Anda di halaman 1dari 9

ISOLASI DAN KARAKTERISASI SENYAWA ALKALOID DARI

EKSTRAK DAUN KEJI BELING

Sarlita Mamonto, Wenny J.A. Musa, Mardjan Paputungan


Jurusan Pendidikan Kimia Fakultas Matematika dan IPA
Universitas Negeri Gorontalo
Email : Sarlitamamonto@rocketmail.com
ABSRACT
The aims of this study is to isolate and characterize alkaloid
compounds contained in the leaves of keji beling. The methods to
appropriate isolation procedures used is the maceration process,
partition and chromatography. 400 grams of keji beling leaves
macerated with methanol yield 22,12 grams. Separation by column
chromatography separations were performed three times a fraction
T. 2.2.2produce 0.78 grams. Pure isolates tested purity by thin layer
chromatography produced a single stain patterns. Pure isolates were
analyzed
by
infra-red
spectrophotometry
(IR). Infra-red
spectrophotometry results showed that isolates an alkaloid compounds
with functional groups of aliphatic CH (2926.69 cm -1), C = O
(1653.35 cm -1), NH (1507.64 cm -1), and CN (1147 , 42 cm -1)
Keywords: Isolation, Characterization, Alkaloids, keji beling
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengisolasi dan mengkarakterisasi
senyawa alkaloid yang terkandung dalam daun keji beling. Metode
penelitian dilakukan sesuai prosedur isolasi menggunakan proses
maserasi, partisi dan kromatografi. 400 gram daun keji beling
dimaserasi dengan metanol menghasilkan 22,12 gram. Pemisahan
dengan kromatografi kolom yang dilakukan tiga kali menghasilkan
fraksi T.2.2.2 0,78 gram. Isolat murni diuji kemurnian dengan
kromatografi lapis tipis menghasilkan pola noda tunggal. Isolat murni
dianalisis dengan spektrofotometri infra red (IR). Hasil
spektrofotometri infra red menunjukkan bahwa isolat merupakan
senyawa alkaloid dengan gugus fungsi C-H alifatik (2926,69 cm-1),
C=O (1653,35 cm-1), N-H (1507,64 cm-1), dan C-N (1147,42 cm-1).
Kata kunci: Isolasi, Karakterisasi, Alkaloid, keji Beling.

Indonesia merupakan salah satu


negara di dunia yang kaya akan
sumber daya alami tumbuh-tumbuhan.
Jumlah spesies tumbuhan yang
tersebar
di
seluruh
Nusantara
Indonesia diperkirakan sekitar 40.000
jenis dan lebih kurang 1000 spesies
telah terpakai sebagai obat tradisional.
Tetapi dari sejumlah tumbuhan
tersebut, masih banyak yang belum
diteliti khususnya dalam pencarian
senyawa baru. Hal ini penting
dilakukan karena masih adanya potensi
yang sangat besar, namun belum
didayagunakan secara optimal sebagai
dasar pemanfaatan tumbuhan obat
tradisional Indonesia yang efektif,
murah dan dapat terjangkau oleh
masyarakat luas (Hargono:2012).
Tumbuh-tumbuhan yang dimanfaatkan
sebagai obat-obatan salah satunya
adalah tumbuhan keji beling.
Tumbuhan Keji beling adalah
jenis tumbuhan yang biasa ditanam
masyarakat sebagai tumbuhan pagar,
dapat tumbuh hampir diseluruh
wilayah Indonesia. Tumbuhan ini juga
sebagai tumbuhan herbal liar hidup
menahun yang banyak manfaatnya
bagi kesehatan dalam penyembuhan
beberapa penyakit. Dalam bahasa lokal
Keji beling dikenal dengan sebutan
keci beling di Jawa dan picah beling di
Sunda (Hariana : 2003 dalam
Gunawan : 2011).
Keji
Beling
merupakan
tumbuhan tergolong tumbuhan semak,

biasanya hidup menggerombol, tinggi


1-2 meter pada tumbuhan dewasa.
Morfologi dari tumbuhan keji beling
yaitu memiliki batang beruas, bentuk
batangnya bulat dengan diameter
antara 0,12 - 0,7 cm, berbulu kasar,
percabangan monopodial. Kulit batang
berwarna ungu dengan bintik-bintik
hijau pada waktu muda dan berubah
jadi coklat setelah tua. Keji beling
mengandung zat-zat kimia antara lain:
kalium, natrium, kalsium, asam silikat,
alkaloida, saponin, flavonoida, dan
polifenol. (Soewito : 1989 dalam
Gunawan 2011).
Alkaloid merupakan golongan
senyawa aktif tumbuhan yang terbesar.
Satu-satunya sifat alkaloid yang
terpenting
adalah
kebasaanya.
Alkaloid mengandung atom nitrogen
yang sering kali terdapat dalam cincin
heterosiklik. Kebanyakan alkaloid
berupa padatan kristal dengan titik
lebur tertentu, tidak berwarna, bersifat
basa (Leny : 2006). Alkaloid lebih
mudah larut dalam pelarut nonpolar
dalam suasana basa (Robinson : 1995).

Gambar 1. Struktur umum senyawa


alkaloid
(Robinson:1995)
Alkaloid dikenalkan oleh seorang ahli
farmasi Meissner pada tahun 1818
yang menyatakan bahwa alkaloid
adalah senyawa yang mirip dengan

alkali. Pada tahun 1896 Meyers


Conversations
Lexicon
menggembangkan definisi alkaloid
dari Meissner. Definisi Meyers
Conversations
Lexicon
tentang
alkaloid adalah tanaman basa yang
terdapat
pada
tanaman-tanaman
tertentu
dan
sering
diketahui
berdasarkan kemampuan fisiologinya
yang baik, mengandung atom karbon,
hidrogen, nitrogen, oksigen serta
kebanyakan mirip alkali.
Senyawa ini banyak terdapat
dalam
tumbuh-tumbuhan
dan
mempunyai efek fisiologi yang kuat
(Tobing:1989). Alkaloid termasuk
kelompok produk metabolit sekunder
yang memiliki populasi sangat besar.
Umumnya
memperlihatkan
sifat
farmakologis serta telah dikenal
ratusan tahun yang lalu sebagai obat,
contohnya
alkaloid
cinchona.
Alkaloid ini diperoleh dari kulit batang
cinchona (Harlim:2003).
Kebanyakan alkaloid yan telah
diisolasi berupa padatan dalam bentuk
Kristal dengan titk lebur yang tajam
atau dengan kisaran dekomposisi.
Sedikit alkaloid yang berbentuk amorf,
dan beberapa seperti nikotin (20) dan
konini (21) berupa cair pada suhu
kamar (Matsjeh:1996). Alkaloid yang
berstruktur
kompleks
biasanya
mempunyai warna, seperti berberina
dan serpentina yang berwarna kuning
(Robinson 1995 & Harbone 1996
dalam Lusiana:2009). Alkaloid yang

sangat beraneka ragam menyebabkan


senyawa ini lebih sering didapatkan
dari tumbuhan langsung daripada
didapatkan dari produk sintesis
(Kaufman et al. 1999 dalam
Lusiana:2009).
Kebanyakan alkaloid bersifat
basa. Sifat tersebut bergantung dari
adanya pasangan elektron pada
nitrogen (Matsjeh:1996). Alkaloid
yang memiliki satu atom nitrogen
tidak memiliki warna, dan berwarna
jika memiliki struktur kompleks dan
bercincin aromatik. Alkaloid sering
kali beracun bagi manusia dan banyak
mempunyai kegiatan fisiologis yang
menonjol, sehingga banyak digunakan
dalam pengobatan (Simbala:2009).
Jarang
bahwa
alkaloid
diperoleh secara kebetulan. Pakar
kimia alkaloid lazim melakukan
penelitian alkaloid secara sungguhsungguh
dan
berhati-hati
(Matsjeh:1996). Sebagai basa, alkaloid
biasanya diekstraksi dari tumbuhan
dengan pelarut alkohol yang bersifat
asam lemah (HCl 1 M atau asam asetat
10%), kemudian diendapkan dengan
ammonia pekat (Harborne:1987).
Berdasarkan hal tersebut di atas
maka dalam penelitian ini ingin
mengetahui
golongan
senyawa
alkaloid yang terkandung pada
tumbuhan keji beling. Tahap-tahap
penelitian ini melalui tahap isolasi
umum untuk mencari senyawa
metabolit sekunder pada tumbuhan.

Tahap
penelitian
dimulai
dari
maserasi, pemisahan dan pemurnian.
Hasil pemurnian mendaptkan isolat
murni yang selanjutnya dianalisis
menggunakan
metode
spektrofotometri infra red (IR).
METODE
Alat
Dalam penelitian ini digunakan
berbagai macam alat sesuai yang
dibutuhkan, diantaranya gelas kimia,
tabung reaksi, rak tabung reaksi, pipet
tetes, pipet mikro, gelas ukur, botol
semprot, spatula, botol-botol vial, labu
dasar bulat, blender, corong pisah,
cutter, neraca analitik, seperangkat alat
kromatografi lapis tipis (KLT),
evaporator, alat kromatografi kolom,
lampu UV, dan spektrofotometer
inframerah (IR).
Bahan
Serbuk halus daun keji beling,
aquades, metanol, n-heksan, etil asetat,
H2SO4 pekat, NaOH pekat, silica Gel
GF 254 (E.merk) dan silica gel G 60
(70-230),
pereaksi
fitokimia,
kloroform dan serbuk Mg.
Ekstraksi
Sampel yang berupa serbuk halus dari
daun keji beling di ekstraksi cara
dingin
(maserasi)
menggunakan
pelarut metanol. Maserasi dilakukan
selama 4 x 24 jam, setiap 24 jam
dilakukan
penyaringan.
Setelah
disaring, sampel di maserasi kembali

dengan metanol yang baru. Pengerjaan


yang sama dilakukan sebanyak 4x.
Selanjutnya maserat yang diperoleh
digabungkan antara maserat pertama,
kedua, ketiga dan keempat. Gabungan
keempat
maserat
kemudian
dievaporasi pada suhu 30-40C dengan
menggunakan alat penguap vakum
sampai diperoleh ekstrak kental
metanol.
Uji alkaloid
Untuk uji alkaloid, ekstrak kental
metanol yang diperoleh pada tahap
ekstraksi dan fraksinasi ditimbang
sebanyak
0,1
gram
kemudian
dilarutkan dengan 10 mL kloroform
amoniakal lalu hasilnya dibagi sama
menjadi dua bagian. Bagian pertama
ditambahkan asam sulfat (H2SO4) 2 N
sebanyak 4 mL. Lapisan asam diambil
dan dibagi menjadi tiga bagian dan
dilakukan pengujian menggunakan
pereaksi fitokimia yaitu pereaksi
Meyer, pereaksi Bauchard dan
pereaksi Wagner. Dan untuk bagian
kedua diuji menggunakan pereaksi
Hager. Uji positif adanya senyawa
alkaloid ditandai dengan terbentuknya
endapan pada larutan sampel yang
diuji.
Pemisahan dan pemurnian
Sebanyak 8 gram ekstrak metanol
dipisahkan menggunakan kromatografi
kolom denga fasa diam silica gel GF60
dan
dielusi
berturut-turut
menggunakan pelarut organik seperti
n-heksan, metanol, etil asetat dengan

perbandingan tertentu. Fraksi-fraksi


yang diperoleh dari kromatografi
kolom dilakukan kembali proses
kromatografi lapis tipis.
Identifikasi senyawa
Fraksi-fraksi yang telah di KLT
selanjutnya
di
identifikasi
menggunakan spektrofotometer IR
untuk mengetahui kandungan senyawa
alkaloid pada sampel.
.
HASIL DAN PEMBAHASAN

0,1 gr

Tabel 1. Hasil Uji Alkaloid


Hager

Pereaksi dan Perubahan


Mayer
Wagner

Bauchard

Hijaubening
(endapan
merah)

Hijaumerah
(endapan
merah
bata)

Hijauorange
(endapan
putih
keruh)

ekstrak kental metanol yang


direaksikan dengan pereaksi fitokimia
(preaksi Hager, pereaksi Mayer,
pereaksi Wagner dan pereaksi
Bauchard) masing-masing membentuk
endapan pada larutan. Endapan yang
terbentuk menandakan bahwa ekstrak
kental metanol positif mengandung
senyawa alkaloid.
Hasil
pemisahan
ini
menghasilkan
21
fraksi.
KLT
menghasilkan 3 fraksi yaitu T.2.2.1 (115) 0,19 gram, T.2.2.2 (16-18) 0,89 gram
dan T.2.2.3 (19-21) 1,02 gram. hasil
KLT telah menunjukkan adanya isolat
murni berdasarkan adanya noda
tunggal pada fraksi T.2.2.3. data hasil
KLT ditujukkan pada gambar 9 di
bawah ini:

Sebanyak 400 gram serbuk


halus daun keji beling diekstraksi
dengan cara maserasi menggunakan
metanol selama 4 x 24, jam dimana
setiap 1 x 24 jam hasil maserasi
disaring kemudian direndam lagi
dengan metanol yang baru. Metanol
yang digunakan untuk maserasi
sebanyak 2800 mL dan menghasilkan
maserat
sebanyak
2050
mL.
Selanjutnya maserat di evaporasi pada
suhu 40 C sehingga diperoleh ekstrak
kental metanol sebanyak 22,12 gram.

Ekstrak
kental
methano
l

Hijauhijau
(endapan
hijau
kehitaman)

Hasil
uji

+ K2HgI4
N

K+[ HgI4]

+
N
+
K
Endapan kalium alkaloida

3. Reaksi dengan pereaksi Wagner


Gambar 2 :

Profil Kromatografi
Lapis Tipis hasil
pemisahan
Kromatografi Kolom
Gravitasi (silica GF254
ukuran plat 5 x 3 cm
dan 1 x 5 cm) ,fasa
gerak n-heksan : etil
asetat (8:2)

Fraksi 19-21 yang mempunyai


pola noda tunggal hasil dari KLT
selanjutnya diuji fitokimia khususnya
uji alkaloid dengan mereaksikan
sampel dengan pereaksi-pereaksi yaitu
pereaksi Hager, pereaksi Mayer,
pereaksi Wagner dan pereaksi
Bauchard. Hasil reaksinya adalah
sebagai berikut:
1. Reaksi dengan pereaksi Hager
C6H5OH + HNO3

C6H5CH (NO2)3 + H2O


Asam Pikrat
+ C6H5OH + NO3

+ C6H5OH + HNO3
N
H+

2. Reaksi dengan pereaksi Mayer


4KI +

HgCl4

K2HgI4 +
2KCl
Kalium tetraiodomerkurat

I2 + I-

I3coklat
+

KI

+ I3

+ I2

N
K+
Endapan kalium alkaloida

4. Reaksi dengan pereaksi Bauchard


I2

+ KI

+ KI3
N

KI3

+ I3N
K+
Endapan kalium alkaloida

Gambar 3. Reaksi-reaksi untuk uji


alkaloid
Analisis kemurnian terhadap
isolat
dilakukan
dengan
cara
kromatografi lapis tipis dua dimensi.
Analisis di lakukan pada fraksi 19-21
dengan pertimbangan bahwa fraksi 1921 memiliki pola noda tunggal dan
positif mengandung senyawa alkaloid.
Hasil KLT dua dimensi terlihat pada
gambar dibawah ini:

Profil
Kromatografi
Lapis
Tipis
Dua
Dimensi
hasil
pemisahan
Kromatografi
Kolom
Gravitasi (silica GF254
ukuran plat 5 x 4 cm)
s,fasa gerak n-heksan :
etil asetat (9:1) dan etil
asetat : metanol (7:3)

Transmitan (% T)

Gambar 4 :

Panjang gelombang (cm-1)

Gambar 5: Spektrum Infra Red (IR)


Berdasarkan analisis spektrum
infra red (IR) dari isolat, kemungkinan
terdapat beberapa gugus fungsi seperti
C-H alifatik pada serapan bilangan
gelombang 2957,79 cm-1, 2926,37 cm-

dan 2873,69 cm-1 dengan intensitas


kuat. dan dapat didukung oleh adanya
tekukan C-H alifatik dengan bilangan
gelombang 724,72 cm-1.
Uluran N-H muncul pada
daerah bilangan gelombang 1507,64
cm-1. C-H kel.bidang pada daerah
bilangan gelombang 955,19 cm-1,
884,32 cm-1 dan 767,38 cm-1. Uluran
C=O berada pada daerah serapan
bilangan gelombang 1653,35 cm-1 dan
1507,64 cm-1. Tekukan C-N berada
pada serapan gelombang 1147,42 cm-1.
Tekukan C-H aromatik muncul pada
serapan gelombang 1462,66 cm-1 dan
1379,28 cm-1.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian, dapat
disimpulkan bahwa hasil pemisahan
dan pemurnian sampel ekstrak kental
metanol daun keji beling positif
mengandung senyawa alkaloid, yang
didukung oleh karakteristik gugus
fungsi N-H, C-H alifatik, dan C=O
yang merupakan karakteristik dari
senyawa alkaloid.
Saran
Berdasarkan hasil penelitian ini masih
perlu dilakukan penelitian lebih lanjut
untuk mengetahui struktur molekul
senyawa alkaloid yaitu dengan
dilakukan uji spektrofotometri UVVis, NMR dan GC-MS.

DAFTAR PUSTAKA

Gunawan, Ilonna. 2011. Efek Kejibeling (Sericocalyx Crispus L) Terhadap


Penurunan Tekanan Darah Pria Dewasa. Bandung : skripsi Fakultas
kedokteran Universitas Kristen Maranatha
Hargono, Djoko. 2012. Beberapa hasil Penelitian yang Mendukung Manfaat
Tumbuhan Jambu Biji (Psidium guajava). Jakarta : skripsi Fakultas
Farmasi, Universitas pancasila
Hariana, Arief. 2011. Tumbuhan Obat dan Khasiatnya. Jakarta : Penebar Swadaya
Harlim, Tjodi. 2003. Kursus Singkat Teknik Isolasi dan Karakterisasi Senyawa
Organik Kimia Bahan Alam. Makasar : FMIPA Universitas Hasanudin
Lenny, Sovia. 2006. Senyawa Flavonoida, Fenilpropanoida dan alkaloida. Karya
Ilmiah , FMIPA Universitas Sumatra Utara.
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/1842/1/06003489.pdf.
(diakses 08 juli 2013)
Lusiana, Helen. 2009. Isolasi Dan Uji Anti Plasmodium Secara In Vitro Senyawa
Alkaloid Dari Albertisia Papuana Becc. Bogor : skripsi Sekolah
Pascasarjana Institut Pertanian Bogor.
http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/4489. (diakses 02 maret
2013).
Matsjeh, Sabirin, Hardjono Sastrohamijojo, Respatih Sastrosarjono. 1994. Kimia
organik II. Yogyakarta : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
Robinson, T. 1995. Kandungan Senyawa Organik Tumbuhan Tinggi, diterjemahkan
oleh Prof. Dr. Kosasih Padmawinata. ITB. Bandung.
Simbala, Herny E.I. 2009. Analisis Senyawa Alkaloid Beberapa Jenis Tumbuhan
Obat Sebagai Bahan Aktif Fitofarmaka. Pacific Journal. Vol 1 (4) : 489494.
Sjahid, Landyyun Rahmawan. 2008. Isolasi dan identifikasi flavonoid Dari daun
dewandaru (eugenia uniflora l.). Surakarta : skripsi Fakultas Farmasi
Universitas Muhammadiyah Surak arta.
http://yustikaforict.files.wordpress.com/2012/12/jurnal-4.pdf. (diakses 03
maret 2013)
Tobing, Rangke L. 1989. Kimia Bahan Alam. Jakarta : Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan.

Anda mungkin juga menyukai