html
PEMBAHASAN
MODEL PEMBELAJARAN
ROLE PLAYING (BERMAIN PERAN)
A. Pengertian Model Pembelajaran Role Playing
Dalam buku Pembelajaran Kontekstual (Komalasari : 2010) Model Pembelajaran Role
Playing adalah suatu tipe Model pembelajaran Pelayanan (Sercvice Learning). Model
pembelajaran ini adalah suatu model penguasaan bahan-bahan pelajaran melalui pengembangan
imajinasi dan penghayatan murid. Pengembangan imajinasi dan penghayatan dilakukan murid
dengan memerankannya sebagai tokoh hidup atau benada mati. Permainan ini pada umumnya
dilakukan lebih dari satu orang, hal ini bergantung kepada apa yang di perankan. Sedangkan
menurut Jill Hadfield Role playing atau bermain peran adalah sejenis permainan gerak yang
didalamnya ada tujuan, aturan dan sekaligus melibatkan unsur senang Dalam role playing murid
dikondisikan pada situasi tertentu di luar kelas, meskipun saat itu pembelajaran terjadi di dalam
kelas. Selain itu, role playing sering kali dimaksudkan sebagai suatu bentuk aktivitas dimana
pembelajar membayangkan dirinya seolah-olah berada di luar kelas dan memainkan peran orang
lain. Metode Role Playing adalah suatu cara penguasaan bahan-bahan pelajaran melalui
pengembangan imajinasi dan penghayatan siswa. Pengembangan imajinasi dan penghayatan
dilakukan siswa dengan memerankannya sebagai tokoh hidup atau benda mati. Adanya model
pembelajaran Role Playing dalam buku Model Pembelajaran (2008:25) didasarkan pada:
pertama, dibuat berdasarkan asumsi bahwa sangatlah mungkin menciptakan analogi otentik
kedalam situasi permasalahan kehidupan nyata. Kedua, bahwa bermain peran dapat mendorong
siswa mengekspresikan perasaannya dan bahkan melepaskan perasaannya. Ketiga, bahwa proses
psikologis melibatkan sikap, niali dan keyakinan (belief) kita serta mengarahkan pada kesadaran
melalui keterlibatan spontan yang disertai analisis . model pembelajaran ini dipelopori oleh
George Shafel.
Model pembelajaran role playing atau bermain peran ini merupakan pembelajaran yang
lebih menekankan pada permainan gerak dan siswa biasanya di latih untuk memahami,
memperagakan setiap peran peran yang di perankan nya untuk selanjutnya biasanya siswa di
tugaskan untuk memberikan penilaian baik kekurangan atau kelebihan dari peran yang
dimainkan ataupun juga jalan cerita yang di perankannya. Selain penialaian terhadap peran,
penilaaian terhadap jalan cerita dalam role playing tersebut biasanya di jadikan bahan refleksi
dalam model pembelajaran role playing misalnya menentukan apa isi dari cerita tersebut, hikmah
yang di dapat dalam ceritanya dan lain- lain.
Menurut Miftahul Ala dalam bukunya Quantum Teaching (2011:49) metode
pembelajaran Role playing (bermain peran) adalah merupakan cara penguasaan bahanbahan
pelajaran melalui pengembangan imajinasi dan penghayatan yang dimiliki oleh setiap siswa.
Pengembangan imajinasi dan penghayatan dilakukan siswa dengan memerankan memerankan
1.
2.
3.
4.
sebagai tokoh hidup atau benda mati. Permainan ini umumnya dilakukan lebih dari satu orang,
itu bergantung kepada apa yang di perankan.
Nama lain dari pembelajaran role playing ini adalah Sosiodrama. Sosiodrama (Role
playing) oleh Syaiful (2011:213) berasal dari kata Sosio dan drama. Sosio berarti sosial
menunjuk pada objeknya yaitu masyarakat menunjukan pada kegiatankegiatan sosial, dan
drama berarti mempertunjukan, mempertontonkan atau memperlihatkan. Jadi sosiodrama adalah
metode mengajar yang dalam pelaksanaannya peserta didik mendapat tugas dari guru untuk
mendramatisasikan suatu situasi sosial yang mengandung suatu problem, agar peserta didik dapat
memecahkan suatu masalah yang muncul dari suatu situasi sosial. Dalam buku Dasar-Dasar
proses belajar mengajar (1987: 84) sosiodrama dan role playing dapat dikatakan sama artinya
dan dalam proses pemakaiannya sering disilih gantikan. Sosiodrama pada dasarnya
mendramatisasikan tingkah laku dalam hubungannya dengan masalah sosial.
Dalam teknik pengajaran berbahasa (1986:122) teknik bermain peran sangat baik untuk
mendidik siswa dalam menggunakan ragam-ragam bahasa. Cara berbicara orang tua tentu
berbeda dengan cara berbicara anak-anak. Cara berbicara penjual berbeda pula dengan cara
berbicara pembeli. Fungsi dan peranan seseorang menuntut cara berbicara dan berbahasa tertentu
pula. Dalam bermain peran, siswa bertindak, berlaku, dan berbahasa sesuai dengan peranan
orang yang diperankannya. Misalnya sebagai guru, orang tua, polisi, hakim, dan sebagainya.
Setiap tokoh yang di perankan menuntut karakteristik tertentu pula.
Tujuan dari metode pembelajaran bermain peran ini menurut Oemar Hamalik (2001:198)
disesuaikan dengan jenis belajar, diantaranya sebagai berikut :
Belajar dengan berbuat. Para siswa melakukan peranan tertrentu sesuai dengan kenyataan yang
sesungguhnya. Tujuannya adalah untuk mengembangkan keterampilan-keterampilan interaktif
atau keterampilan-keterampilan reaktif.
Belajar melalui peniruan (imitasi). Para siswa pengamat drama menyamakan diri dengan pelaku
(aktor) dan tingkah laku mereka.
Belajar melalui balikan. Para pengamat mengomentari (menanggapi) prilaku para pemain atau
pemegang peeran yang telah ditampilkan. Tujuannya adalah untuk mngembangkan prosedurprosedur kognitif dan prinsip-prinsip yang mendasari perilaku keterampilan yang telah
didramatisasikan.
Belajar melalui pemgkajian, penilaian dan pengulangan. Para peserta dapat memperbaiki
keterampilan-keterampilan mereka dengan mengulanginya dalam penampilan berikutnya.
Menurut Wina Sanjaya (2006:161) metode role playing ini merupakan sebagian dari
simulasi yang diarahkan utuk mengkreasikan peristiwa- peristiwa aktual atau kejadian- kejadian
yang mungkin muncul pada masa mendatang.
pertunjukan peran di dalam kelas/pertemuan, yang kemudian dijadikan sebagai bahan refleksi
agar peserta memberikan penilaian terhadap. Misalnya: menilai keunggulan maupun kelemahan
masing-masing peran tersebut, dan kemudian memberikan saran/ alternatif pendapat bagi
pengembangan peran-peran tersebut. Pembelajaran ini lebih menekankan terhadap masalah yang
diangkat dalam pertunjukan, dan bukan pada kemampuan pemain dalam melakukan permainan
peran.
Langkahlangkah atau prosedur dalam pelaksanaan model pembelajaran role playing ini
adalah :
1. Guru menyusun/menyiapkan skenario yang akan ditampilkan
2. Menunjuk beberapa siswa untuk mempelajari skenario dua hari atau beberapa hari sebelum
KBM (kegiatan belajar mengajar) guna mempersiapkan peran yang terdapat dalam skenario
tersebut.
3. Guru membentuk kelompok siswa yang anggotanya 5 orang atau sesuai dengan kebutuhan.
4. Memberikan penjelasan tentang kompetensi yang ingin dicapai dalam materi tersebut.
5. Memanggil para siswa yang sudah ditunjuk untuk melakonkan skenario yang sudah dipersiapkan
sebelumnya.
6. Masing-masing siswa duduk di kelompoknya, masing-masing sambil memperhatikan mengamati
skenario yang sedang diperagakan.
7. Setelah selesai dipentaskan, masing-masing siswa diberikan kertas sebagai lembar kerja untuk
membahas skenario tersebut. Misalnya menilai peran yang dilakonkan, mencari kelemahan dan
kelebihan dari peran tersebut atau pun alur/ jalan ceritanya.
8. Masing-masing kelompok menyampaikan hasil dan kesimpulannya.
9. Guru memberikan kesimpulan secara umum atau menjgevalusi seluruh kegiatan.
10. Evaluasi/ refleksi.
11. Penutup
Tahapan pembelajaran Role Playing atau bermain peran seperti yang penulis kutip dari
Shaftel dan Shaftel, (dalam E. Mulyasa, 2003) meliputi :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
tahap pemeranan;
diskusi dan evaluasi tahap I ;
7.
8.
9.
1)
Role playing dilakukan dalam kelompok-kelompok kecil, sehingga untuk sub materi pertama dapat
diperankan oleh kelompok pertama, untuk sub materi kedua dapat diperankan oleh kelompok
kedua, dan seterusnya. Hal ini berarti Role Playing dengan modifikasi seperti ini, hanya terdapat
satu tahapan pemeranan untuk setiap kelompok.
2) Role Playing dilakukan oleh sekelompok pemeran yang telah dibentuk bersama oleh guru dan
siswa. Tahapan pemeranan untuk sub-sub materi yang akan dipelajari dapat sepenuhnya
diperankan oleh pemeran yang ditunjuk atau satu sub materi diperankan oleh pemeran yang
ditunjuk sebagai contoh dan sub materi yang lain diperankan oleh kelompok pemeran yang lain
yang telah disusun oleh siswa sendiri.
1.
2.
3.
1)
2)
3)
Menurut Israni (36: 2012) penggunaan metode sosiodrama atau bermain peran dilakukan :
Apabila ingin melatih para siswa agar mereka dapat menyelesaikan masalah yang bersifat sosial
psikologis.
Apabila ingin melatih para siswa agar mereka dapat bergaul dan memeberi pemahaman terhadap
orang lain serta masalahnya.
Apabila ingin mneerangkan suatu peristiwa yang didalamnya menyangkut banyak orang.
Adapun pola dalam pembelaran role playing ini disesuaikan dengan tujuan-tujuan yang
menuntut bentuk partisipasi tertentu, yaitu pemain,pengamat dan pengkaji.
Tiga pola organisasi yaitu sebagai berikut:
Bermain peran tunggal ( single role-play) mayoritas siswa bertindak sebagai pengamat terhadap
permainan yang sedang dipertunjukan (sosiodrama). Tujuannya adalah untuk membentuk sikap
dan nilai.
Bermain peran jamak (multiple role-play) para siswa di bagi-bagi menjadi beberapa kelompok
dengan banyak anggota yang sama dan penentunya disesuaikan dengan banyaknya peran yang
dibutuhkan. Tiap peserta memegang dan memainkan peran tertentu dalam kelompoknya masingmasing. Tujuannya juga untuk mengembangkan sikap.
Peran ulangan(role repetition) peran utama suatu drama atau simmulasi dapat dilakukan oleh
setiap siswa secara bergiliran. Dalam situasi seperti itu setiap siswa belajar melakukan,
mengamati dan membandingkan, perilaku yang ditampilkan oleh pemeran sebelumnya.
Pendekatan itu banyak dilaksanakan dalamm rangka mengembangkan keterampilanketerampilan interaktif.
Pada role playing ini meski pembelajaran melibatkan seluruh siswa dan guru tidak
menjadi satu-satunya sumber informasi. Disini guru tetap memiliki peran penting. Guru/
pimpinan memberikan penjelasan tentag peran-peran yang akan ditampilkan dan tujuan-tujuan
yang hendak dicapai oleh latihan itu. Guru juga perlu mengusahakan suasana bermain yang
menyenangkan dan mencegah timbulnya kecemasan atau praduga yang jelek. Selain itu pada
akhir latihan guru atau pimpinan perlu melakukan umpan balik dan menarik kesimpulankesimpulan umum. Kritik-kritik yang bersifat merusak hendaknya dihindari, dalam hal ini guru
bertindak sebagai wasit.
menyesuaikan metode mana yang sesuai untuk di terapkan dalam menyampaikan materi tertentu.
Adapun kelemahan dan kelebihan dari metode pembelajaran Role Playing ini diantaranya
adalah :
Kelebihan Metode Pembelajaran Role Playing:
1. Melibatkan seluruh siswa berpartisipasi, mempunyai kesempatan untuk memajukan
kemampuannya dalam bekerja sama.
2. Siswa juga dapat belajar menggunakan bahasa dengan baik dan benar.
3. Siswa bebas mengambil keputusan dan berekspresi secara utuh.
4. Permainan merupakan penemuan yang mudah dan dapat digunakan dalam situasi dan waktu
yang berbeda.
5. Guru dapat mengevaluasi pengalaman siswa melalui pengamatan pada waktu melakukan
permainan.
6. Dapat berkesan dengan kuat dan tahan lama dalam ingatan siswa. Disamping merupakan
pengaman yang menyenangkan yang saling untuk dilupakan.
7. Sangat menarik bagi siswa, sehingga memungkinkan kelas menjadi dinamis dan penuh antusias.
8. Membangkitkan gairah dan semangat optimisme dalam diri siswa serta menumbuhkan rasa
kebersamaan dan kesetiakawanan sosial yang tinggi.
9. Dapat menghayati peristiwa yang berlangsung dengan mudah, dan dapat memetik butir-butir
hikmah yang terkandung di dalamnya dengan penghayatan siswa sendiri.
10. Dimungkinkan dapat meningkatkan kemampuan profesional siswa, dan dapat menumbuhkan /
membuka kesempatan bagi lapangan kerja.
Selain itu menurut Miftahul Ala (2011:93) metode pembelajaran Role playing selain memiliki
kelebihan yaitu melibatkan seluruh siswa dapat berpartisipasi dan mempunyai kesempatan untuk
memajukan kemampuannya dalam kerja sama, kelebihan lainnya yaitu guru dapat mengevaluasi
pemahaman tiap siswa melalui pengamatan pada waktu melakukan permainan. Permainan
merupakan pengalaman belajar yang menyenangkan bagi anak.
Kelemahan Metode Pembelajaran Role Playing
1. Metode bermain peranan memerlukan waktu yang relatif panjang/banyak.
2. Memerlukan kreativitas dan daya kreasi yang tinggi dari pihak guru maupun murid. Dan ini
tidak semua guru memilikinya.
3. Kebanyakan siswa yang ditunjuk sebagai pemeran merasa malu untuk memerlukan suatu
adegan tertentu.
4. Apabila pelaksanaan sosiodrama dan bermain pemeran mengalami kegagalan, bukan saja dapat
memberi kesan kurang baik, tetapi sekaligus berarti tujuan pengajaran tidak tercapai.
5. Tidak semua materi pelajaran dapat disajikan melalui metode ini.
6. Sebagian besar anak yang tidak ikut drama mereka menjadi kurang aktif.
7. Memerlukan tempat yag cukup luas, jika tempat bermain sempit menyebabkan gerak para
pemain kurang bebas.
8. Kelas lain sering terganggu oleh suara pemain dan penonton yang kadang-kadang bertepuk
tangan.
1.
2.
3.
4.
Menurut Syaiful (2011:214) ada beberapa cara untuk mengatasi kelemahan kelemahan
pada metode pembelajaran sosio drama atau role playing ini diantaranya:
Guru harus menerangkan kepada siswa, untuk dapat memecahkan masalah hubungan sosialyang
aktual ada di masyarakat.
Guru harus dapat memilih masalah yang urgent sehingga menarik minat anak. Ia dapat
menjelaskan dengan baik dan menarik, sehingga menarik minat anak.
Agar siswa memahami peristiwanya maka guru harus bisa menceritakansambil mengatur adegan
pertama
Bobot atau luasnya bahan pelajaran yang akan di dramakan harus sesuai dengan waktu yang
tersedia.
Menetapkan topik atau masalah serta tujuan yang hendak dicapai dalam pembelajaran, yaitu topik
harga jual, harga beli, untung dan rugi. Sehingga tujuan dalam pembelajaran yang ingin dicapai
adalah siswa mendeskripsikan harga jual, harga beli, untung, persentase untung, rugi dan
persentase rugi.
b)
Memotivasi peserta didik dan memberikan gambaran masalah dalam situasi yang akan diperankan,
misalnya seorang pembeli akan melakukan transaksi jual beli di sebuah pertokoan, maka siswa
diberikan gambaran apa yang dilakukan oleh pembeli dan penjual dalam transaksi tersebut.
c)
Menetapkan pemain yang akan terlibat dalam Role Playing, peranan yang harus diperankan oleh
pemeran dan waktu yang disediakan untuk melakukan kegiatan Role Playing.
d) Memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya khususnya pada siswa yang terlibat dalam
pemeranan Role Playing.
Pelaksanaan
a)
Melakukan diskusi tentang kegiatan Role Playing yang baru saja dilakukan khususnya pada
kegiatan yang mengarah pada konsep harga jual, harga beli, untung, persentase untung, rugi, dan
persentase rugi.
b)
Siswa yang memainkan peran dapat membagi pengalamannya pada siswa yang tidak memainkan
peran.
Harga beli adalah nilai uang dari suatu barang yang dibeli.
Untung, jika harga penjualan lebih besar daripada harga pembelian.
5.
6.
Sebelum menerapkan metode pembelajaran role playing ini guru tentu harus
mempersiapkan skenario yang akan di perankan siswa. Contoh skenario yang dapat dipakai
untuk pembelajaran dengan metode role playing pada materi aritmatika sosial ini adalah :
Tokoh:
1.
2.
3.
Bu Rian, istri pak Rian yang membantu pak Rian berjualan di toko.
Bu Ade sebagai karyawan toko gorsir SERBA ADA.
4.
5.
Bu Ade
:Warna merahnya 2, warna putihnya 3, warna hijaunya 2, warna ungunya 1, dan
warna jingganya 2
Setelah menunggu beberapa saat,Bu Ade datang membawa barang yang dibeli pak Rian
dan nota pembelian pak Rian.
Bu Ade
Pak Rian
Setelah pak Rian membayar busana yang dibelinya, pak Rian langsung pulang ke tokonya
dan menata busana yang baru saja dibelinya di etalase. Selang beberapa menit, seorang pembeli
datang ingin membeli busana muslim itu.
Pembeli 1
:Berapa harga busana muslim ini, Pak?
Pak Rian
Pembeli 1
Bu Rian
Pembeli 1
Pak Rian
Pembeli 1
Bu Rian
Pembeli 1
Pak Rian
:Kan sudah dikurangi sama ibunya, pasnya ya segitu mbak, gimana mbak, kalau
jadi saya bungkuskan, saya beri bonus tas plastic nanti.
Pembeli 1
:Ya sudah pak, saya jadi beli
Akhirnya pembeli 1 membeli busana tersebut dengan harga Rp. 60.000,00.
Bu Rian
:Alhamdulillah ya Bapak, busana yang kita beli dengan harga Rp 40.000,00 dapat
:Bapak, ada model busana muslim yang biasa digunakan artis Syahrini itu lo pak?
:Oh yang ini, kebetulan sekali Mbak tinggal satu ini. Model ini banyak yang cari.
Wah kebetulan ukurannya sesuai dengan ukuran badannya Mbak. Bagaimana Mbak, mau diambil?
Yayu
:Ukurannya sih cocok Pak, tapi warnanya kok merah sih Pak, apa tidak ada yang
lain?
Pak Rian
Yayu
Pak Rian
Yayu
Pak Rian
Yayu
Pak Rian
Rp.30.000,00?
Yayu
:Kalau ada warna yang lain saya mau Pak menaikkan agak banyak, tapi yang
ini saya agak tidak suka warnanya. Begini saja Pak, saya tawar Rp.35.000,00. Bagaimana? Kalau
tidak boleh ya sudah.
Pak Rian
Yayu
:Ya sudah Mbak, saya kasihkan Rp.35.000,00, lagian saya juga sudah mau tutup.
:terima kasih pak, ini uangnya 35.000,00
Akhirnya busana muslim model baru tersebut terjual habis. Di rumah pak katiin bercerita
kepada istrinya mengenai pembeli terakhir.
Pak Rian
Bu Rian
penjualan busana muslim itu saja sudah mencapai Rp. 1.635.000,00, kita sudah punya kelebihan
dari biaya yang kita keluarkan untuk membeli busana itu.
Dalam skenario diatas selain hanya siswa diajak bermain peran tapi ia juga dapat mengerti
dan faham mengenai materi aritmatika sosial. Untuk mengatasi hal-hal sepeti banyaknya waktu
terbuang ataupun kekurangan waktu, maka seorang guru harus dapat menyusun RPP (Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran) dengan sebaik mungkin. Misalnya:
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP)
Mata Pelajaran
Kelas / Semester
: Matematika
: Vll/1
Materi
1. Pembelajaran : Harga pembelian, harga penjualan, untung dan rugi persentase untung
dan rugi
2. Materi Prasyarat : Operasi bilangan bulat
3. Teknik Pembelajaran
Role Playing (Bermain Peran).
Kegiatan pembelajaran
Kegiatan guru
Kegiatan siswa
Waktu
Pendahuluan
1.
bahwa
tujuan
dalam
pembelajaran yang ingin
dicapai adalah mereka
dapat
mendeskripsikan
harga jual, harga beli,
untung, persentase untung,
rugi dan persentase rugi
2.
3.
Kegiatan inti
1.
Memberikan
gambaran
masalah dalam situasi yang
akan diperankan, misalnya
seorang pembeli akan
melakukan transaksi jual
beli di sebuah pertokoan,
maka siswa diberikan
gambaran
apa
yang
dilakukan oleh pembeli dan
penjual dalam transaksi
tersebut.
2.
Menetapkan pemain
akan terlibat dalam
Playing, peranan
harus diperankan
yang
Role
yang
oleh
Memberikan kesempatan
kepada
siswa
untuk
bertanya khususnya pada
siswa yang terlibat dalam
pemeranan Role Playing
4.
30 menit
20 menit
6.
persentase rugi.
15 menit
Kegiatan penutup
1.
Membimbing siswa
membuat rangkuman
tentang materi
pembelajaran hari ini
Membuat rangkuman
tentang materi
pembelajaran hari ini
dengan bimbingan dari
guru.
10 menit
2.
Melakukan refleksi
kegiatan pembelajaran
melakukan refleksi
kegiatan pembelajaran
5 menit
3.
Memberikan PR.
Mencatat PR yang
diberikan oleh guru.
Mendengarkan informasi
tugas kelompok yang
diberikan oleh guru
5 menit
aritmatika saja, tetapi dalam materi lain pun guru harus kreatif untuk dapat memodivikasi dan
mengkombinasi model pembelajaran agar proses pembelajaran dapat berjalan dengan lancar,
menyenangkan dan yang paling penting adalah tujuan dari proses belajar tersebut tercapai.