BAB II
TINJAUAN TEORI
A. TEORI MEDIS
1. MASA NIFAS
a. Definisi
1) Masa nifas adalah masa yang dimulai setelah partus selesai, dan
berakhir setelah kira-kira 6 minggu (42 hari) akan tetapi seluruh
alat genital akan pulih kembali seperti sebelum hamil dalam
waktu 3 bulan (Prawirohardjo, 2009:356).
2) Masa nifas dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir
ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum
hamil, masa nifas berlangsung kira-kira selama 6 minggu atau
42 hari. (Joseph dan Nugroho, 201:164).
b. Perubahan Fisiologis dan Psikologis masa Nifas
1) Perubahan fisiologis
Pada masa nifas, alat-alat genetalia interna maupun
eksterna berangsur-angsur seperti keadaan sebelum hamil.
Perubahan-perubahan
penting
lainnya,
timbulnya
laktasi
12
13
14
15
Setelah
progesteron
persalinan
menurun
dengan
kadar
estrogen
lepasnya
dan
plasenta
16
antara sirkulasi
ibu
dan plasenta,
setelah
17
lapar.
dua
Permintaan
kali
dari
untuk
jumlah
memperoleh
yang
biasa
18
Bila
terdapat
panas
takikardia
mungkin
ada
sedangkan
perdarahan
19
sendirinya
apabila
tidak
terdapat
20
2.
21
22
plasenta
menimbulkan
dalam
perdarahan
rongga
rahim
postpartum
yang
dapat
dini
(early
6-10
hari
pasca
persalinan.
Plasenta
harus
23
24
25
26
27
28
2) Tissue
3) Trauma
4) Trombin
e. Kriteria Diagnosis
1) Pemeriksaan fisik: pucat, dapat disertai dengan tanda-tanda
syok, tekanan darah rendah, denyut nadi cepat, ekstermitas
dingin serta nampak darah keluar dari vagina terus menerus.
2) Pemeriksaan obstetri: mungkin kontraksi usus lembek, uterus
membesar bila ada atonia uteri. Bila kontraksi uterus baik,
perdarahan mungkin disebabkan karena laserasi jalan lahir.
29
30
akreta
dan
variannya
(Joseph
dan
Nugroho, 2011:168)
h. Penatalaksanaan
Pasien dengan perdarahan post partum harus ditangani dalam 2
komponen yaitu :
1) Resusitasi
dan
penanganan
perdarahan
obstetri
serta
31
a) Resusitasi cairan
(1) Pengangkatan kaki dapat meningkatkan aliran darah
balik vena sehingga dapat memberi waktu untuk
menegakan
diagnosa
dan
menangani
penyebab
perdarahan.
(2) Perlu dilakukan pemberian oksigen dan akses intravena.
Selama persalinan perlu dipasang paling tidak 1 jalur
intravena pada wanita dengan resiko perdarahan post
partum dan dipertimbangkan jalur kedua pada pasien
dengan resiko sangat tinggi.
(3) Berikan resusitasi dengan cairan kristaloid dalam volume
yang besar, baik normal salin (NS/NaCl) atau cairan
Ringer Laktat melalui akses intravena periver. NS
merupakan cairan yang cocok pada saat persalinan
karena biaya yang ringan dan kompatibilitasnya dengan
sebagian besar obat dan transfusi darah. Resiko
terjadinya asidosis hiperkloremik sangat rendah dalam
hubungan dengan perdarahan post partum.
2) Identifikasi dan penanganan penyebab terjadinya perdarahan
post partum (Joseph dan Nugroho, 2011:169)
32
i. Pengelolaan Perdarahan
1) Post partum primer
a) Mintalah bantuan apabila menghadapi kejadian ini (perlu
pendekatan
yang
memasukkan
adekuat
obat-obatan,
dan
untuk
sebelum
memudahkan
sirkulasi
menjadi
kolaps.
b) Lakukan pijat uterus (masase uterus) sampai berkontraksi
baik. Banyak bukti yang mendukung bahwa masase
uterus dapat mencegah terjadinya perdarahan post partum
akibat atonia uterus.
c) Identifikasi adanya laserasi jalan lahir dan lakukan
perbaikan. Tempatkan jahitan pertama kali setidaknya 1 cm
di atas ujung luka. Lakukan pengamatan daerah yang akan
dijahit dengan adekuat, jika perlu penjahitan dilakukan di
kamar operasi.
d) Lakukan eksplorasi rongga rahim untuk memastikan tidak
adanya laserasi uterus dan menjamin tidak adanya sisa
plasenta dan bekuan darah dalam rongga rahim.
e) Ambilah contoh darah untuk pemeriksaan darah lengkap
dan jumlah trombosit, golongan darah, fibrinogen, produk-
33
Dosis lanjutan
Dosis
maksimal per
hari
Kontraindikasi
atau hati-hati
Oksitosin
IV : 20 IU dalam
larutan
1
L
larutan
garam
fisiologis dengan
tetesan
cepat
IM: 10 IU
IV: 20 IU dalam
1L larutan garam
fisiologis dengan
40 tetes/menit
ergometrin
IM atau IV
(lambat): 0,2
mg
Misoprostol
Oral atau rektal
400 mg
Ulangi 0,2 mg
IM setelah 15
menit
bila
masih
diperlukan beri
IM/IV setiap 24 jam
Total 1 mg (5
dosis)
400 mg 2-4
jam
setelah
dosis awal
Preeklamsia,
vitium kordis,
hipertensi
Nyeri
kontraksi, asma
Total 1200 mg
atau 3 dosis
pertolongan
(untuk
membantu
mengontrol
perdarahan).
(2) Kaji kondisi pasien (tekanan darah, nadi, warna kulit,
kesadaran dan tonus uterus)
(3) Temukan penyebab perdarahan.
34
kasus
syok
yang
parah
ekspander/transfusi darah.
i) Berikan antibiotik berspektrum luas.
gunakan
plasma
35
penggunaan
tampon
uterus
atau
dengan
60
80
NaCl
menginginkan fertilitasnya
(pada
penderita
dipertahankan).
yang
Tindakan
Penyulit
Penyulit yang dapat terjadi pada perdarahan post partum adalah:
1) Syok hipovolemik
Syok hipovolemik adalah suatu keadaan akut dimana tubuh
kehilangan cairan tubuh, cairan ini dapat berupa darah, plasma,
dan elektrolit. Syok hipovolemik adalah suatu keadaan dimana
terjadi kehilangan cairan tubuh dengan cepat sehingga dapat
mengakibatkan multiple organ failure akibat perfusi yang tidak
adekuat. Perdarahan merupakan penyebab tersering dari syok
pada pasien-pasien trauma, baik oleh karena perdarahan yang
36
bergumpal
didalam
kapiler
diseluruh
tubuh.
(chronic
DIC).
Pada
DIC
akut
terjadi
penggumpalan darah dalam waktu singkat, hal ini mengakibatkan sebagian besar bahan-bahan koagulasi, seperti trombosit,
fibrinogen dan lain faktor pembekuan (I sampai XIII)
37
38
oksitosin
untuk
merangsang
uterus
39
40
41
42
Kebidanan
adalah
aktivitas
atau
intervensi
yang
43
44
lingkungan
sangat
berpengaruh
terhadap
kesehatan ibu.
(8) Identitas penanggung jawab
Untuk mengetahui siapa yang bertanggung jawab
terhadap pasien termasuk biaya perawatan.
b) Keluhan utama
Keluhan utama ditujukan untuk menggali tanda atau gejala
yang berkaitan dengan partus macet. Tanda dan gejala yang
dikeluhkan pasien nifas dengan perdarahan post partum
sekunder
45
c) Riwayat kesehatan
(1) Keluarga
Berkaitan dengan penyakit keluarga yang dikaji :
penyakit jantung, asma, hipertensi, alergi, DM untuk
mengetahui apakah keluarga mempunyai riwayat yang
berkaitan dengan partus macet.
(2) Pasien
Dikaji mengenai kesehatan dahulu dan sekarang.
Riwayat kesehatan dahulu ditujukan pada pengkajian
penyakit yang diderita pasien yang berkaitan dengan
partus macet.
d) Riwayat obstetri
(1) Riwayat KB
Untuk mengetahui alat kontrasepsi yang digunakan
sebelumnya, untuk mengetahui alasan melepas alat
kontrasepsi, untuk mengetahui rencana alat kontrasepsi
yang akan digunakan, dan untuk mengetahui alasan
menggunakan alat kontrasepsi.
(2) Riwayat perkawinan
Dikaji umur ibu dan suami saat menikah, berapa kali,
lama dan usia menikah. Hal ini untuk mengetahui
infertilitas.
46
47
2) Data Objektif
Data obyektif adalah data yang didapat dari hasil observasi
melalui pemeriksaan fisik dari ujung kepala hingga ke ujung
kaki.
a) Pemeriksaan Umum
(1) Keadaan Umum
(2) Kesadaran
48
yang
paling
bawah,
ditandai
dengan
2006).
(c) Nadi
Memberi gambaran kardiovaskuler. Denyut nadi
normal 70 x/menit sampi 88 x/menit (Perry dan
Potter, 2005).
49
(d) Pernafasan
Mengetahui sifat pernafasan dan bunyi nafas dalam
satu menit. Pernafasan normal 22x/menit sampai 24
x/menit (Bicley, 2008).
(4) Berat Badan
Mengetahui berat badan pasien untuk mengetahui status
gizi pasien.
(5) Tinggi Badan
Mengetahui tinggi badan pasien.
b) Pemeriksaan Fisik
(1) Kepala
(a) Rambut: Untuk menilai warna, kelebatan, dan
karakteristik seperti ikal, lurus, keriting.
(b) Muka : Keadaan muka pucat atau tidak adakah
kelainan, adakah oedema.
(c) Mata
50
(3) Dada
(4) Aksila
(5) Abdomen
(6) Ekstermitas
(a) Atas
(8) Anus
51
c) Data Penunjang
Digunakan untuk mengetahui kondisi klien sebagai data
penunjang data penunjang terdiri dari:
(1) Pemeriksaan Inspekullo
Pemeriksaan inspekullo dilakukan untuk memastikan
dari mana asal perdarahan tersebut apakah ada infeksi
atau kelainan pada serviks porsio.
(2) Pemeriksaan Dalam
Untuk mengetahui apakah ada nyeri sentuh, adakah
benjolan atau robekan di dalam jalan lahir.
(3) Pemeriksaan Lab
Untuk mengetahui Hb apakah dalam batas normal atau
tidak. Hb normal 12 15 gr/dl.
b. Langkah II. Interpretasi Data Dasar
Menginterpretasikan data secara spesifik ke dalam suatu
rumusan diagnosa kebidanan dan masalah. Diagnosa lebih sering
didefinisikan oleh bidan yang difokuskan pada apa yang dialami oleh
klien sedangkan masalah lebih sering berhubungan dengan
bagaimana klien menguraikan keadaan yang dirasakan.
c. Langkah III. Identifikasi adanya diagnosa atau masalah potensial
Tahap ini mengantisipasi masalah potensial yang mungkin
terjadi atau yang akan dialami
52
53
klien
untuk
menjawab
pertanyaan
seberapa
jauh
yang
menurut
Varney
(2004:54)
SOAP
: Subyektif
Menggambarkan pendokumentasian hasil pengumpulan
data klien melalui anamnesa.
54
: Obyektif
Menggambarkan pendokumentasian hasil pemeriksaan
fisik klien, hasil laboratorium dan tes diagnostik lain yang
dirumuskan
dalam
data
fokus
untuk
mendukung
assessment.
A
: Assesment
Menggambarkan pendokumentasian hasil analisis dan
implementasi data subyektif dan obyektif dalam suatu
identifikasi.
: Planning
Menggambarkan pendokumentasian dari perencanaan
evaluasi berdasarkan assesment. Memberikan konseling
sesuai dengan permasalahan yang ada sebagai upaya untuk
membantu proses pengobatan.
55
harus
membantu
program
pemerintah
dalam
56
meningkatkan
derajat
kesehatan
masyarakat
khususnya
serta
dalam
memberikan
pelayanan
dalam
melaksanakan
praktik
sesuai
dengan
kewenangannya harus :
(1) Menghormati hak pasien.
(2) Merujuk kasus yang tidak dapat ditangani.
(3) Menyimpan
rahasia
sesuai
dengan
peraturan
57
Kompetensi ke-5 :
Bidan memberikan asuhan kepada ibu nifas dan menyusui
yang bermutu tinggi dan tanggap terhadap budaya setempat.
Pengetahuan dasar
a) Fisiologi nifas
b) Proses involusi dan penyembuhan sesudah persalinan/
abortus
c) Proses laktasi/ menyusui dan tehnik menyusui yang benar
serta
penyimpangan
yang
lazim
terjadi
termasuk
58
59
60
kegawat-daruratan,
dilanjutkan
dengan
61