Anda di halaman 1dari 29

BAB I

PENDAHULUAN
1.1

Latar Belakang
Hutan merupakan sumberdaya yang tidak ternilai karena didalamnya
terkandung keanekaragaman hayati sebagai sumber plasma nutfah, sumber
hasil hutan kayu dan non-kayu, pencegah banjir dan erosi, serta sebagai
perlindungan alam hayati untuk kepentingan ilmu pengetahuan, kebudayaan,
rekreasi, pariwisata dan sebagainya. Hutan juga merupakan salah satu sumber
daya alam yang berperan dalam menjaga, mempertahankan dan meningkatkan
ketersediaan air dan kesuburan tanah. Ketersediaan air dan kesuburan tanah
merupakan urat nadi kehidupan manusia. Selain itu,hutan dapat memberikan
manfaat

ekonomis

sebagai

penyumbang

devisa

bagi

kelangsungan

pembangunan negara khususnya di Indonesia. Karena itu pemanfaatan hutan


dan perlindungan hutan di Indonesia telah diatur dalam UUD 45, UU No. 5 tahun
1990, UU No 23 tahun 1997, UU No. 41 tahun 1999, PP No 28 tahun 1985 dan
beberapa keputusan Menteri Kehutanan serta beberapa keputusan Dirjen PHPA
dan Dirjen Pengusahaan Hutan. Namun kerusakan hutan tetap terjadi.
Seiring dengan berjalannya waktu dan tingkat kebutuhan akan kayu
semakin meningkat, mendorong masyarakat baik secara individu maupun
kelompok melakukan eksploitasi hasil hutan dengan tidak memperhatikan
kelestariannya karena biasa dilakukan secara ilegal seperti melakukan
pembalakan liar, perambahan, pencurian yang mengakibatkan kerusakan hutan
di Indonesia yang tidak terkendali. Akibatnya, kerusakan hutan atau lingkungan
tak terkendali tersebut mengakibatkan luas hutan semakin menurun, lahan kritis
semakin bertambah, dan sering terjadi bencana alam seperti banjir, tanah
longsor, dan lain sebagainya. ini tentu merupakan tantangan bagi semua pihak
untuk mencari akar permasalahan dan solusi pemecahannya.

1.2

Rumusan Masalah
Untuk mempermudah penganalisaan materi yang dibahas, maka dibuat
beberapa rumusan masalah
1. Apa definisi hutan?
2. Bagaimana manfaat hutan?
3. Apa penyebab dan akibat dari adanya kerusakan hutan?
4. Bagaimana solusi untuk mengurangi kerusakan hutan?
5. Bagaimana kebakaran hutan di Indonesia?
6. Apa penyebab dan dampak kebakaran hutan?
7. Bagaimana upaya untuk menanggulangi kebakaran hutan?

1.3

1.4

Tujuan
Tujuan dilakukan penelitian mengenai hutan ini adalah:
1. Memenuhi tugas salah satu mata kuliah yaitu Pengantar Ilmu Lingkungan.
2. Menambah pengetahuan mengenai akibat dari kerusakan hutan dan
bagaimana solusi untuk mengurangi kerusakan hutan.
Manfaat
Dengan ditulisnya makalah ini diharapkan dapat memberi dorongan agar
tidak dilakukan pembakaran hutan dan eksploitasi sumberdaya yang ada di
hutan secara berlebihan. Dengan demikian, tidak terjadi lagi kerusakan hutan.

1.5

Metode Pembuatan Makalah


Metode yang digunakan dalam penulisan makalah ini adalah dengan
melakukan studi pustaka dari beberapa referensi baik dari buku maupun artike
mengenai hutan sehingga memberika informas mengenai hutan dan kerusakan
yang terjadi di hutan.

BAB II
PEMBAHASAN
2.1

Definisi Hutan
Definisi dari hutan menurut Undang-undang no 41 Tahun 1999 tentang
kehutan adalah hutan sebagai karunia dan amanah Tuhan YME yang
dianugerahkan kepada bangsa Indonesia merupakan kekayaan yang dikuasai
oleh negara, memberikan manfaat serbaguna bagi umat manusia, karenanya
wajib disyukuri, diutus, dan dimanfaatkan secara optimal, serta dijaga kelestarian
untuk sebesar besar kemakmuran rakyat, bagi generasi sekarang maupun

2.2

mendatang
Macam macam Hutan
Banyak ilmuwan yang mengelompokkan hutan berdasarkan variasi sistem
ekologi. Hutan dengan iklim, tanah dan kelembaban yang mirip dikelompokkan
menjadi enam kelompok, yaitu:
1. Hutan Hujan Tropis (Tropical Rain Forests)
Hutan hujan tropis adalah ekosistem terkaya di bumi. Hutan hujan tropis
mengandung setidaknya setengah dari spesies bumi dari tanaman terestrial
dan hewan (lebih dari 2 juta spesies). masyarakat yang membentuk hutan
hujan tropis yang beragam dalam setiap jenis hewan, tanaman atau
mikroorganisme sering diwakili di daerah tertentu oleh beberapa individu. Di
Indonesia, hutan hujan tropis sedang dirusak yang spesies yang tak terhitung
jumlahnya, banyak dari mereka tidak pernah dilihat oleh manusia.
Hutan hujan tropis tumbuh di dekat garis equator, dimana iklim sepanjang tahun
hangat dan basah. Sebagian besar hutan ini tumbuh di lembah sungai Amazon,
lembah sungai Kongo, dan di wilayah Asia Tenggara. Dari ke enam kelompok jenis
hutan, hutan hujan tropis paling banyak memiliki keragaman pohon, sekitar 100
species bisa tumbuh pada wilayah seluas 2,6 Km2. Sebagian besar pohon berdaun
lebar dan selalu hijau sepanjang tahun, terdapat juga pohon palm dan paku-pakuan.
Kebanyakan hutan pohonnya membentuk tiga lapisan selubung (canopy).

Canopy paling atas dapat mencapai ketinggian 46 meter, tumbuhan yang


melebihi canopy di sebut emergent. Tumbuhan understory membentuk lapisan
selubung ke dua.Lapisan semak belukar dan tumbuhan herbal sangat tipis karena
sinar matahari terhalang oleh lapisan canopy. Seringkali beberapa tanaman
merambat dan menumpang lainnya menempel di cabang-cabang pohon lapisan
canopy, sehingga dapat menyerap sinar matahari secara penuh.Sebagian besar
binatang hutan hujan tropis juga hidup pada lapisan canopy, dimana mereka dapat
menemukan makanan yang sangat berlimpah. Binatang yang termasuk diantaranya
adalah makhluk terbang dan memanjat seperti kelelawar, berbagai jenis burung,
serangga, kadal, tikus, monyet, tupai, kungkang dan ular.
2. Hutan Tropis Musiman (Tropical Seasonal Forest)
Tumbuh di wilayah tertentu di daerah beriklim tropis dan sub tropis. Wilayah ini
memiliki musim panas dan musim hujan bergantian setiap tahunnya, atau iklim yang
agak lebih dingin dibanding hutan hujan tropis. Daerah ini meliputi Amerika tengah,
Amerika selatan bagian tengah, selatan Afrika, India, timur Cina, Australia utara, dan
kepulauan di pasifik termasuk Indonesia.
3. Temperate Deciduous Forest
Hutan musim memiliki banyak keragaman pohon, meskipun tidak sebanyak
hutan hujan tropis. Terdapat juga beberapa tanaman rambat dan tumpang. Beberapa
pohon berguguran dan tumbuh kembali, terutama di daerah yang memiliki
perbedaan yang sangat jelas antara musim panas dan musim hujan.
4.

Temperate Evergreen Forest


Zcsf Lapisan canopy bisa mencapai ketinggian 30 meter. Satu lapisan understory
tumbuh dibawah canopy. Bambu dan palem memenuhi lapisan semak, dan lapisan
tebal tumbuhan herbal menempel di tanah. Binatang yang tinggal menyerupai,
mereka yang hidup di hutan hujan tropis.

5. Boreal Forest
Hutan luruh iklim sedang tumbuh di sebelah timur Amerika utara, eropa barat
dan asia timur. Wilayah ini memiliki musim panas dan musim dingin. Lapisan canopy
mencapai ketinggian 30 meter, dua jenis pohon atau lebih mendominasi lapisan
canopy, yang berguguran daunnya di musim gugur. Lapisan tengah dan semak
mungkin agak tebal. Juga dihuni binatang besar seperti beruang, rusa, dan serigala.
Ada juga ratusan binatang menyusui yang lebih kecil dan burung
6. Padang Rumput Tropis Kering (Savanna)
Padang rumput tropis kering adalah suatu daerah yang memiliki pohon dengan
jarak luas.Beberapa padang rumput pohon tumbuh dalam satu gerombolan, ada
juga yang tumbuh menyendiri. Sebagian besar tanah ditumbuhi oleh semak dan
tumbuhan herbal, terutama rumput, sehingga savana disamakan dengan padang
rumput. Savana terutama ditemukan diwilayah yang memiliki sedikit curah hujan,
tanah yang tidak subur, sering timbul kebakaran, atau hal lain yang menghambat
tumbuhnya pohon.Binatang yang hidup di padang rumput diantaranya, kijang
,banteng, jerapah, singa, macan dan zebra. Di sabana, banyak hewan dan
tumbuhan yang aktif hanya selama musim hujan. Pada skala global, bioma savana
adalah transisi antara hutan hujan tropis dan gurun. Sebagai sabana ini semakin
dikonversi ke agricutural digunakan untuk memberi makan populasi manusia
berkembang pesat.

2.3

Manfaat Hutan
Energi dari matahari mengalir kepada makhluk hidup di bumi. Kehidupan
berjalan di bumi karena ada beberapa cahaya dapat ditransformasikan menjadi
energi kimia lalu digunakan untuk fotosintesis dan membuat molekul organik.
Molekul kimia lalu digunakan untuk fotosintesis dan membuat molekul organik.
Molekul inilah yang disebut dengan makanan. Organisme yang pertama kali
menangkap energi atau disebut produsen, adalah tumbuhan (dan beberapa
bakteri dan alga). Organisme lain disebut konsumen. Apabila rusak akan
mengacaukan

jaring

makanan

kompleks

tersebut.

Pada ekosistem hutan contohnya hutan hujan tropis, lebih dari 90%
5

penguapan dilakukan oleh tumbuhan lalu berlangsung penguapan menuju udara.


Karena banyak sekali tumbuhan yang ada di hutan hujan tropis melakukan
penguapan, vegetasi ini menjadi sumber utama hujan lokal. Ketika hutan
ditebang, maka yang terjadi adalah sirkulasi air terganggu dan uap air tidak
kembali ke atmosfer. Air langsung menuju laut dari pada menguap ke awan.
2.4

Kerusakan Hutan di Indonesia


Kerusakan hutan (deforestasi) masih tetap menjadi ancaman di Indonesia.
Menurut data laju deforestasi (kerusakan hutan) periode 2003-2006 yang
dikeluarkan oleh Departemen Kehutanan, laju deforestasi di Indonesia mencapai
1,17 juta hektar pertahun. Bahkan jika melihat data yang dikeluarkan oleh State
of the Worlds Forests 2007 yang dikeluarkan The UN Food & Agriculture
Organization (FAO), angka deforestasi Indonesia pada periode 2000-2005 1,8
juta hektar/tahun. Laju deforestasi hutan di Indonesia ini membuat Guiness Book
of The Record memberikan gelar kehormatan bagi Indonesia sebagai negara
dengan daya rusak hutan tercepat di dunia.
Laju deforestasi hutan di Indonesia paling besar disumbang oleh kegiatan
industri, terutama industri kayu, yang telah menyalahgunakan HPH yang
diberikan sehingga mengarah pada pembalakan liar. Penebangan hutan di
Indonesia mencapai 40 juta meter kubik per tahun, sedangkan laju penebangan
yang sustainable (lestari berkelanjutan) sebagaimana direkomendasikan oleh
Departemen Kehutanan menurut World Bank adalah 22 juta meter kubik meter
per tahun. Penyebab deforestasi terbesar kedua di Indonesia, disumbang oleh
pengalihan fungsi hutan (konversi hutan) menjadi perkebunan. Konversi hutan
menjadi area perkebunan (seperti kelapa sawit), telah merusak lebih dari 7 juta
ha hutan sampai akhir 1997.
Deforestasi (kerusakan hutan) memberikan dampak yang signifikan bagi
masyarakat dan lingkungan alam di Indonesia. Kegiatan penebangan yang
mengesampingkan

konversi

hutan

mengakibatkan

penurunan

kualitas

lingkungan yang pada akhirnya meningkatkan peristiwa bencana alam, seperti


tanah longsor dan banjir. Selain itu dampak buruk akibat kerusakan hutan adalah
6

terancamnya kelestarian satwa dan flora di Indonesia utamanya flora dan fauna
endemik. Satwa-satwa endemik yang semakin terancam kepunahan akibat
deforestasi hutan misalnya lutung jawa (Trachypithecus auratus), dan merak
(Pavo muticus), owa jawa (Hylobates moloch), elang jawa (Spizaetus bartelsi,
dan gajah sumatera (Elephant maximus sumatranus).

2.5

Penyebab Kerusakan Hutan


A. Kerusakan hutan akibat ulah manusia (human destructions)
1. Illegal logging (Penebangan liar).
Penebangan liar bukan saja dilakukan oleh masyarakat yang
tinggal di sekitar hutan sebagai tindakan ekonomi untuk meningkatkan
pendapatan dan memenuhi kebutuhan keluarga. Kegiatan ini juga
dilakukan oleh para pengusaha, bahkan pengusaha yang mendapat ijin
HPH/IUPHHK juga melakukan penebangan liar di luar areal yang telah
ditentukan. Penebangan liar yang terjadi dilakukan pada lahan hutan
produksi, hutan lindung, sampai ke dalam kawasan konservasi termasuk
di dalamnya kawasan Taman Nasional, Suaka Margasatwa, dan Suaka
alam pun ikut ditebang. Untuk masalah penebangan liar ini harus
dipikirkan dan dicari jalan keluarnya secara serius cara penanggulangan,
agar hutan tidak dibabat sampai habis.
2. Pembakaran hutan yang disengaja.
Masyarakat

membuka

lahan

dengan

cara

membakar,

bila

kebakaran ini tidak terkendali dapat meluas dan menyebabkan kebakaran


hutan yang lebih besar. Dengan cara membakar dianggap pembukaan
dan pembersihan lahan lebih mudah dan murah. Untuk menciptakan
kondisi areal pertumbuhan yang baik pohon kayu putih pada hutan alam
sering dilakukan pembakaran untuk mempermudah tumbuhan tersebut
memperbaharui diri memunculkan tunas-tunas baru.
3. Perambahan hutan.
Perambahan hutan oleh masyarakat untuk membuka lahan
pertanian dan perkebunan dengan membabat dan menebang pohon
merusak kondisi hutan alam. Masyarakat mengambil hasil untuk
memenuhi kebutuhan sehari-hari dari hutan dengan cara merusak. Ada
8

juga perambahan hutan dilakukan karena diperalat oleh para cukong


untuk mengincar kayu dan membuka lahan kelapa sawit.

4. Perladangan berpindah.
Pengertian dan definisi dari Perladangan berpindah adalah suatu
sistem bercocok tanam yang dilakukan oleh masyarakat secara
berpindah-pindah dari satu tempat ke tempat lain dengan cara membuka
lahan hutan primer maupun sekunder. Perladangan berpindah dilakukan
oleh masyarakat tradisional dalam pengolahan lahan untuk menghasilkan
bahan pangan. Bercocok tanam secara tradisional dilakukan dengan
membuka lahan baru ketika hasil panen dari suatu lahan mulai menurun.
Perladangan berpindah adalah warisan turun-temurun karena sudah
menjadi tradisi dalam bercocok tanam.
Perladangan berpindah memberikan kontribusi yang nyata terhadap
kerusakan ekosistem hutan terutama pada pulau-pulau yang berukuran
kecil. Selain itu perladangan berpindah dan kebakaran memiliki korelasi
yang positif, karena musim berladang umumnya pada musim kemarau.
Hasil penelitian menunjukan pada setiap musim kemarau terjadi
kebakaran hutan karena faktor pembukaan lahan dengan cara membakar.
5. Pertambangan.
Usaha pertambangan yang dilakukan berbentuk pertambangan
tertutup dan pertambangan terbuka. Pertambangan terbuka adalah
pertambangan yang dilakukan di atas permukaan tanah. Bentuk
Pertambangan ini dapat mengubah bentuk topografi dan keadaan muka
tanah (land impact), sehingga dapat mengubah keseimbangan sistem
9

ekologi bagi daerah sekitarnya; termasuk pertambangan yang dilakukan di


areal hutan. Pertambangan terbuka menghilangkan semua vegetasi yang
berada di permukaan karena tanah akan dieksploitasi dan diangkut untuk
mengambil mineral tambang yang terkandung didalamnya.

6. Transmigrasi.
Tujuan utama program transmigrasi adalah untuk mengurangi
kemiskinan dan kepadatan penduduk di pulau Jawa, memberikan
kesempatan bagi orang yang mau bekerja, dan memenuhi kebutuhan
tenaga kerja untuk mengolah sumber daya di pulau-pulau lain seperti
Papua,

Kalimantan,

Sumatra,

dan

Sulawesi.

Namun Kebijakan pemerintah untuk meratakan penduduk ke seluruh


pelosok tanah air dengan program ini membawa dampak terhadap
kerusakan hutan. Hutan dibuka untuk dibuat pemukiman transmigrasi, dan
tiap transmigran mendapatkan lahan garapan seluas 2 hektar. Hutan
primer maupun sekunder dibuka untuk kegiatan program pemerintah
transmigrasi ini.
7. Pemukiman penduduk.
Dengan bertambahnya jumlah penduduk, kebutuhan dasar akan
perumahan

semakin

meningkat.

Terbatasnya

daerah

yang

dapat

digunakan sebagai daerah pemukiman membuat kegiatan ini dilakukan


pada areal-areal yang ditetapkan sebagai kawasan lindung. Daerahdaerah yang tidak sesuai dengan peruntukkannya, dipaksakan untuk
dibuat pemukiman. Daerah berlereng terjal yang berbahaya juga ikut
10

menjadi lokasi sasaran pembuatan rumah-rumah penduduk.


8. Pembangunan perkantoran.
Areal perkantoran tidak hanya terdapat pada daerah perkotaan
yang ramai. Komplek perkantoran juga dibangun pada lahan-lahan hutan,
terutama kabupaten yang baru dimerkarkan dari kabupaten induk.
Kabupatenatau perangkat pemerintahan baru mencari dan membuka
lahan hutan untuk membuat kawasan pemukiman, kawasan industri,
kawasan perdagangan dan juga untuk areal perkantoran. Pembangunan
yang terjadi ini akhirnya perlu dilakukan alih fungsi lahan.

9. Pembangunan infrakstruktur perhubungan seperti jalan, lapangan udara,


pelabuhan kapal, dan lain-lain.
Salah satu penyebab masih banyaknya masyarakat Indonesia yang
hidup dibawah garis kemiskinan karena sulitnya jangkauan transportasi.
Indonesia dikenal dengan negara kepulauan dengan jumlah pulau lebih
dari 17.500 pulau, pulau besar maupun kecil. Masih banyak daerahdaerah yang terisolasi dan terbelakang karena belum adanya infrastruktur
transportasi

yang

memadai.

Pembangunan infrastruktur perhubungan merupakan hal mendesak yang


perlu dilakukan. Namun pembangunan tersebut dapat menimbulkan
dampak negatif terhadap lingkungan hidup. Seperti pembangunan
infrastruktur jalan, adakalanya harus memotong hutan pada kawasan
lindung maupun kawasan konservasi. Cukup banyak contoh pembuatan
jalan yang melewati daerah Hutan lindung, Kawasan Konservasi, Taman
Nasional dan kawasan lainnya yang sebenarnya tidak boleh diadakan
penebangan dan pembukaan hutan. Kerusakan hutan lain juga terjadi
11

dalam pembangunan infrastruktur lapangan udara, pelabuhan kapal dan


lain-lain.
Pembangunan pelabuhan kapal yang dilakukan di pesisir pantai
yang memiliki hutan pantai atau hutan mangrove sering merusakan
keberadaan hutan-hutan tersebut. Dan banyak contoh lain yang dapat
dilihat

di

sekitar

kita,

mengenai

kerusakan

lingkungan

akibat

pembangunan infrastruktur perhubungan.


10. Perkebunan monokultur.
Pembangunan perkebunan monokultur maupun hutan monokultur
termasuk di dalamnya Hutan Tanaman yang dilakukan pada areal yang
masih berhutan sering terjadi. Beberapa pengusaha yang hanya mencari
keuntungan mengurus ijin konversi lahan menjadi perkebunan atau hutan
tanaman, dengan sasaran tegakan tinggal yang ada pada areal tersebut
dapat diambil dan dijual sebagai keuntungan. Kemudian mereka
melakukan land clearing dan menanam tanaman-tanaman sejenis
dengan pertimbangan ekonomis. Areal hutan yang terdapat beragam jenis
dirubah menjadi tanaman sejenis atau monokultur. Tanaman monokultur
ini sangat rentan terhadap bahaya erosi, penyebaran hama dan penyakit,
dan penurunan biodiversitas.
11. Perkebunan kelapa sawit.
Pembukaan lahan untuk perkebunan kelapa sawit telah dilakukan
pada beberapa daerah di Indonesia. Investasi perkebunan kelapa sawit
dilakukan oleh pengusaha dari dalam negeri maupun luar negeri terutama
dari Malaysia. Dalam pertimbangan ekonomis dianggap sebagai sumber
keuntungan yang besar. Beberapa pihak yang pernah terlibat dan
merasakan akibat pembangunan perkebunan kelapa sawit menjadi sadar
akan dampak negatif dari kegiatan tersebut terhadap lingkungan.
Keseimbangan

ekosistem

menjadi

terganggu

akibat

penurunan
12

biodiversitas,

pencemaran

lingkungan

dari

input

peptisida

yang

berlebihan, sulitnya seresah kelapa sawit terdekomposisi dan pemulihan


lahan kepada kondisi semula memerlukan waktu yang sangat panjang.
12. Konversi lahan gambut menjadi sawah.
Proyek pembangunan satu juta hektar lahan gambut menjadi
sawah

pernah

dilakukan

untuk

memenuhi

kebutuhan

pangan

mempertahankan swasembada beras. Akibatnya lahan hutan gambut


menjadi berkurang dan dampak negatif yang ditimbulkan seperti
meningkatnya

bahaya

kebakaran

hutan,

memberikan

sumbangan

terhadap pemanasan global, berkurangnya keanekaragaman hayati dan


dampak negatif lainnya.
13. Penggembalaan Ternak dalam hutan.
Walaupun tergolong kecil bila dibandingkan dengan penyebab
kerusakan hutan yang lain, namun penggembalaan ternak di anggap
sebagai salah satu penyebab kerusakan. Kerusakan hutan akibat
penggembalaan ternak dengan cara, ternak tersebut mengkonsumsi
daun-daun dan semai-semai yang merupakan tumbuhan permudaan
sebagai regenerasi dari hutan tersebut. Kerusakan lain yang terjadi juga
seperti kerusakan batang akibat gigitan dan gesekan tanduk ternak.
Pengembalaan ternak di dalam hutan menyebabkan pemadatan tanah
hutan karena diinjak-injak oleh ternak. Hal ini akan mempengaruhi proses
infiltrasi atau menyerapnya air ke dalam tanah menjadi berkurang
sehingga proses runoff meningkat yang menyebabkan erosi di permukaan
tanah.
14. Kebijakan pengelolaan hutan yang salah.
Kerusakan hutan juga dapat terjadi karena kebijakan yang dibuat
lebih memperhatikan dampak ekonomis dibandingkan dengan dampak
13

ekologis. Selain itu juga perbedaan persepsi tentang kelestarian hutan


kadang terjadi karena dasar pemahaman yang berbeda. Ada pendapat
yang menyebutkan bahwa kebijakan pengelolaan hutan yang salah dari
pemerintah sebagai suatu pengrusakan hutan yang terstruktur karena
kerusakan tersebut didukung oleh perundang-undangan dan ketentuan
yang berlaku.
Persepsi

dan

pemahaman

masyarakat

dalam

pengelolaan

sumberdaya alam terutama mengolah lahan-lahan milik mereka dengan


menanam tanaman semusim yang lebih cepat menghasilkan dibanding
dengan tanaman berumur panjang termasuk tanaman kehutanan.
15. Serangan hama dan penyakit.
Penyebaran hama secara luas dalam suatu hutan dapat terjadi
diakibatkan oleh penggunaan peptisida yang berlebihan. Hama dan
penyakit menjadi resisten dan tidak dapat dibasmi malah berkembang
dengan pesat kemudian menyerang tumbuh-tumbuhan dan pohon di
dalam suatu areal hutan.
B. Kerusakan hutan akibat alam (natural disasters).
1. Kebakaran hutan
Kebakaran hutan merupakan penyebab kerusakan hutan yang
setiap tahun terjadi di Indonesia, bila musim kemarau berkepanjangan
pada suatu daerah. Indonesia ditunding sebagai negara pengekspor asap
kebakaran hutan ke negara-negara tetangga. Selain dapat memusnahkan
tumbuh-tumbuhan dan kehidupan fauna di sekitarnya, kebakaran hutan
menghasilkan asap yang berdampak negatif terhadap kesehatan manusia
dan

keselamatan

penerbangan.

Api yang timbul pada kebakaran hutan terjadi akibat gesekan batang atau
cabang pohon. Dari penginderaan jauh lewat satelit dapat dilihat "hot
14

spot" yang muncul di dalam areal hutan bila terjadi suatu kebakaran
hutan.
Selain musim kemarau yang berkepanjangan sebagai salah satu faktor
penyebab terjadi kebakaran hutan, ada juga beberapa faktor pemicu
terjadi kebakaran hutan yaitu pembukaan lahan gambut sehingga sinar
matahari masuk ke lantai hutan dan menyebabkan areal gambut menjadi
kering dan mudah terbakar.
2. Letusan Gunung Berapi.
Bencana alam gunung meletus merupakan suatu daya alam yang
dapat merusak hutan dan habitat satwa liar bahkan memusnakan
kehidupan yang ada di wilayah tersebut. Gunung meletus adalah gejala
vulkanis yaitu peristiwa yang berhubungan dengan naiknya magma dari
dalam perut bumi. Magma adalah campuran batu-batuan dalam keadaan
cair, liat serta sangat panas yang berada dalam perut bumi. Aktifitas
magma disebabkan oleh tingginya suhu magma dan banyaknya gas yang
terkandung di dalamnya sehingga dapat terjadi retakan-retakan dan
pergeseran lempeng kulit bumi. Peristiwa vulkanik yang terdapat pada
gunung berapi setelah meletus (post vulkanik), antara lain: terdapatnya
sumber gas H2 S, H2O,dan CO2 dan Sumber air panas atau geiser.
Sumber gas ini ada yang sangat berbahaya bagi kehidupan.
3. Naiknya air permukaan laut dan tsunami
Permukaan air laut yang naik termasuk didalamnya bencana
tsunamii dapat mengakibatkan kerusakan hutan. Hutan-hutan di bagian
pesisir menjadi rusak karena aktivitas alam ini. Walaupun hutan-hutan di
pesisir dianggap suatu cara untuk mengurangi dampak kerusakan dari
tsunami tetapi hutan tersebut juga ikut terkena dampaknya
2.6

Dampak Kerusakan Hutan

15

Kerusakan hutan yang terjadi memberikan akibat yang nyata bagi


kehidupan manusia. Sekarang orang merasakan betapa pentingnya menjaga
dan memelihara hutan karena begitu banyak bencana yang terjadi akibat
kelalaian dan keserakahan manusia. Hutan diperlakukan semena-mena tanpa
memikirkan dampak dan akibatnya ketika hutan menjadi rusak. Menjaga dan
memelihara hutan dampaknya bukan saja untuk saat ini tetapi untuk masa depan
anak dan cucu. Kerusakan hutan yang terjadi memberikan dampak langsung
maupun tidak langsung terhadap lingkungan sekitar.
Akibat dan dampak dari kerusakan hutan dapat dijelaskan sebagai berikut
:
1. Terganggunya sistem hidro-orologis
Banjir pada musim hujan dan kekeringan pada musim kemarau
merupakan salah satu contoh dari tidak berfungsinya hutan untuk menjaga
tata air. Air hujan yang jatuh tidak dapat diserap dengan baik oleh tanah,
laju aliran permukaan atau runoff begitu besar. Air Hujan yang jatuh
langsung mengalir ke laut membawa berbagai sedimen dan partikel hasil
dari

erosi

permukaan.

Terjadinya banjir bandang dimana-mana yang menimbulkan kerugian


harta maupun nyawa. Masyarakat yang terkena dampaknya kehilangan
harta benda dan rumah tempat mereka berteduh akibat terbawa banjir
bandang, bahkan ditambah kerugian jiwa yang tak ternilai harganya.
2. Hilangnya Biodiversitas
Hutan Indonesia memiliki beranekaragam spesies flora dan fauna,
penebangan dan pengrusakan hutan menyebabkan spesies-spesies
langka akan punah. Bahkan spesies yang belum diketahui nama dan
manfaatnya hilang dari permukaan bumi. Hutan Indonesia yang termasuk
hutan hujan tropis memiliki 3000 jenis tumbuhan di dalam satu hektar
ditambah lagi jenis satwa yang ada di dalamnya. Jika laju deforestasi yang
16

mencapai 1-2 juta hektar per tahun tidak dapat dicegah maka hutan-hutan
tropis ini akan hilang.
3. Kemiskinan dan Kerugian secara ekonomis
Masyarakat Indonesia akan bertambah miskin jika kita tidak
mempunyai hutan, itulah yang dikatakan Presiden Bambang Yudhoyono.
Departemen Kehutanan mengemukakan bahwa kerugian negara per hari
mencapai Rp. 83 milyar, itu hanya dari kerusakan hutan akibat
penebangan liar. Berapakah kerugian jika semua faktor dan penyebabkan
kerugian kita hitung?
4. Perubahan Iklim dan Pemanasan Global
Hutan sebagai paru-paru dunia penghasil oksigen bagi semua
mahluk di bumi tidak bisa menjalankan fungsinya mendaur ulang
karbondioksida. Karbondioksida di udara semakin tinggi menyebabkan
efek gas rumah kaca.
5. Kerusakan Ekosistem Darat maupun Laut
Pengertian dan definisi hutan sebagai suatu kesatuan ekosistem
berupa hamparan lahan berisi sumberdaya alam hayati yang didominasi
jenis pepohonan dalam persekutuan dengan lingkungannya, yang satu
dengan lain tidak dapat dipisahkan. Jika salah satu komponen hutan di
rusak, akan berpengaruh terhadap komponen ekosistem yang lain.
Hubungan keterkaitan antara struktur dan fungsi di dalam ekosistem
berjalan dalam keseimbangan yang harmonis, tetapi bila struktur hutan
menjadi rusak, akibat dan dampaknya akan mempengaruhi fungsi hutan
itu sendiri.
Kerusakan tidak hanya terjadi pada ekosistem hutan di darat,
namun berdampak pada kerusakan ekosistem di laut juga. Akibat
17

kerusakan hutan terjadi erosi dan banjir membawa sedimen ke laut yang
merusakan ekosistem laut. Ikan dan Terumbu karang sebagai mahluk
hidup diperairan mendapat akibat dari aktivitas pengrusakan di darat.
Kerusakan seperti ini sangat dirasakan oleh pulau-pulau kecil di
Indonesia, dengan ciri daerah das yang pendek dan topografi yang curam
sangat cepat pengaruhnya terhadap lingkungan laut.
6. Abrasi Pantai
Bila pohon-pohon di pesisir pantai ditebang maka tidak ada lagi
perlindungan bagi kawasan pantai. Salah satu fungsi hutan mangrove
maupun hutan pantai adalah menjaga daerah pantai dari hempasan
ombak laut.

Ombak

laut

yang

menerjang

pesisir

pantai,

dapat

menyebabkan abrasi pantai.


7. Intrusi dari Laut
Air laut dapat meresap sampai ke darat jika hutan-hutan pesisir
seperti

hutan

mangrove

dan

hutan

pantai

dirusakan.

Ditambah

penambangan air sebagai kebutuhan hidup rumah tangga yang


menyedot terus persediaan air tanah tanpa adanya keseimbangan infiltrasi
dari air hujan yang jatuh.
8. Hilangnya budaya masyarakat
Dirasakan sangat nyata bahwa hutan menjadi sumber penghidupan
dan inspirasi dari kehidupan masyarakat. Berbagai ragam budaya yang
terkait dengan hutan seperti simbol-simbol dan maskot yang diambil dari
hutan, misalnya Harimau sebagai maskot dari Reog, pencak silat sebagai
seni bela diri Indonesia, Bekantan sebagai maskot dari Kalimantan, dan
sebagainya. Jika semua ini punah maka hilanglah sumber inspirasi dan
kebanggaan dari masyarakat setempat.

18

2.7

Kebakaran Hutan
Istilah Kebakaran hutan di dalam Ensiklopedia Kehutanan Indonesia
disebut juga Api Hutan. Selanjutnya dijelaskan bahwa Kebakaran Hutan atau Api
Hutan adalah Api Liar yang terjadi di dalam hutan, yang membakar sebagian
atau seluruh komponen hutan. Dikenal ada 3 macam kebakaran hutan, Jenisjenis kebakaran hutan tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Api Permukaan atau Kebakaran Permukaan yaitu kebakaran yang terjadi
pada lantai hutan dan membakar seresah, kayu-kayu kering dan tanaman
bawah. Sifat api permukaan cepat merambat, nyalanya besar dan panas,
namun cepat padam. Dalam kenyataannya semua tipe kebakaran berasal
dari api permukaan.
2. Api Tajuk atau Kebakaran Tajuk yaitu kebakaran yang membakar seluruh
tajuk tanaman pokok terutama pada jenis-jenis hutan yang daunnya mudah
terbakar. Apabila tajuk hutan cukup rapat, maka api yang terjadi cepat
merambat dari satu tajuk ke tajuk yang lain. Hal ini tidak terjadi apabila tajuktajuk pohon penyusun tidak saling bersentuhan.
3. Api Tanah adalah api yang membakar lapisan organik yang dibawah lantai
hutan. Oleh karena sedikit udara dan bahan organik ini, kebakaran yang
terjadi tidak ditandai dengan adanya nyala api. Penyebaran api juga sangat
lambat, bahan api tertahan dalam waktu yang lama pada suatu tempat.

2.8

Penyebab Kebakaran Hutan


Kebakaran hutan merupakan faktor utama penyebab kerusakan hutan di
Indonesia, dan setiap tahunnya puluhan bahkan ratusan ribu hektar hutan di
Indonesia terbakar. Ini merupakan suatu kerugian yang begitu besar bagi
Indonesia mengingat kita tidak bisa memanfaatkan hutan yang terbakar tersebut.
Dan inilah pembahasan mengenai penyebab dan dampak kebakaran hutan.
Penyebab Kebakaran Hutan
1. Aktivitas Vulkanis
Salah satu penyebab kebakaran hutan adalah karena aktivitas vulkanis
dari gunung berapi seperti hutan yang terbakar karena terkena aliran lahar
atau hawa panas (wedus gembel) letusan gunung merapi. Berdasarkan
pengalaman yang ada kebakaran seperti ini sulit untuk diantisipasi, tetapi
19

mungkin bisa diminimaliasir.


2. Sambaran Petir
Sambaran petir juga bisa menjadi sebab terjadinya kebakaran hutan,
terlebih ketika musim kemarau. Kita semua tahu bahwa musim kemarau
hutan-hutan akan menjadi kering dan keringnya hutan ini akan memudahnya
terjadinya kebakaran ketika petir datang menyambar. Hal ini bisa
diminimalisir dengan menyiramnya.
3. Ulah Tangan Manusia
Salah satu yang menyebabkan terbakarnya hutan adalah karena ulah
tangan manusia seperti membersihkan lahan pertanian, membuka lahan
pertanian

bahkan

hingga

tindakan

vandalisme

dari

segelintir

atau

sekelompok orang. Tindakan-tindakan seperti ini harus segera dihentikan


dengan sosialiasi kepada masyarakat.
4. Kecerobohan manusia
Kebakaran hutan yang disebabkan manusia tidak hanya yang sifanya
disengaja seperti yang telah dijelaskan pada no 3 sebelumnya, melainkan
juga karena ketidaksengajaan atau kecerobohan manusia. Tindakan dari
kecerobohan manusia tersebut antara lain membuang puntung rokok dan
lupa mematikan api ungun
2.9

Dampak Kebakaran Hutan


A. Dampak Terhadap Sosial, Budaya, dan Ekonomi. Kebakaran hutan memberikan
dampak yang signifikan terhadap kehidupan sosial, budaya, dan ekonomi yang
diantaranya meliputi:
1. Terganggunya aktivitas sehari-hari; Asap yang diakibatkan oleh kebakaran
hutan secara otomatis mengganggu aktivitas manusia sehari-hari, apalagi bagi
yang aktivitasnya dilakukan di luar ruangan.
2. Menurunnya produktivitas; Terganggunya aktivitas manusia akibat kebakaran
hutan dapat mempengaruhi produktivitas dan penghasilan.
3. Hilangnya sejumlah mata pencaharian masyarakat di dan sekitar hutan; Selain
itu, bagi masyarakat yang menggantungkan hidup dari mengolah hasil hutan,

20

dengan terbakarnya hutan berarti hilang pula area kerja (mata pencarian).
4. Meningkatnya hama; Kebakaran hutan akan memusnahkan sebagian spesies
dan merusak kesimbangan alam sehingga spesies-spesies yang berpotensi
menjadi hama tidak terkontrol. Selain itu, terbakarnya hutan akan membuat
sebagian binatangkehilangan habitat yang kemudian memaksa mereka untuk
keluar dari hutan dan menjadi hama seperti gajah, monyet, dan binatang lain.
5. Terganggunya kesehatan; Kebakaran hutan berakibat pada pencemaran udara
oleh debu, gas SOx, NOx, COx, dan lain-lain dapat menimbulkan dampak
negatif terhadap kesehatan manusia, antara lain infeksi saluran pernafasan,
sesak nafas, iritasi kulit, iritasi mata, dan lain-lain.
6. Tersedotnya anggaran negara; Setiap tahunnya diperlukan biaya yang besar
untuk menangani (menghentikan) kebakaran hutan. Pun untuk merehabilitasi
hutan yang terbakar serta berbagai dampak lain semisal kesehatan masyarakat
dan bencana alam yang diambilkan dari kas negara.
7. Menurunnya devisa negara. Hutan telah menjadi salah satu sumber devisa
negara baik dari kayu maupun produk-produk non kayu lainnya, termasuk
pariwisata. Dengan terbakarnya hutan sumber devisa akan musnah. Selain itu,
menurunnya produktivitas akibat kebakaran hutan pun pada akhirnya
berpengaruh pada devisa negara.
B. Dampak Terhadap Ekologis dan Kerusakan Lingkungan. Kebakaran hutan
memberikan dampak langsung terhadap ekologi dan lingkungan yang diantaranya
adalah:

1. Hilangnya sejumlah spesies; selain membakar aneka flora, kebakaran


hutan juga mengancam kelangsungan hidup sejumlah binatang.
Bebrabagai spesies

endemik(tumbuhan

maupun

hewan)

terancam

punah akibat kebakaran hutan.


2. Erosi; Hutan dengan tanamannya berfungsi sebagai penahan erosi.
Ketika tanaman musnah akibat kebakaran hutan akan menyisakan lahan
hutan yang mudah terkena erosi baik oleh air hujan bahkan angin
21

sekalipun.
3. Alih fungsi hutan; Kawasan hutan yang terbakar membutuhkan waktu
yang lama untuk kembali menjadi hutan. Bahkan sering kali hutan
mengalami perubahan peruntukan menjadi perkebunan atau padang
ilalang.
4. Penurunan kualitas air; Salah satu fungsi ekologis hutan adalah dalam
daur hidrologis. Terbakarnya hutan memberikan dampak hilangnya
kemampuan hutan menyerap dan menyimpan air hujan.
5. Pemanasan global; Kebakaran hutan menghasilkan asap dan gas CO2
dan gas lainnya. Selain itu, dengan terbakarnya hutan akan menurunkan
kemampuan hutan sebagai penyimpan karbon. Keduanya berpengaruh
besar pada perubahan iklim dan pemansan global.
6. Sendimentasi sungai; Debu dan sisa pembakaran yang terbawa erosi
akan mengendap di sungai dan menimbulkan pendangkalan.
7. Meningkatnya bencana alam; Terganggunya fungsi ekologi hutan akibat
kebakaran hutan membuat intensitas bencana alam (banjir, tanah
longsor, dan kekeringan) meningkat.
C. Dampak Terhadap Hubungan Antar Negara; Asap hasil kebakaran hutan menjadi
masalah serius bukan hanya di daerah sekitar hutan saja. Asap terbawa angin
hingga ke daerah lain bahkan mencapai berbagai negara tetangga seperti
Singapura, Malaysia, dan Brunei Darussalam.
D. Dampak Terhadap Perhubungan dan Pariwisata; Kebakaran hutan pun
berdampak pada pariwisata baik secara langsung ataupun tidak. Dampaknya
seperti ditutupnya obyek wisata hutan dan berbagai sarana pendukungnya,
terganggunya transportasi, terutama transportasi udara. Kesemunya berakibat pada
penurunan tingkat wisatawan secara nasional.

2.10

Upaya Penanggulangan Kebakaran Hutan


Dalam pencegahan kebakaran hutan, perlu dilakukan beberapa hal dari
banyak pihak yaitu:

22

a. Pemerintah
1)

penatagunaan lahan sesuai dengan peruntukan masing-masing

2)

pengembangan sistem/teknik budi daya perkebunan dengan sistem


produksi yang tidak rentan kebakaran

3)

pengembangan sistem/status kepemilikan lahan secara jelas

4)

pencegahan peubahan ekologi secara besar-besaran melalui pembatasan


konversi lahan hutan

5)

menyadarkan masyarakat akan pentingnya informasi iklim, bahaya


kebakaran serta kerugian yang akan ditimbulkannya

6)

sosialisasi penerpan teknik penyiapan lahan tanpa bakar (zero burning)

7)

pengembangan sistem penegakan hukum bagi setiap pelaku pelanggaran


peraturan pencegahan dan penaggulangan kebakaran

8)

pengembangan sistem informasi mengenai faktor-faktor yang dapat


menimbulkan kebakaran serta tata cara mengeliminir faktor tersebut

9)

membrikan peringatan kepada semua lapisan masyarakat pada awal


musim kemarau tentang adanya larangan membakar, menumpuk bahan
bakar dan meminta masyarakat melapor bila terjadi kebakaran

10)

penerapan sistem perngatan dini dan tindakan dini kepada seluruh lapisan
masyarakat dan perusahaan perkebunan

11)

pelatihan bagi regu atau satgas pemadaman tentang strategi dan teknik
penanggulangan kebakaran

12)

perumusan langkah dan strategi pengendalian kebakaran dan dampaknya


yang juga dapat dlaksanakan dengan tepat dilapangan
23

b. Perusahaan perkebunan
1)

melakukan pencegahan dan penanggulangan kebakaran hutan dan lahan


di beberapa loasi dan disekitar areal usaha

2)

melengkapi sarana dan prasarana serta

personil regu pemadam

kebakaran yang memadai


3)

membuat sekat bakar disekeliling areal rawan kebakaran dan memasang


berupa sebuah papan peringatan bahaya kebakaran

4)

melakukan penyuluhan kepada masyarakat disekitar lokasi usaha dan


melakukan koordinasi dengan pihka instansi terkait

5)

melakukan patroli pengamanan sesuai jadwal yang telah ditetapkan


secara rutin

6)

melaporkan

uapaya-upaya

apa

saja

yang

telah

dilakukan

serta

memberikan laporan setiap kejadian kebakaran


7)

melaporkan rencana penyiapan lahan dan replanting

c. Masyarakat
1)

tidak melakukan pembakaran dalam penyiapan lahan

2)

menjaga dan mencegah serta menanggulangi terjadinya kebakaran


dilingkungan tiap masing-masing dan sekitarnya

3)

melaporkan setiap kejadian kebakaran hutn dan lahan kepada pemerintah


daerah setempat.

2.11

Beberapa Kasus Kebakaran Hutan


24

1. Lahan Rehabilitasi Orangutan di Kaltim Kemballi Terbakar


Kobaran api membakar sekira 100 hektare lahan di KM 44 Poros
Balikpapan-Samarinda, Kabupaten Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur.
Lahan yang tebakar adalah pusat reintroduksi orangutan Kalimantan Timur
Samboja Lestari milik Yayasan BOS.
Api pertama kali muncul di dekat portal yang membatasi wilayah Samboja
Lestari dengan Desa Tani Bakti. Upaya pemadaman dilakukan oleh staf
Samboja Lestari dibantu oleh personel Detasemen Kavaleri Kodam VI
Mulawarman dan Koramil Samboja yang bertugas di dekat wilayah
kebakaran.
"Kami beruntung karena lokasi kebakaran terletak di pinggiran area
Samboja Lestari yang cukup jauh dari (kompleks) orangutan. Karena faktor
jarak ini, orangutan tidak ada yang menderita trauma atau stres. Tapi kami
tetap

siaga

menghadapi

kemungkinan

penyakit

terkait

gangguan

pernafasan," Jelas Communications Officer dari BOS Foundation, Nico


Hermanu, Kamis (24/9).
Dari informasi yang diterimanya, kebakaran sudah bisa dikendalikan sejak
pukul 1.00 Wita tadi. "Tim kami di Samboja Lestari kembali melakukan
pemeriksaan lapangan sekitar pukul 9 pagi tadi. Alhamdulillah sampai sejauh
ini tidak ada korban baik manusia maupun orangutan dan beruang madu
rehabilitasi kami," jelasnya.
Insiden ini bukanlah yang pertama kali terjadi. Pada 31 Agustus dan 1
September lalu, lahan milik Samboja Lestari juga habis dilalap api. Saat itu,
kebakaran menghabiskan lahan seluas 30 hektare dari luas keseluruhan
1.852 hektar.
Pihaknya mengharapkan bantuan nyata dari berbagai pihak dalam
menanggulangi kebakaran di lokasi rehabilitasi orangutan Samboja Lestari.
Yayasan BOS saat ini merawat lebih dari 700 orangutan.

2. 400 Hektare Padang Savana Gunung Lemongan Ludes Terbakar


Kebakaran hutan di Gunung Papandayan, Garut, Jawa Barat masih terus
berlangsung di mana area terbakar mencapai lebih dari 300 hektare. Dan di
25

Gunung Lemongan, Lumajang, Jawa Timur, padang savana juga terbakar


karena ulah orang tak bertanggung jawab yang hendak membuka lahan
baru.
Seperti ditayangkan Liputan 6 Malam SCTV, Rabu (16/9/2015), padang
savana di Gunung Lemongan, Desa Papringan, Lumajang terbakar. Padahal
kawasan ini merupakan bagian dari hutan yang dilindungi.
Petugas dari Perum Perhutani, masyarakat, serta aktivis lingkungan
berupaya memadamkan api secara manual menggunakan ranting dedaunan.
Namun api terus menyala membakar padang savana yang telah kering.
Diduga kebakaran sengaja dilakukan orang tak bertanggung jawab untuk
membuka lahan baru. Tercatat ada sekitar 400 hektare padang savana yang
ludes terbakar.
Kemungkinan besar kebakaran akan terus menjalar jika pemerintah
setempat tidak turun tangan memadamkan api.
Sementara itu, kebakaran hutan di kawasan Gunung Papandayan yang
telah berlangsung seminggu masih terus terjadi. Api yang sebelumnya telah
menghanguskan Blok Tegal Alun, puncak Papandayan, Pasir Malang, dan
sebagian Blok Cisaroni kini mengarah sejumlah blok lainnya seperti di
kawasan Stamplat, Cinunjang, dan kawasan Arjuna.
Upaya pemadaman masih dilakukan oleh sejumlah relawan bersama
masyarakat.

Menggunakan

peralatan

sederhana,

relawan

pemadam

kebakaran hutan Gunung Papandayan menyebar ke bagian hutan yang


masih terbakar.
Mereka membuat sekat bakar untuk melokalisasi api agar tidak menjalar
ke area yang lain.
Data Badan Penanggulangan Bencana Daerah atau BPBD Garut
mencatat area yang terbakar telah mencapai lebih dari 300 hektare.
(Nda/Ans)
3. Ribuan Warga Australia Mengungsi Akibat Kebakaran Hutan
Ribuan warga di bagian selatan Australia hari Sabtu (3/1) mengungsi
karena kebakaran hutan yang kian meluas dan sulit dipadamkan akibat
terpaan angin yang bertiup kencang
Pejabat Australia mengatakan enam rumah terbakar di negara bagian
Australia Selatan dan negara bagian Victoria, tetapi belum ada laporan
26

korban cedera parah di tengah suhu udara diatas 30 derajat Celsius.


Para pejabat mengatakan, akan butuh waktu berhari-hari

untuk

mengendalikan kobaran api tersebut. Peramal cuaca mengatakan tingkat


kelembaban udara akan meningkat yang diharapkan bisa memperlambat laju
kebakaran itu.
Sekitar 2.000 pemadam kebakaran berusaha mengendalikan kebakaran
itu dari darat dan udara, didukung belasan pesawat yang menumpahkan air
ke titik-titik api.
Kebakaran hutan lazim terjadi di Australia pada musim panas. Tahun
2009, kebakaran hutan menewaskan 173 orang dan menghancurkan lebih
dari 2.000 rumah di negara bagian Victoria.
4. Kebakaran Hutan Meluas, Kalimantan Dikepukng 1.247 Titik Api
Kebakaran hutan dan lahan masih mengepung wilayah Sumatera dan
Kalimantan. Data dari Badan Nasional Pengendalian Bencana (BNPB)
menunjukkan wilayah Kalimantan menjadi wilayah yang memiliki titik api
terbanyak. Total ada 1.247 titik panas (hotspot) di Kalimantan.
Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB, Sutopo Purwo Nugroho
mengatakan, data dari pantauan satelit Modis hingga pukul 17.00 Wib,
terpantau 1.317 titik api (hotspot) di Sumatera dan Kalimantan, yaitu di
Kaliamantan Barat 346, Kalimantan Selatan 102, Kalimantan Tengah 744,
Kalimantan Timur 55, Jambi 3, Bangka Belitung 17, Lampung 3, dan
Sumatera Selatan 47.
"Di Riau meski tidak terdeteksi hotspot, namun jarak pandang di
Pekanbaru 200-500 meter pada pagi hari. Kualitas udara masih pada level
Sangat Tidak Sehat hingga Berbahaya. Data sementara ada 6.287 hektar
terbakar. Banyak sekolah-sekolah yang diliburkan. Kiriman asap dari Jambi
dan Sumsel terus mengarah ke Riau," kata Sutopo dalam keterangan rilisnya
yang diterima Metrotvnews.com pada Selasa (8/9/2015).
Kebakaran hutan dan lahan di Jambi dan Sumsel lebih parah
dibandingkan di Riau. Jarak pandang di Bandara Sultan Thaha Jambi
mencapai 700 meter sampai 1.000 meter. Kualitas udara juga masih level
Sangat Tidak Sehat. Walikota Jambi mengeluarkan maklumat meliburkan
sekolah dari PAUD-TK hingga SMA.
27

Sutopo menambahkan, upaya penanganan kebakaran hutan masih


seperti sebelumnya dengan operasi udara melalui hujan buatan dan
pemboman air, operasi pemadaman di darat, penegakan hukum dan
pelayanan kesehatan. Kata dia, diperlukan mobilisasi personil TNI dan Polri
secara masif jika ingin kebakaran segera teratasi.
"Pengalaman keberhasilan operasi darurat asap pada tahun 2013 dan
2014 adalah pengerahan besar-besaran personil TNI dan Polri yaitu sekitar
3.000 personil untuk membantu pemadaman, patroli, penegakan hukum dan
menjaga daerah-daerah yang sering dibakar. Tambahan personil TNI dan
Polri dari Jakarta membantu satuan wilayah sangat efektif," pungkas Sutopo.
"Publik cenderung pesimis terhadap lulusan IPDN sebagai penggerak
perubahan. Di sinilah salah satu pentingnya reformasi IPDN, yaitu meraih
atau mengembalikan ulang kepercayaan publik kepada IPDN," tandas dia.
ALB

28

BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
3.1 Kesimpulan
Hutan merupakan sumberdaya yang tidak ternilai karena didalamnya
terkandung keanekaragaman hayati sebagai sumber plasma nutfah, Sumber
hasil hutan kayu dan non-kayu, pencegah banjir dan erosi, serta sebagai
perlindungan alam hayati untuk kepentingan ilmu pengetahuan, kebudayaan,
rekreasi, pariwisata dan sebagainya. Hutan juga merupakan salah satu sumber
daya alam yang berperan dalam menjaga, mempertahankan dan meningkatkan
ketersediaan air dan kesuburan tanah.
Begitu banyak manfaat yang kita dapat dari hutan, tetapi eksploitasi hutan
semakin meningkat dan mengakibatkan populasi mahkluk hidup di dalam hutan
semakin berkurang dan ekosistem menjadi tidak stabil. Contohnya seperti
kebakaran hutan yang mengakibatkan kabut asap yang terjadi beberapa pekan
lalu di pulau Sumatera, pulau Kalimantan, dan Kepulauan Riau. Kabut asap ini
mengakibatkan banyak efek yang merugikan banyak pihak seperti ganggguan
pernafasan, polusi udara, terbatasnya jarak pandang masyarakat, terhentinya
aktivitas penerbangan, dan terganggunya aktivitas masyarakat. Oleh karena itu,
untuk menjaga kelestarian hutan, perlu pencegahan baik dari pemerintah,
perusahaan maupun masyarakat.
3.2 Saran
Terdapat beberapa saran yang disampaikan untuk berbagai pihak. Bagi
masyarakat dan perusahaan, disarankan untuk menjaga kelestarian hutan
dengan tidak melakukan penebangan yang berlebihan dan melakukan
pembakaran hutan demi kebutuhan ekonomi. Bagi pemerintah, disarankan untuk
lebih tegas dan lebih waspada akan penebang liar dan perusak hutan-hutan
yang ada di Indonesia.

29

Anda mungkin juga menyukai