Tanaman obat merupakan semua bagian tanaman yaitu daun (folium), akar (radix),
bunga (flos), buah (fructus), biji (semen) dan sebagainya yang digunakan baik dalam
bentuk ekstrak/fraksi atau senyawa isolatnya untuk menghasilkan obat untuk kepentingan
manusia/hewan.
Tumbuhan menghasilkan dua metabolit yaitu metabolit primer dan metabolit
sekunder. Metabolit primer merupakan senyawa yang secara langsung memiliki fungsi
atau terlibat dalam proses metabolisme utama, jalur anabolime dan katabolisme pada
tumbuhan. Contoh dari metabolit primer yaitu asam lemak, asam amino, karbohidrat,
protein dan sebagainya. Sedangkan metabolit sekunder merupakan senyawa yang tidak
memiliki fungsi untuk pertumbuhan dan perkembangan secara langsung. Senyawa ini
penting untuk kelangsungan hidup dan interaksi tumbuhan dengan lingkungan. Fungsi
metabolit sekunder diantaranya sebagai proteksi terhadap serangan mikroba, gangguan
serangga, atau hewan herbivora, proteksi diri terhadap gangguan lingkungan (seperti sinar
UV), dan untuk menarik serangga pollinator atau hewan herbivor untuk membantu
penyebaran biji. Kebanyakan senyawa aktif dari tumbuhan dikelompokan ke dalam
golongan metabolit sekunder. Sebagai senyawa aktif untuk berinteraksi dengan ekosistem,
biosintesis metabolit sekunder memiliki karakteristik yang bersifat adaptif (bereaksi
terhadap ransang), spesifik (ekspresi respon terhadap rangsang yang bersifat khas), dan
variatif ( rangsang yang sama terhadap organ yang berbeda dapat menghasilkan respon
yang berbeda).
Faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas senyawa bioaktif dalam tumbuhan
hidup
Secara alamiah, kualitas senyawa bioaktif dalam tumbuhan hidup ditentukan oleh
faktor internal yaitu genetik dan umur tanaman serta dipengaruhi oleh faktor eksternal
1
seperti klimatik, geografi, hama dan penyakit. Selain kedua faktor tersebut, waktu panen
dan penanganan pascapanen juga dapat berpengaruh terhadap kualitas simplisia.
1. Pengolahan dan Penanaman
Faktor- faktor yang mempengaruhi kualitas senyawa bioaktif dalam tumbuhan pada
saat pengolahan yaitu :
a. Genetika
Yang dimaksud dengan faktor genetika di sini adalah dari mana tanaman
tersebut berasal. Berdasarkan bahan bakunya, simplisia diperoleh dari tanaman liar
atau dari
sebagai tanaman yang tumbuh dengan sendirinya di hutan-hutan atau ditempat lain
di luar hutan atau tanaman yang sengaja di tanam tetapi bukan untuk tujuan
memperoleh simplisia untuk obat (misalnya tanaman hias dan tanaman pagar).
Sedangkan tanaman kultur diartikan sebagai tanaman budidaya, yang sengaja
ditanam untuk tujuan mendapatkan simplisia. Dibandingkan dengan tanaman
budidaya, tanaman liar mempunyai beberapa kelemahan dalam menghasilkan
simplisia dengan mutu yang memenuhi standar. Hal ini disebabkan karena :
Unsur tanaman pada waktu pengumpulan tanaman atau organ tanaman
sulit atau tidak dapat ditentukan oleh pengumpul. Sehingga dapat
Temperatur
Perubaha temperatur secara berkala dan pergantian musim berpengaruh
terhadap senyawa bioaktif yang dihasilkan oleh tumbuhan, misalnya pada
tanaman Matricaria chamomilla, kandungan minyak atsirinya paling tinggi
pada tanaman yang ditanam pada temperatur siang 25 0 C, atau malam hari
Curah hujan
Ketersediaan air dalam tanah dapat mempengaruhi kualitas senyawa
bioaktif dalam tumbuhan hidup.
Ketinggian diatas permukaan laut, iklim, dan angin
Keadaan tanah
Seperti sifat fisik (tanah yang gembur dan keras), kimia, kondisi
mikrobiologi tanah, termasuk adanya cemaran pestisida.
Kandungan nutrisi tanah termasuk kandungan mineral Mn, Mo, Mg dan B
(misalnya dapat mempengaruhi biogenesis minyak atsiri).
d. Faktor Biotik
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi yaitu :
Infeksi tanaman karena jamur, bakteri, dan virus
Berkurangnya kadar vinvaleukoblastin dari tanaman Vinca rosea karena
terinfeksi virus. Berkurangnya kadar morfin dari tanaman Papaver
tanaman
dapat
dilakukan
secara
manual
perusakan simplisia. Pengeringn dapat dilakukan secara alamiah dengan cara dijemur
di bawah panas sinar matahari langsung atau dengan diangin-anginkan ditempat
sejuk. Sedangkan untuk pengeringan buatan dapat digunakan alat yang dapat diatur
suhu, kelembaban, tekanan, dan sirkulasi udaranya misalnya oven.
e. Sortasi kering
Sortasi setelah pengeringan sebenarnya merupakan tahap akhir pembuatan
simplisia. Tujuan sortasi untuk memisahkan benda benda asing seperti bagian
bagian tanaman yang tidak diinginkan dan pengotor pengotor lain yang masih ada
dan tertinggal pada simplisia kering.
f. Pengepakan dan penyimpanan
Pada penyimpaan simplisia perlu diperhatikan beberapa hal yang dapat
mengakibatkan kerusakan simplisia, yaitu cara pengepakan, pembungkusan dan
pewadahan, persyaratan gudang simplisia, cara sortasi dan pemeriksaan mutu, serta
cara pengawetanya. Penyebab kerusakan pada simplisia yang utama adalah air dan
kelembaban. Cara pengemasan simplisia tergantung pada jenis simplisia dan tujuan
penggunaan pengemasaan. Bahan dan bentuk pengemasan harus sesuai, dapat
melindungi dari kemungkinan kerusakan simplisia, dan dengan memperhatikan segi
pemanfaatan ruang untuk keperluan pengangkutan maupun penyimpananya.
g. Pemeriksaan mutu
Pemeriksaan mutu simplisia dilakukan pada waktu penerimaan atau pembelian
dari pengumpul atau pedagang simplisia. Simplisia yang diterima harus berupa
simplisia murni dan memenuhi persyaratan umum untuk simplisia seperti yang
disebutkan dalam Farmakope Indonesia, Ekstra Farmakope Indonesia ataupun
Materia Medika Indonesia Edisi VI.
BAB II
STANDARISASI DAN SPESIFIKASI SIMPLISIA DAN EKSTRAK
Obat tradisional adalah bahan atau ramuan bahan yang berupa bahan tumbuhan, bahan
hewan, bahan mineral, sediaan sarian (galenik) atau campuran dari bahan tersebut, yang secara
turun-temurun telah digunakan untuk pengobatan berdasarkan pengalaman.
Contoh produk jamu yaitu : Jamu Air Mancur, Nyonya Meneer , dan
Jamu jago
8
X-gra
Standarisasi
Standarisasi adalah seluruh informasi dan kontrol yang diperlukan untuk
menghasilkan produk secara konsisten (McCutcheon, 2002). Standarisasi juga dapat
didefinisikan sebagai serangkaian parameter prosedur dan cara pengukuran yang
9
jumlah ekstrak per unit dosis (mempermudah formulasi), indikasi adanya kehilangan
atau degradasi selama proses produksi (stabilitas), dan mencegah pemalsuan.
Keuntungan yang diperoleh konsumen dengan adanya standarisasi adalah
kandungan aktif dalam produk konstan sehingga tujuan terapi tercapai. Sedangkan
keuntungan bagi produsen adalah proses produksi lebih efektif,
dipercaya
keahlian khusus, zat aktif tidak diketahui, dan senyawa standar tidak tersedia.
Pengatasannya dapat dilakukan dengan menggunakan senyawa marker yaitu senyawa
tertentu yang digunakan sebagai petunjuk spesifik dengan metode tertentu.
Standarisasi Simplisia
Standarisasi yang dilakukan terhadap simplisia mengacu pada 3 konsep yaitu :
Simplisia sebagai bahan baku harus memenuhi 3 parameter mutu umum (non
spesifik) suatu bahan yi. Kebenaran jenis (identifikasi), kemurnian, aturan
penstabilan (wadah, penyimpanan, distribusi)
Simplisia sebagai bahan dan produk siap pakai harus memenuhi trilogi QualitySafety-Efficacy
Simplisia sebagai bahan dengan kandungan kimia yang berkontribusi terhadap
respon biologis, harus memiliki spesifikasi kimia yi. Komposisi (jenis dan kadar)
senyawa kandungan
10
ataupun bioteknologis.
On-Farm
Teknologi budidaya tumbuhan obat yang mengacu Good Agriculture
Practices .
Off-Farm
Teknologi panen yang mempehatikan kandungan senyawa aktif berkhasiat obat
memenuhi persyaratan.
Teknologi ekstrak standar untuk mendapatkan ekstrak yang tervalidasi
yang
mengacu
pada
Good
Manufacturing Practice.
Standarisasi Ekstrak
Ekstrak adalah sediaan kental yang diperoleh dengan mengekstraksi senyawa
aktif dari simplisia nabati/hewani dengan pelarut sesuai. Faktor-faktor yang
mempengaruhi mutu ekstrak, yaitu :
Faktor biologi dan geografi yaitu tumbuhan obat dikontrol dengan penerapan
GAP (Good Agricultural Practice)
11
Faktor kimia meliputi, faktor internal melalui jenis senyawa aktif, komposisi
kualitatif dan kuantitatif senyawa aktif, kadar total rata-rata senyawa aktif. Dan
faktor
eksternal
melalui
metode
ekstraksi,
alat
ekstraksi,
ukuran
13
BAB III
FLAVONOID
Dilihat dari stukturnya, flavonoid merupakan senyawa fenolik. Oleh sebab itu
senyawa flavonoid biasanya mengalami perubahan warna apabila direaksikan dengan basa
seperti ammonia. Substituen utama yang terdapat dalam flavonoid adalah OH atau gugus
hidroksi sehingga umumnya flavonoid larut dalam air. Semakin banyak gugus OH yang
dimiliki maka semakin mudah flavonoid tersebut larut dalam air (semakin polar).
Flavonoid merupakan suatu golongan metabolit sekunder tanaman yang memiliki inti
prenilpropanoid terdiri dari 15 C, yang dapat dimodifikasi secara luas, baik dengan penataan
ulang (rearrangement), oksidasi, alkilasi dan glikosilasi. Flavonoid mengandung cincin
aromatik, berasal dari fenil dan malonil koenzim-A (CoA, melalui jalur asam lemak).
Penggolongan Flavonoid
Dilihat dari struktur inti, flavonoid dapat dibedakan menjadi 3 yaitu :
Major terdiri dari :
1. Flavon
Terdapat sebagai glikosida. Ko-pigmen tak berwarna dalam bunga dan daun.
Contohnya Apigenin pada Apium graveolens dan Luteolin pada Daucus carota,
Sonchus arvensis, Apium graveolens.
2. Flavonol
14
Terdapat sebagai glikosida dan tersebar luas pada tumbuhan. Ko-pigmen tak
berwarna dalam bunga dan daun. Contohnya Kaemferol, Mirisetin, dan Kuersetin
3-rutinosida untuk pengobatan kerapuhan pembuluh kapiler pada manusia.
3. Flavanonol
penyebaran Ko-pigmen tak berwarna dalam bunga dan daun. Contoh : Kuersetin ,
Kaemferol
4. Xanton
Terbatas pada Gentianaceae, Guttiferae, Moraceae dan Polygalaceae. Contohnya
Xanthon dari A. paniculata sebagai antimalaria, Mangiferin (Hypericum sp.,
Cratoxylem pruniflorum, Swertia chirata) sebagai antiinflamasi, antihepatotoksik,
antivirus dan Garciniaxhanton dari Garcinia dulcis sebagai antimalaria.
Minor terdiri dari :
1. Chalkon
Merupakan pigmen kuning yang terdapat khas pada Compositae terutama
Coreopsis.
dan
Tidak berwarna, terbatas hanya pada Leguminosae (akar). Contohnya 7,4dihidroksi isoflavon (daidzein) dan 5,7,4-trihidroksi isoflavon (genistein) yang
terdapat pada Trifolium pratense dan Pueraria spp. Menunjukkan berbagai
aktivitas farmakologis.
Flavanoid
terdiri dari :
1. Katekin larut dalam air, etanol,etil asetat,eter,tidak larut dalam kloroform dan PE,
apabila dipanaskan dengan asam maka akan muncul endapan merah coklat yang
disebut flobafen dan warna larutannya coklat.
2. Leukoantosian larut dalam air, etanol,etil asetat, tidak larut dalam eter, kloroform,
dan PE.
Contoh : Katekin dan leukoantosian pada teh (Camelia sinensis).
Antosianin
Merupakan pigmen warna yang penting dan tersebar luas pada tumbuhan dan merupakan
penyebab warna merah, ungu dan biru pada pada daun bunga, daun dan buah pada
tumbuhan tinggi serta dapat larut dalam air. Beberapa sifat antosianin larut dalam air,
etanol, dan pelarut beroksigen, tidak stabil sebagai zat warna, bila terdapat gugus o-OH
dapat membentuk khelat dengan logam berat. Contoh antosianin adalah sianidin pada
bunga jagung, Rosa sp. (merah) dan Pelargonidin pada bunga pelargonium (merah
oranye).
Cara deteksi flavonoid dalam tanaman yaitu menggunakan reaksi kimia seperti FeCl 3dan
uap Amonia. Selain itu deteksi juga dapat dilakukan dengan KLT melalui pengamatan dengan
UV (254 atau 365 nm) menggunakan pereaksi semprot serta pengamatan spektra (lebih spesifik)
Flavonoid memiliki berbagai aktivitas farmakologis seperti, antioksidan, antibakteri, ntifungi,
antiviral, antiparasit, antiinflamasi, diuretik, antikanker, antispasmodik, antiulcer, dan antifertilit.
16
BAB IV
TANIN, PEPTIDA, DAN RESIN
I.
TANIN
Tanin merupakan suatu zat yang pertama kali digunakan untuk menyebut zat
samak. Tetapi dalam perkembangannya, ditemukan bahwa tidak semua zat samak itu
tannin. Secara kimia, tanin merupakan senyawa kompleks campuran polifenol yang
sulit dipisahkan karena tidak dapat dikristalkan. Tanin teristribusi pada kulit batang,
kayu, daun, buah, akar dan biji tumbuhan tinggi.
Penggunaan Tanin
Bagi tumbuhan, tanin digunakan untuk proteksi terhadap infeksi, gangguan
serangga dan hewan herbivora. Sedangkan bagi manusia, tanin yang mengandung zat
samak tersebut digunakan untuk mengolah kulit binatang contohnya kulit sapi atau
kulit domba menjadi kerajinan tangan seperti tas atau barang-barang lain yang terbuat
dari kulit. Disamping itu, manusia juga memanfaatkan tanin sebagai antidiare (pada
tanaman jambu biji), antidiuretik, antitumor duodenum, antiinflamasi, dan antiseptik
(pada tanaman sirih). Belakangan ini juga telah dilakukan penelitian ilmiah tentang
manfaat tanin sebagai antiviral (HIV), antibakteri, dan antitumor. Produksi tanin akan
semakin meningkat apabila tumbuhan dilukai (disayat atau terinfeksi oleh serangga).
Penggolongan Tanin
17
Tanin dikelompokkan menjadi dua bagian jika dilihat dari Bobot Molekulnya
(BM), yaitu :
1. Tanin Sejati (True Tanin)
Tanin sejati mempunyai bobot molekul yang tinggi yaitu antara 1000
sampai dengan 5000. Jika dideteksi dengan skin test, tanin ini menunjukkan hasil
positif .
2. Pseudo Tanin
Pseudo tanin mempunyai bobot molekul yang rendah kurang dari 1000.
Jika dideteksi dengan skin test, tanin ini menunjukkan hasil negatif.
Selain itu tanin juga dapat dikelompokkan menjadi tiga macam, yaitu :
1. Tanin Terhidrolisis
Yaitu tanin yang dapat dihidrolisis dengan adanya asam dan enzim. Tanin
akan dipecah menjadi monomernya seperti asam galat.
Contoh tanin terkondensasi adalah :
a. Gallotanin
Tersusun dari asam galat. Gallotanin terdapat pada cengkeh dan castanea
sp.
b. Ellagitanin
Tersusun dari asam heksahidroksidifenil. Ellagitanin terdapat pada
pomegranatae (delima) dan castanea sp.
2. Tanin Terkondensasi
Tanin terkondensasi tidak mengikat gula (tidak terdapat dalam bentuk
glikosida), tetapi terdapat sebagai pigmen zat warna flavonoid (antosianin)
sehingga disebut pro antosianin. Tanin terkondensasi hanya terdiri dari inti
fenolik tetapi kadang-kadang terikat pada karbohidrat atau protein. Kebanyakan
tanin jenis ini merupakan hasil kondensasi 2 atau lebih Flavan-3-ol seperti
katekin atau Flavan-3,4-diol seperti leukosianidin. Ciri khas tanin terkondensasi
adalah terbentunya endapan berwarna merah yang disebut flabaven. Contoh tanin
terkondensasi adalah :
18
a. Pada kulit batang chincona atau kina (terdapat pula pada Red Chincona
Bark), acacia, dan kayu manis.
b. Pada bunga lime (lemon).
c. Pada biji yaitu biji cocoa (coklat), kola, dan areca (pinang).
d. Pada buah anggur.
e. Pada daun teh (green tea).
3. Tanin Kompleks
Merupakan gabungan dari tanin terhidrolisis dengan tanin terkondensasi.
yang dapat terlihat dari strukturnya di mana satu sisi merupakan tanin
terhidrolisis dan sisi lain merupakan tanin terkondensasi.
Sifat dan Ciri Khas Tanin
Tanin memiliki sifat yang khas yaitu dapat mengendapkan protein dari larutan dan
dapat berkombinasi dengan protein menyebabkan tahan terhadap enzim proteolitik.
Efek mngendapkan protein ini juga dimanfaatkan dalam penyamakan kulit hewan
yang menyebabkan kulit menjadi liat dan kuat. Efek antiseptiknya yang ringan
menyebabkan kulit yang telah disamak menjadi awet.
Di laboratorium, tanin digunakan sebagai pereaksi pendeteksi gelatin, protein,
alkaloid (kecuali morfin) dan logam berat. Tanin juga berguna sebagai antidot pada
keracunan alkaloid dengan cara berikatan dengan alkaloid dan membentuk tanat yang
tidak larut dalam air.
Efek samping dari penggunaan tanaman yang berkadar tanin tinggi seperti Areca
Catechu atau Rhus copallina adlah efek karsinogenik yang menyebabkan kanker
mulut atu esophagus.
19
II.
PEPTIDA
Peptida mencakup banyak sekali senyawa mulai dari senyawa dengan bobot
molekul rendah sampai senyawa dengan bobot molekul tinggi. Peptida dengan bobot
molekul tinggi merupakan gabungan beberapa unit asam amino membentuk peptida
protein sederhana seperti albumin, globulin, prolamin, glutanin, protein kompleks, protein
terkonjugasi seperti casein, nukleoprotein, dan lipoprotein. Sedangkan senyawa peptida
dengan bobot molekul rendah adalah antibiotik dengan struktur polipeptida siklis,
misalnya gramicidin, bacitracin, polymyxin, dan hormon peptida misal oksitosin,
vasopressin, dan glutation.
Sintesis Peptida
Secara kimia, peptida disintesis dari C-terminal asam amino yang pertama dan Nterminal dari asam amino kedua. Peptida banyak digunakan untuk mempelajari enzim dan
reseptor substratnya dan membuat antigen untuk merangsang pembentukan antibodi.
Hormon Peptida
20
Crude
insulin diperoleh dengan mengekstraksi pankreas segar dari babi dengan alkohol dan
natrium bikarbonat. Pankreas segar dapat menghasilkan 0,2% crude insulin. Insulin
merupakan hormon yang penting dalam pengobatan diabetes karena berfungsi untuk
mengotrol kadar gula dalam darah.
21
III.
RESIN
Resin merupakan sisa hasil metabolisme. Resin mempunyai 3 karakteristik utama
yaitu :
1. Karakter Fisik
Resin mempunyai bobot molekul yang lebih besar daripada air, berbentuk padatan
keras dan setengah padat, yang jika terkena panas akan menjadi lembek atau
meleleh.
2. Kelarutan Dalam Pelarut
Resin praktis tidak larut dalam air, sangat jarang larut dalam petroleum eter kecuali
colophony dan damar. Larut atau sedikit larut dalam alkohol, eter, aseton,
kloroform, karbon disulfida, larutan kloralhidrat dan minyak atsiri.
3. Komposisi Kimia
Resin merupakan campuran kompleks dari berbagai konstituen kimia seperti asam,
ester, dnglikosida. Hampir sebagian besarresin tidak mengandung unsur nitrogen
(N). Dalam penyimpanan yang cukup lama, resin dapat mengalami perubahan warna
menjadi lebih gelap dan perubahan kelarutan. Perubahan ini disebabkan karena tanin
mudah terokidasi.
Penggolongan Resin
Berdasarkan komposisi kimia yang utama, resin dibedakan menjadi :
1. Resin asam, konstituen utama adalah asam.
Misalnya : Colophony, Burgundy Pitch, Sandarac, dan Guaiacum.
2. Resin ester, konstituen utama adalah ester.
Misalnya : Benzoin dan Dragons Blood.
3. Resin campuran, tidak ada kontituen kimia yang dominan.
Misalnya : Mastich dan Shellac.
22
Tanin secara alami diproduksi dalam saluran sekresi. Salurn sekresi tersebut sudah
terdapat secara alami pada tumbuhan, atau juga bisa karena tumbuhan tersebut dilukai.
23
No
Nama
Resin
Colophony
Penghasil
Pinus
Kandungan Kimia
Kegunaan
dan
diuretik
Pinus
echinata
Pinus
Miller,
cubensis
Bordeaux
Pinus
Turpentine
Poiret
pimarolic acid
Venice
Larix europoea DC
Tetraclinis articulata
85%
Turpentine
4
Sandarac
pimaric
acid
dan Untuk
cat
terutama untuk
kayu-kayu
dengan
warna
terang
5
Guaiacum
Resin
acid,
sanctum Linn.
11-25%
saponin
lozenges, pada
pengobatan
gout kronis dan
reumatik
Benzoin
No
Nama Resin
Mastich
Styrax
Styrax
dan
paralleloneurus
(benzoresinol)
Penghasil
Pistasia
bentuk
Kandungan Kimia
Tacchardia
lacca R.Blanchard
dan
cetyl
dalam
24
Insekta
Kegunaan
Shellac
dan antiseptik
Linn.
alkoholnya ekspektoran
penyalutan
tablet enterik
Penyalut
tablet/pil enterik
setelah
DAFTAR PUSTAKA
25