Anda di halaman 1dari 6

SYIRKAH & MUDHARABAH

Membahas Terminologi Syirkah, Dalil, Bentuk-bentuk Syirkah, Rukun dan Syarat


Syirkah, Musyarakah dan Mudharabah.
Oleh: Hj. Marhamah Saleh, Lc. MA
2. Definisi Syirkah (Kerjasama)
Secara etimologi al-syirkah berarti al-ikhtilath (percampuran) dan persekutuan,
yaitu percampuran antara sesuatu dengan yang lainnya, sehingga sulit dibedakan.
Secara terminologi, menurut ulama Malikiah:

Izin untuk bertindak secara hukum bagi dua orang yang bekerjasama terhadap
harta mereka.
Menurut ulama Syafiiyah dan Hanabilah:

Penetapan hak bertindak hukum bagi dua orang atau lebih pada sesuatu yang
mereka sepakati.
Menurut ulama Hanafiah:

Akad yang dilakukan oleh orang-orang yang bekerjasama dalam modal dan
keuntungan.
Kesimpulan: Syirkah adalah kerjasama antara dua orang atau lebih dalam sebuah
usaha dengan konsekuensi keuntungan dan kerugiannya ditanggung secara
bersama.
3. Dasar Hukum (Dalil) Syirkah
QS. Al-Nisa: 12

Jika seseorang mati, baik laki-laki maupun perempuan yang tidak meninggalkan
ayah dan tidak meninggalkan anak, tetapi mempunyai seorang saudara laki-laki
(seibu saja) atau seorang saudara perempuan (seibu saja), maka bagi masingmasing dari kedua jenis saudara itu seperenam harta. Tetapi jika saudara-saudara
seibu itu lebih dari seorang,maka mereka bersekutu dalam yang sepertiga itu
QS. Shad: 24

Sesungguhnya kebanyakan dari orang yang berserikat itu sebagian dari mereka
berbuat zalim kepada sebagian yang lain, kecuali orang yang beriman dan beramal
saleh.
Hadis riwayat Abu Dawud, dari Abu Hurairah, Rasul Saw bersabda:

Aku jadi yang ketiga antara dua orang yang berserikat selama yang satu tidak
khianat kepada yang lainnya, apabila yang satu berkhianat kepada pihak yang lain,
maka keluarlah aku darinya
4. Macam-Macam Syirkah
Syirkah al-amlak (perserikatan dalam pemilikan)
Syirkah al-uqud (perserikatan berdasarkan suatu akad)
SYIRKAH AL-AMLAK
Menurut Sayyid Sabiq, syirkah al-amlak adalah bila lebih dari satu orang memiliki
suatu jenis barang tanpa didahului aqad, baik bersifat ikhtiari atau jabari. Syirkah
al-amlak terbagi dua :
Ikhtiari (perserikatan yang dilandasi pilihan orang yang berserikat), yaitu
perserikatan yang muncul akibat tindakan hukum orang yang berserikat, seperti
dua orang sepakat membeli suatu barang, atau mereka menerima harta hibah
secara berserikat. Maka barang atau harta tersebut menjadi harta serikat bagi
mereka berdua.
Jabari (perserikatan yang muncul secara paksa, bukan atas keinginan orang yang
berserikat), seperti harta warisan, menjadi milik bersama orang-orang yang berhak
menerima warisan.
Status harta dalam syirkah al-amlak adalah sesuai hak masing-masing, bersifat
mandiri secara hukum. Jika masing-masing ingin bertindak hukum terhadap harta
serikat itu, harus ada izin dari mitranya. Hukum yang terkait dengan syirkah alamlak dibahas secara luas dalam bab wasiat, waris, hibah dan wakaf.
6. SYIRKAH AL-UQUD
Akad yang disepakati dua orang atau lebih untuk mengikatkan diri dalam
perserikatan modal dan keuntungannya.
Syirkah al-uqud terbagi lima:
1.
Syirkah al-inan (), yaitu perserikatan dalam modal (harta) antara dua
orang atau lebih, yang tidak harus sama jumlahnya. Keuntungan dan kerugian
dibagi dua sesuai prosentase yang telah disepakati. Sedangkan kerugian menjadi
tanggung jawab orang-orang yang berserikat sesuai dengan prosentase penyertaan
modal/saham masing-masing. Para ulama sepakat, hukumnya boleh.

2.
Syirkah Mufawadhah ( ) , perserikatan dua orang atau lebih pada
suatu obyek, dengan syarat masing-masing pihak memasukkan modal yang sama
jumlahnya, serta melakukan tindakan hukum (kerja) yang sama pula. Jika mendapat
keuntungan dibagi rata, dan jika berbeda tidak sah. Masing-masing pihak hanya
boleh melakukan transaksi jika mendapat persetujuan dari pihak lain (sebagai
wakilnya), jika tidak, maka transaksi itu tidak sah. Ulama Hanafiah dan Zaidiyah
menyatakan bentuk perserikatan seperti ini dibolehkan. Sedangkan ulama
Syafiiyah dan Hanabilah menyatakan tidak boleh, karena sulit untuk menentukan
prinsip kesamaan modal, kerja dan keuntungan dalam perserikatan itu, disamping
tidak ada satu dalilpun yang shahih yang bisa dijadikan dasar hukum. Tetapi mereka
membolehkan Mufawadhah seperti pandangan Malikiyah, yaitu boleh mufawadhah
jika masing-masing pihak yang berserikat dapat bertindak hukum secara mutlak
dan mandiri terhadap modal kerja, tanpa minta izin dan musyawarah dengan mitra
serikatnya.
7. 3. Syirkah Abdan/Amal ( ) , perserikatan yang dilakukan oleh dua pihak
untuk menerima suatu pekerjaan, seperti kerjasama seprofesi antara dua orang
arsitek atau tukang kayu dan pandai besi untuk menggarap sebuah proyek. Hasil
atau imbalan yang diterima dibagi bersama sesuai kesepakatan. Menurut ulama
Malikiyah, Hanafiyah, Hanabilah dan Zaidiyah hukumnya boleh. Ulama Malikiyah
mengajukan syarat, yaitu bahwa kerja yang dilakukan harus sejenis, satu tempat,
serta hasil yang diperoleh dibagi menurut kuantitas kerja masing-masing. Menurut
ulama Syafiiyah, Syiah Imamiyah, perserikatan seperti ini hukumnya tidak sah,
karena yang menjadi obyek perserikatan adalah harta/modal, bukan kerja,
disamping pula, kerja seperti ini tidak dapat diukur, sehingga dapat menimbulkan
penipuan yang membawa kepada perselisihan.
Syirkah Wujuh () , serikat yang dilakukan dua orang atau lebih yang tidak
punya modal sama sekali, dan mereka melakukan suatu pembelian dengan kredit
serta menjualnya dengan harga tunai; sedangkan keuntungannya dibagi bersama.
Mirip seperti kerja makelar barang, bukan makelar kasus (markus). Ulama Hanafiah,
Hanabilah dan Zaidiyah menyatakan hukumnya boleh, karena masing-masing pihak
bertindak sebagai wakil dari pihak lain, sehingga pihak lain itupun terikat pada
transaksi yang dilakukan mitra serikatnya. Sedangkan ulama Malikiyah, Syafiiyah
menyatakan tidak sah dan tidak dibolehkan, karena modal dan kerja dalam
perserikatan ini tidak jelas.
5.
Syirkah al-Mudharabah ( ) , persetujuan antara pemilik modal
dengan pengelola untuk mengelola uang dalam bentuk usaha tertentu,
keuntungannya dibagi sesuai kesepakatan bersama, sedangkan kerugian menjadi
tanggungan pemilik modal saja.
8. 5a. MUDHARABAH MUTHLAQAH: Mudharabah untuk kegiatan usaha yang
cakupannya tidak dibatasi oleh spesifikasi jenis usaha, waktu, dan daerah bisnis
sesuai permintaan pemilik dana.
5b.
MUDHARABAH MUQAYYADAH: Mudaharabah untuk kegiatan usaha yang
cakupannya dibatasi oleh spesifikasi jenis usaha, waktu, dan daerah bisnis sesuai
permintaan pemilik dana.

Hikmah Syirkah
Manusia tidak dapat hidup sendirian, pasti membutuhkan orang lain dalam
memenuhi kebutuhan. Ajaran Islam mengajarkan agar kita menjalin kerjasama
dengan siapapun terutama dalam bidang ekonomi dengan prinsip saling tolongmenolong dan saling menguntungkan (mutualisme), tidak menipu dan tidak
merugikan. Tanpa kerjasama maka kita sulit untuk memenuhi kebutuhan hidup.
Syirkah pada hakikatnya adalah sebuah kerjasama saling menguntungkan dalam
mengembangkan potensi yang dimiliki baik berupa harta atau pekerjaan. Oleh
karena itu Islam menganjurkan umatnya untuk bekerja sama sesuai prinsip di atas.
Hikmahnya adalah adanya saling tolong-menolong, saling membantu dalam
kebaikan, menjauhi sifat egoisme, menumbuhkan saling percaya, menyadari
kelemahan dan kekurangan, dan menimbulkan keberkahan dalam usaha jika tidak
berkhianat. QS. Al-Maidah: 2 ...
9. Rukun dan Syarat Syirkah
RUKUN Syirkah adalah sesuatu yang harus ada ketika syirkah itu berlangsung.
Menurut ulama Hanafiah, rukun syirkah hanya ijab dan qabul atau serah terima.
Sedangkan orang yang berakad dan obyek akad bukan termasuk rukun, tapi syarat.
Menurut jumhur ulama, rukun syirkah meliputi shighat (lafaz) ijab dan qabul, kedua
orang yang berakad, obyek akad.
SYARAT Syirkah merupakan perkara penting yang harus ada sebelum dilaksanakan
syirkah. Jika syarat tidak terwujud, maka akad syirkah batal.
dan
Syarat-syarat umum syirkah (termasuk untuk syirkah inan dan wujuh):
Syirkah itu merupakan transaksi yang boleh diwakilkan, artinya salah satu pihak jika
bertindak hukum terhadap obyek syirkah itu, dengan izin pihak lain, dianggap
sebagai wakil seluruh pihak yang berserikat. Juga, anggota serikat saling
mempercayai.
Prosentase pembagian keuntungan untuk masing-masing pihak yang berserikat
dijelaskan ketika akad berlangsung.
Keuntungan diambil dari hasil laba harta perserikatan, bukan dari harta lain.
Syarat khusus dalam syirkah al-uqud: modal perserikatan itu jelas dan tunai, bukan
berbentuk utang dan bukan pula berbentuk barang.
Syarat khusus untuk syirkah al-mufawadhah, menurut ulama Hanafiah:
Kedua belah pihak cakap dijadikan wakil.
Modal yang diberikan masing-masing pihak harus sama, kerja yang dilakukan juga
sama, keuntungan yang diterima semua pihak kuantitasnya juga harus sama.
Semua pihak berhak untuk bertindak hukum dalam seluruh obyek perserikatan itu.

Lafaz yang digunakan dalam akad adalah lafaz al-mufawadhah. Jika salah satu
syarat tidak terpenuhi, maka akadnya tidak sah, dan berubah menjadi syirkah
al-inan.
10. Musyarakah
Istilah Musyarakah berkonotasi lebih terbatas daripada istilah syirkah. Istilah ini
tidak banyak digunakan dalam fiqh, tetapi sering dipakai dalam skim pembiayaan
syariah. Musyarakah merupakan akad bagi hasil ketika dua atau lebih pengusaha
pemilik dana/modal bekerjasama sebagai mitra usaha, membiayai investasi usaha
baru atau yang sudah berjalan. Mitra usaha pemilik modal berhak ikut serta dalam
manajemen perusahaan, tetapi itu tidak merupakan keharusan. Para pihak dapat
membagi pekerjaan mengelola usaha sesuai kesepakatan, dan mereka juga dapat
meminta gaji untuk tenaga dan keahlian yang mereka curahkan untuk usaha
tersebut.
Proporsi keuntungan dibagi menurut kesepakatan yang ditentukan sebelumnya
dalam akad, sesuai proporsi modal yang disertakan (pendapat Imam Malik dan
Imam Syafii), atau dapat pula berbeda dari proporsi modal yang mereka sertakan
(pendapat Imam Ahmad). Sementara Imam Abu Hanifah berpendapat bahwa
proporsi keuntungan dapat berbeda dari proporsi modal pada kondisi normal.
Namun demikian, mitra yang memutuskan menjadi sleeping partner (pasif),
proporsi keuntungannya tidak boleh melebihi proporsi modal.
Jika terjadi kerugian, maka ditanggung bersama sesuai dengan proporsi penyertaan
modal masing-masing.
Kesimpulan: Dalam musyarakah, keuntungan dibagi berdasarkan kesepakatan para
pihak, sedangkan kerugian ditanggung bersama sesuai dengan proporsi penyertaan
modal masing-masing pihak.
11. MITRA USAHA
MITRA USAHA
SKEMA MUSYARAKAH
Akad Musyarakah
Modal & Skill
Modal & Skill
PROYEK (Kegiatan Usaha)
Bagian Keuntungan X
Bagian Keuntungan Y
Keuntungan (Bagi hasil keuntungan sesuai porsi kontribusi modal/nisbah)
Bagian Modal X
Bagian Modal Y

MODAL
12. Mudharabah
Yaitu akad bagi hasil ketika pemilik dana (pemodal/shahibul mal/rabbul mal)
menyediakan modal 100% kepada pengusaha sebagai pengelola (mudharib), untuk
melakukan aktivitas produktif dengan syarat bahwa keuntungan yang dihasilkan
akan dibagi bersama menurut kesepakatan yang ditentukan sebelumnya dalam
akad (misal 60:40).
Pemilik dana hanya menyediakan modal dan tidak ikut campur dalam manajemen
usaha yang dibiayainya. Pengelola tidak ikut menyertakan modal, tetapi
memberikan konstribusi tenaga dan keahliannya.
Jika terjadi kerugian karena proses normal dari usaha, dan bukan karena kelalaian
atau kecurangan pengelola (mudharib), maka kerugian modal ditanggung
sepenuhnya oleh pemodal (shahibul mal), sedangkan pengelola telah kehilangan
tenaga, pikiran dan keahlian yang telah dicurahkan saat menjalankan usaha. Jika
kerugian itu disebabkan kelalaian atau kecurangan pengelola, maka pengelola
bertanggung jawab sepenuhnya.
Ulama Hanabilah menganggap mudharabah termasuk salah satu bentuk
syirkah/perserikatan. Tapi jumhur ulama (Hanafiah, Malikiyah, Syafiiyah, Zaidiyah,
Imamiyah) tidak memasukkan mudharabah sebagai salah satu bentuk syirkah.
Karena mudharabah menurut jumhur merupakan akad tersendiri.

Anda mungkin juga menyukai