelas biaya modal sebesar biaya bunga yang
dibebankan oleh kreditur (pemberi kredit). Tetapi konsekuensi logis untuk jangka
panjang justru akan menguntungkan. Hal ini tentu terkait dengan pajak dan juga
operasional yang dilakukan oleh manajemen. Sehingga wajar jika kemudian
selalu menekankan pada efisiensi biaya operasional sebagai salah satu alternatif.
Memperhatikan laba yang diterima oleh PT Semen Gresik Tbk (SMGR)
periode tersebut diatas menunjukkan bahwa investasi sangat menjanjikan atau
menigkat. Sehingga keputusan untuk hutang sangat tepat. Sebagaimana kita
ketahui bahwa agar perusahaan memiliki biaya modal yang baik, pada saat
kondisi biaya modal yang digunakan untuk investasinya rendah. Karena suatu
investasi dikatakan meningkat jika pengembalian investasinya tinggi. Dengan
kata
lain
biaya
penerimaan bersih
bunga dari
utangnya
bisa dilunasi
kepada kreditor
dan
leverage yang
to equity ratio sebagai perbandingan antara modal sendiri dan modal pinjaman
dimana modal pinjaman masih berada diatas modal sendiri. Artinya
leverage
rasio
baik itu pada saat terjadi penurunan karena penggunaan utang sedikit
dibandingkan modal sendirinya. Sehingga resiko yang dihadapi tidak terlalu besar
untuk mengembalikan modal pinjaman tersebut.
2. KESIMPULAN
Selain nilai invetasi yang akan di kembangkan untuk meningkatkan laba, cara lain
adalah dengan menekan tingkat operasional perusahaan. Dengan demikian
efiensi akan tercipta. Selain sebagai salah satu faktor yang berpengaruh terhadap
biaya modal, operasional adalah faktor penting dari efisiensi pembiayaan /
keuangan
secara
menyeluruh.
Disinilah
kesehatan
perusahaan
dari
segi
karena
kenaikan
biaya
modal
saham.
Penggunaan
hutang
yang
permintaan
dari
luar
pulau
adalah
yang
terbesar.
Artinya
sebagai pengurang
pajak.
Pembiayaan
dengan
hutang
sangat