Orang yang pertama menjadi Raja di Seunagan adalah Meurah Djereunang, anak
dari Meurah Mesir, cucu dari Meurah Ishak, piut dari Sultan Makhdum Alaiddin Abdul
Malik Syah yang datang dari Meureudu. Monyangnya adalah Meurah Syahrial
Salman. Meurah Djereunang (Meurah Sulaiman), dialah yang disebut dengan Teuku
Meurah Seudang Geut, di antar oleh gajah ke hulu sungai Seunagan dari Lingga
melalui gunung yang dinamakan Gunung Seunagan (Gunung Sedang Geut).
Beliau beristirahat bersama adiknya, Cut Meurah Puteh sambil makan dan
menjemur emas urai didalam kulit kambing, emas itu adalah pemberian Pari waktu
mereka sampai di Paya Laloe, secara kebetulan ketika adiknya sedang makan, ada
orang yang melihat dan segera mengabarkan kepada Teuku Dikulu yang Ianya lebih
dulu datang ke negeri tersebut untuk menangkap emping beusoe, yang ingkar dan
tidak bersedia membayar pajak kepada Sultan.
Teuku Dikulu mengirim utusannya agar kedua bersaudara dapat datang ke tempat
kediamannya. Setelah makan ikan panggang yang gagang di tancap ke tanah,
maka ikan panggang itu tumbuh hingga sekarang di sebut kayu panggang Teuku
Seunagan (berada di punggung Gunung Seunagan). Meurah Djereunang kawin
dengan anak gadis Teuku Dikulu yang bernama Cut Bungong.
Meurah Djereunang (Meurah Sulaiman) atau Teuku Sedang Geut wajahnya gagah
menawan, maka berdoalah orang waktu mereka kawin agar negeri Sedang Geut
semua hingga sekarang tidak ada yang kaya berlebihan dan tidak ada pula yang
miskin, semua berkecukupan dan tidak ada yang mengemis.
Negeri-negeri tersebut dinamakan Nanggroe Meutuah, raja adil dan pemurah, serta
rakyatnya patuh dan tidak banyak tingkah, saudara Meurah Djereunang bernama
Cut Meurah Puteh Ghaib, menurut cerita ianya hilang waktu badai melanda
rumahnya. Orang-orang pernah bermimpi bertemu Cut Meurah Puteh yang cantik
jelita.
Adapun raja-raja di Seunagan dibolehkan memakai kulah kama yang terbuat dari
emas, menyerupai tempurung berukir mamakai puncak dan juga Are Nukat di
Seunagan lebih besar dari Are (bambu) di negeri lain di aceh. Juga kue Kekarah
(Juada) di Seunagan lebih besar dari tempat lain dan begitu pula dengan akat
kampaknya, mereka telah meninggalkan hasil karya bagi anak cucunya, yang
sekarang dipergunakan dan dinikmati hasilnya.
Deumikian Cut Meurah Nilawati penyusun adat istiadat Aceh negeri Seunagan
tanggal 5 Okteber 1993.
RI 001 Dakota dan Kisah Harta Wakaf Rakyat Aceh yang dikorupsi
Dakota DC-47B yang kemudian diberi nama Seulawah (Gunung Emas). Sumbangan
Rakyat Aceh Tercatat dalam sejarah semasa republik ini mas...
Mengenal lebih dekat Ampon chik peusangan Teuku Muhammad johan alamsyah
Dalam masa berkecamuknya perang antara Kerajaan Aceh melawan Belanda
(1873-1942), lahirlah seorang bayi sehat dan rupawan. Bayi ini di...
Tuanku Hasyim Banta Muda, Panglima Tertinggi Angkatan Perang Kesultanan Aceh
Darussalam Bag. 2
Pendaratan pasukan Belanda di pantai Aceh Tuanku Hasyim Banta Muda, Panglima
Tertinggi Angkatan Perang Kesultanan Aceh Darussal...
Tuanku Hasyim Banta Muda, Panglima Tertinggi Angkatan Perang Kesultanan Aceh
Darussalam Bag. 3
Penyerangan Belanda di Keraton Aceh Tuanku Hasyim Banta Muda, Panglima
Tertinggi Angkatan Perang Kesultanan Aceh Darussalam Bag. 2...