Peluang dan Tantangan Pertanian Berkelanjutan Berbasis Sistem Pertanian Organik
I. PENDAHULUAN Keberhasilan pembangunan di suatu negara termasuk salah satunya di Indonesia tidak terlepas dari pembangunan pada sektor pertanian, pertanian selama ini telah memberikan dukungan yang sangat tinggi terhadap pemenuhan kebutuhan pangan rakyat Indonesia, namun demikian disadari bahwa dibalik keberhasilan tersebut terdapat kelemahan-kelemahan yang perlu diperbaiki. Produksi tinggi yang telah dicapai banyak didukung oleh teknologi yang memerlukan input (masukan) berupa bahan-bahan anorganik yang tinggi terutama bahan kimia pertanian seperti pupuk urea, TSP/SP-36, KCl. Bahan kimia anorganik lain yang juga banyak digunakan adalah pestisida sebagai bahan untuk mengendalikan organisme pengganggu tanaman (OPT). Berbagai bahan tersebut merupakan bahan berbahaya bagi lingkungan karena dapat mencemari lingkungan dan dalam waktu yang terus menerus akan menyebabkan penurunan terhadap kualitas SDA sperti tanah dan air. Selain itu, penggunaan bahan kimia pertanian juga berbahaya bagi kesehatan dengan dosis yang tinggi secara terus-menerus. Hal ini semakin menghawatirkan karena mayoritas petani sangat bergantung terhadap penggunaan bahan kimia ini dalam kegiatan budidaya tanaman. Yuantari dkk. (2014), dalam penelitiannya menunjukkan bahwa 0,7% petani menggunakan bahan aktif dalam sekali pencampuran lebih dari 10 jenis serta 51,9% petani melakukan penyemprotan menghabiskan 6-10 tangki dalam sehari. Semakin besar peluang pajanan pestisida dapat meningkatkan tingginya kejadian keracunan kronis pada petani. Adanya kesadaran akan akibat yang ditimbulkan dampak tersebut, membuat perhatian masyarakat dunia perlahan mulai bergeser ke pertanian yang berwawasan lingkungan. Dewasa ini masyarakat sangat peduli terhadap alam dan kesehatan, maka muncullah teknologi alternatif lain, yang dikenal dengan pertanian organik, usaha tani organik, pertanian alami yang berbasis ekologi dan kontinu atau berkelanjutan. Pengertian tersebut pada dasarnya mempunyai prinsip dan tujuan yang sama, yaitu untuk melukiskan sistem pertanian yang bergantung pada produk-produk organik dan alami, serta secara total tidak termasuk penggunaan bahan-bahan sintetik. Pembangunan pertanian dalam pelaksanaannya akan menghadapi banyak tantangan. Tantangan berat pembangunan pertanian seperti populasi manusia yang terus meningkat, perubahan pola konsumsi pangan, dan lain-lain akan coba diuraikan pada makalah ini. II. PEMBAHASAN Pertanian berkelanjutan (Sustainable Agriculture) merupakan implementasi dari konsep pembangunan berkelanjutan (sustainable development) pada sektor pertanian. Konsep pembangunan pertanian berkelanjutan mulai dirumuskan pada akhir tahun 1980an sebagai respon terhadap strategi pembangunan sebelumnya yang terfokus pada tujuan pertumbuhan ekonomi tinggi yang terbukti telah menimbulkan degradasi kapasitas produksi maupun kualitas lingkungan hidup. . menurut Untung (1997), Pertanian berkelanjutan adalah pemanfaatan sumber daya yang dapat diperbaharui (renewable resources) dan sumberdaya tidak dapat diperbaharui (unrenewable resources) untuk proses produksi pertanian dengan menekan dampak negatif terhadap lingkungan seminimal mungkin. Keberlanjutan yang dimaksud meliputi : penggunaan sumberdaya, kualitas dan kuantitas produksi, serta lingkungannya. Proses produksi pertanian yang berkelanjutan akan lebih mengarah pada penggunaan produk hayati yang ramah terhadap lingkungan
Bedasarkan definisi pembangunan berkelanjutan tersebut, organisasi pangan dunia (FAO)
mendefinisikan pertanian berkelanjutan sebagai manajemen dan konservasi basis sumberdaya alam, dan orientasi perubahan teknologi dan kelembagaan guna menjamin tercapainya dan terpuaskannya kebutuhan manusia generasi saat ini maupun mendatang. Pembangunan pertanian berkelanjutan menkonservasi lahan, air, sumberdaya genetik tanaman maupun hewan, tidak merusak lingkungan, tepat guna secara teknis, layak secara ekonomis, dan diterima secara sosial (fao, 1989). Perspektif pertanian berkelanjutan telah tersosialisasi secara global sebagai arah ideal pembangunan pertanian. Pertanian berkelanjutan bahkan kini tidak lagi sekedar wacana melainkan sudah menjadi gerakan global. Pertanian berkelanjutan telah menjadi dasar penyusunan protokol aturan pelaksanaan (rules of conduct) atau standar prosedur operasi praktek pertanian yang baik (good agricultural practices = gap). Pertanian berkelanjutan sebagai sebuah gerakan global maka praktek pertanian berkelanjutan menjadi misi bersama komunitas internasional, negara, lembaga pembangunan, organisasi swadaya masyarakat dan lembaga konsumen internasional turut mendorong dan mengawasi pelaksanaan prinsip pertanian berkelanjutan tersebut. Gerakan pertanian berkelanjutan juga didorong sekuat-kuatnya oleh lembaga-lembaga donor pembangunan internasional seperti bank dunia, dana moneter internasional dan bank pembangunan asia. Kepatuhan terhadap praktek pembangunan pertanian berkelanjutan merupakan salah satu persyaratan pemberian bantuan oleh lembaga dan negara donor. Selain secara langsung dalam penentuan proyek pembangunan, tekanan untuk mematuhi praktek pertanian berkelanjutan juga dilakukan melalui penentuan atau penetapan kebijakan domestik suatu negara, khususnya negara-negara sedang berkembang yang membutuhkan bantuan pembangunan dari negara dan lembaga donor pembiayaan pembangunan internasional. Pada gilirannya, kebijakan negara penerima bantuan tersebut akan mengarahkan dan memaksa pengusaha agribisnis mematuhi standar praktek pertanian berkelanjutan. Usahatani berkelanjutan, yakni yang sesuai dengan standar praktek pertanian yang baik, merupakan tuntutan zaman yang harus diikuti. Petani dan pemerintah harus bekerja sama untuk mewujudkannya.