PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Pemeliharaan personal hygiene sangat menentukan status kesehatan,
dimana individu secara sadar dan atas inisiatif pribadi menjaga kesehatan dan
mencegah terjadinya penyakit. Upaya kebersihan diri ini mencakup tentang
kebersihan rambut, mata, telinga, gigi, mulut, kulit, kuku, serta kebersihan dalam
berpakaian (Notoatmodjo,2003).
Salah satu upaya personal hygiene adalah merawat kebersihan kulit karena
kulit berfungsi untuk melindungi permukaan tubuh, memelihara suhu tubuh dan
mengeluarkan kotoran-kotoran tertentu. Mengingat kulit penting sebagai
pelindung organ-organ tubuh, maka kulit perlu dijaga kesehatannya. Penyakit
kulit dapat disebabkan oleh jamur, virus, kuman, parasit. Salah satu penyakit kulit
yang disebabkan oleh parasit adalah Skabies ( Djuanda, 2000).
Skabies merupakan infeksi parasit pada kulit yang disebabkan oleh
Sarcoptes scabei var hominis (Chin, 2006). Insiden skabies di negara berkembang
menunjukkan siklus fluktuasi (Harahap, 2000). Distribusi, prevalensi,dan insiden
penyakit infeksi parasit pada kulit ini tergantung dari area dan populasi yang
diteliti. Penelitian di suatu kota miskin di Bangladesh menunjukkan bahwa semua
anak usia kecil dari 6 tahun menderita skabies, serta di pengungsian Sierra Leone
ditemukan 86% anak pada usia 5-9 tahun terinfeksi Sarcoptes scabei (WHO,
2009). Indonesia mempunyai prevalensi skabies yang cukup tinggi dan cenderung
tinggi pada anak-anak sampai dewasa (Asra, 2010). Pada tahun 2010, penyakit
kulit infeksi termasuk 10 penyakit terbanyak di Sumatera Barat dengan kejadian
106.568 kasus (Depkes Sumbar, 2010). Penyakit kulit infeksi di Kota Padang
merupakan penyakit kedua terbanyak, yaitu 24.058 kasus baru dan 13.148 kasus
lama. Kasus skabies di kota Padang banyak ditemukan di daerah Air Dingin
dengan jumlah 1.781 kasus pada tahun 2010. Kejadian skabies pada umumnya
terjadi peningkatan setiap bulan. Pada bulan Oktober 2010 kasus skabies
berjumlah 142 kasus, 157 kasus pada bulan November 2010, dan mengalami
sedikit penurunan pada bulan Desember 2010, yaitu 129 kasus. (Dinas Kesehatan
Kota Padang, 2010).
Siswa pondok pesantren merupakan subjek penting dalam permasalahan
skabies. Karena dari data-data yang ada sebagian besar yang menderita skabies
adalah siswa pondok pesantren. Penyebabnya adalah tinggal bersama
dengan sekelompok orang di pondok pesantren memang beresiko
mudah tertular berbagai penyakit terutama penyakit kulit. Perilaku hidup
bersih
dan
sehat
terutama
kebersihan
perseorangan
umumnya
kurang
penjelasan
diatas,
maka
peneliti
ingin
mengetahui
1.4 Manfaat
Adapun manfaat penelitian ini adalah :
1. Bagi peneliti
Dengan penelitian ini, peneliti dapat manambah wawasan, kemapuan
menerapkan ilmu yang dipelajari dan untuk memberikan informasi kepada
siswa pondok pesantren tentang kebiasaan yang baik dalam menjaga
kebersihan.
2. Bagi Siswa
Diharapkan siswa pondok pesantren dapat mengetahui betapa penting
menjaga kebersihan dalam mencegah penyakit menular, khususnya
skabies.
3. Bagi Pengelola
Sebagai masukan supaya terwujudnya perilaku hidup bersih dan sehat di
pondok pesantren khususnya dalam hal kebersihan serta supaya pihak
pengelola lebih memperhatikan perilaku kebersihan diri siswa sehingga
penularan dan pencegahan penyakit skabies dapat diminimalisir.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Personal Hygiene
2.1.1 Definisi
Kebersihan diri atau personal hygiene berasal dari bahasa Yunani yaitu
personal yang artinya perorangan dan hygiene yang berarti sehat. Kebersihan
perorangan adalah suatu tindakan untuk memelihara kebersihan dan kesehatan
seseorang untuk kesejahteraan fisik dan psikis (Tarwoto, 2011).
Personal hygiene merupakan perawatan diri sendiri yang dilakukan untuk
mempertahankan kesehatan baik secara fisik maupun psikologis (Alimul, 2006).
2.1.2
telinga. Adapun karakter kotoran pada telinga ada 2 yaitu kotoran yang
bertekstur lembek dan kotoran bertekstur keras. Pada kotoran yang
bertekstur keras lebih beresiko dari pada yang lembek.
4) Perawatan mulut
Suatu tindakan membersihkan bagian mulut seperti rongga mulut, gigi
dan lidah untuk mempertahankan agar mulut tetap bersih dan sehat.
Tujuannya yaitu supaya mulut dan gigi tetap bersih serta tidak bau,
membersihkan sisa makanan, mencegah infeksi pada mulut serta
memberikan perasaan segar.
5) Perawatan kuku kaki dan tangan
Perawatan kuku kaki dan kuku tangan sering kali memerlukan
perhatian khusus untuk mencegah infeksi dan bau.
6) Perawatan genetalia
Suatu tindakan membersihkan bagian genetalia. Hal ini dilakukan
untuk mencegah dari infeksi ataupun jamur yang menempel pada
bagian genetalia.
2.1.2.2 Berdasarkan Waktu (Alimul, 2006)
1) Perawatan dini hari
Merupakan perawatan diri yang dilakukan pada waktu bangun tidur
seperti mencuci muka, tangan, dan menjaga kebersihan mulut.
2) Perawatan pagi hari
Perawatan yang dilakukan setelah melakukan makan pagi dengan
melakukan perawatan diri seperti pemenuhan kebutuhan eliminasi
(buang air besar dan buang air kecil), mandi, mencuci rambut,
melakukan perawatan kulit, melakukan pijatan pada punggung,
membersihkan mulut, kuku, dan rambut.
3) Perawatan siang hari
Perawatan yang dilakukan setelah makan siang. Berbagai tindakan
perawatan diri yang dapat dilakukan antara lain mencuci muka dan
2.1.3
perawatan
menggunakan
produk
rambut.
tertentu
Ada
kebiasaan
orang
dalam
perawatan
diri,
yang
seperti
2.1.4
2.2.2 Epidemiologi
Skabies merupakan penyakit endemi pada banyak masyarakat. Penyakit ini
dapat mengenai semua ras dan golongan di seluruh dunia. Insidens antara pria dan
wanita sama. Penyakit ini banyak dijumpai pada anak dan dewasa muda, tetapi
dapat mengenai semua umur. (Harahap, 2000).
10
Skabies pada orang yang tingkat kebersihannya cukup bisa salah diagnosis.
Karena sangat sukar ditemukan terowongan. Tungau biasanya hilang akibat mandi
secara teratur (Harahap, 2000).
b. Skabies Nodula
Bentuk ini merupakan suatu bentuk hipersensitivitas terhadap tungau skabies.
Lesi berupa nodul yang gatal, merah cokelat, terdapat biasanya pada genitalis lakilaki, inguinal dan ketiak yang dapat menetap selama berbulan-bulan bahkan
hingga satu tahun walaupun mendapatkan pengobatan anti skabies (Harahap,
2000).
c. Skabies Incognito
Gejala dan tanda skabies dapat disamarkan oleh pemberian obat steroid
topikal atau sistemik, sementara infestasi tetap ada. Sebaliknya, pengobatan
dengan steroid topikal yang lama dapat menyebabkan lesi bertambah hebat
(Harahap, 2000).
d. Skabies Pada Bayi dan Anak
Lesi skabies pada anak dapat mengenai seluruh tubuh, termasuk seluruh
kepala, leher, telapak tangan, telapak kaki, dan sering terjadi infeksi sekunder.
Pada bayi lesi terdapat di wajah (Harahap, 2000).
e. Skabies Norwegia
Skabies jenis ini sering disebut juga skabies berkrusta (crusted scabies) yang
memiliki karakteristik lesi berskuama tebal yang penuh dengan infestasi tungau.
Bentuk lesi jenis skabies ini ditandai dengan tangan, kaki, kepala, dan leher
penderita ditutupi oleh krusta yang tebal dan retak-retak. Jenis ini sangat menular,
tetapi rasa gatalnya sangat sedikit. Tungau dapat ditemukan dalam jumlah yang
11
besar. Jenis ini dapat ditemukan pada penderita retardasi mental, kelemahan fisis,
gangguan imunologik, dan psikosis (Djuanda, 2007). Skabies berkrusta sering
sukar diobati dengan obat-obatan topikal, dan biasanya memerlukan beberapa kali
pengolesan skabisida. Pengobatan hendaknya diberikan diseluruh tubuh, termasuk
kepala dan leher (Graham, 2003)
2.2.5 Patogenesis
Siklus hidup tungau ini setelah perkawinan yang terjadi di atas kulit, yang
jantan akan mati, kadang-kadang masih dapat hidup beberapa hari dalam
terowongan yang dibuat betina. Tungau betina yang telah dibuahi menggali
terowongan dalam stratum korneum, dengan kecepatan 2-3 milimeter sehari
sambil meletakkan telurnya 2 atau 4 butir sehari sampai jumlah 40 atau 50.
Bentuk betina yang telah dibuahi ini dapat hidup sebulan lamanya. Telur akan
menetas biasanya dalam waktu 3 sampai 5 hari, dan akan menjadi larva. Siklus
hidup kutu ini dari telur sampai dewasa membutuhkan 8-12 hari (Djuanda, 2007).
Rasa gatal yang ditimbulkan oleh sensitisasi tungau akan terasa oleh hospes
setelah 4-6 minggu (Graham,2003). Menurut james chin, 2000, rasa gatal timbul
setelah adanya masa inkubasi 2 sampai 6 minggu pada orang yang sebelumnya
belum pernah terpajan. Orang yang sebelumnya pernah menderita skabies gejala
akan muncul 1 sampai 4 hari setelah infeksi ulang.
12
putih keabu-abuan ( bila belum ada infeksi sekunder ), dan panjangnya kurang
lebih 10 mm (Airlangga, 2009). Terowongan terutama ditemukan pada tangan dan
kaki, bagian samping jari tangan dan jari kaki, sela-sela jari, pergelangan tangan,
dan punggung kaki. Pada bayi terowongan sering terdapat pada telapak tangan,
telapak kaki, dan bisa juga pada badan, leher, kepala. Terowongan pada badan
biasanya ditemukan pada usia lanjut. Terowongan bisa juga ditemukan pada
genitalia pria dan biasanya tertutupi oleh papula yang meradang. Papula yang
ditemukan pada skrotum dan penis adalah patognomonis untuk skabies.
Ruam
skabies berupa erupsi papula kecil yang meradang, yang terutama terdapat
terdapat di daerah aksila, umbilikus, dan paha. Ruam ini merupakan suatu reaksi
alergi tubuh terhadap tungau (Graham, 2003).
2.2.7 Diagnosis
Ada 4 tanda kardinal, yaitu :
1. Pruritus nokturna, yaitu gatal pada malam hari.
2. Penyakit ini menyerang manusia secara kelompok. Misalnya dalam sebuah
anggota keluarga biasanya seluruh anggota keluarga terkena infeksi.
Begitu pula dengan sebuah perkampungan yang padat penduduknya,
sebagian besar tetangga yang berdekatan akan diserang oleh tungau
tersebut.
3. Adanya terowongan (kunikulus) pada tempat-tempat predileksi berwarna
putih keabu-abuan
4. Menemukan tungau merupakan hal yang paling diagnostik.
Diagnosis dapta dibuat dengan menemukan 2 dari 4 gejala kardinal tersebut
(Djuanda, 2007)
13
Menurut Harahap (2000), selain 4 tanda kardinal diatas diagnosis skabies juga
dapat ditegakkan dengan tanda penyembuhan cepat setelah pemberian obat
antiskabies topikal yang efektif. Diagnosis pasti dapat ditegakkan dengan
ditemukannya kutu dewasa, telur, larva dari dalam terowongan. Cara
mendapatkannya
dengan
membuka
terowongan
dan
mengambil
parasit
menggunakan pisau bedah atau jarum steril. Kutu betina akan tampak sebagai
bintik kecil gelap atau keabuan di bawah vesikula. Cara lain dengan meneteskan
minyak immersi pada lesi dan epidermis diatasnya dikerok secara perlahan-lahan.
Tangan dan pergelangan tangan merupakan tempat terbanyak ditemukan kutu.
2.2.8 Diagnosis Banding
Ada pendapat yang menyatakan penyakit skabies merupakan The great
imitator karena dapat menyerupai banyak penyakit kulit dengan keluhan gatal.
Sebagai diagnosis bandingnya adalah Pyoderma, Pedikulosis korporis, Dermatitis,
Prurigo (Djuanda, 2007 . Airlangga, 2009)
2.2.9 Tatalaksana
Syarat pengobatan yang ideal ialah harus efektif terhadap semua stadium
tungau, harus tidak menimbulkan iritasi dan tidak toksik, tidak berbau atau kotor
serta tidak merusak atau mewarnai pakaian, mudah diperoleh dan harganya
murah. Cara pengobatannya ialah seluruh anggota keluarga harus diobati
(Djuanda, 2007).
Obat-obatan topikal harus dioleskan mulai dari leher sampai jari kaki, dan
pasien diingatkan untuk tidak membasuh tangannya sesudah melakukan
pengobatan. Pada bayi, orang lanjut usia, dan orang imunokompromasi,
terowongan tungau dapat terjadi di kepala dan leher sehingga pemakaian obat
14
perlu diperluas pada daerah tersebut. Setelah pengobatan, rasa gatal tidak hilang
segera, tetapi pelan-pelan akan terjadi perbaikan dalam waktu 2-3 minggu, saat
epidermis superfisial yang mengandung tungau terkelupas (Graham, 2003).
Jenis-jenis obat topikal yang dipakai untuk pengobatan skabies adalah
(Djuanda, 2007)
1. Belerang endap (sulfur presipitatum) dengan kadar 4-20% dalam bentuk
salap atau krim. Kekurangannya adalah berbau dan mengotori pakaian dan
kadang-kadang menimbulkan iritasi. Dapat dipakai pada bayi kurang dari
2 tahun.
2. Emulsi benzil-benzoas dengan kadar 20-25%, efektif terhadap semua
stadium. Diberikan setiap malam selama tiga hari.
3. Gama benzena heksa klorida (Gammexane) kadarnya 1% dalam krim atau
losio. Termasuk obat pilihan karena efektif terhadap semua stadium,
mudah digunakan, dan jarang memberikan iritasi. Obat ini tidak
dianjurkan pada anak dibawah 6 tahun dan wanita hamil karena toksin
terhadap susunan saraf pusat. Pemberiannya cukup sekali, kecuali jika
masih ada gejala diulangi seminggu kemudian.
4. Krotamiton 10% dalam krim atau losio. Mempunyai dua efek yaitu
antiskabies dan atigatal.
5. Permetrin dengan kadar 5% dalam krim. Kurang toksik dibandingkan
dengan gammeksan, efektivitasnya sama dengan gameksan. Aplikasi
hanya sekali dan dihapus setelah 10 jam. Bila belum sembuh diulangi
setelah seminggu.
2.2.10 Prognosis
15
BAB III
KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN
Kebersihan Tangan
dan Kuku
16
Variable
dependen
KEJADIAN
SKABIES
Kebersihan Genitalia
Kebersihan Handuk
Kebersihan Tempat
Tidur dan Sprei
3.2 Hipotesis
Hipotesis ada dua yaitu hipotesis nol dan hipotesis alternatif. Hipotesis nol
adalah hipotesis negatif yang menyangkal jawaban sementara yang dirancang oleh
peneliti yang harus diuji kebenarannya. Hipotesis alternatif adalah pernyataan
adanya hubungan antara dua variabel yaitu variabel dependen dan variabel
independen.
Ha
Ho
BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN
4.1 Jenis dan desain penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah jenis penelitian analitik observasional
dengan
pendekatan
cross
sectional
karena
variabel
dependen
dan
17
dan diobservasi satu kali saja. Variabel dependennya adalah kejadian skabies dan
variabel independennya adalah personal hygiene.
4.2 Populasi dan sampel penelitian
4.2.1 Populasi
Populasi yang dimaksud pada penelitian ini adalah semua
santri di Pondok Pendidikan Islam Darul Ulum Palarik Air Pacah,
Kecamatan Koto Tangah, Padang.
4.2.2 Sampel
Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini
adalah total sampling. Total sampling adalah teknik pengambilan
sampel dimana jumlah sampel sama dengan populasi.
bersedia
menjadi
subjek
penelitian
b) Kriteria ekslusi
1) Santri yang tidak hadir ketika penelitian
berlangsung
4.3 Variabel penelitian dan definisi operasional variabel
Variabel dependen dari penelitian ini adalah kejadian skabies sedangkan
variabel independennya adalah personal hygiene.
Definisi operasional variabel diperlukan dalam suatu penelitian bertujuan
untuk membatasi ruang lingup variabel yang diteliti. Oleh karena itu, definisi
18
adalah
Alat Ukur
ada
tidaknya
gejala
skabies
dengan
tanda
kecil,
sedikit
terowongan
meninggi,
penyakit wawancara
berwarna
keabu-abuan
Skabies
nominal
atau tidak
skabies
putih
terutama
pernah
mendapatkan
obat skabies.
Variabel independen : personal hygiene
Definisi operasional
Alat Ukur
Skala Ukur
Hasil Ukur
Skala ordinal
Personal
hygiene baik
meliputi
atau buruk
kebersihan
19
tangan
dan
20
a. Meminta surat izin dari instansi dan mengajukan izin penelitian kepada
pimpinan Pondok Pendidikan Islam Darul Ulum Palarik Air Pacah, Kecamatan
Koto Tangah, Padang.
b. Setelah peneliti mendapatkan izin Pimpinan maka peneliti mencari calon
responden yang sesuai dengan kriteria inklusi.
c. Sebelum peneliti melakukan penelitian terhadap responden, peneliti
memberikan penjelasan tentang maksud dan tujuan penelitian.
d. Memberikan lembar persetujuan untuk menjadi responden dan jika responden
menyetujui diminta untuk menandatangani lembar persetujuan.
e. Pengumpulan data dilakukan oleh peneliti dengan memberikan kuisioner
kepada responden untuk diisi dan memberikan penjelasan cara mengisi kuisioner.
f. Peneliti melakukan wawancara serta observasi setelah responden selesai
mengisi kuisioner.
g. Peneliti mengecek kembali kelengkapan kuisioner dan melengkapi kekurangan
dengan memberikan penjelasan.
4.7 Pengolahan data
4.7.1. Penyusunan Data
Untuk memudahkan penilaian dan pengecekan apakah semua data yang
diperlukan dalam menguji hipotesis dan untuk mencapai tujuan penelitian
itu sudah lengkap.
Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam metode pengolahan data,
diantaranya adalah :
4.7.1.1. Editing
21
dengan
22
: nilai x ke 1 sampai ke n
: jumlah sampel
23
BAB V
HASIL PENELITIAN
Pengumpulan data dilakukan selama 3 hari, yaitu 21-23 Januari 2013. Alur
pengumpulan data dimulai dengan pengisian surat persetujuan menjadi responden
dan melakukan wawancara serta membagikan kuisioner kepada responden.
Alasan dipilihnya santri Pondok Pendidikan Islam Darul Ulum adalah
setelah dilakukan survey awal pada tanggal 9 Februari 2012 di puskesmas air
dingin dan Pondok Pendidikan Islam Darul Ulum bahwa beberapa santri Pondok
Pendidikan Islam Darul Ulum menderita skabies.
5.1 Gambaran Umum Pondok Pendidikan Darul Ulum
Pondok Pendidikan Islam Darul Ulum terletak di Palarik Air Pacah,
Kecamatan Koto Tangah, Padang. Jumlah santriwan dan santriwati
sebanyak 138 orang. Pondok Pendidikan Islam Darul Ulum berdiri dengan
24
Pada
penelitian
ini
distribusi
frekuensi
responden
berdasarkan
Jenis kelamin
Laki-laki
Perempuan
Jumlah
Frekuensi
76
62
138
%
55,1
44,9
100
Umur Responden
Pada penelitian ini distribusi frekuensi responden berdasarkan
karakteristik umur dapat dilihat pada tabel 5.2
Tabel 5.2 Distribusi frekuensi umur santri Pondok Pendidikan
Islam Darul Ulum Palarik, Air Pacah
No
1.
2.
3.
Umur
10
12
13
Frekuensi
1
11
37
25
%
0,7
8
26,8
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
14
15
16
17
18
19
20
Jumlah
25
19
28
7
5
3
2
138
18,1
13,8
20,3
5,1
3,6
2,2
1,4
100
5.2.3
Pendidikan Responden
Pada penelitian ini distribusi frekuensi responden berdasarkan
karakteristik pendidikan dapat dilihat pada tabel 5.3
Tabel 5.3 Distribusi frekuensi pendidikan santri Pondok
Pendidikan Islam Darul Ulum Palarik, Air Pacah
No
1.
2.
Pendidikan
Wustha
MAS
Jumlah
Frekuensi
110
28
138
%
79,7
20,3
100
Variabel Dependen
-
Kejadian skabies
26
Kejadian Skabies
Skabies
Tidak skabies
Jumlah
Frekuensi
34
104
138
%
24,6
75,4
100
5.3.2
Variabel independen
5.3.2.1 Kebersihan Pakaian
Pada penelitian ini frekuensi tingkat kebersihan pakaian responden
dapat dilihat pada tabel 5.5
Tabel 5.5 Distribusi frekuensi tingkat kebersihan pakaian santri
Pondok Pendidikan Islam Darul Ulum Palarik,
Air Pacah
No
1
2
Kebersihan pakaian
Hygiene baik
Tidak Hygiene
Jumlah
Frekuensi
104
34
138
%
75,4
24,6
100
27
Kebersihan Kulit
Hygiene baik
Tidak Hygiene
Jumlah
Frekuensi
42
96
138
%
30,4
69,6
100
Kebersihan Tangan
dan Kuku
Hygiene baik
Tidak Hygiene
Jumlah
Frekuensi
66
72
138
47,8
52,2
100
28
Kebersihan Genitalia
Hygiene baik
Tidak Hygiene
Jumlah
Frekuensi
106
32
138
%
76,8
23,2
100
5.3.2.5
Kebersihan Handuk
Pada penelitian ini frekuensi tingkat kebersihan handuk responden
dapat dilihat pada tabel 5.9
Tabel 5.9 Distribusi frekuensi tingkat kebersihan handuk santri
Pondok Pendidikan Islam Darul Ulum Palarik,
Air Pacah
No
1
2
Kebersihan Handuk
Hygiene baik
Tidak Hygiene
Jumlah
Frekuensi
76
62
138
%
55,1
44,9
100
29
Kebersihan Tempat
Tidur dan Sprei
Hygiene baik
Tidak Hygiene
Jumlah
Frekuensi
83
55
138
60,1
39,9
100
Personal Hygiene
Hygiene baik
Tidak Hygiene
Jumlah
Frekuensi
70
68
138
%
50,7
49,3
100
Analisis Bivariat
Hubungan kebersihan pakaian dengan kejadian skabies
30
Tidak
Hygiene
12 (35,3%)
Tidak
skabies
22 (64,7%)
Total
P
Value
34(100%)
104(100%)0,97
138(100%)
31
Tidak
Total
P
Value
Kebersiha
n kulit
Tidak
Hygiene
Hygiene
baik
Jumlah
30 (31,3%)
skabies
66 (68,8%)
96(100%)
4 (9,5%)
38 (90,5%)
42(100%)0,06
34 (24,6%) 104(75,4%)
138(100%)
5.4.3
Tidak
Hygiene
27 (37,5%)
Tidak
skabies
45 (62,5%)
Hygiene
baik
Jumlah
7 (10,6%)
59 (89,4%)
34 (24,6%) 104(75,4%)
32
Total
P
Value
72 (100%)
66 (100%)0,00
138(100%)
Tidak
Hygiene
Hygiene
baik
Jumlah
Total
P
Value
13 (40,6%)
Tidak
skabies
19 (59,4%)
32 (100%)
21 (19,8%)
85 (80,2%)
106(100%)0,17
34 (24,6%) 104(75,4%)
138(100%)
33
Tidak
Hygiene
Hygiene
baik
Jumlah
18 (29%)
Tidak
skabies
44 (71%)
16 (21,1%)
60 (78,9%)
34 (24,6%) 104(75,4%)
Total
P
Value
62 (100%)
76 (100%)0,279
138(100%)
34
Tidak
Hygiene
20 (36,4%)
Tidak
skabies
35 (63,6%)
Hygiene
baik
Jumlah
14 (16,9%)
69 (83,1%)
34 (24,6%) 104(75,4%)
Total
P
Value
55 (100%)
83 (100%)0,09
138(100%)
35
Tidak
Hygiene
Hygiene baik
Jumlah
Total
Tidak
skabies
38 (55,9%)
68(100%)
4 (5,7%)
66 (94,3%)
34 (24,6%) 104(75,4%)
70(100%)
138(100%)
30 (44,1%)
P
Value
0,000
36
BAB VI
PEMBAHASAN
6.1 Karakteristik Responden
6.1.1
sebagian besar santri yang menderita skabies adalah berjenis kelamin lakilaki. Hasil ini senada dengan penelitian Andayani (2005) bahwa insiden
skabies laki-laki lebih banyak dari perempuan. Muin (2009), perempuan
akan lebih kecil risiko terpapar penyakit skabies karena perempuan lebih
cenderung merawat diri dan menjaga penampilan sedangkan laki-laki
37
Umur Responden
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa
responden berada pada kelompok umur antara 10-20 tahun. Dari kelompok
umur tersebut, responden yang mengalami skabies dengan prevalensi
terbanyak adalah berumur 13 tahun. Hal ini sesuai dengan Frenki (2011),
insiden skabies adalah responden yang berumur 12-13 tahun. Noor
(2008), beberapa penyakit menular tertentu menunjukkan bahwa umur
muda mempunyai resiko yang tinggi.
Dapat disimpulkan bahwa hasil yang didapatkan sesuai dengan
teori dan penelitian sebelumnya. Responden yang berumur muda lebih
beresiko terserang skabies. Tingkat kerentanan dan pengalaman terhadap
penyakit tersebut biasanya sudah dialami oleh mereka yang berumur tinggi
(Noor, 2008)
6.1.3
Pendidikan responden
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa
38
6.3
39
40
dengan kejadian skabies karena dengan mandi saja tidak cukup untuk
mencegah kejadian skabies, masih ada faktor lain yang dapat
mempengaruhi
penyakit
skabies.
Pemeliharaan
kebersihan
kulit
6.6
41
6.8
hasil
penelitian
menunjukkan
bahwa
tingkat
kebersihan tempat tidur dan sprei baik. Menurut Andayani (2005), kuman
skabies paling senang hidup dan berkembang biak di perlengkapan tidur.
Dengan menjemur kasur dan mengganti sprei sekali seminggu ini bisa
mengurangi perkembangbiakan kuman skabies. Dapat disimpulkan dari
hasil penelitian tidak sesuai dengan penelitian sebelumnya. Tidur bersama
dengan anggota keluarga atau teman yang menderita skabies, tidak
menjemur kasur dan tidak mengganti sprei seminggu sekali bisa menjadi
beberapa faktor yang bisa meningkatkan risiko terkena skabies.
42
BAB VII
PENUTUP
7.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka peneliti dapat
menarik kesimpulan bahwa :
1. Terdapat hubungan antara personal hygiene dengan kejadian skabies di
Pondok Pendidikan Islam Darul Ulum, Palarik Air Pacah.
2. Didapatkan 34 orang dari 138 orang santri yang menjadi sampel
mengalami skabies.
3. Didapatkan bahwa lebih dari setengah responden memiliki personal
hygiene yang baik dan gambaran masing-masing personal hygiene santri
baik.
43
7.2 Saran
1) Bagi pengelola pondok pesantren
Diharapkan pengelola pondok pesantren dapat bekerja sama dengan dokter
puskesmas untuk memberikan penyuluhan tentang pentingnya menjaga
personal hygiene yang baik, serta melakukan pemutusan mata rantai
skabies dengan melakukan pengobatan kepada semua santri dan bekerja
sama membersihkan semua peralatan untuk memusnahkan tungau skabies.
2) Bagi Santri perlu meningkatkan kebersihan diri tidak bergantian memakai
handuk sesama teman, menjemur pakaian dalam dibawah terik matahari
dan menjemur kasur minimal sekali seminggu.
3) Bagi peneliti selanjutnya dapat menambahkan jumlah sampel supaya
hubungan antar variabel lebih terlihat.
Daftar Pustaka
Alimul, Aziz. 2006. Pengantar Kebutuhan Dasar Munusia:Aplikasi Konsep
dan Proses Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika
Andayani, Lita Sri. 2005. Perilaku Santri Dalam Upaya Pencegahan
Penyakit Skabies di Pondok Pesantren Ulumu Quran stabat.
Fakultas Kesehatan Masyarakat. Skripsi, Universitas Sumatera
Utara, Medan
Asra, Hajrin Pajri, 2010. Pengaruh Pengetahuan dan Tindakan Higinie
Pribadi Terhadap Kejadian Penyakit Skabies di Pondok Pesantren
Ar-Raudhatul hasanah Medan. Fakultas Kedokteran. Skripsi,
Universitas Sumatera Utara, Medan.
Brown, Robin Graham. 2005. Dermatologi. Jakarta:Erlangga
Chin,
Pemberantasan
Penyakit
Menular.
44
45
KUISIONER PENELITIAN
HUBUNGAN PERSONAL HYGIENE SISWA DENGAN KEJADIAN
SKABIES DI PONDOK PENDIDIKAN ISLAM DARUL ULUM, PALARIK
AIR PACAH, KECAMATAN KOTO TANGAH PADANG
TAHUN 2013
Nomor responden
Tanggal
A. Identitas Diri
Nama
Umur
:
46
Jenis kelamin :
Pendidikan
Kelas
B. Personal hygiene
Kebersihan Pakaian
47
Kebersihan Kulit
48
a. Ya
b. Tidak
3. Apakah anda memotong kuku sekali seminggu?
a. Ya
b. Tidak
4. Apakah anda mencuci tangan pakai sabun menggunakan sabun sesudah
BAB/BAK?
a. Ya
b. Tidak
5. Apakah anda mencuci tangan setelah menggaruk badan anda?
a. Ya
b. Tidak
6. Apakah anda menyikat kuku menggunakan sabun saat mandi?
a. Ya
b. Tidak
Kebersihan Genitalia
49
b. Tidak
4. Apakah anda menjemur pakaian dalam anda dibawak terik matahari?
a. Ya
b. Tidak
5. Apakah anda membersihkan alat genital setiap sesudah BAB/BAK?
a. Ya
b. Tidak
6. Apakah anda merendam pakaian dalam dijadikan satu sama teman anda?
a. Ya
b. Tidak
Kebersihan Handuk
50
1. Apakah sprei yang anda gunakan untuk tidur digunakan untuk bersama-sama?
a. Ya
b. Tidak
2. Apakah anda tidur ditempat tidur anda sendiri?
a. Ya
b. Tidak
3. Apakah teman anda pernah tidur ditempat tidur anda?
a. Ya
b. Tidak
4. Apakah anda menjemur kasur tempat tidur anda sekali seminggu?
a. Ya
b. Tidak
5. Apakah anda mengganti sprei tempat tidur anda sekali seminggu?
a. Ya
b. Tidak
6. Apakah anda mencuci sprei tempat tidur anda dijadikan satu dengan teman anda?
a. Ya
51
b. Tidak
LEMBAR PENJELASAN
Assalammualaikum Wr.Wb
Saya Suci Chairiya Akmal, mahasiswa yang sedang menjalani pendidikan
dokter di Fakultas Kedokteran Universitas Andalas. Saya akan mengadakan
penelitian dengan judul Hubungan Personal Hygiene Siswa Dengan Kejadian
Skabies di Pondok Pesantren Darul Ulum Palarik Air Pacah, Kecamatan
Koto Tangah, Padang Tahun 2013. Saya mengikutsertakan Adik-adik siswa
Pondok Pesantren Darul Ulum dalam penelitian ini bertujuan mengetahui
hubungan kebersihan diri siswa dengan kejadian skabies di Pondok Pendidikan
Darul Ulum. Saya mengharapkan jawaban yang sebenar-benarnya dan kerja sama
dari Adik-adik Siswa pesantren. Informasi yang Adik-adik siswa berikan akan
tidak akan digunakan untuk maksud-maksud lain selain penelitian ini.
52
Partisipasi Adik-adik Siswa dalam penelitian ini bersifat sukarela, Adikadik bebas untuk ikut atau menolak tanpa adanya sanksi apapun. Kerahasiaan data
Siswa akan dijamin sepenuhnya.
Jika selama menjalankan penelitian ini ada masalah yang timbul silahkan
menghubungi saya Suci Chairiya Akmal ( HP: 07519560326).
Demikian informasi ini saya sampaikan. Atas bantuan, partisipasi dan
kesediaan waktu Adik-adik sekalian, Saya ucapkan terima kasih.
53
Nama Peneliti
Jenis Penelitian
(_____________________ )
54