Beberapa di antara lontar-lontar itu ada yang berupa kidung-kidung, bab, dan lainlain. Kidung-kidung ini dikarang karang oleh orang Bali pada masa sesudah jaman
Majapahit atau pada waktu berkembangnya kerajaan Gelgel dan Klungkung. Di
samping itu ada beberapa lontar seperti Kidung Harsawijoyo, Kidung Ranggalawe,
kidung Sunda Usana Jawa dan Bali. Kebanyakan dari kitab-kitab tersebut isinya tentang keadaan raga-raja Majapahit mulai tahun 1293. Pulau Bali sendiri tahun 1343M
telah ditaklukkan oleh Kerajaan Majapahit.
Sejarah Bali kuno, antara abad IX samapi abad. XIV, di dalam kidung-kidung dan
usaha-usaha tersebut di atas tak pernah disinggung, kecuali beberapa raja seperti
UGRASENA dan JAYAPENGUS.
Penelitian sejarah Bali oleh para ahli baru dimulai tahun 1885 yang di pelopori oleh
DR. hh. Vkh DER TUUK dan DR. JL,BRANDES mereka umumnya sarjana
berkebangsaan Belanda..Usaha mereka ini kemudian dilanjutkan oleh para ahli
seperti : DR. PV. VAN STEIN CALLLiiFBLS, DR. WF STUTTERHEIN, DR.R. GURIS.
Kemudian setelah Indonesia merdeka penelitian sejarah Bali dilakukan oleh para
ahli bangsa Indo nesia seperti: Rtut Ginarsa,,irs. MAI Sukarta K, Atmadjo. Meskipun
penelitian telah dimulai tahun 1885, tidak berarti penelitian cuaah sempu.rna atau
selesai bahkan sebaliknya.
Berita yang tertua dari bangsa asing yang menyambut pulau Bali berasal dari berita
Cina. Yakni dari dinasti Tang (618-908 M) antara lain menyebutkan bahwa Holing
terletak di kepulauan di lautan sebelah selatan. Di timurnya terletak PO-LI dan
disebelah baratnya T0-PO-TEN G, di sebelah utara Chen-la (Kamboja) . P. PELLLIOT
mengidentifikasikan P0-li dengan Bali.
Sesudah itu tidak diperoleh lagi berita apapun mengenai Bali, demikian pula berita
asing lainnya, boleh dikatakan tidak ada sama sekali mungkin karena letak
geografis Bali yang jauh dari jalan perdagangan pada masa, itu.
Berita tertua dari Bali sendiri, berupa prasasti yang tidak berangka tahun.
Bahasanya Sangskerta, jumlahnya beberapa buah, keadaannya banyak yang rusak.
Akibatnya tulisannya tak dapat dibaca. Di samping itu, ditemukan juga beberapa
buah cap kecil dari tanah lihat, besarnya kira-kira 2,5 cm, yang disimpan dalam
stupa kecil. Cap ini ditulisi dengan mantra-mantra agama Budha, dalam bahasa
Sangskerta.
882 M
Prasasti ini merupakan prasasti yang tertua yang menggunakan bahasa Bali kuno.
Selain itu juga masih ada prasasti lain yang ditulis dalam bahasa Sangskerta.
Prasasti tahun 882 M itu tidak memuat nama raja, sehingga tak dapat ditentukan
aslinya.
882-914 M
Dalam periode ini terdapat prasasti yang ditulis dalam bahasa Bali Kuno. Dari
padanya dapat diketahui adanya pusat pemerintahan (istana raja) yang bernama
SINGArvANDAwA. Sayang dalam prasasti tersebut tidak disebut namaa rajanya.
917 M
Di desa Sanur dekat Denpasar pernah ditemukan sebuah prasasti yang berbentuk
sebuah tugu. Prasasti ini tidak berangka tahun, tetapi menggunakan angka tahun
dalam bentuk Candrasang kala. Bunyinya: khecara-Wahni-Murti yang mempunyai
nilai angka 339 saka atau 917 M. Isinya antara lain tentang adanya suatu expedisi
dari raja KESARIWARNA DEWA mempunyai istana di Singhadwala, Prasasti Sanur ini
juga menunjukkan bukti tenting suatu dinasti di pulau Bali yakni, bernama: WARNA
DEWA. Suatu keanehan dari prasasti ini ialah sifatnya bilingual atau menggunakan
dun bahasa.
Bagian pertama : buhasa Bali kuno, dengan hurup Nagari
Apa tujuan menggunakan kombinasi yang aneh ini ? belum dapat diketahui dengan
pasti.
915-942 M
Dalam periode ini ditemukan 9 buah prasasti dari raja yang disebut dengan
gelarnya : Sri Ugrasena. Melihat dari namanya nampaknya raja Ugrasena tidak
termasuk anggota dinasti Warnadewa. Nungkin merupakan salah seorang raja yang
berdiri sendiri.
955 M
Bertahta seorang ratu dengan gelar Sri Maharaja Sri Wijayamahadewi. Dinasti
Warmadowa terkenal di Bali, karena merupakan dinasti yang pertama dikenal.
Sesungguhnya raja-raja yang disebut di atas hanya dikenal karena namanya saja.
Segi-segi lain dari kehidupan mereka tidak dapat diketahui. Sampai pada tahun 984
M, prasasti-prasasti umumnya ditulis dalam bahasa Bali kuno, Keadaan ini
kemudian berubah pada tahun-tahun berikutnya.
989-1010 M