tersebut
sehingga
harus
dilindungi,
untuk
menjamin
d. Dokumentasi dan
e. Supplies
2. Aset Logika
a. Data / Informasi dan
b. Sofware (Sistem dan Aplikasi)
Adjust Control
Human
Asset
Relationship
Asset
High
Performing
IT Unit
Shared
Risk and
Responsibility
Sharable
Platforms and
Databases
Technology Asset
memecahkan masalah-masalah bisnis yang dihadapi perusahaan sehari-hari, dan selalu mencari
celah kesempatan dalam penggunaan teknologi informasi untuk kemajuan perusahaan. Melalui
kombinasi aktivitas seperti pelatihan (training), pengalaman dalam bekerja (on-the-job
experience), dan kemampuan manajerial dan kepemimpinan (leadership) yang berkualitas, staf
teknologi informasi akan memiliki pengetahuan dan kompetensi yang dibutuhkan.
Riset menunjukkan bahwa ada tiga dimensi utama yang harus diperhatikan sehubungan dengan
asset SDM ini: keahlian teknis, pengetahuan bisnis, dan orientasi pada pemecahan masalah.
Kebutuhan akan SDM yang memiliki keahlian teknis sedemikian kritikal bagi perusahaan karena
cepatnya perkembangan teknologi informasi yang terjadi. Terhadap teknologi baru yang
terkadang masih belum terbukti kehandalannya dan tingkat efektivitasnya di perusahaan
(powerful but immature), seorang praktisi teknologi informasi harus dapat mempelajari
kemungkinan diimplementasikannya teknologi tersebut di perusahaan, baik secara prinsip
maupun teknis. Jika mereka menilai bahwa teknologi tersebut layak (feasible) untuk diterapkan,
secara bisnis maupun teknis, maka tim teknologi informasi harus dapat membantu perusahaan
dalam melakukan proses migrasi dari sistem lama ke yang baru. Tentu saja dibutuhkan SDM
dengan kualitas teknis yang handal untuk menjamin kesuksesan aktivitas migrasi tersebut. Secara
karakteristik personal, tentu saja dibutuhkan orang-orang yang bersemangan untuk selalu
mempelajari hal-hal baru, melihat bahwa banyak sekali terdapat staf teknologi perusahaan yang
lebih senang mempertahankan sistem lama karena anti dengan perubahan.
Pengetahuan akan bisnis biasanya didapat dari interaksi antara staf teknologi informasi dengan
pengguna atau users. Komunikasi intensif antara kedua kelompok SDM perusahaan ini akan
membuat staf teknologi informasi mengerti mengenai apa kebutuhan bisnis dari fungsi-fungsi
yang ada di perusahaan. Biasanya komunikasi paling ideal dijalin antara mereka dengan pa
ra manajer lini. Dengan mengetahui proses bisnis yang terjadi sehari-hari, diharapkan para staf
teknologi informasi selain dapat mengerti hal-hal yang sangar kritikal bagi perusahaan seharihari, yang bersangkutan dapat pula menghubungkan antara kemajuan teknologi informasi dengan
kemungkinannya untuk memberikan nilai tambah (value added) bagi perusahaan.
Disamping itu, para staf teknologi informasi juga akan dapat membantu para manajer lini dalam
proses pengambilan keputusan sehubungan dengan potensi teknologi informasi apa yang dapat
memecahkan permasalahan yang dihadapi perusahaan sehari-hari. Dimensi ketiga adalah
karakteristik SDM yang berorientasi pada pemecahan masalah, bukan hanya terbatas pada
karakteristik SDM tradisional yang hanya terpaku pada tugas-tugas fungsional yang diberikan
(job description). Diharapkan bahwa tim teknologi informasi merupakan kumpulan orang-orang
yang selalu berfikir secara kritis dan kreatif untuk memecahkan masalah yang dihadapi
perusahaan sehari-hari (tentu saja yang relevan dengan potensi mereka sebagai praktisi teknologi
informasi). Tentu saja keinginan dan kemampuan untuk dapat membantu memecahkan masalah
baru akan terjadi seandainya yang bersangkutan cukup dekat dengan lingkungan bisnis dimana
permasalahan tidak pernah berhenti.Manfaat teknologi informasi baru dapat dirasakan setelah
sistem tersebut diimplementasikan, dan 75% kebutuhan akan sistem terjadi karena adanya
permasalahan besar dan penting yang dihadapi.
ASSET TEKNOLOGI
Seluruh infrastruktur teknologi informasi, termasuk didalamnya perangkat keras (hardware) dan
perangkat lunak (software) merupakan asset perusahaan yang dipergunakan secara bersamasama. Infrastruktur teknolgo informasi ini sangat esensial bagi perusahaan karena merupakan
tulang punggung (backbone) untuk terciptanya sistem yang terintegrasi dengan biaya seefektif
mungkin, baik untuk keperluan
pengembangan, operasional, maupun pemeliharaan. Ada dua karakteristik utama yang harus
didefinisikan dan ditentukan sehubungan dengan asset ini: arsitektur teknologi informasi, dan
kerangka (platform) standard. Mengapa dua hal ini harus diperhatikan? Berikut adalah
penjelasan dan alasan-alasan yang melatarbelakanginya.
Dalam skala waktu jangka pendek, jangka menengah, dan jangka panjang, perusahaan akan
mengembangkan infrastrukturnya. Perangkat keras akan diganti dari waktu ke waktu (upgrade),
aplikasi akan diinstalasi ulang untuk versi yang lebih baru, sistem informasi akan disesuaikan
dengan kebutuhan jaringan terdistribusi, media transmisi berpitalebar (high bandwidth) akan
mendominasi di kemudian hari, merupakan fenomena yang akan terjadi sejalan dengan
keberadaan perusahaan. Tanpa arsitektur yang secara konsep dan teknis terdefinisi dengan jelas,
segala perubahan yang terjadi akan menghasilkan suatu infrastruktur teknologi informasi yang
tambal sulam. Tambal sulam tidak hanya berarti akan menambah besar biaya pengembangan dan
pemeliharaan, tetapi lebih dari itu, sistem tambal sulam memiliki potensi menghasilkan suatu
sistem informasi yang kurang dapat dipercaya (unreliable), tidak akurat (inaccurate), tidak
konsisten (inconsistent), dan hal-hal negatif lain yang sangat berbahaya bagi para pengambil
keputusan. Sebuah buku biru (blueprint) perencanaan dan pengembangan teknologi informasi
perusahaan harus disusun agar segala konstruksi dan implementasi sistem baru sesuai (align)
dengan arsitektur yang telah disepakati. Buku biru panduan pengembangan teknologi informasi
tersebut tentu saja dibangun sejalan dengan strategi bisnis perusahaan
Hal kedua yang harus dipikirkan adalah masalah standard. Hasil riset memperlihatkan bahwa
perusahaan-perusahan yang berhasil menang dalam persaingan justru yang memutuskan untuk
mempergunakan standar dalam hal penggunaan jenis teknologi informasi, artinya bahwa
sebagian besar dari infrastruktur yang ada berasal dari sebuah vendor. Alasannya cukup jelas,
yaitu dengan mempergunakan komponen-komponen teknologi informasi yang diproduksi oleh
vendor atau perusahaan yang sama, secara biaya akan jauh lebih murah, kualitas penunjang
sistem (support and services) lebih baik, resiko implementasi cukup kecil, dan mudah melakukan
integrasi sistem.
Karena hal-hal tersebutlah yang menentukan apakah perusahaan dapat memberikan produk dan
pelayanan yang lebih murah, lebih baik, dan lebih cepat dari perusahan lain (cheaper, better, and
faster). Sisi negatifnya juga cukup jelas, yaitu kecenderungan membelenggu pengembangan
bisnis, karena sering terjadi bahwa vendor yang terkait tidak selalu memiliki produk-produk baru
yang diinginkan. Di sinilah gunanya tim teknologi informasi untuk dapat memilah-milah,
mayoritas komponen mana saja yang patut distandarkan, dan mana saja yang tidak (dapat
dicampur aduk dengan sistem dari vendor lain). Diusulkan agar sistem utama harus distandarkan
karena merupakan jantung bisnis perusahaan. Kecenderungan memakai sistem yang tidak sama
juga akan berpengaruh kepada tim teknologi informasi. Karena cukup sulit mempelajari secara
teknis bermacam-macam standard teknologi yang ada, perusahaan akan cenderung menyerahkan
operasi dan pemeliharaan sistem kepada pihak lain (outsourcing), yang selain beresiko tinggi,
juga memerlukan investasi yang tidak sedikit.
ASSET RELASI
Asset ketiga yang dinamakan sebagai relasi ini cukup unik kedengarannya. Yang dimaksud
dengan relasi di sini adalah hubungan teknologi informasi sebagai suatu entiti dengan
manajemen pengambil keputusan. Menjalin relasi berarti membagi resiko dan tanggung jawab.
Setidak-tidaknya ada dua manajemen senior yang harus menjalin relasi yang baik dengan
teknologi informasi.
Pertama adalah manajemen puncak yang menjadi sponsor proyek-proyek teknologi informasi di
perusahaan. Biasanya yang tergolong dalam barisan ini adalah para anggota direksi atau direktur
yang bertanggung jawab terhadap terselenggaranya proyek-proyek berbau teknologi informasi.
Alasan
memperoleh dukungan paling tidak seorang anggota direksi cukup jelas. Pada organisasi modern,
penerapan aplikasi-aplikasi sudah berorientasi terhadap proses, bukan berdasarkan fungsi-fungsi
organisasi lagi.
Contohnya adalah penerapan Sistem Informasi Sumber Daya Manusia yang tidak hanya akan
mengobrak-ngabrik Divisi atau Direktorat SDM di perusahaan, tetapi termasuk di dalamnya
bagian keuangan, bagian operasional, bagian administrasi, dan bagian akuntansi. Tentu saja
diperlukan dukungan ataurestu dari minimal satu anggota direksi. Tanpa dukungan tersebut,
para staf atau management yang terlibat biasanya cenderung tidak sepenuhnya memberikan
perhatian pada proyek-proyek teknologi informasi.
Kedua adalah para manajemen puncak yang harus dapat memutuskan skala prioritas
pengembangan dan implementasi teknologi informasi. We dont have all the money in the
world, begitu kata orang bijaksana, yang artinya bahwa sumber daya keuangan perusahaan itu
terbatas. Manajemen puncak harus dapat menyusun prioritas pengembangan berdasarkan skala
kepentingan perusahaan. Tentu saja hal ini harus pula dituangkan dalam buku biru panduan
perencanaan dan pengembangan system informasi di perusahaan terkait.