Anda di halaman 1dari 2

TUGAS-1 MK.

PERTANIAN BERKELANJUTAN
(KELOMPOK 5)
Ketua : Andik Setyawan
Anggota : Alifatul Laela M.
Chafif Jauhari
Leni Setyoningsih

141510501058
141510501064
141510501069
141510501071

Peluang dan Tantangan Pertanian Berkelanjutan Berbasis Sistem Pertanian Organik


I. PENDAHULUAN
Keberhasilan pembangunan di suatu negara termasuk salah satunya di Indonesia tidak
terlepas dari pembangunan pada sektor pertanian, pertanian selama ini telah memberikan dukungan
yang sangat tinggi terhadap pemenuhan kebutuhan pangan rakyat Indonesia, namun demikian
disadari bahwa dibalik keberhasilan tersebut terdapat kelemahan-kelemahan yang perlu diperbaiki.
Produksi tinggi yang telah dicapai banyak didukung oleh teknologi yang memerlukan input
(masukan) berupa bahan-bahan anorganik yang tinggi terutama bahan kimia pertanian seperti pupuk
urea, TSP/SP-36, KCl. Bahan kimia anorganik lain yang juga banyak digunakan adalah pestisida
sebagai bahan untuk mengendalikan organisme pengganggu tanaman (OPT). Berbagai bahan
tersebut merupakan bahan berbahaya bagi lingkungan karena dapat mencemari lingkungan dan
dalam waktu yang terus menerus akan menyebabkan penurunan terhadap kualitas SDA sperti tanah
dan air. Selain itu, penggunaan bahan kimia pertanian juga berbahaya bagi kesehatan dengan dosis
yang tinggi secara terus-menerus. Hal ini semakin menghawatirkan karena mayoritas petani sangat
bergantung terhadap penggunaan bahan kimia ini dalam kegiatan budidaya tanaman. Yuantari dkk.
(2014), dalam penelitiannya menunjukkan bahwa 0,7% petani menggunakan bahan aktif dalam
sekali pencampuran lebih dari 10 jenis serta 51,9% petani melakukan penyemprotan menghabiskan
6-10 tangki dalam sehari. Semakin besar peluang pajanan pestisida dapat meningkatkan tingginya
kejadian keracunan kronis pada petani.
Adanya kesadaran akan akibat yang ditimbulkan dampak tersebut, membuat perhatian
masyarakat dunia perlahan mulai bergeser ke pertanian yang berwawasan lingkungan. Dewasa ini
masyarakat sangat peduli terhadap alam dan kesehatan, maka muncullah teknologi alternatif lain,
yang dikenal dengan pertanian organik, usaha tani organik, pertanian alami yang berbasis ekologi
dan kontinu atau berkelanjutan. Pengertian tersebut pada dasarnya mempunyai prinsip dan tujuan
yang sama, yaitu untuk melukiskan sistem pertanian yang bergantung pada produk-produk organik
dan alami, serta secara total tidak termasuk penggunaan bahan-bahan sintetik. Pembangunan
pertanian dalam pelaksanaannya akan menghadapi banyak tantangan. Tantangan berat
pembangunan pertanian seperti populasi manusia yang terus meningkat, perubahan pola konsumsi
pangan, dan lain-lain akan coba diuraikan pada makalah ini.
II. PEMBAHASAN
Pertanian berkelanjutan (Sustainable Agriculture) merupakan implementasi dari konsep
pembangunan berkelanjutan (sustainable development) pada sektor pertanian. Konsep
pembangunan pertanian berkelanjutan mulai dirumuskan pada akhir tahun 1980an sebagai respon
terhadap strategi pembangunan sebelumnya yang terfokus pada tujuan pertumbuhan ekonomi tinggi
yang terbukti telah menimbulkan degradasi kapasitas produksi maupun kualitas lingkungan hidup. .
menurut Untung (1997), Pertanian berkelanjutan adalah pemanfaatan sumber daya yang dapat
diperbaharui (renewable resources) dan sumberdaya tidak dapat diperbaharui (unrenewable
resources) untuk proses produksi pertanian dengan menekan dampak negatif terhadap lingkungan
seminimal mungkin. Keberlanjutan yang dimaksud meliputi : penggunaan sumberdaya, kualitas
dan kuantitas produksi, serta lingkungannya. Proses produksi pertanian yang berkelanjutan akan
lebih mengarah pada penggunaan produk hayati yang ramah terhadap lingkungan

Bedasarkan definisi pembangunan berkelanjutan tersebut, organisasi pangan dunia (FAO)


mendefinisikan pertanian berkelanjutan sebagai manajemen dan konservasi basis sumberdaya alam,
dan orientasi perubahan teknologi dan kelembagaan guna menjamin tercapainya dan terpuaskannya
kebutuhan manusia generasi saat ini maupun mendatang. Pembangunan pertanian berkelanjutan
menkonservasi lahan, air, sumberdaya genetik tanaman maupun hewan, tidak merusak lingkungan,
tepat guna secara teknis, layak secara ekonomis, dan diterima secara sosial (fao, 1989). Perspektif
pertanian berkelanjutan telah tersosialisasi secara global sebagai arah ideal pembangunan pertanian.
Pertanian berkelanjutan bahkan kini tidak lagi sekedar wacana melainkan sudah menjadi gerakan
global. Pertanian berkelanjutan telah menjadi dasar penyusunan protokol aturan pelaksanaan (rules
of conduct) atau standar prosedur operasi praktek pertanian yang baik (good agricultural
practices = gap). Pertanian berkelanjutan sebagai sebuah gerakan global maka praktek pertanian
berkelanjutan menjadi misi bersama komunitas internasional, negara, lembaga pembangunan,
organisasi swadaya masyarakat dan lembaga konsumen internasional turut mendorong dan
mengawasi pelaksanaan prinsip pertanian berkelanjutan tersebut.
Gerakan pertanian berkelanjutan juga didorong sekuat-kuatnya oleh lembaga-lembaga
donor pembangunan internasional seperti bank dunia, dana moneter internasional dan bank
pembangunan asia. Kepatuhan terhadap praktek pembangunan pertanian berkelanjutan merupakan
salah satu persyaratan pemberian bantuan oleh lembaga dan negara donor. Selain secara langsung
dalam penentuan proyek pembangunan, tekanan untuk mematuhi praktek pertanian berkelanjutan
juga dilakukan melalui penentuan atau penetapan kebijakan domestik suatu negara, khususnya
negara-negara sedang berkembang yang membutuhkan bantuan pembangunan dari negara dan
lembaga donor pembiayaan pembangunan internasional. Pada gilirannya, kebijakan negara
penerima bantuan tersebut akan mengarahkan dan memaksa pengusaha agribisnis mematuhi standar
praktek pertanian berkelanjutan. Usahatani berkelanjutan, yakni yang sesuai dengan standar praktek
pertanian yang baik, merupakan tuntutan zaman yang harus diikuti. Petani dan pemerintah harus
bekerja sama untuk mewujudkannya.

Anda mungkin juga menyukai