kualitas
sumberdaya
manusia
dan
kemasyarakatan,
kelembagaan,
lokasi yang belum ada konsentrasi penduduk. Dengan adanya manajemen lahan dalam
pengembangan kota/kabupaten baru maka diharapkan mampu menjadi kota mandiri. Kota
3
mandiri merupakan kota yang mampu memenuhi kebutuhan barang dan jasa dari penduduk
sendiri.
Kota baru dapat dikategorikan menjadi:
1) Kota pusat pemerintahan
2) Kota industri
3) Kota pertambangan
4) Kota usaha kehutanan
5) Kota instalasi ketenagaan
6) Kota instalasi militer
7) Kota Pusat rekreasi
8) Permukiman khusus berskala besar
Sebuah kota baru yang dikenal saat ini adalah sebuah komunitas dengan ukuran atau
luas tertentu, yang sebelumnya direncanakan secara menyeluruh, dan dilengkapi dengan
beberapa modifikasi yang umumnya memakan waktu 10 hingga 15 tahun.Kota baru yang
dimaksud dapat melayani satu tujuan misalnya sebagai pendukung produksi atau untuk
kegiatan rekreasi.
Kota-kota baru direncanakan, dibangun dan dioperasikan seutuhnya oleh satu
organisasi. Bila tidak demikian, niscaya tidak mungkin dicapai suatu koordinasi, ketetapan
tujuan, dan waktu yang diperlukan untuk merencanakan dan membangun kota baru secara
utuh, dalam waktu yang singkat antara 10 hingga 15 tahun, dibanding dari pertumbuhan kotakota pada umumnya.
Pembangunan kota baru pada hakekatnya merupakan suatu upaya pengembangan
suatu bagian wilayah baru atau suatu kota menjadi suatu permukiman yang mempunyai
kelengkapan perkotaan. Perkembangan kota baru pada saat ini telah banyak mengalami
perubahan.
Perkembangan
ini
disertai
dengan
proses-proses
yang terjadi
dalam
pengembangannya. Bisa kita lihat proses perkembangan kota baru pada Gambar 1.1 berikut
ini.
Banyak kota baru yang tumbuh dan berkembang seiring berjalannya waktu.
Pertumbuhan kota baru menjadi andil penting dalam perkembangan suatu wilayah. Berikut
Gambar 1.2 besaran kota baru didunia.
Guna Lahan
a. Penentuan jumlah dan kepadatan penduduk,dan luas penggunaan lahan untuk
setiap
kategori
utama
(permukiman,
komersial,
industri,
pemerintahan,
untuk
10
superblok.
pengembangan
Tidak
jelasnya
sebuah properti
akan
penerapan
manajemen
lahan
dalam
mengakibaikan ketidakteraruran
dalam
pengelolaan antar fungsi bangunan yang terdapat dalam sebuah superblok. sehingga
muncul permasalahan-permasalahan yang beresiko bagi penghuni.
Kawasan .Mega kuningan merupakan kawasan superblok berkembang di kawasan
Jakarta Selatan dan menerapkan. manajemen lahan dalam pengelolaan kawasannya ,
selain itu Mega Kuningan memilih letak yang strategis dalam kaitannya dengan pusat
pengembangan kawasan, dimana hampir 70% pembangunan properti berada pada
kawasan Jakarta Selatan. konsep bangunan vertikal pada bangunan yang terdapat pada
Kawasan mega Kuningan. dimana dalam pembangunannya
aspek-aspek fisik dan non-fisik
terkait
dengan
sangat
memperhatikan
mega Kuningan.
karakteristik Manajemen lahan pada kawasan Superblok Mega Kuningan dibedakan
sesuai dengan lingkup wilayahnya, yang terbagi alas manajemen lahan kawasan dan
manajemen gedung untuk masing-masing fungsi bangunan yang ada di Kawasan Mega
Kuningan. dimana manajemen lahan kawasan tersebut sangat mempertimbangkan
aspek-aspek dalam pemanfaatan lahan yang baik.kawasan superblok yang
dijadikan pusat kawasan kota baru ini memiliki fungsi khusus yang sangat
membantu permukiman masyarakat jakarta.
11
DAFTAR PUSTAKA
C.Branch, Melville. Perencanaan Kota Komprehensif Pengantar dan Penjelas. Yogyakarta:
Gadjah Mada University Press.
http://ocw.gunadarma.ac.id/course/civil-and-planning-engineering/study-program-ofarchitectural-engineering-s1/kota-dan-pemukiman/pembangunan-kota-baru
http://penataanruang.pu.go.id/taru/sejarah/BAB%206.7%20footer.pdf
http://www.scribd.com/doc/92188055/Paper-Kota-Bru#
M. Jehansyah Siregar ,Kelompok Keahlian Perumahan dan Permukiman (KKPP), Sekolah
Arsitektur, Perencanaan dan Pengembangan Kebijakan (SAPPK), Institut Teknologi
Bandung (ITB). Gedung Labtek IX-B, Jalan Ganesha 10, Bandung 40132.
Djoko Sujarto, Aspek Kepranataan Pembangunan Kota Baru, Jurnal PWK,1991
12