Anda di halaman 1dari 2

Perempuan, Keluarga, dan Basis Revolusi Kebudayaan

Renungan Mengajar Filsafat Perempuan


A M Safwan/Pengasuh Pesantren Mahasiswa
Madrasah Muthhahari RausyanFikr Jogja

Akhir-Akhir ini saat saya mengajar Santri Akhwat


saya sering tertegun dengan analisa Ayatullah Muthahhari, Sachiko Murata (The Tao of Islam)
dan Ayatullah Jawadi Amuli. Betapa tidak!
Allah SWT begitu rupa ingin melindungi Perempuan (sebagai TajalliNya) bukan karena
kekurangan yang ada pada Perempuan, justru karena kekurangan yang ada pada Laki-laki.
Mungkin menggelitik, biasanya yang dilindungi adalah yang berkekurangan. Untuk apa Allah
SWT berkehendak menjaga Perempuan padahal Alllah dalam pandangan dunia Islam tidak
memandang kekurangan pada perempuan.
Riwayat dikutip Imam Khumaini dan Ibn 'Arabi: " Kalau Kau ingin Menghadap kepada Allah
bawalah Shalat, Parfum, dan Wanita"
"Kasihan" dan berat betul pria itu menuju kepada Allah dia harus membawa Perempuan padahal
saya belum pernah mendengar riwayat Perempuan menuju kepada Allah perlu membawa lakilaki.
Min Nafsi Wahidah: Kalian (Adam dan Hawa diciptakan dari Diri yang Satu), Adam diciptakan,
kemudian Hawa, kemudian diciptakan ketertarikan Adam kepada Hawa
Adam "diturunkan" ke-bumi dan aktualisas kelangit kembali melalui Hawa (perempuan)
Inna Lilllaahi wa Inna Ilaihi Rajiun, Ilaihinya Adam kepada Allah melalui Hawa
Kabarnya Imam Khumaini mengatakan Revolusi Islam Iran karena jasa perempuan
Dengan sedikit nada bercanda Sachiko Murata mengatakan saat menganalisis hadis yang
cenderung dianggap bias gender, namun malah penafsiran Irfani Murata menyatakan bahwa
hadis: Seorang isteri kalau meninggalkan rumahnya wajib izin suaminya" adalah makna bahwa
betapa menderitanya laki-laki (sang suami) kalau isterinya keluar dari rumahnya tanpa ijin
darinya sebagai suami, sebaliknya suami tidak wajib izin, karena perempuan lebih kuat
ditinggalkan tanpa ijin.(tentu apalagi dengan Ijin, peny)

Wahai laki2, berhentilah meremehkan perempuan, mereka adalah kekuatan Ilahi, mereka adalah
Alam yang menerima Khalifah.
Tentu hadis itu secara tekstual-eksoterik mengandung persoalan jika dikajis secara kalam sosial,
kita perlu juga mengimbangi keberagamaan kalam dengan Irfani
Biar Ying Yang (kata Murata) dan Jalal-jamal (Kata Ayatullah Jawadi Amuli)
Perubahan dimensinya bersandar kepada Perempuan dan subsistem sosialnya di Keluarga
Sebuah Revolusi Ontologis, Epistemologis dan Aksiologis (Ayatullah Muthahhari)
Filsafat Kebudayaan dan Teori Sosial Perempuan
wallahu'alam

Anda mungkin juga menyukai