Anda di halaman 1dari 7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Gastritis
Gastritis berasal dari kata gaster yang artinya lambung dan itis yang
berarti inflamasi/peradangan. Menurut Hirlan dalam Suyono (2006), gastritis
adalah proses inflamasi pada lapisan mukosa dan submukosa lambung, yang
berkembang bila mekanisme protektif mukosa dipenuhi dengan bakteri atau
bahan iritan lain.
Gastritis adalah suatu peradangan mukosa lambung paling sering
diakibatkan oleh ketidakteraturan diet, misalnya makan terlalu banyak dan
cepat atau makan makanan yang terlalu berbumbu atau terinfeksi oleh
penyebab yang lain seperti alkohol, aspirin, refluks empedu atau terapi radiasi
(Brunner, 2000 : 187).
Gastritis lambung merupakan gangguan umum diskontinuitas dari mukosa
lambung, yang disebabkan oleh berbagai faktor seperti alkohol, stres, infeksi
Helicobcter pylorii, obat anti inflamasi non steroid seperti, aspirin atau
Acetylsalicylic acid, indomethacin, sulfonamide. Penderita gastritis umumnya
mengalami gangguan pada saluran pencernaan yaitu, berupa nafsu makan
menurun, perut kembung dan perut terasa penuh, mual, muntah dan bersendawa
(Boyers, 2010).
Berdasarkan dari definisi-definisi di atas dapat disimpulkan, bahwa gastritis
adalah suatu peradangan atau perdarahan pada mukosa lambung yang
disebabkan oleh faktor iritasi, infeksi bakteri, dan ketidakteraturan dalam pola
makan, misalnya telat makan, makan terlalu banyak, cepat, makan makanan
yang terlalu banyak bumbu dan pedas. Hal tersebut dapat menyebabkan
terjadinya gastritis.
2.2 Kunyit Putih (Curcuma Mangga Val)

Kunyit merupakan tanaman obat berupa semak dan bersifat tahunan


yang tersebar di seluruh daerah tropis. Tanaman kunyit tumbuh subur dan liar
disekitar hutan/bekas kebun. Diperkirakan berasal dari Binar pada ketinggian
1.300-1.600 m dpl, ada juga yang mengatakan bahwa kunyit berasal dari India.
Tanaman ini banyak dibudidayakan di Asia Selatan khususnya di India, Cina
Selatan, Taiwan, Indonesia (Jawa), dan Filipina (Amirullah, 2008).
Klasifikasi tanaman sebagai berikut (Hapsoh dan Hasanah, 2011):
Divisio : Spermatophyta
Sub divisio

: Angiospermae

Kelas

: Monocotyledoneae

Ordo

: Zingiberales

Famili

: Zingiberaceae

Genus

: Curcuma

Species : Curcuma domestica Val.


Nama daerah dari temu putih adalah kunir putih, ardong, kunci pepet
(Jawa), temu putri (Jakarta), konce pet (Madura). Namun soal nama ini perlu
berhati-hati, karena kunir putih atau kunyit putih juga merupakan nama dari
Curcuma zedoaria dan kunci pepet juga digunakan untuk menyebut
Kaempferia angustifolia. Dalam bahasa Inggris Kaempferia rotunda dikenal
sebagai Round-rooted Galangal. (Agusta, 2000).
Rimpang dan daun Kaemferia rotunda mengandung kurkuminoid, saponin,
tanin dan minyak atsiri. Minyak temu putih mengandung 0,15 % minyak atsiri
yang terdiri dari 11 senyawa dan terdapat 2 sebagai komponen utama, yaitu
benzyl benzoate (30,61%), dan siklopropazulen (26,85%) (Agusta, 2000).
Manfaat kunyit putih dapat mengobati gangguan pencernaan, sakit
perut, perut mulas, dan bengkak karena memar, keseleo. Menghentikan
peredaran darah, anti inflamasi, menambah nafsu makan, dan anti neoplastik
(merusak pembentukan ribosom pada sel kanker) (Plantus, 2008).

Rimpang dapat dimanfaatkan untuk obat sakit perut dan penambah


nafsu makan. Umbi juga digunakan untuk obat penenang syaraf. Daun
digunakan untuk body lotion (Plantus, 2008).
Penerapan teknologi budidaya yang mengacu kepada SPO yang dimulai
dari pemilihan jenis, varietas unggul/harapan, lingkungan tumbuh, pembenihan,
pengolahan lahan, cara tanam, pemeliharaan, pengendalian hama penyakit, cara
panen dan pengolahan pasca panen akan menghasilkan bahan baku yang
bermutu tinggi dan terstandar. Penanaman dilakukan pada awal musim hujan.
Tanah diolah agar menjadi gembur, buat parit-parit pemisah petak.
Ukuran petak, lebar 2 3 m dengan panjang petak disesuaikan dengan kondisi
di lapangan agar air tidak tergenang.
Jarak tanam kunyit bervariasi antara 50 cm x 40 cm, 50 cm x 50 cm, 40
cm x 40 cm atau 50 cm x 60 cm, pada sistem budidaya monokultur. Apabila
tanaman akan ditanam secara pola tumpang sari maka jarak tanamnya
menggunakan 75 cm x 50 cm. Tanaman kunyit bisa juga ditanam dengan sistem
pola tumpangsari dengan kacang tanah, dengan menggunakan jarak tanam antar
barisan lebih lebar yaitu 75 cm dan jarak dalam barisan 50 cm.
Pupuk kandang 10 20 ton/ha sebagai pupuk dasar diberikan pada saat
tanam. Pupuk Urea, SP-36 dan KCl, dengan dosis masingmasing 100 kg, 200
kg dan 200 kg/ha untuk pola monokultur, serta 200 kg/ha, untuk pola
tumpangsari. Pupuk SP-36 dan KCl diberikan

pada saat tanam dan Urea

diberikan menjadi 2 agihan yaitu pada umur 1 dan 3 bulan setelah tanaman
tumbuh.
Pemeliharaan tanaman meliputi penyiangan dan pembumbunan.
Pembumbunan dilakukan juga untuk memperbaharui saluran drainase pemisah
petak, tanah dinaikkan ke petak-petak tanam, biasanya dilakukan setelah selesai
penyiangan.
2.3 Kencur (Kaempferia galanga L)
Kencur (Kaempferia galanga L.) merupakan tanaman tropis yang
banyak tumbuh di berbagai daerah di Indonesia sebagai tanaman yang

dipelihara.Tanaman ini banyak digunakan sebagai ramuan obat tradisional dan


sebagai bumbu dalam masakan sehingga para petani banyak yang
membudidayakan

tanaman

kencur

sebagai

hasil

pertanian

yang

diperdagangkan.Bagian dari kencur yang diperdagangkan adalah buah akar


yang ada di dalam tanah yang disebut rimpang kencur atau rizoma (Barus,
2009).
Bagian tanaman yang sering digunakan adalah rimpangnya yang
mempunyai

aroma

yang

sangat

khas

dan

lembut

sehingga

mudah

membedakannya dengan jenis Zingeberaceae lain. Kencur banyak digunakan


dalam berbagai ramuan obat tradisional, seperti obat batuk, disentri, masuk
angin, sakit perut, penambah nafsu makan, dan lain-lain. Kandungan kimia dari
rimpang kencur adalah pati, mineral, flavonoid, akaloida, dan minyak atsiri.
Minyak atsiri di dalam rimpang kencur banyak
digunakan dalam industri kosmetika dan dimanfaatkan sebagai anti jamur
ataupun anti bakteri (Ketaren, 1985).
Klasifikasi (Kaempferia galanga L) (Barus, 2009), di dalam dunia botani
adalah sebagai berikut :
Kerajaan: Plantae
Divisi

: Spermathophyta

Sub divisi

: Angiospermae

Kelas

: Monocotyledonae

Bangsa

: Zingiberales

Suku

: Zingiberaceae

Subfamilia

: Zingiberoideae

Marga

: Kaempferia

Jenis

: Kaempferia galanga L.

Nama kencur (Kaempferia galanga L) di berbagai daerah di Indonesia yaitu


ceuku (Aceh), tekur (Gayo), kaciwer (Karo), cakue (Minangkabau), Cokur
(lampung), kencur (jawa), cikur (Sunda), kencor (Madura), batako (Manado),
watan (Minahsa), (Gorontalo), cakuru (Makasar), ceku (Bugis), cekuh (Bali),
cekur (Sasak), cekur, (Sumba), sokus (Roti) Sukung (Timor), suha (Seram),
assuli (Ambon), onegai (Buru), ukap (Irian). (Depkes, 1979).
Kandungan zat kimia dalam rimpang tumbuhan kencur (Kaempferia
galangga L.) mengandung saponin, flavonoida, polifenol, dan minyak atsiri
(Depkes, 2001). Kandungan minyak atsiri dari rimpang tumbuhan kencur terdiri
dari bomeol, metal p-coumarik acid, cinnamid ethyl ester, pentadecane,
cinnamal dehyda, dan camphene (Muhlisah, 1999).
Agroklimat (pembagian daerah iklim) yang baik untuk budidaya kencur
adalah iklim tipe A, B dan C (Schmidt & Ferguson), ketinggian tempat 50
600 m dpl., temperatur rata-rata tahunan 25 30 oC, jumlah bulan basah 5 9
bulan per tahun dan bulan kering 5 6 bulan, curah hujan per tahun 2 500 4
000 mm, intensitas cahaya matahari penuh (100%) atau ternaungi sampai 25
30% hingga tanaman berumur 6 bulan, drainase tanah baik, tekstur tanah
lempung sampai lempung liat berpasir, kemiringan lahan < 3%, dengan jenis
tanah latosol, regosol, asosiasi antara latosol-andosol, regosol-latosol serta
regosol-litosol, dengan kemasaman tanah 4,5 5,0 atau bisa ditambahkan kapur
pertanian (kaptan/dolomit) untuk meningkatkanpH sampai 5,5 6,5. Disamping
itu, lahan juga harus bebas daripenyakit terutama bakteri layu.
2.4 Kayu Manis
Kayu manis (Cinnamomum burmanni Nees ex Bl.) adalah salah satu
bumbu tertua yang pernah digunakan manusia. Kayu manis juga merupakan
rempah-rempah tradisional yang biasa dimanfaatkan masyarakat Indonesia
dalam kehidupan sehari-hari, seperti bumbu makanan, pengobatan tradisional
dan penyedap rasa. Selain itu, kayu manis juga mengandung berbagai senyawa
kimia seperti minyak atsiri eugenol, safrole, sinamaldehyde, kalsium oksalat,

damar, tannin, zat penyamak (Hariana, 2008:14) dan fenol, terpenoid dan
saponin yang merupakan sumber antioksidan (Selvi et.al 2003:455) yang
berguna untuk mengobati beberapa penyakit, seperti asam urat, radang lambung
atau maag (gastritis), hilang nafsu makan, dan lain-lain.
Klasifikasi kayu manis menurut Rismunandar dan Paimin (2001),
sebagai berikut:
Kingdom

: Plantae

Divisi

: Gymnospermae

Sub divisi

: Spermatophyta

Kelas

: Dicotyledonae

Sub kelas

: Dialypetalae

Ordo

: Policarpicae

Famili

: Lauraceae

Genus

: Cinnamomum

Spesies : Cinnamomum burmanni


Nama-nama kayu manis di berbagai daerah, holim manis (Sumatera),
modang siaksiak (Batak), kanigar (Melayu), madang kulit manih (Minang
Kabau), huru mentek (Jawa), kiamis (Sunda), kanyengar (Kangean), kesingar
(Nusa Tenggara), cingar (Bali), onte (Sasak), Kaninggu (Sumba), Puu ndinga
(Flores).
Kayu manis dibudidayakan untuk diambil kulit kayunya, di daerah
pegunungan sampai ketinggian 1.500 m. Tinggi pohon 1-12 m, daun lonjong
atau bulat telur, warna hijau, daun muda berwarna merah. Kulit berwarna
kelabu, dijual dalam bentuk kering, setelah dibersihkan kulit bagian luar,
dijemur dan digolongkan menurut panjang asal kulit (dari dahan atau ranting)
(Haris, 1990).
2.5 Madu
Codex Alimentarius Commision (1983/1984) mendefinisikan madu
sebagai zat manis yang dihasilkan oleh lebah madu, berasal dari nectar bunga
yang berkembang atau disekresi tanaman yang dikumpulkan oleh lebah,

kemudian dibuah bentuk dan dikombinasikan dengan zat khusus yang ada pada
tubuh lebah, selanjutnya disimpan hingga masak pada sel-sel madu.
Madu berkhasiat untuk memperlancar pengeluaran urin, meningkatkan
fungsi otak, meningkatkan daya tahan tubuh, melawan peradangan (maag),
mengatasi infeksi pada luka, batuk, pilek, dan mempercepat penyembuhan luka
bakar atau luka akibat operasi (Suranto, 2004).
Madu memang terbukti memiliki khasiat yang dapat menyembuhkan
berbagai penyakit. Akan tetapi, khasiat setiap jenis madu bisa saja berbeda,
tetapi semua jenis madu pasti mengandung antioksidan, seperti vitamin E dan
vitamin C yang kadarnya sama. Antioksidan tersebut diyakini sangat berpotensi
mencegah kanker dan penyakit jantung (Rostita & Tim Redaksi Qanita, 2007).
Selain antioksidan, unsur kandungan lain pada madu adalah zat antibiotik atau
antibakteri dan antiseptik yang dapat menjaga luka serta mempercepat proses
penyembuhan luka bakar akibat tersiram air mendidih atau minyak panas
(Suranto, 2007).
Madu

mengandung banyak mineral seperti natrium, kalsium,

magnesium, alumunium, besi, fosfor, dan kalium. Vitamin-vitamin yang


terdapat dalam madu adalah vitamin (B1), riboflavin (B2), asam askorbat (C),
piridoksin (B6), niasin, asam pantotenat, biotin, asam folat, dan vitamin K.

Anda mungkin juga menyukai